Debitur Pailit yang Tidak Koorperatif dalam Pengurusan Harta Pailit

67 hal badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, dalam hal ini kurator, hakim pengawas atau balai harta peninggalan. Bagi wajib pajak tersebut perlu ditentukan siapa yang menjadi wakil atau kuasanya oleh karena mereka tidak dapat atau tidak mungkin sendiri tindakan hukum tersebut. 173 Sebagai konsekuensinya, wakil tersebut bertanggungjawab secara pribadi danatau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan menyakinkan direktur jenderal pajak, bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut. 174 Sesuai dengan pernyataan di atas apabila kurator dapat membuktikan dan meyakinkan direktur jenderal pajak, maka pajak yang terutang oleh debitur pailit dapat diberikan keringanan, dan pajak yang dibayarkan akan lebih sedikit dari yang terutang. Karena pajak yang terutang akan membebani harta pailit yang sudah berusaha ditingkatkan oleh kurator, dan jika diminta keringanan pajak nilai harta pailit nantinya akan meningkat.

C. Debitur Pailit yang Tidak Koorperatif dalam Pengurusan Harta Pailit

Kurator sangat dituntut untuk menjalin kerja sama yang baik dengan debitur pailit. Kegagalan kurator membina kerja sama dengan debitur pailit dapat menyebabkan hambatan bagi proses kepailitan itu sendiri. Memang tidak mudah untuk menjalin hubungan dengan debitur pailit, terlebih jika debitur dinyatakan 173 Edward Manik, Op.Cit., hlm. 91. 174 Ibid., hlm. 92. Universitas Sumatera Utara 68 pailit karena permohonan kreditur. Pada situasi ini, debitur akan senantiasa berpikir bahwa tindakan kurator adalah semata untuk keuntungan kreditur dan tidak memperhatikan kerugian yang diderita oleh si debitur. Hal ini berbeda jika permohonan pailit tersebut diajukan oleh debitur pailit sendiri. Dalam hal ini kurator akan memperoleh kerja sama yang baik dari debitur pailit. 175 Kurator untuk memperoleh kerja sama yang baik dari debitur, tidak berarti harus mengikuti keinginan debitur demi terciptanya keharmonisan hubungan, tapi dalam kerangka professional, seorang kurator harus tetap berada pada jalur bahwa ia wajib menyelamatkan harta pailit. Oleh karena itu, kurator wajib memberitahukan dan mengingatkan debitur pailit secara tertulis tentang kewajiban dan larangan atau pembatasan yang harus dipatuhinya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 176 Namun demikian, jika debitur dinilai tidak koorperatif, yaitu apabila mereka menolak, baik jika diminta kurator atau tidak, untuk bekerja sama dalam menjalankan proses kepailitan, kurator harus tetap berusaha untuk memperoleh harta debitur pailit dengan cara-cara yang ditentukan dalam aturan kepailitan. 177 Debitur harus memahami bahwa tindakan kurator bukanlah semata untuk kepentingan kreditur, melainkan untuk kepentingan si debitur juga. Karenanya kerja sama dengan debitur sangat diharapkan, terhadap debitur pailit yang tidak kooperatif, kurator mengusulkan kepada hakim pengawas untuk dapat diambil tindakan-tindakan hukum agar debitur pailit dapat segera mematuhi proses kepailitan. Tindakan ini dapat bervariasi, misalnya dengan meminta hakim 175 Standar Profesi Kurator dan Pengurus Indonesia. No. 343 angka 01. 176 Imran Nating, Op. Cit., hlm. 95. 177 Ibid. Universitas Sumatera Utara 69 pengawas untuk mengeluarkan surat panggilan yang bertujuan untuk menghadirkan debitur pailit ke muka persidangan atau rapat kreditur, menyampaikan surat teguran yang memerintahkan debitur agar mematuhi tindakan-tindakan khusus dalam kepailitan, atau meminta hakim pengawas untuk menggunakan instrumen yang tersedia dalam UU Kepailtan PKPU. 178 Sebaliknya, tidak semua tindakan hukum yang dilakukan oleh kurator harus dengan begitu saja diterima oleh debitur pailit. Debitur pailit dibolehkan dengan surat permohonan mengajukan perlawanan yang ditujukan kepada hakim pengawas terhadap setiap perbuatan yang dilakukan oleh kurator ataupun meminta dikeluarkannya perintah hakim, supaya kurator melakukan suatu perbuatan yang sudah dirancangkan. 179 Seorang debitur, untuk menyukseskan proses pengurusan dan pemberesan harta pailit, diharapkan agar secara moral membantu tugas kurator. Antara lain dengan memberi keterangan tentang keberadaan hartanya secara lengkap kepada kurator. Dengan sebaliknya, kurator harus bisa dengan kemampuannya yang dimilikinya untuk mengurus dan membereskan harta debitur pailit, demi untuk kepentingan para kreditur dan debitur pailit. Pada posisi inilah seseorang kurator sangat dituntut untuk independen, sehingga tidak terbebani untuk mengikuti kepentingan kreditur atau debitur. 180 Para kreditur yang mengetahui bahwa debitur tidak mampu lagi membayar utang-utangnya akan berlomba untuk terlebih dahulu mendapatkan pembayaran piutangnya dengan cara memaksa debitur untuk menyerahkan barang-barangnya, 178 Ibid., hlm. 20. 179 Ibid., 180 Ibid., hlm. 97-98. Universitas Sumatera Utara 70 dapat juga debitur melakukan perbuatan yang hanya menguntungkan satu orang atau beberapa orang krediturnya saja dan yang lainnya dirugikan. Tindakan kreditur atau perlakuan debitur yang demikian jelas akan memberikan ketidakpastian bagi kreditur lain yang beritikad baik yang tidak ikut mengambil barang-barang debitur sebagai pelunasan piutangnya, sehingga piutang kreditur yang beritikad baik tersebut tidak terjamin pelunasannya. Tindakan tersebut merupakan perlakuan tidak adil oleh debitur terhadap krediturnya, keadaan ini dapat dicegah melalui lembaga kepailitan. Kurator membutuhkan data tentang aset debitur untuk membuat pencatatan harta pailit sebagaimana diatur pada Pasal 100 ayat 1 UUK dan PKPU yang di nyatakan: “Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 dua hari setelah menerima putusan pengangkatannya sebagai k urator.” Debitur pailit yang tidak kooperatif memberikan data assetnya akan mempersulit kurator dalam pembuatan pencatatan harta pailit. Debitur pailit yang tidak hadir dalam rapat pencocokan piutang yang telah ditetapkan penyelenggaraannya akan berakibat ditundanya rapat pencocokan piutang. Berdasarkan Pasal 121 ayat 1 UUK dan PKPU kehadiran debitur pailit adalah wajib, sehingga jika debitur pailit tidak hadir pada rapat pencocokan piutang, maka rapat tidak dapat diteruskan dan hakim pengawas akan menundanya. Tertundanya rapat pencocokan piutang akan menambah lama penyelesaian kepailitan. Tidak jarang juga debitur tidak koorperatif terhadap BHP selaku kurator pailit dalam menginventarisir harta pailit. Hal ini mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam menelusuri keberadaan dari harta pailit tersebut. Di samping itu, berkaitan dengan hal tersebut sering juga dijumpai debitur yang melarikan diri pada saat permohonan pailit sedang diproses di Pengadilan Niaga, maupun setelah Universitas Sumatera Utara 71 keluarnya putusan pailit. Dalam hal jika terjadi hal seperti itu, maka hakim Pengadilan Niaga berhak untuk mengeluarkan keputusan permohonan pernyataan pailit beserta penetapan untuk penahanan sementara bagi debitur pailit sampai proses kepailitan berakhir atau yang biasa disebut dengan paksa badan gijzeling. Gijzeling merupakan suatu upaya hukum yang disediakan untuk memastikan bahwa debitur pailit, atau direksi dan komisaris dalam hal yang pailit adalah perseroan terbatas, benar-benar membantu tugas-tugas kurator dalam pengurusan harta pailit. 181 Kurator melaksanakan tugas pengurusan danatau pemberesan harta pailit untuk kepentingan pihak debitur dan pihak kreditur, sehingga apabila kurator kesulitan dana kemudian mengambil langkah meminjam kepada keluarga debitur atau pihak kreditur untuk digunakan mengurus kepentingan debiturkreditur, sudah barang tentu langkah tersebut dapat dibenarkan. Pinjaman kurator tersebut tentunya akan dikembalikan setelah harta pailit terjual. Cara mengatasi debitur pailit yang tidak kooperatif dalam hal diminta data tentang asetnya oleh kurator, sebagaimana diuraikan di muka antara lain adalah melakukan koordinasi langsung atau melalui surat dengan bank untuk diperoleh data tentang simpanan debitur di suatu bank. Debitur pailit yang tidak kooperatif berarti menghambat proses penyelesaian kepailitan, sehingga kurator dapat mengambil tindakan tegas untuk menghadapi debitur yang tidak kooperatif dengan menggunakan dasar hukum Pasal 93 ayat 1 UUK dan PKPU yaitu minta kepada Pengadilan Niaga untuk menahan debitur pailit. Cara mengatasi kendala 181 M. Hadi Shubhan, Op.Cit., hlm. 179. Universitas Sumatera Utara 72 terhadap debitur pailit yang menjualmenyembunyikan asetnya sebelum dinyatakan pailit, sebagaimana diuraikan dalam hasil penelitian tindakan kurator adalah melakukan gugatan untuk membatalkan penjualan, sedangkan terhadap harta yang disembunyikan maka pihak kurator akan melaporkannya kepada pihak kepolisian. Perbuatan hukum debitur pailit yang menjual assetnya 1 satu tahun sebelum dinyatakan pailit dapat dibatalkan berdasarkan Pasal 41 ayat 1 UUK dan PKPU. Tindakan BHP mengatasi hambatan terhadap perbuatan debitur pailit yang telah menjual asetnya dengan cara melakukan gugatan merupakan tindakan yang profesional, sebagai kurator harus berupaya semaksimal mungkin mengembalikan harta yang telah terjual tersebut ke dalam harta pailit sedangkan pembeli biasanya akan mempertahankan agar apa yang dibelinya tidak lepas. Harta debitur yang disembunyikan sebelum pernyataan pailit merupakan harta pailit. Debitur pailit yang menyembunyikan asetnya sebelum dinyatakan pailit berarti telah melakukan penggelapan harta pailit. Cara BHP mengatasi hambatan penyelesaian utang debitur terhadap kreditur melalui kepailitan, karena debitur pailit menyembunyikan hartanya sebelum dinyatakan pailit, dengan cara menempuh perdamaian sebelum melakukan tindakan tegas melaporkan ke pihak kepolisian adalah merupakan tindakan yang cukup bijaksana. 182 Jika debitur dinilai tidak kooperatif, yaitu apabila mereka menolak, baik atau tidak oleh kurator, untuk bekerja sama dalam menjalankan proses kepailitan. Kurator harus tetap berusaha untuk memperoleh harta debitur pailit dengan cara- 182 Azis S. Lapadengan, “Analisis Fungsi Penggunaan Lembaga Kepailitan dalam Penyelesaian Kredit Macet Perbankan ”, Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, 2013, hlm. 7-8. Universitas Sumatera Utara 73 cara yang ditentukan dalam aturan kepailitan. Kurator dapat mengusulkan kepada hakim pengawas untuk diambil tindakan-tindakan hukum agar debitur pailit dapat segera mematuhi proses kepailitan. Tindakan ini dapat bervariasi, misalnya dengan meminta hakim pengawas untuk mengeluarkan surat teguran yang memerintahkan debitur agar mematuhi tindakan-tindakan khusus dalam kepailitan, ataupun meminta hakim pengawas untuk menggunakan instrument yang tersedia pada Pasal 84 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dan 93 UUK dan PKPU, yaitu untuk menahan debitur pailit, baik ditempatkan di rumah tahanan negara maupun di rumah sendiri, di bawah pengawasan jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas. Sebaliknya, tidak semua tindakan hukum yang dilakukan oleh kurator harus dengan begitu saja diterima oleh debitur pailit. Debitur pailit dibolehkan dengan surat permohonan mengajukan perlawanan yang dilakukan oleh kurator ataupun seminta dikeluarkannya perintah hakim, supaya kurator melakukan suatu perbuatan yang sudah dirancangkan. Universitas Sumatera Utara 74 BAB IV TANGGUNG JAWAB KURATOR ATAS KERUGIAN HARTA PAILIT

A. Kerugian Harta Pailit