HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Aktivitas Fisik Dan Frekuensi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di Smp N 5 Karanganyar.
39 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum SMP Negeri 5 Karanganyar
SMP Negeri 5 Karanganyar merupakan salah satu sekolah
menengah pertama negeri yang terletak di kota Karanganyar. Letaknya
di tengah pusat kota Karanganyar. Kegiatan kesehatan yang terdapat di
SMP N 5 Karanganyar adalah UKS yang berfungsi untuk penanganan
pertama ketika siswa-siswi mengalami gangguan kesehatan ketika di
sekolah. Ekstrakurikuler yang dapat diikuti di sekolah ini antara lain
pramuka, voli, sepak bola, TIK, dan musik.
SMP N 5 Karanganyar memiliki kantin yang menjual beragam
makanan kecil, gorengan, dan minuman. Siswa-siswi di sekolah ini,
masih jarang mendapatkan edukasi tentang pentingnya makanan sehat
sehingga dapat ditemukan kejadian overweight di sekolah ini. Selain itu, banyak pedagang yang menjual beragam jajanan di depan sekolah
ketika pulang sekolah. Faktor lainnya adalah di depan sekolah ini
terdapat taman kota yang sering mengadakan acara festival makanan,
busana dan berbagai macam barang di pagi hari sampai siang hari.
B. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Menurut Usia
Responden pada penelitian ini adalah remaja di SMP Negeri 5
(2)
ini adalah usia 13 tahun sampai 15 tahun. Karakteristik responden
menurut umur dapat dilihat pada Tabel.5.
Tabel. 5
Distribusi Responden Menurut Usia Umur
Overweight Normal TOTAL
N % N % N %
13 Tahun 6 66.7 4 33.3 10 100
14 Tahun 23 57.5 17 42.5 40 100
15 Tahun 11 36.7 19 63.3 30 100
JUMLAH 40 40 80
Tabel 5 menunjukkan bahwa data distribusi responden menurut
usia ada dalam rentang 13-15 tahun. Persentase tertinggi pada
kelompok overweight adalah usia 14 tahun yaitu 57.5%. Presentase terendah pada kelompok overweight adalah usia 13 tahun yaitu sebanyak 66.7%.
2. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Penelitian ini distribusi karakteristik responden menurut jenis
kelamin dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Karakteristik
responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel.6.
Tabel. 6
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Overweight Normal TOTAL
N % N % N %
Laki-Laki 17 44.7 21 53.3 38 100
Perempuan 23 54.8 19 45.2 42 100
JUMLAH 40 40 80
Tabel. 6 menunjukkan karakteristik responden menurut jenis
kelamin. Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar remaja perempuan lebih
tinggi untuk mengalami kejadian overweight dibandingkan dengan remaja laki-laki yaitu dengan presentase 54.8% pada remaja perempuan
(3)
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang menentukan
kebutuhan gizi seseorang. Jenis kelamin dapat mempengaruhi
komposisi tubuh, remaja perempuan lebih banyak menyimpan lemak
dan remaja laki-laki lebih banyak penambahan jaringan tubuh dan masa
otot sehingga remaja perempuan mempuyai persen lemak tubuh
kira-kira dua kali lipat dibandingkan laki-laki yang menyebabkan remaja
perempuan lebih berisiko untuk mengalami overweight (Putri, 2004).
Remaja laki-laki yang mempunyai masa otot lebih banyak memiliki
resiko overweight lebih rendah, karena otot secara metabolik lebih aktif dari pada lemak sehingga kebutuhan energi lebih tinggi pada orang
yang mempunyai massa otot lebih banyak (Almatsier, 2004).
Berdasarkan Tabel 6 distribusi menurut jenis kelamin menunjukkan hasil
yang sama dengan teori tersebut bahwa responden overweight lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
3. Karakteristik Responden Menurut IMT/U
Penelitian ini distribusi karakteristik responden menurut IMT/U
terdiri dari remaja dengan status gizi normal dan overweight . Karakteristik responden menurut IMT/U dapat dilihat pada Tabel.7
Tabel. 7
Distribusi Responden Menurut IMT/U
Status Gizi Frekuensi Presentase %
Normal 40 50
Overweight 40 50
TOTAL 80 100
Berdasarkan hasil penelitian di SMP N 5 Karanganyar diperoleh
(4)
yang tidak overweight (normal) sebanyak 40 siswa. Hasil pengambilan data penelitian tidak ditemukan kejadian non overweight selain normal.
C. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik pada penelitian ini dilakukan dengan cara
wawancara dan pengisian kuesioner aktivitas fisik yang dilakukan
selama 30 hari dengan cara responden membawa pulang kuesioner lalu
menuliskan kegiatan apa saja yang dilakukan selama 1 hari dan berapa
durasi untuk setiap kegiatannya. Hasil data aktivitas fisik dapat dilihat
pada Tabel. 8
Tabel. 8
Distribusi Aktivitas Fisik Aktivitas Fisik
Overweight Normal TOTAL
N % N % N %
Ringan 32 76.2 10 23.8 42 100
Sedang 8 21.1 30 78.9 38 100
JUMLAH 40 40 80
Tabel 8 menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan
aktivitas fisik. Berdasarkan hasil dari tabel tersebut sebagian besar
responden yang memiliki kategori aktivitas fisik ringan lebih tinggi
mengalami kejadian overweight yaitu sebesar 76.2% sedangkan responden dengan aktivitas fisik sedang yang mengalami overweight
sebanyak 21.1%.
Hasil penelitian ini berdasarkan recall aktivitas fisik pada kelompok siswa dengan aktivitas fisik ringan yang mengalami overweight menunjukkan sebagian besar siswa lebih senang untuk melakukan
(5)
teman, ngobrol dengan teman, dan makan di ruang kelas. Aktivitas fisik
yang dilakukan siswa pada saat di rumah atau pulang sekolah, antara
lain: menyapu, mencuci piring dan baju, menonton tv, main game/ handphone, mengobrol dengan keluarga, makan, tidur, sholat dan bersepeda atau olahraga dengan teman. Kegiatan-kegiatan tersebut
sama seperti siswa dengan aktivitas fisik sedang yang mengalami
overweight bahkan sama dengan yang dilakukan oleh remaja dengan status gizi normal, hanya saja yang membedakan adalah durasi dan
frekuensi untuk setiap beraktivitas.
Aktivitas fisik yang sering dilakukan remaja overweight ketika libur atau waktu luang adalah bermain game, bermain handphone dan
menonton tv yang berdurasi > 4 jam. Remaja dengan status gizi normal
sebagian besar lebih memilih untuk melakukan olahraga seperti
mengikuti pertandingan bola, latihan bola, bersepeda, ataupun joging
bersama teman. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan paling
sedikit 30 menit/hari. Manfaat yang diperoleh ketika melakukan banyak
aktivitas fisik akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang hanya
melakukan aktivitas sedikit (Indrawagita, 2009).
Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar
metabolisme untuk bergerak oleh karena itu banyaknya energi yang
dibutuhkan tergantung pada seberapa banyak otot yang bergerak,
seberapa lama otot bergerak dan seberapa berat pekerjaan yang
dilakukan (WHO, 2013). Aktivitas fisik tinggi yang dilakukan oleh tubuh
maka banyak juga energi yang dikeluarkan, sebaliknya jika aktivitas fisik
(6)
(WHO, 2011). Melakukan aktivitas fisik perlu memperhatikan 4 aspek
yaitu tipe, frekuensi, durasi dan intensitas aktivitas fisik. Olahraga yang
efektif dilakukan secara teratur minimum 30 menit/hari (Rimbawan,
2004).
Faktor terjadinya overweight selain dari kurangnya melakukan aktivitas fisik, hal itu disebabkan karena konsumsi makanan yang
melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Pola makan yang tinggi
kalori dan lemak, menyebabkan terjadinya penimbunan energi dalam
bentuk lemak di dalam tubuh, apabila tidak disertai dengan kurangnya
aktivitas fisik misal dengan berolahraga. Pola hidup yang seperti itu, jika
dibiarkan terus-menerus dan menjadi kebiasaan yang terpola, maka
akan terakumulasi dalam tubuh dan akhirnya menjadi overweight
bahkan obesitas (Novitasari, 2005).
D. Frekuensi Fast Food
Fast food merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya overweight pada remaja karena makanan ini merupakan makanan yang memiliki tinggi energi dan tinggi lemak. Frekuensi fast food pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu sering jika ≥ 3x/minggu dan jarang apabila < 3x/minggu. Distribusi frekuensi fast food
(7)
Tabel. 9
Distribusi Frekuensi Fast Food
Frekuensi Fast Food
Overweight Normal TOTAL
N % N % N %
Sering 31 60.8 20 39.2 51 100
Jarang 9 31.0 20 69.0 29 100
JUMLAH 40 40 80
Tabel.9 menunjukkan distribusi frekuensi fast food responden. Berdasarkan hasil pada Tabel.9 menunjukkan bahwa responden dengan
frekuensi fast food kategori sering lebih tinggi mengalami overweight
yaitu sebesar 60.8% dan pada responden yang memiliki kategori
frekuensi fast food jarang lebih tinggi untuk memiliki status gizi normal yaitu sebesar 69,0%.
Berdasarkan dari form frekuensi fast food, penelitian ini memperoleh hasil bahwa jenis fast food yang paling sering dikonsumsi responden berdasarkan hasil penelitian adalah mie instan, mie goreng,
mie ayam, cilok, dan gorengan dengan rata-rata frekuensi konsumsi
makanan tersebut 3-4 kali/minggu.
Pola makan remaja sering kali tidak menentu yang merupakan
resiko terjadinya masalah nutrisi. Kebiasaan pola makan remaja saat ini
seperti makan camilan, melewatkan waktu makan terutama sarapan
pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast food, dan jarang mengkonsumsi sayur ataupun buah. Hal tersebut dapat mengakibatkan
asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan gizi
seimbang akibatnya dapat menyebabkan gizi kurang atau gizi lebih
(8)
Fast food dapat menyebabkan terjadinya overweight karena fast food tersebut mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat (Zulfa, 2011). Energi berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen
dalam jaringan otot dan juga dalam bentuk lemak yang akan disimpan
dalam jaringan-jaringan adipose seperti perut, bagian bawah kulit
(Nazari, 2011).
E. Analisis Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight pada Remaja
Analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
overweight dianalisa menggunakan tabulasi silang dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian overweight dapat dilihat pada Tabel 10
Tabel. 10
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight Aktivitas
fisik
Overweight Normal TOTAL p* OR (CI)
N % N % N %
Ringan 32 76.2 10 23.8 42 100 0.001 0.073
Sedang 8 21.1 30 78.9 38 100
(0.029-0.239)
JUMLAH 40 40 80
*uji Chi – Square
Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square diperoleh hasil nilai (p=0.001), yang berarti adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0.073 (0.029-0.239) yang menunjukkan bahwa responden dengan aktivitas fisik ringan memiliki potensi menjadi
(9)
overweight 0.073 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas fisik sedang.
Aktivitas fisik memiliki peranan terhadap kejadian overweight
seiring dengan berkembangnya teknologi pada saat ini yang menjadikan
gaya hidup santai karena semua serba mudah sehingga tubuh sedikit
bergerak untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Rimbawan, 2004).
Ketika orang beraktivitas, otot memerlukan energi di luar metabolisme
untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk menghantarkan oksigen dan zat-zat gizi
keseluruh tubuh serta digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari
tubuh. Berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa
berat dari pekerjaan yang dilakukan akan mempengaruhi jumlah energi
yang dibutuhkan (Almatsier, 2009)
Seseorang yang memiliki aktivitas fisik rendah, berkaitan dengan
penambahan berat badan, karena hal tersebut merupakan indikasi
penurunan pembakaran lemak di dalam tubuh, maka kelebihan asupan
lemak maupun pembakaran lemak yang rendah adalah dua faktor yang
mendorong bertambahnya berat tubuh (Rimbawan, 2004). Simpanan
lemak endogen di jaringan adipose dan di jaringan otot dalam bentuk
trigliserida (Mora , 2000).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kairupan (2012)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian overweight pada remaja di SMP Eben Haezar 2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chrissia, (2012) di SMP Frater Don Bosco
(10)
Manado, seluruh respondennya memiliki aktivitas fisik yang tergolong
ringan dan sebagian besar responden memiliki status gizi overweight
yaitu sebesar (39%), oleh karena itu ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan status gizi (IMT/U) pelajar di SMP Frater Don Bosco Manado.
Hasil penelitian Hanifah et al, (2011) yang dilakukan di SMP Full Day Surabaya yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat
aktivitas fisik dengan kejadian overweight.
Hasil penelitian yang menguatkan bahwa aktivitas fisik merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya overweight adalah penelitian Meirlyn,(2012) di SMP N 1 Manado menyatakan sebagian besar siswa
SMP N 1 Manado yang overweight memiliki aktivitas fisik ringan (total MET 577,56 MET/minggu) dan siswa tidak overweight sebagian besar memiliki aktivitas fisik sedang (total MET 785,62 MET/minggu) dan hasil
penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat aktivitas
fisik dengan kejadian overweight pada remaja. Hasil penelitian Arifatul, (2006) yang dilakukan di SMP Theresiana I Yayasan Bernadus
Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan kejadian obesitas pada remaja. Hasil penelitian Adityawarman, (2007) yang dilakukan di SMP Domenico Savio Semarang menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara kejadian overweight dengan aktivitas fisik remaja.
(11)
F. Analisis Hubungan Antara Frekuensi Fast Food dengan Kejadian
Overweight pada Remaja
Analisis hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian
overweight dengan menggunakan tabulasi silang dengan uji statistik
Chi-Square. Hasil analisis hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian overweight dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel. 11
Hubungan Antara Frekuensi Fast Food dengan Kejadian Overweight
Frekuensi
Fast Food
Overweight Normal TOTAL p* OR (CI)
N % N % N %
Sering 31 60.8 20 39.2 51 100 0.010 3.444
Jarang 9 31.0 20 69.0 29 100
(1.310-9.058)
JUMLAH 40 40 80
*uji Chi – Square
Berdasarkan uji statistik Chi-square pada Tabel 11 menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian
overweight pada remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar (p-value=0,010). Berdasarkan Tabel 11 nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3.444 (1.310-9.058), hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi fast food dalam kategori sering memiliki peluang 3.444 kali lebih tinggi menjadi overweight dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi fast food dalam kategori jarang. Tabel 11 nilai OR > 1 (CI 95% = 1.310-9.058), hal ini menunjukkan bahwa frekuensi fast food
merupakan faktor resiko terjadinya overweight.
Sebagian besar fast food merupakan makanan yang mengandung tinggi energi dan tinggi lemak namun sedikit akan kandungan vitamin
ataupun mineral. Konsumsi karbohidrat yang melebihi kebutuhan
(12)
dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen akan disimpan di hati dan
otot. Lemak akan disimpan disekitar perut, ginjal dan bawah kulit.
Kelebihan asupan karbohidrat dapat menyebabkan overweight
(Kharismawati, 2010).
Kandungan lemak yang tinggi pada fast food apabila dikonsumsi secara berlebih, didalam tubuh kelebihan lemak tersebut dikirim
kejaringan adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan sebagai energi.
Kelebihan asupan lemak dari makanan dapat dengan mudah
menambah berat badan. Kandungan fast food yang seperti itulah yang menjadikannya sebagai salah satu faktor terjadinya overweight pada remaja, karena kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi kemudian
dikonsumsi secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan aktivitas
yang cukup (Emirfan, 2011).
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Risnaningsih, (2008) terhadap siswa putri di SMP Negeri
1 Comal Pemalang sebanyak 75 siswa menyatakan bahwa semakin
tinggi kebiasaan konsumsi fast food maka risiko mengalami overweight
semakin tinggi pula dan penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan
antara konsumsi fast food dengan kejadian overweight pada remaja. Penelitian yang dilakukan Buntu, (2008) di SMP Frater Makasar
menyatakan bahwa frekuensi fast food yang tinggi akan memberi kontribusi terhadap peningkatan resiko kejadian overweight pada remaja sehingga hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara
(13)
Hasil Penelitian Badjeber, dkk (2009) di Manado memperoleh hasil
bahwa anak yang mengkonsumsi fast food lebih dari 3 kali per minggu memiliki risiko 3,28 kali lebih besar untuk overweight dibandingkan dengan anak yang jarang atau 1-2 kali per minggu mengkonsumsi fast food. Penelitian Suryaputra (2012), yang dilakukan di Surabaya memperoleh hasil bahwa siswa overweight lebih sering mengkonsumsi
fast food dibandingkan dengan siswa yang normal. Penelitian yang dilakukan Lilis (2011), di Cirebon menyatakan bahwa siswa yang
overweight memiliki asupan fast food yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang normal.
G. Internalisasi Nilai-nilai Islam
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan semua
aspek kehidupan manusia termasuk dalam hal makanan dan minuman.
Islam memandang bahwa makanan dan minuman sebagai faktor yang
sangat penting dalam kehidupan, karena memiliki pengaruh besar
terhadap kesehatan jasmani maupun rohani. Makanan dan minuman
harus bersifat halal dan thayyib, yang dimaksud dengan halal ialah tidak
ada larangan syar’i untuk menikmatinya, baik karena sifat benda yang
dimakan atau cara mendapatkannya dan memenuhi standar halal
makanan yang disebut dalam Al-Qur’an maupun Hadist, sementara yang dimaksud dengan tayyib ialah kualitas kandungan gizi serta tidak
berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Secara
(14)
dan minuman yang halal dan thayyib, seperti dalam beberapa Ayat
dibawah ini :
1. QS. Al Baqarah : 168
ّ دع ْ كل هّنإ ن طْيّشلا ا طخ ا عبّتت ا بّيط ااح ضْرأا يف ّمم ا ك س ّنلا ّيأ Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah : 168)
2. QS. Al Baqarah: 173
حمكْي ع تْيمْل مّدلا ْحل ماريزْنخْل م ّ هأ برْيغل ّ نمفّرطْضارْيغ بغا د ع مْثإ ْي عّنإ ّ لار غميحر مّنإمّر
Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. Al Baqarah: 173)
Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 173 Allah telah menjelaskan
makanan yang diharamkan. Mengkonsumsi fast food menjadi haram apabila didalam makanan tersebut mengandung bahan-bahan yang
diharamkan untuk dikonsumsi seperti yang telah disebutkan dalam
Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 173 yaitu bangkai, darah, daging babi dan
produk olahannya, dan binatang yang ketika disembelih disebut (nama)
(15)
3. QS. Al-A’raf : 31
بّيّطلا هد بع جر ْخأىتّلا ل نيز ّرح ْنم ْلق نيفرْسمْلا ّ حيا هّنإا فرْستا ا برْشا دجْسم ك ا ّلك دنع ْكتنيزينب مداء ا ن م ْعي ْ ل يأْا لّص ن لذك م ي ْلا ْ ي صل خ
يْنّدلا ة يحْلايفا نماء نيذّ ل يه ْزّرلا ْلق نم
Artinya: ” Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
memasuki masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”. (QS.Al-A’raf:31)
Al-Quran Surah Al-A’raf ayat 31 Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk memanfaatkan rizki yang telah Allah anugerahkan,
salah satunya dengan makan dan minum, dan semua yang telah Allah
halalkan untuk manusia tanpa berlebih-lebihan karena Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan. Fast food yang dijamin kehalalannya atau yang telah mendapat sertifikat atau label halal
diperbolehkan untuk dikonsumsi tetapi tanpa berlebih-lebihan yang pada
akhirnya dapat menimbulkan suatu karena Allah tidak menyukai suatu
yang berlebih-lebihan seperti yang telah dijelaskan dalam Al.Quran
Surah Al-A’raf ayat 31.
H. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya meneliti tentang aktivitas fisik dan frekuensi
fast food dengan keterbatasan tanpa menyertakan kandungan gizi untuk setiap macam fast food yang ada didalam FFQ.
(1)
Manado, seluruh respondennya memiliki aktivitas fisik yang tergolong ringan dan sebagian besar responden memiliki status gizi overweight yaitu sebesar (39%), oleh karena itu ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi (IMT/U) pelajar di SMP Frater Don Bosco Manado. Hasil penelitian Hanifah et al, (2011) yang dilakukan di SMP Full Day Surabaya yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian overweight.
Hasil penelitian yang menguatkan bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya overweight adalah penelitian Meirlyn,(2012) di SMP N 1 Manado menyatakan sebagian besar siswa SMP N 1 Manado yang overweight memiliki aktivitas fisik ringan (total MET 577,56 MET/minggu) dan siswa tidak overweight sebagian besar memiliki aktivitas fisik sedang (total MET 785,62 MET/minggu) dan hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada remaja. Hasil penelitian Arifatul, (2006) yang dilakukan di SMP Theresiana I Yayasan Bernadus Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja. Hasil penelitian Adityawarman, (2007) yang dilakukan di SMP Domenico Savio Semarang menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara kejadian overweight dengan aktivitas fisik remaja.
(2)
F. Analisis Hubungan Antara Frekuensi Fast Food dengan Kejadian Overweight pada Remaja
Analisis hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian overweight dengan menggunakan tabulasi silang dengan uji statistik Chi-Square. Hasil analisis hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian overweight dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel. 11
Hubungan Antara Frekuensi Fast Food dengan Kejadian Overweight
Frekuensi
Fast Food
Overweight Normal TOTAL p* OR (CI)
N % N % N %
Sering 31 60.8 20 39.2 51 100 0.010 3.444
Jarang 9 31.0 20 69.0 29 100 (1.310-9.058)
JUMLAH 40 40 80
*uji Chi – Square
Berdasarkan uji statistik Chi-square pada Tabel 11 menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian overweight pada remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar (p-value=0,010). Berdasarkan Tabel 11 nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3.444 (1.310-9.058), hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi fast food dalam kategori sering memiliki peluang 3.444 kali lebih tinggi menjadi overweight dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi fast food dalam kategori jarang. Tabel 11 nilai OR > 1 (CI 95% = 1.310-9.058), hal ini menunjukkan bahwa frekuensi fast food merupakan faktor resiko terjadinya overweight.
Sebagian besar fast food merupakan makanan yang mengandung tinggi energi dan tinggi lemak namun sedikit akan kandungan vitamin ataupun mineral. Konsumsi karbohidrat yang melebihi kebutuhan berdampak buruk untuk tubuh. Kelebihan karbohidrat akan disimpan
(3)
dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen akan disimpan di hati dan otot. Lemak akan disimpan disekitar perut, ginjal dan bawah kulit. Kelebihan asupan karbohidrat dapat menyebabkan overweight (Kharismawati, 2010).
Kandungan lemak yang tinggi pada fast food apabila dikonsumsi secara berlebih, didalam tubuh kelebihan lemak tersebut dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan sebagai energi. Kelebihan asupan lemak dari makanan dapat dengan mudah menambah berat badan. Kandungan fast food yang seperti itulah yang menjadikannya sebagai salah satu faktor terjadinya overweight pada remaja, karena kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi kemudian dikonsumsi secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan aktivitas yang cukup (Emirfan, 2011).
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Risnaningsih, (2008) terhadap siswa putri di SMP Negeri 1 Comal Pemalang sebanyak 75 siswa menyatakan bahwa semakin tinggi kebiasaan konsumsi fast food maka risiko mengalami overweight semakin tinggi pula dan penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian overweight pada remaja. Penelitian yang dilakukan Buntu, (2008) di SMP Frater Makasar menyatakan bahwa frekuensi fast food yang tinggi akan memberi kontribusi terhadap peningkatan resiko kejadian overweight pada remaja sehingga hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian overweight.
(4)
Hasil Penelitian Badjeber, dkk (2009) di Manado memperoleh hasil bahwa anak yang mengkonsumsi fast food lebih dari 3 kali per minggu memiliki risiko 3,28 kali lebih besar untuk overweight dibandingkan dengan anak yang jarang atau 1-2 kali per minggu mengkonsumsi fast food. Penelitian Suryaputra (2012), yang dilakukan di Surabaya memperoleh hasil bahwa siswa overweight lebih sering mengkonsumsi fast food dibandingkan dengan siswa yang normal. Penelitian yang dilakukan Lilis (2011), di Cirebon menyatakan bahwa siswa yang overweight memiliki asupan fast food yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang normal.
G. Internalisasi Nilai-nilai Islam
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan semua aspek kehidupan manusia termasuk dalam hal makanan dan minuman. Islam memandang bahwa makanan dan minuman sebagai faktor yang sangat penting dalam kehidupan, karena memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan jasmani maupun rohani. Makanan dan minuman harus bersifat halal dan thayyib, yang dimaksud dengan halal ialah tidak ada larangan syar’i untuk menikmatinya, baik karena sifat benda yang dimakan atau cara mendapatkannya dan memenuhi standar halal makanan yang disebut dalam Al-Qur’an maupun Hadist, sementara yang dimaksud dengan tayyib ialah kualitas kandungan gizi serta tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Secara tegas dan jelas Allah sudah mengatur dalam Al-Quran tentang makanan
(5)
dan minuman yang halal dan thayyib, seperti dalam beberapa Ayat dibawah ini :
1. QS. Al Baqarah : 168
ّ دع ْ كل هّنإ ن طْيّشلا ا طخ ا عبّتت ا بّيط ااح ضْرأا يف ّمم ا ك س ّنلا ّيأ
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah : 168)
2. QS. Al Baqarah: 173
حمكْي ع تْيمْل مّدلا ْحل ماريزْنخْل م ّ هأ برْيغل ّ نمفّرطْضارْيغ بغا د ع مْثإ ْي عّنإ ّ لار غميحر مّنإمّر
Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. Al Baqarah: 173)
Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 173 Allah telah menjelaskan makanan yang diharamkan. Mengkonsumsi fast food menjadi haram apabila didalam makanan tersebut mengandung bahan-bahan yang diharamkan untuk dikonsumsi seperti yang telah disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 173 yaitu bangkai, darah, daging babi dan produk olahannya, dan binatang yang ketika disembelih disebut (nama) selain Allah.
(6)
3. QS. Al-A’raf : 31
بّيّطلا هد بع جر ْخأىتّلا ل نيز ّرح ْنم ْلق نيفرْسمْلا ّ حيا هّنإا فرْستا ا برْشا
دجْسم ك ا ّلك دنع ْكتنيزينب مداء ا ن م ْعي ْ ل يأْا لّص ن لذك م ي ْلا ْ ي صل خ
يْنّدلا ة يحْلايفا نماء نيذّ ل يه ْزّرلا ْلق نم Artinya: ” Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS.Al-A’raf:31)
Al-Quran Surah Al-A’raf ayat 31 Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk memanfaatkan rizki yang telah Allah anugerahkan, salah satunya dengan makan dan minum, dan semua yang telah Allah halalkan untuk manusia tanpa berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Fast food yang dijamin kehalalannya atau yang telah mendapat sertifikat atau label halal diperbolehkan untuk dikonsumsi tetapi tanpa berlebih-lebihan yang pada akhirnya dapat menimbulkan suatu karena Allah tidak menyukai suatu yang berlebih-lebihan seperti yang telah dijelaskan dalam Al.Quran Surah Al-A’raf ayat 31.
H. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya meneliti tentang aktivitas fisik dan frekuensi fast food dengan keterbatasan tanpa menyertakan kandungan gizi untuk setiap macam fast food yang ada didalam FFQ.