Metode dan Teknik Analisis Data

17 pembicaraan melainkan tuturan atau perkataan yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat sebagai teknik lanjutan akhir dari metode simak. Dalam hal ini penulis melakukan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat kata-kata yang diucapkan oleh para informan.

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, mulailah diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data dianalis dengan menggunakan metode agih. Metode agih merupakan metode alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri Sudaryanto, 1993: 15. Perwujudan metode ini dilakukan dengan menggunakan teknik baca markah BM sebagai teknik analisis data. Teknik baca markah BM digunakan untuk melihat bentuk-bentuk kosakata bahasa Karo yang digunakan oleh anak usia 3-4 tahun di desa gunung merlawan sehingga kita dapat mengelompokkan sesuai dengan jenis katanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudaryanto 1993: 95, bahwa pemarkah itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identintitas konstituen tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu marker berarti peneliti dapat melihat langsung pemarkah dalam hal ini kata. Contoh: Rikke Br.Bangun. anak dari Bapak S.Bangun dan S.Br.Purba, keluarga ini memiliki tiga orang anak , dan Rikke anak ketiga, berjenis kelamin perempuan, 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 18 berumur empat tahun. Dalam berkomunikasi anak ini menggunakan bahasa Batak Karo. 1 Bapak: ‘Buat rimo sindabuh ena’ Ambil jeruk yang jatuh itu Rikke: ‘la galang’ “Tidak besar” Peneliti : “Kam erkai?” ↓ ↓ “Kamu sedang apa?” Rikke : “Man limo” “man rimo” ↓ ↓ Makan jeruk Dari contoh di atas Rikke mampu mengucapkan beberapa jenis kata, khususnya kata benda rimo ,kerja man dan sifat la galang, karena Rikke sering mendengar dan mengucapkan kata tersebut dalam interaksi. Menurut Kridalaksana verba atau kata kerja adalah subkategori yang memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak atau bukan, tetapi tidak dapat bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih, atau agak. Dari data 1 kata kerja man atau makan adalah kata kerja, karena kata makan tidak dapat digabung dengan partikel ke + makan atau dalam bahasa Karo ku + man. Kata benda atau nomina adalah nama dari semua benda yang dibendakan yang dapat bergabung dengan partikel yang + kata sifat. Dari data 1 kata rimo 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 19 atau jeruk adalah kata benda, jika digabungkan dengan partikel yang dan kata sifat maka terbentuk kalimat yang baik. Contoh:Rimo si galang Jeruk yang besar. Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang memberi keterangan khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Kata sifat atau keadaan dapat digabung dengan partikel paling, lebih, tidak, dan sekali. Dari data 1 maka kata la galang tidak besar merupakan kata sifat. 2 Anisa : “Rumahku mejile’’ ↓ ↓ Rumahku baguscantik Peneliti : “Owe?” ↓ “ Iya” Ana : : “La tuhu” ↓ ↓ “Tidak benar” Dari contoh 2 di atas Anisa mampu mengucapkan beberapa jenis kata, yaitu benda rumah dan kata sifat mejile. Kata rumah adalah kata benda dapat digabung dengan kata bukan. Kata mejile atau cantik merupakan kata sifat karena dapat digabung dengan partikel sangat, sangat cantik dalam bahasa Karo mejile kel. Selain itu, penulis juga menggunakan metode kuantitatif sebagai metode pendukung. Menurut Muslich 1993: 4 metode kuantitatif merupakan model 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 20 keputusan yang mempergunakan angka. Pemecahan dengan model kuantitatif akan menghasilkan nilai atau angka untuk variable-variabel keputusan ini. Dengan kata lain, penggunaan model kuantitatif dalam memecahkan masalah, keputusan- keputusan yang dihasilkan adalah angka. Menurut Sudjana 2002: 50 frekuensi dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas, jadi dalam bentuk absolut. Metode ini dipergunakan untuk menghitung frekuensi penggunaan tiap jenis kata bahasa Karo yang diperoleh dari anak usia 3-4 tahun di desa Gunung Merlawan . Jika frekuensi dinyatakan dalam persen maka diperoleh daftar distribusi frekuensi relatif. Jadi, menggunakan rumus sebagai berikut: data x 100 Misalnya: Jumlah data yang ditemukan untuk jenis kata verba bahasa Karo = 10 Jumlah keseluruhan data = 30 Jadi x 100 = 33,33 dibulatkan menjadi 33 Maka, presentase frekuensi penggunaan kata verba bahasa Karo adalah 33 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 21

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pemerolehan Kosakata Bahasa Karo Anak Usia 3-4 Tahun

Dalam proses perkembangan, semua anak yang normal pasti akan memperoleh suatu bahasa yang ilimiah. Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau pertumbuhannya wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu, “bahasa pertama” atau “bahasa ibu” dalam tahun-tahun pertama kehidupannya di dunia. Bahasa ibu atau native language adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak Dardjowidjojo, 2003:241. Bahasa inilah yang awalnya dikenal dan dipergunakan anak dalam kehidupannya sehari-hari sebagai alat komunikasi. Proses penguasaan bahasa yang dilakukan anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya native language disebut pemerolehan bahasa Dardjowidjojo, 2003:225. Selanjutnya, Chaer 2003:167 mengatakan pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa pertama itu terjadi apabila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa, yaitu bahasa ibunya. Jadi, pemerolehan bahasa adalah suatu proses perkembangan dan penguasaan bahasa ibu native language yang dilakukan anak secara alami. Bahasa Karo sebagai bahasa pertama yang dapat dipergunakan anak-anak sebagai media untuk memperoleh pembelajaran nilai-nilai dalam bersosialisasi. Setiap bahasa yang diperoleh anak-anak membutuhkan pembelajaran, tidak ada seorang pun 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD