BAB II LANDASAN TEORI
A. Pola Asuh
Orang tua merupakan tokoh sentral dalam proses pendewasaan anak, karena seorang anak lahir dalam lingkungan keluarga dan orang tua
merupakan pemimpin dalam keluarga. Tugas utama orang tua adalah mendidik, memberi kasih sayang serta memberi perlindungan bagi anak.
Keluarga sebagai lingkungan yang sangat berpengaruh bagi anak akan memberi dampak yang besar bagi anak. Keluarga itu memberi pengaruh
baik atau buruk bagi anak akan berpengaruh juga terhadap tumbuh kembang dan kepribadian anak. Orang tua berperan peting dalam proses
penerapan nilai-nilai, norma dan kasih sayang yang berkaitan dengan kepribadian anak melalui suatu interaksi dalam keluarga.
Menurut Singgih D. Gunarsa 2000: 55 pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan
kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh
yang diterapkan. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik anak, hal ini berhubungan erat dari latar belakang keluarga,
pendidikan serta lingkungan keluarga yang berbeda-beda yang didapat orang tua. Berdasarkan pengalaman serta pendidikan yang didapat oleh
orang tua, membuat orang tua memiliki cara mengasuh anak yang berbeda- beda.
1. Pengertian Pola Asuh
Singgih dalam Kristina 2012 menyatakan pola asuh orang tua merupakan perilaku orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua
menunjukan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginannya. Kekuasaan yang dimaksud adalah otoritas orang tua
sebagai tokoh sentral dalam keluarga yang mengatur dan membina dalam mendidik anak untuk menjadi mandiri.
Menurut Habibi 2006 pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara
orang tua memberi aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan
perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh orang tua yang
diterapkan pada anak yang mencerminkan hubungan keluarga yang sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak
Shochib, 2001. Sejalan dengan pendapat para ahli di atas bahwa pola asuh
berhubungan dengan interaksi anak dengan orang tua, Gunarsa 2002 menggungkapkan pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak
dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuh kebutuhan fisik makan, pakaian, dan lain sebagainya dan kebutuhan psikologis afeksi
atau perasaan tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapa hidup selaras dengan lingkungan.
Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan
anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anak dengan mengubah tingkah laku, memberi pengetahuan serta nilai-nilai yang
dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh
dan berkembang secara sehat dan optimal. 2.
Macam - Macam Pola Asuh
Pola atau cara pemahaman nilai dan aturan dalam masyarakat dituangkan oleh orang tua dengan berbagai cara yang berbeda-beda.
Kebiasaan dan tingkah laku orang tua dalam mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan anak nantinya. Macam-macam pola asuh
yang diterapkan orang tua terhadap anak yang dampaknya nantinya dapat juga dilihat dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak
dalam masyarakat. Menurut Hurlock dalam Kristina, 2012 jenis -jenis pola asuh orang
tua meliputi: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif.
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh secara umum dapat diartikan kepatuhan yang mutlak, hal ini berarti seseorang akan dapat dan tunduk terhadap
kehendaknya dan keinginanya orang tua. Powell dan Hospon berpendapat orang tua yang otoriter selalu mengontrol dan
biasanya percaya pada pepatah yang tidak menghukum berarti memanjakan anak dalam Kristina, 2012.
Pola asuh otoriter menurut Baumrind dalam Kharisma, 2011 adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang
mendesak individu untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Pola asuh yang menetapkan
standar mutlak yang harus dituruti. Kadang disertai dengan ancaman. Orang tua seperti itu akan membuat anak tidak percaya
diri, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan sering
menarik diri dari lingkungan sosial. Kekurangan dari pola asuh ini menurut Adek, bawa pola asuh
otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri. Pola asuh ini akan menghasilkan anak dengan tingkah laku pasif dan
cenderung menarik diri. Sikap orangtua yang keras akan menghambat inisiatif anak. Sementara itu Dewi menjelaskan bahwa,
di sisi lain anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki kompetensi dan tanggungjawab seperti orang dewasa
dalam Joko dkk, 2009. b.
Pola Asuh Demokratis Prasetya 2003 pola asuh demokratis merupakan pola asuh
dimana orang tua lebih memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan dirinya, tetapi mereka tidak ragu-ragu mengendalikan
anaknya. Sedangkan menurut Hurlock 2006 menyatakan metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk
membentuk anak mengerti perilaku tertentu yang diharapkan. Mereka berani menegur anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan
keterampilan-kererampilan yang mendasar kehidupan anaknya dimasa mendatang.
Suherman dalam Kristina, 2012 menyatakan bahwa orang tua yang mempunyai karakteristik sikap demokratis memerlukan
pendapat anak dan memperlihatkan serta mempertimbangkan keingina-keinginan anak.
Menurut Hurlock 2006 bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan
anak untuk berpendapat mengapa anak melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku
salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang
benar. Pola asuh demokrati ditandai dengan ciri-ciri; 1 aturan dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga anak dan orang tua,
2 orang tua memperhatikan keinginan dan pendapat anaknya, 3 anak diajak mendiskusikan untuk mengambil keputusan, 4 ada
bimbingan dan kontrol dari orang tua, 5 anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, 6 anak diberi
kepercayaan dan tanggungjawab. Kelebihan dari pola asuh menurut Dewi dalam Joko dkk, 2009,
anak yang diasuh secara demokratis cenderung aktif, berinisiatif, tidak takut gagal karena anak diberi kesempatan untuk berdiskusi
dalam pengambilan keputusan di keluarga. Orang tua memberikan pengawasan terhadap anak dan kontrol yang kuat serta dorongan
yang positif. Namun kekurangan dari pola asuh ini adalah tidak menutup kemungkinan akan berkembang pada sifat membangkang
dan tidak mampu menyesuaikan diri. c.
Pola Asuh Permisif Bee Boyd menyatakan pola asuh permisif yaitu pola asuh yang
di dalamnya ada kehangatan dan toleran terhadap anak, orang tua tidak memberikan batasan, tidak menuntut, tidak terlalu
mengontrol dan cenderung kurang komunikasi. Sedangkan Hurlock menyatakan pola asuh permisif tidak memiliki konsekuensi,
peraturan dan hukuman bagi anak atas perbuatannya serta pola komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja yaitu dari anak karena
orang tua hanya mengikuti saja dalam Rahmawan, 2012. Coloroso 2006 menyatakan pola asuh permisif adalah sebuah keluarga yang
tidak memiliki aturan yang kuat dan tidak konsisten, seperti ada ketegasan, namun beberapa waktu memperlihatkan perasaan dan
emosi yang sehat padahal tidak konsisten diterapkan. Menurut Lutvita dalam Joko dkk, 2009, anak yang diasuh
secara permisif mempunyai kecenderungan kurang berorientasi pada prestasi, egois, suka memaksakan keinginannya, kemandirian
yang rendah, serta kurang bertanggungjawab. Anak juga akan berperilaku agresif dan antisosial, karena sejak awal tidak diajarkan
untuk mematuhi peraturan sosial, tidak pernah diberi hukuman ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orangtua.
Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas dapat kita lihat bahwa pola asuh permisif sangat minim kontrolnya, dan
anak sangat dibebaskan bahkan anak terkesan dimanjakan oleh orang tua. Orang tua tidak banyak memberi bimbingan kepada
anak, sehingga arahan untuk menjadikan anak yang mandiri terkesan tidak ada.
Sementara itu macam-macam pola asuh menurut Shochib 2001 menyatakan bahwa, pola asuh yang paling efektif diterapkan pada anak
adalah pola asuh demokratis. Orang tua memberikan kontrol terhadap anaknya dalam batas-batas tertentu, aturan untuk hal-hal yang esensial
saja, dengan tetap menunjukkan dukungan, cinta dan kehangatan kepada anaknya.
3.
Aspek – Aspek dalam Pola Asuh
Menurut Hurlock 1999 mengunakan empat aspek pola asuh orang tua, yaitu kontrol orang tua, hukuman dan hadiah, komunikasi dan
disiplin. a.
kontrol orang tua, yaitu usaha yang dilakukan orang tua untuk membatasi pola asuh anak yang didasarkan pada sasaran yang
bertujuan memodifikasi perilaku anak b.
hukuman dan hadiah, yaitu usaha orang tua dalam memberikan hukuman dan hadiah yang didasarkan pada perilaku anak
c. komunikasi, yaitu usaha pencapaian informasi antara orang tua dan
anak yang didalamnya bersifat mendidik, menghibur dan pemecahan masalah
d. disiplin, yaitu usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk
mendisiplinkan anak dan mengajarkan nilai agar anak bisa menghargai dan menaati peraturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Baumrind dalam Nia, 2006 aspek-aspek pola asuh orang tua adalah strictness, supervision, acceptance, dan
involment. a.
Strictness, yaitu tingkat keketatan orang tua dalam membuat banyak peraturan untuk mengatur perilaku anak.
b. Supervision, yaitu tingkat pengawasan orang tua terhadap perilaku
dan aktivitas anak. c.
Acceptance, yaitu tingkat penerimaan orang tua terhadap perilaku anak.
d. Involment yaitu tingkat keterlibatan orang tua dalam kehidupan
anak. Aspek-aspek pola asuh orang tua yang diungkapkan menurut para
ahli dapat menjadi tolak ukur atau indikator dalam menganalisis jenis pola asuh itu sendiri. Penelitian yang dilakukan kali ini menggunakan
aspek pola asuh menurut Hurlock 1999 yaitu kontrol hukuman dan hadiah, komunikasi dan disiplin. Aspek aspek ini kemudian dikorelasikan
dengan ciri-ciri pola asuh demokratis menurut Hurlock yaitu : a.
Ada bimbingangan dan kontrol dari orang tua serta kepercayaan yang bertanggung jawab.
b. Terjalinnya komunikasi yang baik, keputusan dilakukan bersama dan
memperhatikan pendapat dari anak. c.
Aturan dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga anak dan orang tua.
B. Prestasi Belajar