perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan
transparan.
B. Agency Theory
Agency Theory memberikan penjelasan mengenai dasar perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada
pemegang saham dan investor, dimana teori ini merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara pihak prinsipal dan agent. Pihak
principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan[Sinkey, 1992:78; Jensen Smith, 1984:7 dalam ivanna 2005]. Hubungan agency dapat terjadi
kapan saja apabila satu pihak sebagai prinsipal sepakat memakai pihak lain agent untuk melaksanakan beberapa jasa dalam melakukannya, prinsipal
membuat keputusan otoritas bagi agent. Pemegang saham dan investor adalah prinsipal dan para manajer adalah agent mereka.
Dalam hubungan agency, manajer sebagai pengelolah perusahaan memiliki akses langsung terhadap informasi internal perusahaan dan lebih
mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan prinsipal, oleh karena itu sebagai pengelolah, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada prinsipal. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi
seperti laporan keuangan, akan tetapi informasi yang disampaikan
Universitas Sumatera Utara
terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris informasi.
Asimetris informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain. Pengelolahan perusahaan harus
diawasi dan dikendalikan untuk memperkecil asimetris informasi dan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan
kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency cost yang menurut teori
agency adalah biaya yang mencakup pengeluaran untuk pengawasan oleh pemegang saham dan biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk
menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal serta biaya yang disebabkan karena
menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk bonding expenditure yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan
berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
Jensen dan Meckling 1976 dalam Isnanta 2008, untuk memotivasi agent maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua
faktor, yaitu : 1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya
baik agen maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi
Universitas Sumatera Utara
yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi
mengenai imbalan yang diterimanya. Jensen dan Meckling 1976 dalam isnanta 2008, menambahkan
pernyataan bahwa pada kenyataannya simetris informasi tidak pernah terjadi, karena manajer berada didalam perusahaan sehingga manajer
mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga
informasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernah terlaksana sehingga hubungan agent dan prinsipal
selalu dilandasi oleh asimetri informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyak
dibandingkan dengan prinsipal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati.
Dengan demikian, membuka peluang agent untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya
atau sering disebut dysfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk
kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan.
C. Laporan Keuangan