Uji Multikolinieritas Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi

Gambar 4.3 Grafik Normal P-Plot setelah data ditransformasi

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk membuktikan apakah variabel bebas dalam penelitian ini dapat saling berintervensi ketika dibuat pemodelan dengan variabel terikat. Kriteria di nyatakan variabel bebas tidak saling intervensi satu sama lain ketika: 1. Jika nilai tolerance 0,10 dan nilai FIV 0,10 maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi Universitas Sumatera Utara 2. Jika nilai tolerance 0,10 dan nilai FIV 0,10 maka dapat disimpulkan ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant Jenis_Opini .910 1.099 Audit_Report_Lag .919 1.088 KAP .878 1.139 a. Dependent Variable: LNHARGASAHAM Sumber: SPSS17 Data diolah 2012 Dari tabel hasil uji multikolinieritas diatas, diperoleh harga VIF tidak ada yang melebihi nilai 10 dan tolerance 0,10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu pada model regresi bersifat heterogen atau homogen. Apabila Universitas Sumatera Utara bersifat heterogen, menyebabkan model regresi tidak dapat meramalkan secara akurat, karena memiliki residu yang tidak teratur. Dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya masalah heterokedastisitas digunakan Scatter plot. Kriterianya adalah apabila titik-titik pada scattter plot atau diagram pencar tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah heterokedastisitas. Gambar 4.4 Uji heterokedastisitas Berdasarkan grafik scatter plot diatas, dapat di simpulkan bahwa model regresi tidak terkendala heterokedastisitas, karena titik-titik pada diagram tersebut tidak membentuk pola tertentu. Universitas Sumatera Utara

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi pada umumnya terjadi pada penelitian yang data nya berkaitan dengan unsur waktu time series. Penelitian ini adalah termasuk penelitian yang menggunakan data time series, yakni data yang diperoleh antara tahun 2008-2010, sehingga peneliti merasa perlu untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan terganggu oleh autokorelasi atau tidak Kriteria yang digunakan untuk mengetahui masalah heterokedastisitas adalah apabila harga Dw diantara Du sampai dengan 4 – Du. Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Data Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .617 a .381 .355 1.67129 1.794 a. Predictors: Constant, Audit_Report_Lag, Jenis_Opini, KAP b. Dependent Variable: LNHARGASAHAM Sumber: SPSS 17 Data diolah 2012 Penelitian ini memiliki 3 variabel independen dan 1 variabel dependen, nilai DW berdasarkan tabel diatas adalah 1,794. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 102 dan jumlah variabel 3 sehingga k= 3. Berdasarkan harga tersebut maka didapat nilai Du sebesar 1,613, sehingga dapat ditentukan Universitas Sumatera Utara bahwa batas Du adalah 1,613 dan 2,387 4- Du. Dengan demikian maka diketahui bahwa nilai DW 1,613 dan DW 2,387. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terganggu oleh autokorelasi.

4.3 Persamaan Regresi

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Jenis Opini Audit dan Kualitas Audit terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012

0 58 70

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 43 85

Pengaruh Audit Report Lag, Earnings Per Share, Opini Audit, Dan Kantor Akutan Publik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

21 134 115

PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI.

0 3 13

PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI.

0 2 12

PENDAHULUAN PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI.

0 2 7

AUDIT REPORT LAG, OPINI AUDIT, JENIS INDUSTRI DAN KANTOR PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI.

0 2 28

PENUTUP PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI.

0 4 6

PENGARUH OPINI AUDIT, AUDIT REPORT LAG, DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

4 13 31

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT, LABA ATAU RUGI, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT REPORT LAG - repository perpustakaan

0 0 14