Bab 5 Pesisir dan Laut 31
hunian, industri dan daerah reklamasi kemudian pembuatan tanggul dan kanal serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai.
Upaya manusia dalam penanggulangan pantai yang rusak ada beberapa metode disesuaikan dengan karakter dan sifat gelombang yang
menerjang pantai, metode penanggulangan abrasi pantai seperti pemecah gelombang sejajar garis pantai detached beakwater, struktur pemotong
arus-sejajar-pantai tegak lurus garis pantai groin, dan pembangunan dinding laut seawall telah banyak diaplikasikan dalam berbagai kasus
erosi pantai di Indonesia.
Gambar 5.3 Upaya Penanggulangan Pantai yang Rusak
Sumber: www.imred.orgfilespenanaman.jpg
Bab 5 Pesisir dan Laut 32
D. Rangkuman
Pencemaran oleh limbah pabrik-pabrik mengakibatkan kerugian cukup besar bagi nelayan. Salah satu bahan pencemaran laut yang utama
adalah kebocoran tanker minyak. Dampak yang ditimbulkan oleh minyak tersebut sangat berbahaya bagi biota laut baik di jangka pendek maupun
jangka panjang. Selain itu, aktivitas manusia yang berlebihan juga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan pesisir dan laut. Untuk itu diperlu-
kan pemeliharaan lingkungan pesisir laut yaitu perlindungan mutu laut. Upaya manusia dalam penanggulangan pantai yang rusak ada beberapa
metode disesuaikan dengan karakter dan sifat gelombang yang menerjang pantai.
E. KasusPermasalahan
Untuk mengurangi dampak abrasi laut di pesisir Jatim dan pemanasan global, perlu dilakukan penanaman mangrove atau bakau.
Pasalnya, hutan mangrove yang banyak terdapat hampir di seluruh pantai di Jatim seluas 85.000 Ha atau 6,24 persen dari luas hutan di Jatim, 15
persennya atau sekitar 13.000 Ha dalam kondisi rusak. Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi kemarin, Selasa 1310 juga telah
melakukan pencanangan penanaman pohon mangrove bakau di Pamekasan. Adapun mangrove yang ditanam sebanyak 115 ribu pohon
dari bantuan pemerintah pusat. Untuk lokasi penanaman dilakukan di dua lokasi, yakni di wilayah Kecamatan Tlanakan sebanyak 30 ribu pohon dan
sisanya di wilayah Kecamatan Pademawu. Bagaimana tanggapan kalian terhadap upaya pemerintah tersebut?
Bab 6 Sungai dan Danau 33
BAB VI SUNGAI DAN DANAU
Sumber: vikakura.files.wordpress.com200910sungai
Standar Kompetensi: Mengenal ekosistem sungai dan danau, pencemaran dan dampak yang
ditimbulkan, serta cara pemeliharaannya.
Kompetensi Dasar:
1. Menjelaskan dampak pencemaran sungai dan danau. 2. Mengidentifikasi dampak pencemaran sungai dan danau.
3. Menjelaskan peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan sungai dan danau.
4. Menjelaskan pengaturan yang terkait dengan pencegahan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran sungai dan danau.
5. Menyebutkan tindakan-tindakan dalam memelihara lingkungan sungai dan danau.
Indikator: 1. Siswa dapat menjelaskan dampak pencemaran sungai dan danau.
2. Siswa dapat mengidentifikasi dampak pencemaran sungai dan
danau. 3. Siswa dapat menjelaskan peran pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan sungai dan danau. 4. Siswa dapat menjelaskan pengaturan yang terkait dengan
pencegahan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran sungai dan danau.
5. Siswa dapat menyebutkan tindakan-tindakan dalam memelihara lingkungan sungai dan danau.
Bab 6 Sungai dan Danau 34
A. Pendahuluan
Air adalah sumberdaya alam yang dinamik dynamic resources, yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam segala bidang, sehingga memberikan implikasi yang relatif pelik dan khas dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan-
nya. Pengelolaan sungai, danau dan waduk adalah upaya merencana-
kan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya
rusak air agar terciptanya konservasi sumber daya air. Konservasi sum- berdaya air sendiri adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlan-
jutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
mahluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Tujuan pengelolaan sungai, danau dan waduk untuk konservasi
sumber daya air adalah upaya pencegahan banjir dan kekeringan, pencegahan erosi dan sedimentasi, pencegahan kerusakan bantaran
sungai, pencegahan tercemarnya sumber air, dan juga untuk menghindari konflik dan degradasi sumber daya alam dan lingkungan. Sumberdaya air
dapat dikelola oleh suatu badan usaha atau swasta tetapi dalam pengelo- laannya khususnya pada aspek penggunaan harus proporsional karena
kenyataan menunjukkan bahwa air permukaan air sungai cukup banyak yang tidak dikelola secara profesional. Apabila sumberdaya air ini dikelola
secara profesional dan penggunaannya proporsional antara kepentingan badan usaha dan kepentingan masyarakat luas, maka akan menambah
sumber devisa negara yang pada akhirnya akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat.
B. Pencemaran Sungai dan Danau
Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan
nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air
Bab 6 Sungai dan Danau 35
comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat
berdampak terhadap seluruh ekosistem. Limbah industri seperti logam berat, toksik organik, minyak, nutrien dan padatan yang dibuang ke sungai
dapat menguramgi oksigen dalam air sehingga menganggu keseimbangan ekosistem.
C. Pemeliharaan Sungai dan Danau
Pemeliharaan sungai pada dasarnya bertujuan untuk memperta- hankan kapasitas alir dan kapasitas tampung dari semua sistem tata air
sungai yang berada di daerah pengaliran sungai seperti sungai, situ, waduk, saluran drainase beserta semua bangunan air yang terdapat pada
sistem tersebut. Pemeliharaan sungai dibagi dalam dua bagian besar, yang pertama
ialah pemeliharaan terhadap bangunan pengendali banjir yaitu
bangunan yang berfungsi untuk pengaturan aliran air. Pemeliharaan terhadap bangunan pengatur aliran seperti bendung, pintu air, pengarah
arus, dan lain-lain dimaksudkan agar bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Sebagai contoh kasus terjadinya banjir
akibat kerusakan pintu air dari pemukiman yang telah diproteksi dengan tanggul. Semula tanggul dimaksudkan untuk menghindari limpasan air
sungai akan tetapi pada saat banjir justru pintu air tersebut menjadi jalan masuknya air dari sungai karena tidak dapat berfungsi dengan baik akibat
kurangnya pemeliharaan. Pemeliharaan terhadap bangunan pengaturan air perlu dilaksanakan secara rutin agar dapat siap berfungsi pada saat
diperlukan. Pemeliharaan bangunan pengendali banjir dapat dilakukan oleh Dinas yang terkait atau melibatkan partisipasi masyarakat yang
berada di daerah permukiman. Kedua, pemeliharaan saluran pengendali banjir atau saluran
drainase untuk mempertahankan kapasitas alir dan tampung sungai- sungai dan atau saluran drainase sebagai satu kesatuan sistem dengan
bangunan pengendali banjir. Seperti yang diuraikan di atas berkurangnya
Bab 6 Sungai dan Danau 36
kapasitas alur dan tampung disebabkan oleh tumbuhnya pemukiman liar di bantaran sungai, pengendapan sampah, dan sedimen hasil erosi di
hilir.
D. Rangkuman
Pencemaran sungai dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Limbah industri seperti logam
berat, toksik organik, minyak, nutrien dan padatan yang dibuang ke sungai dapat menguramgi oksigen dalam air sehingga menganggu keseim-
bangan ekosistem. Pemeliharaan sungai pada dasarnya bertujuan untuk mempertahankan kapasitas alir dan kapasitas tampung dari semua sistem
tata air sungai yang berada di daerah pengaliran sungai seperti sungai, situ, waduk, saluran drainase beserta semua bangunan air yang terdapat
pada sistem tersebut.
E. KasusPermasalahan
Kondisi daerah tangkapan hujan di bagian DAS Brantas hulu memburuk akibat penebangan liar dan pengelolaan lahan yang tidak
mengindahkan aspek konservasi tanah. Hal ini menyebabkan peningkatan erosi lahan yang kemudian akan mengakibatkan peningkatan sedimentasi
di waduk, berkurangnya volume efektif waduk, kekeringan pada musim kemarau dan terjadinya banjir bandang di musim penghujan, seperti
kejadian pada tanggal 3-4 Pebruari 2004, Kali Brantas Hulu mengalami banjir lumpur yang sangat parah karena hujan deras. Permasalahan
pokok lain yang terjadi adalah matinya mata air DAS Brantas, degradasi dasar sungai dan penurunan kualitas air akibat pencemaran. Buat
kelompok dan coba kalian pikirkan apabila kerusakan DAS Brantas tersebut terkadi secara terus-menerus?
Bab 7 Tanah dan Lahan 37
BAB VII TANAH DAN LAHAN
A. Pendahuluan
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan
hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Standar Kompetensi: Memahami terjadinya degradasi lahan dan cara mengatasinya.
Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi penyebab dan cara mengatasi degradasi lahan.
Indikator : Siswa dapat mengidentifikasi penyebab dan cara mengatasi degradasi
lahan.
Bab 7 Tanah dan Lahan 38
B. Degradasi Lahan
Degradasi lahan berarti hilangnya fungsi lahan atau berubahnya kualitas dan manfaat dari suatu lahan. Jadi, kerusakan lahan tidak hanya
menyangkut kerusakan pada tanah, tetapi juga sumber daya berupa organisme yang ada di atas tanah. Degradasi lahan dipengaruhi oleh
faktor manusia dan faktor lingkungan. Degradasi lahan yang disebabkan oleh faktor manusia antara lain:
1. Penebangan hutan secara terus menerus yang menyebabkan hutan menjadi gundul
2. Kerusakan lahan oleh manusia sering didasari oleh kepentingan ekomoni belaka tanpa mementingkan kelestarian lingkungan
3. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga membutuhkan lahan untuk permukiman maupun aktivitas pertanian.
4. Aktivitas pertanian yang seringkali tidak cocok dengan kondisi lahan. Misalnya aktivitas pertanian yang dilakukan pada lahan dengan
kemiringan lereng yang curam, jika pengelolaan lahannya tidak direncanakan dengan baik. Lahan yang curam rawan terhadap erosi,
terlebih lagi jika turun hujan 5. Sejumlah penduduk miskin atau tidak memiliki lahan, membuka lahan
baru di daerah pegunungan. Akibatnya, tumbuhan dan hewan di dalamnya terancam serta tanahnya rawan terhadap erosi.
6. Lahan – lahan bekas penambangan bahan galian seringkali dibiarkan begitu saja jika bahan galiannya telah habis sehingga lahan menjadi
rusak. 7. Reboisasi dan reklamasi yang gagal. Upaya reboisasi hutan yang telah
ditebang dan reklamasi lubangtanah terbuka bekas galian tambang sangat minim hasilnya karena prosesnya memerlukan waktu puluhan
tahun dan dananya tidak mencukupi karena banyak disalahgunakan dikorupsi.
8. Lemahnya penegakan hukum. Sudah banyak peraturan perundangan yang telah dibuat berkenaan dengan pengelolaan lingkungan dan
khususnya hutan, namun implementasinya di lapangan seakan-akan
Bab 7 Tanah dan Lahan 39
tidak tampak, karena memang faktanya apa yang dilakukan tidak sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.
9. Kesadaran masyarakat yang rendah. Kesadaran sebagian besar warga masyarakat yang rendah terhadap pentingnya pelestarian
lingkunganhutan merupakan satu hal yang menyebabkan ketidak- pedulian masyarakat atas degradasi lingkungan yang semakin intensif.
Rendahnya kesadaran masyarakat ini disebabkan mereka tidak memiliki pengetahuan tentang lingkungan hidup yang memadai.
Selain dari faktor manusia, beberapa faktor alam yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan antara sebagai berikut.
a Bencana alam seperti banjir, longsor, badai, gempa atau letusan gunung merapi.
b Iklim, jenis tanah dan kemiringan lereng sangat memengaruhi laju kerusakan lahan.
C. Cara Mengatasi Degradasi Lahan
Untuk mencegah degradasi lahan, diperlukan upaya yang dilakukan agar keberadaan lahan dapat terus dimanfaatkan dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan. Upaya–upaya yang dilakukan sebagai berikut.
a. Lahan–lahan yang tidak cocok untuk pertanian sebaiknya dijadikan
sebagai hutan, seperti lereng gunung yang curam atau daerah tanah berkapur yang mudah longsor.
b. Lahan–lahan yang kering sebaiknya dibuat teras agar dapat mengurangi aliran di permukaan.
c. Daerah yang memiliki curah hujan tinggi seperti Jawa Barat, lahan
yang miring tidak hanya dibuat sangkedan, saluran pelepas air perlu dibuat memanjang lereng. Terjunan air perlu diperkuat bambu, batu
dan rumput yang akarnya kuat. d.
Hindari penyiangan yang bersih di antara tanaman keras. Jika tidak ada pupuk hijau penutup tanah, dapat pula dengan rumput yang tidak
Bab 7 Tanah dan Lahan 40
berbahaya bagi tanaman pokok. Keberadaan tanaman penutup tanah juga menentukan tingkat erosi.
e. Melakukan reboisasi terhadap lahan yang sudah kritis
f. Tidak membakar hutan pada musim kemarau. Selain dapat menyebabkan degradasi lahan, asap dari kebakaran tersebut juga
menimbulkan polusi udara. Upaya lain yang dapat digunakan untuk mengatasi degradasi lahan yaitu
dengan cara remediasi dan bioremediasi.
• Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah. Sebelum dilakukan remediasi hal yang perlu diketahui adalah:
1. Jenis perusak atau pencemar organikanorganik, terdegredasi tidak, berbahaya atau tidak.
2. Berapa banyak zat perusakpencemar yang telah merusak mencemari tanah tersebut.
3. Perbandingan Karbon C, Nitrogen N, dan Fosfat P 4. Jenis tanah
5. Kondisi tanah basa, kering 6. Telah berapa lama zat perusak terendapkan di lokasi tersebut.
Ada dua jenis remediasi tanah: a In situ on-site
In situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting
injeksi, dan bioremediasi. b Ex situ off site
Ex situ meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Dari daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar, caranya: Tanah tersebut disimpan di baktangki yang kedap
Kemudian pembersih dipompakan ke baktangki tersebut
Bab 7 Tanah dan Lahan 41