Sistematika Pembahasan Metode penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 22 Pada bab ketiga berisi tentang laporan hasil penelitian yang mencakup: gambaran umum obyektiv penelitian Pada bab empat berisi tentang paparan data dan laporan hasil penelitian yang mencakup: Diskripsi analisa data sebagai hasil akhir penelitian yang berguna dalam menentukan kesimpulan. Dan pada babterakhir yaitu bab lima terdiri dari dua pokok bahasan yaitu kesimpulan penelitian dan saran yang melengkapi pada kesimpulan tersebut. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 23

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum tentang Ta‘zir

1. Pengertian Ta‘zir

Definisi ta„zir menurut bahasa, lafadz ta„zir berasal dari kata azz āra yang berarti man’u wa radda mencegah dan menolak. Ta„zir bisa berarti addaba mendidik atau azzamu wa waqra yang artinya mengagungkan dan menghormat. 32 Dari berbagai pengertian, makna ta„zir yang paling relevan adalah man’u wa radda mencegah dan menolak dan ta’dib mendidik. Pengertian sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah 33 dan Wahbah Zuhaili, ta„zir diartikan mencegah dan menolak. Karena ia dapat mencegah pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya. Ta„zir diartikan sebagai mendidik karena ta„zir dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki perilaku agar menyadari perbuatan jarimahnya kemudian meninggalkan dan menghentikannya. Ada istilah sebagaimana yang telah diungkapkan al-Mawardi bahwa ta„zir adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa maksiat yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara. 34 32 Ibrahim Unais, al- Mu’jam al-Wasīth Mesir : Dar at-Turas al-Arabi, t.t, 598. 33 Abdul Qadir Awdah, at- Tasyri’ al-Jinã’ī al-Islamī Kairo: Maktabah Arabah, 1963, 81. 34 Al-Mawardi, al- Ahkām al-Sultaniyah Beirut: Dar al-Fikr, 1996, 236. 23 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 24 Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili memberikan definisi yang mirip dengan definisi al-Mawardi yakni ta„zirmenurut syara‘ adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat atau jinayah yang tidak dikenakan had atau tidak pula kifarat. Dari berbagai definisi diatas dapat diambil pengertian bahwa ta„zir adalah suatu jarimah yang hukumannya di serahkan kepada hakim atau penguasa hakim dalam hal ini diberi kewenangan untuk menjatuhkan hukuman bagi pelaku jarimah ta„zir. Di kalangan fuqaha, jarimah- jarimah yang hukumannya belum di tetapkan oleh syara‘ dinamakan dengan ta„zir, jadi istilah ta„zir bisa digunakan untuk hukuman yang diarahkan utuk mendidik dan bisa juga untuk sanksi tindak pidana.

2. Dasar Penerapan Ta‘zir

Hukuman telah lama berada dalam sejarah manusia.Ketika Nabi Adam As diturunkan ke bumi, kita bisa menerjemahkan bahwa hal itu merupakan akibat dari perbuatannya.Dengan adanya pergantian masa, peralihan generasi, perubahan masyarakat dan beragamnya kegiatan dan kebutuhan manusia, maka bentuk ganjaran dan hukuman berbeda pula. Hukuman diberikan selain sebagai pembuat jera bagi yang dihukum, juga sebagai upaya pencegahan. Hal itu pernah dijelaskan Emile Durkheim, bahwa hukuman merupakan suatu cara untuk mencegah berbagai pelanggaran terhadap aturan. Misalnya, guru menghukum muridnya agar murid tersebut tidak mengulangi kesalahannya, juga untuk