KONSENTRASI EFEKTIF (EC50-1Jam) EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica Benth.) SEBAGAI BAHAN ANESTESI BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn.) PADA TRANSPORTASI SISTEM TERTUTUP

(1)

EFFECTIVE CONCENTRATION (EC50-1H) OF EXTRACT ROOT OF TUBA (Derris elliptica Benth.) AS ANESTHETIC AGENT

FOR CARP FISH (Cyprinus carpio Linn.) CLOSED TRANSPORTATION SYSTEM

By

Afandi S. Amirulloh

ABSTRACT

Tuba (Derris elliptica) root was used traditionally as a poison to catch fresh water fishes. The objective of this research was to analyze an effective consentration (EC50-1 Hour) value of tuba root extracts by using ethanol solvent and hexane in

turn , and also to reveal the influence both of effective consentration value and transportation period toward viability and growth of carp fish. Research method which was used to determine the effective concentration is probit analysis, whereas to determine the effect of differences of periods of transportation (2 , 4 and 6 hours) and the value of the effective concentration of each solvent on the survival and the growth of the research design used factorial analisis. The results of probit analysis for ethanol and hexane solvent were 6.166 and 3.72 ppm. Transportation test showed that the highest survival rate at treatment of transportation was in period 2 hour by the value reaching an average of 100%, meanwhile the highest growth occurred in hexane treatment on the period of transportation of 6 hours. This results also found that the differences period of transportation affected significantly to survival of carp fish but had no significant effect on the growth of carp fish. The other results showed that the variance of the solvent did not affect significantly to the survival and the growth of carp fish.


(2)

KONSENTRASI EFEKTIF (EC50-1JAM) EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica Benth.) SEBAGAI BAHAN ANESTESI BENIH IKAN MAS

(Cyprinus carpio Linn.) PADA TRANSPORTASI SISTEM TERTUTUP

Oleh

Afandi S. Amirulloh

ABSTRAK

Akar tuba (Derris elliptica) digunakan sebagai racun untuk menangkap ikan air tawar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai konsentrasi efektif (EC50

-1 Jam) dari ekstrak akar tuba dengan pelarut etanol atau pun heksan, serta mengetahui pengaruh nilai konsentrasi efektif dan lama waktu transportasi terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan mas. Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan nilai konsentrasi efektif adalah analisis probit, sedangkan untuk mengetahui pengaruh perbedaan waktu dan nilai konsentrasi efektif, setiap pelarut terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan, rancangan penelitian yang digunakan adalah, rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan selang kepercayaan 95%. Hasil analisis probit untuk pelarut etanol atau pun heksan berturut-turut yaitu 6,166 dan 3,72 ppm. Uji transportasi menunjukan nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan 2 jam transportasi pada setiap pelarut termasuk kontrol dengan nilai rata-rata mencapai 100%, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada perlakuan pelarut heksan pada waktu transportasi 6 jam. Hasil peneitian menunjukan bahwa perbedaan waktu berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas namun tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih ikan mas. Hasil lainnya menunjukan bahwa perbedaan pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan mas.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Dalem, Lampung Timur pada tanggal 14 November 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Wiji Nursalam dan Ibu Sariyem.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis diawali pada pendidikan usia dini pada Taman Kanak-kanan Aisyah Bustanul’alfa Desa Teluk Dalem diselesaikan pada tahun 1995. Sekolah dasar ditempuh di SDN 3 Teluk Dalem pada tahun 1995-2001. Penulis melanjutkan pendidikan di Madarasah Tsanawiyah Darul Huda Sumbersari Mataram Baru pada tahun 2001-2004. Sekolah menengah atas di SMAN 1 Way Jepara pada tahun 2004-2007.

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, diterima melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) sejak tahun 2007. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi internal kampus diantaranya menjadi Kepala Bidang Kerohanian Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan (Hidrila), Kepala Bidang Kaderisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Forum Studi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian, dan Kepala Biro Rumah Tangga dan Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKMU) Bina Rohani Islam Mahasiswa


(7)

(BIROHMAH) Universitas Lampung. Organisasi eksternal kampus yang diikuti penulis yaitu Ikatan Mahasiswa Lampung Timur (IKAM LAMTIM) sebagai kepala bidang pengembangan sumber daya manusia (PSDM). Penulis juga aktif dan terlibat langsung pada kegiatan pengabdian masyarakat yang dibina oleh Universitas Lampung dan dibiayai Dirjen Pendidikan Tinggi melalui Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) pada tahun 2008-2009.

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan praktek umum di Balai Besar Budidaya

Air Tawar Sukabumi, dengan judul “Pembenihan Benih Ikan Nila Gesit

(Oreocrhomis niloticus sp.) di Balai Besar Budidaya Air Tawar Sukabumi”. Penulis juga aktif mengikuti seminar dan pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh Lembaga Kemahasiswaan Universitas Lampung diantaranya Pelatihan Kepemimpinan dan Manajeman Islam Tingkat Menengah (LKMI-TM) yang diselenggarakan oleh UKMU Bina Rohani Islam Mahasiswa (BIROHMAH) Universitas Lampung.


(8)

MOTO

SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH ORANG YANG

PALING BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN

(AL-HAIDST)

KAYU MATI DAN LAPUK MASIH MENGHASILKAN

MANFAAT BAHKAN KEHIDUPAN. INSPIRASI

BAGI KITA UNTUK SELALU MEMBERIKAN

KONTRIBUSI BAGI SESAMA, NEGARA DAN

AGAMA

(MOTIVASI-ISLAM)

SESORANG YANG BERDIRI TANPA MEMBERIKAN

SEDIKIT PUN MANFAAT BAGI DUNIA

TEMPATNYA BERPIJAK MAKA SESUNGGUHNYA

DIA TELAH MENJADI BEBAN BAGI DUNIA ITU

SENDIRI


(9)

ْنِم اوُغَ تْبَتِل ِرْحَبْلا ِِ َكْلُفْلا ُمُكَل يِجْزُ ي يِذلا ُمُكبَر

اًميِحَر ْمُكِب َناَك ُهنِإ ِهِلْضَف

Rabb-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan

untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya.

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.

(QS. Al Israa': 66)

Kupersembahkan karya ini kepada Abah dan Mamak,

adik-adik tersayang, seseorang yang telah menjadi pendamping


(10)

SANWACANA

Mahauci Allah, Allah mahabesar, dan segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan bersama rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Alhamdulillah penulisan skripsi dengan judul “Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam) Ekstrak Akar Tuba (Derris eliptica Benth.) sebagai Bahan Anestesi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.) pada Transportasi Sistem Tertutup” yang merupakan tugas akhir mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung telah berhasil terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan. 3. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan ilmu, bimbingan, arahan serta motivasi.

4. Bapak Mahrus Ai, S.Pi., M.P., selaku Pembimbing Pendamping, yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan serta motivasi.

5. Bapak Moh. Muhaemin, S.Pi., M.Si., selaku Penguji terima kasih atas saran, kritik serta masukan dalam proses penyusunan skripsi.


(11)

6. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas saran dan bimbingan yang telah diberikan dalam bidang akademik.

7. Bapak dan Ibu segenap Dosen dan staf Program Studi Budidaya perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung .

8. Kedua orang tua tercinta, Abah yang selalu memberi nasehat dan Mamak yang selalu memberi ilmu terima kasih untuk setiap doa dan pengorbanan dalam mengiringi langkah hidupku.

9. Adik-adikku tersayang Irkhamni Habibburohman dan Abdul Latif Ulinuha terimaksih atas doa, semangat, dan keceriaan yang selalu kalian berikan. 10.Seseorang yang telah menjadi pendamping hidupku, Istriku tercinta Era

Hidayah, S.Pd., Jazzakillah atas motivasinya, semoga keluarga kita Barokah

dan “I love you”.

11.Segenap keluarga besar UKMF FOSI, UKMU BIROHMAH, dan IKAM LAMTIM, terimaksih telah bersamaku selama belajar dan mengabdi.

12.Abang-abang dan seluruh rekan-rekan di LOGIS, terimakasih atas kebersamaannya dalam membangun masa depan yang lebih baik, Insya Allah. 13.Rekan-rekan (Hidrila) angkatan 2004-2013 dan teman-teman angkatan 2007

Budidaya Perairan, terimakasih atas motivasi, semangat dan kebersamaannya. 14.Keluarga Besar DUPATU SMANSAWARA 2007 untuk segala motivasi

hingga saat ini.

15.Guru-guruku yang telah membantuku terus berada dalam lingkaran yang aku cintai


(12)

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan namun penulis berharap dapat bermanfaat dan berguna bagi pembacanya.

Bandar Lampung, 18 Agustus 2014 Penulis,

AFANDI S. AMIRULLOH


(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 3

1.4 Kerangka Pikir ... 3

1.5 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Akar Tuba... 8

2.2 Biologi Ikan Mas ... 10

2.3 Sistem Transportasi Ikan ... 11

2.4 Anestesi Ikan ... 12

2.5 Bahan Anestesi ... 14

2.6 Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam) ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Waktu dan Tempat ... 18

3.2 Alat dan Bahan ... 18

3.3 Rancangan Penelitian ... 19

3.4 Prosedur Penelitian... 20

3.4.1 Persiapan Wadah Tandon ... 21

3.4.2 Persiapan Ikan Uji ... 21

3.4.3 Aklimatisasi ... 21

3.4.4 Persiapan Akuarium Uji Penentuan Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam) ... 22

3.4.5 Uji Penentuan Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam)... 22

3.4.6 Uji Simulasi Transportasi ... 22


(14)

ii

(2) Persiapan wadah anestesi benih ikan mas ... 23

(3) Anestesi benih ikan mas ... 24

(4) Pengemasan (Packaging) ... 24

(5) Uji simulasi transportasi ... 24

3.4.7 Pemeliharaan Benih setelah Uji Simulasi Transportasi ... 25

3.5 Parameter yang Diamati ... 25

3.6 Analisis Data ... 27

3.6.1 Penentuan Nilai Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam) ... 27

3.6.2 Uji Simulasi Transportasi ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Penelitian ... 28

4.1.1 Penentuan Konsentrasi Efektif (EC50-1Jam) ... 28

4.1.2 Kecepatan Pingsan ... 28

4.1.3 Uji Simulasi Transportasi ... 29

4.1.4 Pemeliharaan Benih Ikan Mas ... 31

4.1.5 Laju Pertumbuhan Mutlak Benih Ikan Mas ... 31

4.1.6 Kualitas Air Pemeliharaan Benih Ikan Mas ... 33

4.2 Pembahasan ... 34

4.2.1 Penentuan Konsentrasi Efektif (EC50-1Jam) ... 34

4.2.2 Kecepatan Pingsan ... 36

4.2.3 Uji Simulasi Transportasi ... 37

4.2.4 Pemeliharaan Benih ... 38

4.2.5 Laju Pertumbuhan Mutlak... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1. Kesimpulan ... 41

5.2. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(15)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahapan pemingsanan ikan ... 13

2. Alat penelitian ... 18

3. Bahan penelitian ... 19

4. Tingkah laku ikan saat perlakuan anestesi ... 29

5. Data kelangsungan hidup benih ikan saat uji simulasi tranportasi ... 29

6. TSR analisis faktorial kelangsungan hidup benih ikan saat uji simulasi transportasi ... 30

7. Kelangsungan hidup pemeliharaan benih ... 31

8. TSR analisis faktorial pertumbuhan mutlak benih ikan mas ... 32

9. Data kualitas air pemeliharaan benih ikan mas ... 33


(16)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir penelitian ... 5

2. Akar tuba (Derris elliptica Benth.) ... 9

3. Rumus bangun rotenone ... 9

4. Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn.) ... 11

5. Susunan akuarium uji pemeliharaan benih ikan mas ... 20

6. Rangkaian kegiatan penelitian ... 20


(17)

v DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Hasil penelitian... 47 2. Analisis probit penentuan konsentrasi efektif ... 49 3. Uji normalitas dan homogenitas data kelangsungan hidup uji simulasi

transportasi ... 53 4. Perhitungan RAL uji simulasi transportasi ... 57 5. Uji normalitas dan homogenitas data pertumbuhan mutlak benih ikan mas .. 61 6. Perhitungan RAL pertumbuhan mutlak benih ikan mas ... 64 7. Perhitungan kebutuhan akar tuba untuk konsentrasi efektif ... 67


(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan bagian penting dari usaha ikan komersial seperti ikan Mas (Absali and Mohamad, 2010). Transportasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) masih menggunakan media pengangkutan air yang memiliki kelemahan, yaitu penurunan kualitas air yang mengakibatkan ikan mengalami stress. Stress pada ikan dapat menyebabkan cedera fisik (Coyle, 2004), bahkan kematian (Hjeltnes and Waagbo, 2008; dan Fauziah dkk., 2010). Oleh karena itu kualitas air media pengiriman harus dijaga agar tetap sesuai bagi ikan (Pramono, 2002).

Mengurangi tingkat kematian ikan saat transportasi juga dilakukan pada proses imotilasi (pra pengemasan), yang dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan pemberian kejutan listrik (Albani et. al., 2008), penurunan suhu lingkungan agar metabolisme tubuh berkurang (Karnila, 2001) dan pemberian bahan bius (anestesi) terhadap benih ikan (Vartak and Singh, 2006).

Bahan anestesi yang umum digunakan untuk pembiusan ikan adalah tricaine methanesulfonaf /MS222 (Pramono, 2002), penggunaaan CO2 (Hidayah, 1998),


(19)

2

dari bahan-bahan yang tersedia di alam seperti minyak cengkeh, ekstrak biji karet, ekstrak Caulerpa recemosa dan ekstrak akar tuba.

Akar tuba (Derris eliptica) telah banyak digunakan sebagai pestisida alami dan bahan penangkap ikan. Bahan bius alami diharapkan mampu meminimalisir penggunaan bahan kimia terhadap lingkungan. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan akar tuba dengan konsentrasi 0,05 ppm menghasilkan kelangsungan hidup benih ikan mas sebesar 93,56% dalam transportasi sistem tertutup (Hulaifi, 2010). Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjut tentang efek bius yang dimiliki akar tuba sebagai bahan anestesi pada transportasi sistem tertutup.

Penelitian difokuskan pada penentuan konsentrasi yang efektif untuk anestesi benih ikan mas. Nilai konsentrasi efektif akan digunakan sebagai besaran konsentrasi untuk uji simulasi transportasi sistem tertutup, terutama tentang nilai konsentrasi yang efektif (EC50- 1 jam) ekstrak akar tuba dengan menggunakan

pelarut etanol dan heksan sebagai bahan anestesi.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) akar tuba yang diekstrak

dengan berbagai pelarut yang digunakan sebagai bahan anestesi dalam transportasi sistem tertutup.


(20)

3

2. Mengetahui pengaruh lama waktu transportasi dan nilai konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada uji simulasi transportasi sistem tertutup.

3. Mengetahui pengaruh lama waktu transportasi dan nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) terhadap laju pertumbuhan benih ikan mas.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan tanaman lokal Indonesia berupa ekstrak akar tuba, sebagai bahan anestesi benih ikan mas.

1.4 Kerangka Pikir

Media air digunakan sebagai transportasi dalam pengiriman ikan. Permasalahan dalam transportasi adalah perubahan kualitas air yang disebabkan proses respirasi dan metabolisme oleh ikan. Salah satu solusi dalam transportasi adalah dilakukannya anestesi (pembiusan) dengan ekstrak akar tuba, yang diharapkan mampu mengurangi aktifitas pernafasan serta proses metabolisme ikan.

Akar tuba telah banyak digunakan oleh masyarakat di pedesaan sebagai racun untuk menangkap ikan di sungai. Akar tuba dapat menyebabkan ikan dalam kondisi pingsan, sehingga mudah untuk ditangkap. Namun ikan yang diracun menggunakan akar tuba yang tidak dikendalikan jumlah penggunaannya mengakibatkan kematian. Bahan beracun yang dikendalikan konsentrasinya dapat digunakan sebagai bahan pembius.


(21)

4

Akar tuba yang digunakan sebagai bahan anestesi perlu diekstraksi terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya ekstraksi adalah agar bahan-bahan toksik (beracun) dalam akar tuba dapat larut, sehingga tidak menimbulkan kematian pada ikan. Ekstraksi dilakukan dengan melarutkan akar tuba ke dalam bahan pelarut berupa etanol dan heksan. Pelarut etanol dan heksan bersifat polar dan nonpolar. Sifat pelarut tersebut akan mengurangi efek toksisitas, sehingga akar tuba dapat digunakan sebagai bahan anestesi yang tidak mematikan ikan.

Efek bahan anestesi akar tuba dapat diketahui dari nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam). Konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) merupakan konsentrasi yang

memberikan efek penghambatan sistem saraf pada 50% hewan uji dalam suatu pengujian. Nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) dalam penelitian ini adalah

konsentrasi yang mampu memingsankan 50% ikan uji dalam uji transportasi sistem tertutup, untuk mengetahui manfaat yang diberikan dari bahan anestesi.

Parameter utama dari uji simulasi transportasi sistem tertutup adalah kelangsungan hidup ikan setelah uji simulasi transportasi. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan untuk mengetahui pengaruh bahan anestesi terhadap ikan setelah disadarkan. Data pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan setelah anestesi digunakan sebagai pertimbangan penggunaan bahan anestesi dalam proses transportasi ikan. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.


(22)

5

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :αβ

a. Interaksi nilai konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap kelangsungan hidup :

Akar Tuba

Ekstraksi dengan Pelarut etanon dan dan heksan

Penentuan (EC50-1jam)

Anestesi (memingsankan) Ikan

Uji Simulasi Transportasi 2, 4 dan 6 jam

Menghitung SR

Pemeliharaan

Mengitung SR dan GR Mulai


(23)

6

H0 : (αβ)ij= 0 → Tidak ada pengaruh interaksi antara nilai konsentrasi efektif

(EC50–1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%

H1 : Minimal ada sepasang (i,j) sehingga (αβ)ij ≠ 0 → Ada pengaruh interaksi

antara nilai konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% b. Interaksi nilai konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) dan lama waktu transportasi

terhadap pertumbuhan :

H0 : (αβ)ij= 0 → Tidak ada pengaruh interaksi antara nilai konsentrasi efektif

(EC50–1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%

H1 : Minimal ada sepasang (i,j,k) sehingga (αβ)ijk≠ 0 → Ada pengaruh interaksi

antara nilai konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% c. Pengaruh perlakuan konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) terhadap kelangsungan

hidup ikan mas :

H0: α1= α2 = α3= 0 → Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan konsentrasi

efektif (EC50–1 Jam) terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas

H1: Minimal ada satu i sehingga αi ≠ 0 → ada perbedaan respon dari perlakuan

konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas d. Pengaruh perlakuan konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) terhadap pertumbuhan


(24)

7

H0: α1= α2 = α3= 0 → Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan konsentrasi

efektif (EC50–1 Jam) terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%

H1: Minimal ada satu i sehingga αi ≠ 0 → ada perbedaan respon dari perlakuan

konsentrasi efektif (EC50–1 Jam) terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%

e. Pengaruh waktu transportasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas :

H0 : β1= β2 = β3= 0 → Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan waktu

transportasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%

H1: Minimal ada satu i sehingga βi ≠ 0 → ada perbedaan respon dari perlakuan

waktu transportasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%

f. Pengaruh waktu transportasi yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan mas :

H0 : β1= β2 = β3= 0 → Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan waktu

transportasi yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%

H1: Minimal ada satu i sehingga βi ≠ 0 → ada perbedaan respon dari perlakuan

waktu transportasi yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%


(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akar Tuba

Tanaman tuba termasuk ke dalam famili Fabaceaae (Leguminosae). Tamanan tuba mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah di Indonesia. Misalnya di Jawa dikenal dengan nama besto, oyod ketungkul, oyod tungkul, tuba, tuba akar, tuba jenu dan di daerah Sunda dikenal dengan nama tuwa, tuwa lalear, tuba leteng. Hingga saat ini lebih dari 80 spesies tanaman tuba tersebar dari selatan-timur Asia (Wesphal dan Jansen, 1987 dalam Adharini, 2008). Taksonomi dari akar tuba adalah sebagai berikut :

Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rosales

Filum : Caesalpiniaceae Genus : Derris

Spesies : Derris elliptica Benth.

Tanaman tuba (Gambar 2) termasuk jenis merayap yang membelit dengan panjang 5-12 meter dengan panjang daun antara 15-30 cm. Sisi bawah daun berwarna hijau keabu-abuan dan daun yang masih muda berwarna ungu. Panjang tangkai dan anak tangkai bunga 12-6 cm. Jumlah biji 1-3 dengan musim berbuah


(26)

9

pada bulan April-Desember. Buah polong berbentuk oval sampai memanjang dengan ukuran 3,5-7 cm (Starr et al, 2003).

Gambar 2. Akar tuba (Derris eliptica) (dokumentasi pribadi)

Tanaman tuba yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian akar, karena mengandung senyawa rotenone (C23H22O6) (0,3-12%) yang merupakan senyawa

aktif untuk membunuh hama tanaman dan ikan liar (Maini dan Rejejus, 1993 ; Starr et al, 2003). Rumus senyawa rotenone disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rumus bangun rotenone (Adharini, 2008)

Senyawa aktif lainnya yang terkandung dalam akar tuba adalah dequelin (0,15-2,9%), eliptone (0,35-4,6%) dan toxicarol (0-4,4%) (Amborese dan Haag, 1985; Maini dan Rejesus, 1993). Rotenone bersifat sebagai racun perut (Amborese dan Haag, 1985). Rotenone yang masuk ke dalam tubuh akan membuat organisme

Daun

Batang


(27)

10

sulit bernapas karena kesulitan mendapat oksigen. Senyawa roteone dapat memasuki insang ikan secara langsung dan kerja rotenone adalah menghambat proses oksidasi ganda NADH2, sehingga ikan tidak dapat melakukan respirasi.

Cara menghilangkan efek dari rotenone adalah dengan menggunakan potasium permanganat klorin, methylen blue, aktif karbon atau air yang diaerasi dengan kuat (Hinson, 2000). Senyawa dari tanaman tuba yang bersifat racun ini tidak boleh dialirkan ke sungai karena dapat membuat ekosistem perairan mati (Olufayo, 2009).

2.2 Biologi Ikan Mas

Menurut Saanin (1986) dalam taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chodata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidea Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus caprio Linn.

Badan ikan mas pipih agak memanjang. Mulut berada di dekat ujung (sub terminal), dapat disembulkan dan di dalam mulut terdapat tiga baris gigi kerongkongan yang membentuk geraham. Ikan mas memiliki empat sungut, sirip


(28)

11

punggung berjari-jari keras bertulang dan berada tepat dengan sirip perut. Bentuk ikan mas dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Ikan mas (Cyprinus carpio)

2.3 Sistem Transportasi Ikan

Transportasi ikan hidup adalah suatu tindakan memindahkan ikan dalam keadaan hidup, dengan perlakuan-perlakuan yang bertujuan agar derajat kelulushidupan ikan tetap tinggi setelah sampai di tujuan. Metode transportasi ikan hidup terbagi menjadi dua jenis, yaitu menggunakan air sebagai media air atau sistem basah dan tanpa media air atau sistem kering (Nitibaskara dkk, 2000).

Transportasi basah memiliki permasalahan yaitu penurunan kualitas air akibat banyaknya lendir dan kotoran ikan yang dikeluarkan. Penurunan kualitas air turut menyebabkan kematian pada ikan yang dikirim (Pramono, 2002). Transportasi sistem basah terdiri dari dua cara yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Transportasi sistem tertutup dilakukan dengan mengangkut ikan dalam wadah tertutup dengan pemberian oksigen terbatas yang telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan.

Sirip punggung Sirip ekor Sirip belakang Sirip perut Sirip dada

Tutup insang Mata Mulut


(29)

12

Wadah yang digunakan dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang dapat ditutup rapat. Jumlah ikan dalam satu kemasan disesuaikan dengan ukuran ikan (Wibowo, 2001).

2.4 Anestesi Ikan

Anestesi ikan dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satu cara yang dilakukan untuk anestesi yaitu dengan pemberian kejutan listrik (Albani et. al., 2008). Selain itu penurunan suhu lingkungan agar metabolisme tubuh berkurang (Karnila, 2001). Selanjutnya anestesi juga dapat dilakukan dengan pemberian bahan bius (anestesi) terhadap benih ikan (Vartak and Singh, 2006).

Willford (1970) dalam Pramono (2002), menyatakan bahwa secara langsung atau tidak langsung, bahan anestesi dapat mengganggu keseimbangan kationik tertentu di dalam otak ikan selama masa anestesi. Keseimbangan ionik dalam otak ikan yang terganggu menyebabkan ikan tersebut mati rasa akibat syaraf yang kurang berfungsi.

Ikan dapat menyerap bahan anestesi melalui jaringan otot, saluran pencernaan dengan cara injeksi atau melalui insang. Anestesi melalui insang adalah cara yang ideal, terutama untuk jenis ikan elasmobranci dan sebagian besar kelompok teleostei, karena konsentrasi bahan anestesi yang digunakan dapat dikontrol dan stres dapat diminimalkan (Pramono, 2002).


(30)

13

Anestesi ikan dapat membantu kegiatan-kegiatan di dalam perikanan, diantaranya: transportasi ikan, kegiatan penelitian, penandaan ikan pada bagian kulit insang, pengambilan contoh darah dan pembedahan. Manfaat bahan anestesi dalam kegiatan penelitian adalah menurunkan seluruh aktifitas ikan yang berguna untuk keamanan, mengurangi stres, luka akibat suntikan dan penurunan metabolisme (Pramono, 2002). Tahapan tingkah laju ikan saat anestesi tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Tahapan pemingsanan ikan

Tingkat Sinonim Respon tingkah laku ikan

0 Normal Reaktif terhadap rangsangan luar, pergerakan operculum dan kontraksi otot normal

Ia Pingsan ringan (light sedation)

Reaktifitas terhadap rangsangan luar sedikit menurun, pergerakan operculum melambat, keseimbangan normal

Ib (deep

sedation)

Reaktifitas terhadap rangsangan luar tidak ada, kecuali dengan tekanan kuat. Pergerakan operculum lambat, keseimbangan normal

Iia Kehilangan keseimbangan sebagian

Kontraksi otot lemah, berenang tidak teratur, memberikan reaksi hanya terhadap rangsangan getaran dan sentuhan yang sangat kuat, pergerakan operculum cepat

Iib Kehilangan keseimbangan total

Kontraksi otot berhenti, pergerakan operculum lemah namun teratur, reflek urat syaraf tulang belakang menghilang

III Gerakan reflek tidak ada

Reaktifitas tidak ada, pergerakan operculum lambat dan tidak teratur, detak jantung lambat, reflek tidak ada

IV Roboh

(medullary collaps)

Pergerakan operculum berhenti, respirasi terhenti, diikuti beberapa menit kemudian penghentian detak jantung


(31)

14

2.5 Bahan Anestesi

Bahan anestesi yang digunakan untuk pembiusan adalah tricaine methanesulfonafe / MS222 (Pramono, 2002), menggunakan CO2 (Hidayah, 1998),

metomidate dan 2-phenoxyethanol. Namun hanya MS222 yang dapat digunakan untuk ikan konsumsi, dan mendapat izin dari lembaga pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA). Ikan yang dianestesi dengan MS222 harus didiamkan selama 21 hari sebelum diperdagangkan, untuk mengurangi residu dalam tubuh ikan agar lebih aman bagi manusia (Coyle, 2004).

Penelitian tentang anestesi menggunakan bahan alami telah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian tentang bahan anestesi menggunakan bahan caulerpa (Pramono, 2002) dan seperti yang dilakukan Fauziah dkk (2010), yaitu menggunakan ekstrak tembakau dan ekstrak mengkudu. Penggunaan ekstrak akar tuba juga telah diujicobakan terhadap ikan nila dengan sistem tertutup (Hulaifi, 2010).

Etanol adalah bahan cairan yang telah lama digunakan sebagai obat dan merupakan bentuk alkohol yang terdapat dalam minuman keras seperti bir, anggur, wiskey maupun minuman lainnya. Etanol merupakan cairan yang jernih tidak berwarna, terasa membakar pada mulut maupun tenggorokan bila ditelan. Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial untuk menghambat sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas sistem retikular. Aktifitas dari etanol sangat kuat dan setara dengan bahan anastetik umum. Tetapi toksisitas etanol relatif lebih rendah daripada metanol ataupun isopropanol.


(32)

15

Secara pasti mekanisme toksisitas etanol belum banyak diketahui. Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh langsung pada membran saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf). Pada daerah membran tersebut etanol mengganggu transport ion. Pada penelitian invitro menunjukkan bahwa ion Na+, K+- ATP ase dihambat oleh etanol. Pada konsentrasi 5 – 10% etanol memblok kemampuan neuron dalam impuls listrik, konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi etanol dalam sistem saraf pusat secara invivo.

Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan konsentrasi etanol dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah sistem retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku (Darmono, 2014).

Pelarut n-Heksan dan etil asetat ini digunakan dalam partisi selain memiliki sifat dasar yang berbeda yaitu non polar (n-heksan) dan semi polar (etil asetat) pelarut ini juga dapat dijangkau dari segi penggadaan dan harga. Partisi tahap pertama yaitu dengan n-heksan sebanyak 100 mL sehingga diperoleh dua lapisan yaitu lapisan bagian atas adalah n-heksan dan lapisan bawah adalah metanol-air (Asih dkk., 2012).

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam, dan hanya ditemukan pada tumbuhan-tubuhan tertentu yaitu


(33)

16

terdapat pada suku Leguminosae. Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada

suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. susunan

ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flafonoida yaitu: flavonoida atau 1,3-diarilpropana; isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana; dan neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana. Sebagian besar senyawa flavonoida ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoida terikat melalui ikatan glokosidaa pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu alkohol yang saling berikatan (Lenny, 2006).

2.6 Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam)

Konsentrasi efektif merupakan kepekatan senyawa/zat pada taraf dan waktu tertentu. Senyawa/zat tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan atau perubahan fisiologis/struktur morfologi pada biota yang diujikan (ikan atau alga). Konsentrasi efektif didefinisikan sebagai konsentrasi efektif yang dapat menurunkan 50% intensitas serapan blanko yang dapat dihitung dari persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi konsentrasi ekstrak, atau fraksi-fraksi terhadap persen perendaman. Effective Concentration (EC50) merupakan konsentrasi yang

digunakan untuk memingsankan 50% organisme hidup (benih ikan) dalam waktu tertentu (Cahyadi, 2009).

Hasil pengujian efek subletal suatu bahan dinyatakan sebagai konsentrasi efektif median (EC50), atau konsentrasi yang dalam waktu tertentu di bawah kondisi


(34)

17

proses relatif bagi pengendalian yang tidak terekspos. Responnya adalah mungkin penurunan sebesar 50% dalam tingkat pertumbuhan atau perubahan sebesar 50% dalam proses fisiologis (fotosintesis atau laju kecepatan pernafasan). Angka 50 tersebut bukanlah angka tetap pada suatu pengujian toksisitas secara kualitatif, melainkan patokan umum dimana populasi biologis kehilangan 50% individu jantan atau 50% individu betina tanpa melihat adanya peristiwa emigrasi dan imigrasi. Pada umumnya penentuan Effective Concentration (EC) dilakukan kurang lebih 24 jam untuk kriteria akut (Meyer et al., 1982 dalam Erma dkk., 2004).

Salah satu pengujian senyawa toksis dilakukan oleh Soetopo (2007), yaitu melakukan uji toksisitas kronis pentakhlorofenol terhadap Dhapnia yang dilakukan pada tiga variasi konsentrasi pentaklorofel yang hasilnya ditentukan berdasarkan nilai EC50. Selain itu dilakukan pula uji toksisitas akut dimana uji ini

dilakukan untuk menentukan nilai EC50 yang kemudian digunakan sebagai dasar

rentang konsentrasi pada uji toksisitas kronis. Perhitungan nilai EC50 pada

penelitian dilakukan dengan menggunakan analisa probit. Parameter yang digunakan adalah kesintasan harian, fekunditas harian serta laju reproduktif bersih. Perhitungan parameter tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang dikemukakan oleh Soerensen (1996) dalam Soetopo (2007).


(35)

18

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini:

Tabel 2. Alat Penelitian

No Alat Kegunaan

1 Akuarium uk. 60x35x30 cm3 Media pemeliharaan 2 Termometer pyrex® ket. 1OC Mengukur suhu air

3 DO-meter Lutron® ket. 0.1 mg/liter Mengukur kandungan oksigen terlarut 4 Stopwatch ket. 0.01 detik Mengukur waktu kecepatan pingsan 5 Timbangan digital ket. 0.1 gram Mengukur berat ikan awal dan akhir 6 Kertas label Menandai perlakuan

7 Alat tulis Mencatan informasi

8 Styrofoam Box uk. 60x40x40 cm3 Wadah pengangkutan benih ikan mas 9 Gelas ukur Menakar volume air

10 Sepeda motor Kendaraan transportasi Keterangan : uk.= ukuran, ket.= ketelitian


(36)

19

Tabel 3. Bahan Penelitian

3.3 Rancangan Penelitian

Lima konsentrasi perlakuan yang digunakan dalam uji penentuan konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) yaitu: 1,585; 2,512; 3,979; 6,298; dan 9,963 ppm, yang

setiap perlakuannya dilakukan 3 kali ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah ikan yang pingsan selama 1 jam. Analisis data penentuan nilai konsentrasi efektif (EC50-1 jam) menggunakan analisis probit. Perlakuan yang digunakan

untuk uji simulasi transportasi adalah lama waktu transportasi yaitu 2, 4 dan 6 jam; serta konsentrasi efektif yaitu kontrol (tanpa anestesi), etanol dan heksan; yang diulang sebanyak 3 kali. Oleh karena itu, jumlah unit percobaan adalah 3x3x3 unit atau 27 unit percobaan. Parameter yang digunakan adalah kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan mas. Analisis data pengaruh waktu transportasi dan konsentrasi efektif terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan mas menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan selang kepercayaan 95%. Lay out penelitian susunan akuarium pemeliharaan benih ikan mas tersaji pada Gambar 5.

No Bahan Kegunaan

1 akar tuba Bahan utama

2 Etanol Pelarut

3 Heksan Pelarut

4 Benih ikan mas Ikan uji


(37)

20

Gambar 5. Susunan akuarium uji pemeliharaan benih ikan mas

3.4 Prosedur Penelitian

Gambaran umum rangkaian kegiatan dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 6.

Gambar 6. Rangkaian kegiatan penelitian Eksplorasi tumbuhan akar tuba Mengolah tumbuhan tuba menjadi tepung

Ekstraksi akar tuba dengan etanol dan

heksan

Menentukan konsentrasi efektif

(EC50-1 Jam) Uji simulasi

transportasi & penentuan SR uji

transportasi

Pemeliharaan Benih ikan mas

penentuan SR pemeliharaan

Pengamatan laju pertumbuhan mutlak benih ikan

mas

Persiapan laboratorium alat,

bahan, dll.

Analisis data & membuat Laporan

penelitian

Selesai Mulai

K.4.U1 E.6.U3 H.2.U2 E.2.U1

K.2.U2 K.2.U3 E.2.U3 E.4.U1 K.6.U1 H.6.U3 K.6.U3 E.6.U1 H.4.U1 K.2.U1 H.4.U2 K.4.U3

H.6.U2 K.4.U2 E.4.U2

E.6.U1 K.6.U2 H.6.U1 H.2.U3 E.2.U2 H.2.U1

E.4.U3 H.4.U3 Keterangan :

K : Kontrol E : Etanol H : Heksan

2, 4, 6 = 2 jam, 4jam, 6 jam U1 : ulangan 1

U2 : ulangan 2 U3 : ulangan 3


(38)

21

3.4.1 Persiapan Wadah Tandon

Tandon dibersihkan menggunakan sikat untuk menghilangkan lendir dan kotoran tanpa menggunakan sabun. Tandon dibiarkan mengering dalam waktu 24 jam. Tandon diisi dengan air setinggi 75 cm serta ditambahkan aerasi untuk meningkatkan suplai oksigen dalam air. Wadah tersebut digunakan untuk aklimatisasi benih ikan mas.

3.4.2 Pesiapan Ikan Uji

Benih ikan mas diperoleh dari lokasi pembenihan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan mas ikan berukuran 5-7 cm yang kondisinya sehat dan tidak cacat. Ikan mas yang sehat memiliki ciri-ciri gerakan renang aktif, bereaksi terhadap rangsangan dari luar, sisik tidak terlepas, mulut dan sirip tidak cacat atau luka, mata cerah dan tidak ada bercak putih (Junianto, 2003).

3.4.3 Aklimatisasi

Benih ikan mas diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari. Selama aklimatisasi, benih ikan diberi pakan buatan berupa pelet terapung sebanyak 5% bobot tubuh ikan dengan intensitas dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Benih ikan yang akan diberi perlakuan, kemudian diberok atau dipuasakan selama 2 hari.


(39)

22

3.4.4 Persiapan Akuarium Uji Penentuan Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam) Wadah uji berupa akuarium berukuran 60x35x30 cm³, sebelum digunakan akurium dicuci tanpa sabun dan dikeringkan. Akuarium selanjutnya diisi air sebanyak 15 liter. Akuarium kemudian diaerasi selama 48 jam, sebelum digunakan untuk perlakuan, untuk meningkatkan suplai oksigen dalam air.

3.4.5 Uji Penentuan Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam)

Lima konsentrasi yang digunakan pada uji toksisitas yaitu 1,585; 2,512; 3,979; 6,298 dan 9,963 ppm, yang setiap konsentrasi diulang sebanyak tiga kali. Menurut Probosunu (2004) dalam Irawan (2014), padat tebar untuk ikan mas yang berukuran 4-6 cm adalah 1 ekor/liter. Ikan mas yang tersedia untuk penelitian ini adalah yang berukuran 5-7 cm, maka dibutuhkan volume air yang lebih banyak. Sehingga pada padat tebar pada penelitian ini adalah 10 ekor/15 liter air/akuarium.

Pengamatan dan pencatatan jumlah benih ikan mas yang pingsan pada setiap perlakuan, dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60. Benih ikan mas yang pingsan ditandai dengan kondisi benih yang bergerak lambat dan tidak bereaksi terhadap rangsangan luar. Selanjutnya benih ikan mas dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih.

3.4.6 Uji Simulasi Transportasi

Pelaksanaan uji simulasi transportasi dilaksanakan di dua tempat berbeda. Anestesi benih ikan mas dilaksanakan di lokasi budidaya yang bertempat di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Sedangkan pengamatan


(40)

23

kelangsungan hidup dan pemeliharaan dilaksanakan di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Ikan yang digunakan dalam pengujian ini, memiliki ciri-ciri dan berasal dari tempat yang sama dengan ikan yang digunakan saat uji penentuan konsentrasi efektif (EC50- 1

Jam), namun ikan yang digunakan adalah ikan yang berbeda dengan pada saat uji penentuan konsentrasi efektif (EC50- 1 Jam). Perlakuan dalam uji simulasi

transportasi adalah konsentrasi pelakuan konsentrasi efektif ekstrak akar tuba dengan etanol, dan heksan serta kontrol. Ketiga perlakuan tersebut diinteraksikan dengan perbedaan waktu transportasi yaitu 2, 4 dan 6 jam. Interaksi perlakuan tiga pelarut ekstrak dan waktu transportasi menghasilkan sembilan perlakuan yang berbeda, perlakuan tersebut diulang sebanyak tiga kali.

1. Aklimatisasi

Aklimatisasi diawali dengan menyeleksi benih ikan berukuran panjang 7-10 cm di kolam pendederan. Ikan yang telah dipilih dikumpulkan dalam satu kolam.

2. Persiapan wadah anestesi benih ikan mas

Wadah yang digunakan adalah bak besar berkapasitas ±100 liter. Wadah dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air bersih tanpa sabun dan diisi air sebanyak 60 liter.


(41)

24

3. Anestesi benih ikan mas

Perlakuan anestesi ikan dilakukan dalam satu wadah yang sama untuk satu pelarut. Wadah yang telah diisi air ditambahakan bahan anestesi sebanyak nilai konsentrasi efektif dan diaduk merata. Ikan uji dimasukkan ke dalam wadah dan diamati. Ikan uji dipindahkan setelah sebagian besar pingsan, untuk selanjutnya dikemas.

4. Pengemasan (Packaging)

Wadah plasik berlabel berukuran 20x35 cm2 dan dirangkap dua untuk satu kemasan dipersiapkan terlebih dahulu. Ikan yang telah pingsan dimasukkan ke dalam plastik secara acak. Selain menguji transportasi ikan yang diberi bahan anestesi, uji transportasi tanpa bahan anestesi juga dilakukan sebagai perbandingan. Wadah plastik yang sudah berisi ikan ditambahkan oksigen dan ditutup rapat. Tahap pengemasan dilakukan dengan cepat agar meminimalisir pengaruh luar. Ikan yang telah dikemas dimasukkan ke dalam styrofoam box, ditutup, dan disegel dengan selotip.

5. Uji simulasi transportasi

Ikan yang telah dianestesi dan dikemas, ditransportasikan selama 2, 4 dan 6 jam. Ikan diangkut menggunakan dua buah motor. Kemudian ikan dipindahkan dari kemasan plastik ke akuarium yang telah disiapkan sebelumnya. Dilakukan perhitungan terhadap jumlah ikan yang mati dan berat awal ikan tersebut. Ikan dimasukkan ke akuarium sesuai label yang telah ditentukan.


(42)

25

3.4.7 Pemeliharaan Benih setelah uji simulasi transportasi

Persiapan wadah pemeliharaan setelah uji simulasi transportasi yaitu, wadah uji berupa akuarium berukuran 60x40x40 cm3 sebanyak 27 buah dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan. Padat tebar ikan dalam penelitian adalah 30 ekor yang masing-masing akuarium diisi air sebanyak 45 liter. Akuarium kemudian diaerasi selama 48 jam sebelum digunakan dan diberi label yang ditentukan secara acak/random.

Ikan diberi pakan setelah 48 jam pasca uji transportasi. Pakan diberikan secara adlibitum sebanyak dua kali perhari, yaitu pagi pukul 07.30 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Akuarium pemeliharaan dibersihkan setiap 3 hari sekali dengan cara disipon. Parameter kualitas air berupa suhu, oksigen terlarut dan pH, diamati setiap hari, yaitu pagi hari 07.00 WIB. Benih ikan ditimbang beratnya dan dihitung jumlah benih yang hidup, setelah 14 hari pemeliharaan.

3.5 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi, kecepatan pingsan, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, dan kulaitas air pemeliharaan :

1. Kecepatan pingsan. Parameter tersebut mengukur reaksi benih ikan mulai dari pemberian bahan anestesi sampai benih ikan tersebut pingsan. Ciri-ciri ikan yang pingsan ditandai dengan pergerakan operculum yang lambat dan ikan diam di dasar akuarium (Tidwel et. al., 2004). Satuan percobaan untuk mengukur kecepatan pingsan yaitu menit. Kecepatan pingsan diamati setiap menit selama satu jam, dalam setiap pengamatan di amati perilaku ikan.


(43)

26

2. Kelangsungan hidup uji simulasi transportasi dan pemeliharaan: Kelangsungan hidup uji simulasi yaitu nilai ikan yang hidup pada pengujian setelah dilakukan uji simulasi transportasi. Kelangsungan hidup pemeliharaan adalah nilai dari perbandingan antara jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan, dengan jumlah awal ikan saat dipelihara. Menurut Effendi (1979), untuk menghitung survival rate (SR) dapat digunakan rumus:

SR= Nt

No100%

Keterangan :

SR : derajat kelangsungan hidup (%) Nt : jumlah ikan akhir (ekor)

N0 : jumlah ikan awal (ekor)

Laju pertumbuhan mutlak: Laju pertumbuhan mutlak (Growth rate) adalah pertambahan berat benih ikan mas setiap harinya selama pemeliharaan. Menurut nurut Effendi (1979), laju pertumbuhan mutlak dapat dinyatakan dengan rumus :

�� =�� − ��

Keterangan :

GR : Growth rate (gram/hari) Wt : Berat rata-rata akhir (gram) W0: Berat rata-rata awal (gram)

t : Lama Pemeliharaan (hari)

3. Kualitas Air : Kualitas air yang diamati meliputi suhu, oksigen terlarut dan pH, pengamatan dilakukan setiap hari dimulai pada pukul 06.00 WIB sampai selesai.


(44)

27

3.6 Analisis Data

3.6.1 Penentuan Nilai Konsentrasi Efektif (EC50-1 Jam)

Penentuan nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) menggunakan analisis probit.

Perhitungan Analisis Probit mengacu pada Hubert (1979) dalam Hendri dkk (2010). konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) diperoleh dari hubungan nilai logaritma

konsentrasi bahan toksik uji dan nilai probit, dari persentase jumlah pingsan hewan uji.

3.6.2 Uji Simulasi Transportasi

Analisis data pengaruh waktu transportasi dan konsentrasi efektif terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan mas menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan selang kepercayaan 95%.


(45)

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) ekstrak akar tuba dengan pelarut etanol

adalah 6,166 ppm, dan nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) ekstrak akar

tuba dengan pelarut heksan adalah 3,72 ppm.

2. Waktu transportasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada uji simulasi transportasi sistem tertutup, sedangkan perlakuan konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) tidak berpengaruh

nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada uji simulasi transportasi sistem tertutup, sedangkan waktu transportasi yang berbeda dan konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan pada pemeliharaan benih ikan mas.

3. Waktu transportasi yang disarankan untuk pelarut etanol dan heksan berkisar antara 2-4 jam transportasi.


(46)

42

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan bahan anestesi pada ikan dengan waktu transportasi yang lebih panjang dan ekstrak akar tuba juga dapat dijadikan alternatif sebagai racun pembersih hama saat persiapan budidaya di tambak atau kolam.


(47)

43

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. R. 2012. Teknik Imotilisasi Menggunakan Ekstrak Hati Batang Pisang (Musa Spp) dalam Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Scientific Repository. Bogor Agricultural University. http://repository.ipb.ac.id. Diakses Tanggal 20 Februari 2014.

Absali, H., and Mohamad, S. 2010. Effects of Using the Valeriana officinalis Extract During Transportation of Swordtail. Xiphophorus helleri. University of Agriculture and natural Resources of Gorgan. Golestan, Iran. Adharini, G. 2008. Uji Keampuhan Ekstak Akar Tuba (Derris elliptica Benth)

Untuk Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Skripsi. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Aini, M., Ali, M., dan Putri, B. 2014. Penerapan Teknik Imotilisasi Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Menggunakan Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum Conyzoides) Pada Transportasi Basah. e-JRBTP. FP. Universitas Lampung. Vol. 2. No. 2. Hal. 220

Akbari, S., Khoshnod, M.J., Rajaian, H., and Afsharnasab, M. 2010. The use of Eugenol as an Anesthetic in Transportation of with Indian Shrimp (Fenneropenaeus indicus) Post Larvae. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. Turkey.

Albani, R. I, Saleh. R., dan Diamahesa, W.A. 2008.Teknik Anastesi Ikan Menggunakan Arus Listrik. Laporan Akhir Program Kreatif Mahasiswa. Bidang Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amborese, A. M. and Haag H.B. 1985. Derris. Food Research Division, Bureau of Chemistry and Soil, USA. Departement of Agriculture, and Departement of Pharmatology Medical College of Virginia, Richmond, Va.


(48)

44

Asih, I. A. R. A., Ratnayani, K., dan Swardana, I. B. 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid dari Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.). Jurnal Kimia. Jurusan Kimia. FMIPA. Universitas Udayana. Bukit Jimbran. No. 6. Vol. 1. Hal 74

Cahyadi. R. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.

Chotimah, D. N. W., Tjahjaningsih, L., Sulmartini, T. V., Widiyanto., dan Triastuti, J. 2009. Respon Daya Cerna dan Respirasi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) pascatransportasi dengan Menggunakan Daun Badotan (Ageratum conyzoides) sebagai Bahan Antimetabolik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.

Coyle. 2004. Anesthetic In Aquaculture. SRAC Publication No. 390.

Crosby, T.C. 2008. Metomidate Hydrochloride as a Sedative for Transportation of Selected Ornamental Fishes. Thesis. University of Florida. Florida. USA. Darmono. 2014. Toksisitas Alkohol. Artikel ilmiah. http//www.geocities.wk

diakses tanggal 11 juli 2014 pukul 11.36 WIB

Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor

Erma, N. S., Sundari, A. I., Susanty, D. R. O., Palupi, Isnaeni, dan Sukardiman. 2004. Kajian Pendahuluan Uji Toksisitas Ekstrak Air Miselia dan Tubuh Buah Jamur Shiitake (Lentinus edodes) Dengan Metode Brine Shrimp Letality Test (BST). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya. Fauziah, R. N, Mirantil. S., dan Agustiawan. S. 2010. Pemingsanan Ikan Mas

(Cyprinus carpio) Dengan Menggunaan Ekstrak Tembakau, Ekstrak Mengkudu dan Ekstrak Cengkeh. Artikel Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hendri, M., Gusti, G., dan Jetun, T. 2010. Konsentrasi Letal (LC50-48 jam) Logam

Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp). Jurnal Penelitian Sains. Vol. 13 No. 1

Hidayah, A.M. 1998. Studi Penggunaan Gas CO2 sebagai Bahan Pembius untuk

Transportasi Ikan Nila Merah (Oreocrhomis sp.). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Hinson. D. 2000. Retonen Characterization and Toxicity in Aquatic System. Frinciple of Environmental Toxicology.University of Idaho.


(49)

45

Hjeltnes, B. and Waagbo, R. 2008. Transportation of fish within a closed system. Opinion of the Panel on Animal Health and Welfare. Norwegian Scientific Committee for Food Safety. Norwegian.

Hulaifi. 2010. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica Benth) dengan Konsentrasi yang Berbeda pada Pembiusan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L) dalam Transportasi Tertutup. Jurnal Ilmiah. FPIK UMM. Malang. http//www.umm.ac.id. diakses tanggal 15 april 2012

Irawan, O. 2014. Efek Pelarut yang Berbeda terhadap Toksisitas Ekstrak Akar Tuba (Derris Elliptica). Jurnal Ilmiah. Jurusan Budidaya Perairan. FP. UL. Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 93-111. Karnila, R. E. 2001. Pengaruh Waktu dan Suhu Pembiusan Bertahap terhadap Ketahanan Hidup Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi) dalam Transportasi Sistem Kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151-167. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Keenan, C. W., Donald, C. K., dan Jesse, H. W. 1990. Kimia Untuk Universitas Jilid 1 edisi keenam. Erlanggga. Jakarta.

Kordi, K., dan Ghufran, H. M. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rienika Cipta. Jakarta

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. Artikel Ilmiah. Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatra Utara. http//www.reporsitory.usu.ac.id diakses tanggal 11 Agustus 2014

Maini, P.N. and Rejesus, B. M. 1993. Moluscicidal activity of Derris elliptica Fam. Leguminosea. Phillipine Journal of sience.

Nitibaskara, R., Wibowo, S., dan Affandi, R.. 2000. Immotilization Tecnique by Low Temperatur for Life Transportation of Tiger Shirmp (Penaeus modon Fab.) by Dry system. The JSPS-DGHE International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area. Vol 10. P 432-435.

Olufayo, M. 2009. Haematological Characteristhic of Clarias Gariepinus (BURCHELL 1822) Juveniles Exposed to Derris elliptica Root Powder. Department of Fisheries and Wildlife, Federal University of Technology Akure, Ondo State, Nigeria.

Pramono, V. 2002. Penggunaan Ekstrak (Caulerpa racemosa) sebagai Bahan Pembius pada Transportasi Ikan Nila (Oreocrhomis niloticus) Hidup. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK IPB.


(50)

46

Rudianty, S. dan Ekasari, A.D. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 – 47.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasai Ikan jilid 1 dan 2. Bima Cipta. Jakarta.

Soetopo, R.S. 2007. Tingkat Toksisitas Pentaklorofenol Terhadap Organisme Air Tawar. Majalah Ilmiah. Balai Besar Pulp dan Kertas. Bandung.

Suseno, J. 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penerbit PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Starr, F. K. Starr, and L. Loope. 2003. Derris elliptica. United states Geological Survey Biological Resources Division Haleakala Field Station. Maui. Hawai'i.

Tidwell H. James ,Shawn D. Coyle, Robert M., and Durborow. 2004. Anesthetics in Aquaculture. SRAC Publication No. 3900

Vartak, V., and Singh, R.K. 2006. Anesthetic Effects of Clove Oil during Handling and Transportation of the Freshwater Prawn, Macrobrachium Rosenbergii (De Man). The Israeli Journal of Aquaculture. Badmigeh. Wibowo, S. 2001. Transportasi Udang Hidup Sistem Kering. Info Budidaya.

BPPL Slipi. Jakarta. http//www.bp2l-kp.go.id Diakses tanggal 15 april 2012.

World Health Organization. 1992. Rotenone Health and Safety Guide. IPCS International Programme On Chemical Safety. Health and Safety Guide No. 73. Geneva


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) ekstrak akar tuba dengan pelarut etanol adalah 6,166 ppm, dan nilai konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) ekstrak akar tuba dengan pelarut heksan adalah 3,72 ppm.

2. Waktu transportasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada uji simulasi transportasi sistem tertutup, sedangkan perlakuan konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada uji simulasi transportasi sistem tertutup, sedangkan waktu transportasi yang berbeda dan konsentrasi efektif (EC50-1 Jam) tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan pada pemeliharaan benih ikan mas.

3. Waktu transportasi yang disarankan untuk pelarut etanol dan heksan berkisar antara 2-4 jam transportasi.


(2)

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan bahan anestesi pada ikan dengan waktu transportasi yang lebih panjang dan ekstrak akar tuba juga dapat dijadikan alternatif sebagai racun pembersih hama saat persiapan budidaya di tambak atau kolam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. R. 2012. Teknik Imotilisasi Menggunakan Ekstrak Hati Batang Pisang (Musa Spp) dalam Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air

Tawar (Colossoma macropomum). Scientific Repository. Bogor

Agricultural University. http://repository.ipb.ac.id. Diakses Tanggal 20 Februari 2014.

Absali, H., and Mohamad, S. 2010. Effects of Using the Valeriana officinalis

Extract During Transportation of Swordtail. Xiphophorus helleri.

University of Agriculture and natural Resources of Gorgan. Golestan, Iran. Adharini, G. 2008. Uji Keampuhan Ekstak Akar Tuba (Derris elliptica Benth)

Untuk Pengendalian Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Skripsi. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Aini, M., Ali, M., dan Putri, B. 2014. Penerapan Teknik Imotilisasi Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Menggunakan Ekstrak Daun Bandotan

(Ageratum Conyzoides) Pada Transportasi Basah. e-JRBTP. FP.

Universitas Lampung. Vol. 2. No. 2. Hal. 220

Akbari, S., Khoshnod, M.J., Rajaian, H., and Afsharnasab, M. 2010. The use of Eugenol as an Anesthetic in Transportation of with Indian Shrimp (Fenneropenaeus indicus) Post Larvae. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. Turkey.

Albani, R. I, Saleh. R., dan Diamahesa, W.A. 2008.Teknik Anastesi Ikan Menggunakan Arus Listrik. Laporan Akhir Program Kreatif Mahasiswa. Bidang Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amborese, A. M. and Haag H.B. 1985. Derris. Food Research Division, Bureau of Chemistry and Soil, USA. Departement of Agriculture, and Departement of Pharmatology Medical College of Virginia, Richmond, Va.


(4)

Asih, I. A. R. A., Ratnayani, K., dan Swardana, I. B. 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid dari Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.). Jurnal Kimia. Jurusan Kimia. FMIPA. Universitas Udayana. Bukit Jimbran. No. 6. Vol. 1. Hal 74

Cahyadi. R. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.

Chotimah, D. N. W., Tjahjaningsih, L., Sulmartini, T. V., Widiyanto., dan Triastuti, J. 2009. Respon Daya Cerna dan Respirasi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) pascatransportasi dengan Menggunakan Daun Badotan

(Ageratum conyzoides) sebagai Bahan Antimetabolik. Jurnal Ilmiah

Perikanan dan Kelautan.

Coyle. 2004. Anesthetic In Aquaculture. SRAC Publication No. 390.

Crosby, T.C. 2008. Metomidate Hydrochloride as a Sedative for Transportation of Selected Ornamental Fishes. Thesis. University of Florida. Florida. USA. Darmono. 2014. Toksisitas Alkohol. Artikel ilmiah. http//www.geocities.wk

diakses tanggal 11 juli 2014 pukul 11.36 WIB

Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor

Erma, N. S., Sundari, A. I., Susanty, D. R. O., Palupi, Isnaeni, dan Sukardiman. 2004. Kajian Pendahuluan Uji Toksisitas Ekstrak Air Miselia dan Tubuh Buah Jamur Shiitake (Lentinus edodes) Dengan Metode Brine Shrimp Letality Test (BST). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya. Fauziah, R. N, Mirantil. S., dan Agustiawan. S. 2010. Pemingsanan Ikan Mas

(Cyprinus carpio) Dengan Menggunaan Ekstrak Tembakau, Ekstrak Mengkudu dan Ekstrak Cengkeh. Artikel Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hendri, M., Gusti, G., dan Jetun, T. 2010. Konsentrasi Letal (LC50-48 jam) Logam

Tembaga (Cu) dan Logam Kadmium (Cd) Terhadap Tingkat Mortalitas Juwana Kuda Laut (Hippocampus spp). Jurnal Penelitian Sains. Vol. 13 No. 1

Hidayah, A.M. 1998. Studi Penggunaan Gas CO2 sebagai Bahan Pembius untuk

Transportasi Ikan Nila Merah (Oreocrhomis sp.). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Hinson. D. 2000. Retonen Characterization and Toxicity in Aquatic System. Frinciple of Environmental Toxicology.University of Idaho.


(5)

Hjeltnes, B. and Waagbo, R. 2008. Transportation of fish within a closed system. Opinion of the Panel on Animal Health and Welfare. Norwegian Scientific Committee for Food Safety. Norwegian.

Hulaifi. 2010. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica Benth) dengan Konsentrasi yang Berbeda pada Pembiusan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L) dalam Transportasi Tertutup. Jurnal Ilmiah. FPIK UMM. Malang. http//www.umm.ac.id. diakses tanggal 15 april 2012

Irawan, O. 2014. Efek Pelarut yang Berbeda terhadap Toksisitas Ekstrak Akar Tuba (Derris Elliptica). Jurnal Ilmiah. Jurusan Budidaya Perairan. FP. UL. Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 93-111. Karnila, R. E. 2001. Pengaruh Waktu dan Suhu Pembiusan Bertahap terhadap Ketahanan Hidup Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi) dalam Transportasi Sistem Kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151-167. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Keenan, C. W., Donald, C. K., dan Jesse, H. W. 1990. Kimia Untuk Universitas Jilid 1 edisi keenam. Erlanggga. Jakarta.

Kordi, K., dan Ghufran, H. M. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rienika Cipta. Jakarta

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. Artikel Ilmiah. Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatra Utara. http//www.reporsitory.usu.ac.id diakses tanggal 11 Agustus 2014

Maini, P.N. and Rejesus, B. M. 1993. Moluscicidal activity of Derris elliptica Fam. Leguminosea. Phillipine Journal of sience.

Nitibaskara, R., Wibowo, S., dan Affandi, R.. 2000. Immotilization Tecnique by Low Temperatur for Life Transportation of Tiger Shirmp (Penaeus modon

Fab.) by Dry system. The JSPS-DGHE International Symposium on

Fisheries Science in Tropical Area. Vol 10. P 432-435.

Olufayo, M. 2009. Haematological Characteristhic of Clarias Gariepinus (BURCHELL 1822) Juveniles Exposed to Derris elliptica Root Powder. Department of Fisheries and Wildlife, Federal University of Technology Akure, Ondo State, Nigeria.

Pramono, V. 2002. Penggunaan Ekstrak (Caulerpa racemosa) sebagai Bahan Pembius pada Transportasi Ikan Nila (Oreocrhomis niloticus) Hidup. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK IPB.


(6)

Rudianty, S. dan Ekasari, A.D. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 – 47.

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasai Ikan jilid 1 dan 2. Bima Cipta. Jakarta.

Soetopo, R.S. 2007. Tingkat Toksisitas Pentaklorofenol Terhadap Organisme Air Tawar. Majalah Ilmiah. Balai Besar Pulp dan Kertas. Bandung.

Suseno, J. 1994. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penerbit PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Starr, F. K. Starr, and L. Loope. 2003. Derris elliptica. United states Geological Survey Biological Resources Division Haleakala Field Station. Maui. Hawai'i.

Tidwell H. James ,Shawn D. Coyle, Robert M., and Durborow. 2004. Anesthetics in Aquaculture. SRAC Publication No. 3900

Vartak, V., and Singh, R.K. 2006. Anesthetic Effects of Clove Oil during Handling and Transportation of the Freshwater Prawn, Macrobrachium Rosenbergii (De Man). The Israeli Journal of Aquaculture. Badmigeh. Wibowo, S. 2001. Transportasi Udang Hidup Sistem Kering. Info Budidaya.

BPPL Slipi. Jakarta. http//www.bp2l-kp.go.id Diakses tanggal 15 april 2012.

World Health Organization. 1992. Rotenone Health and Safety Guide. IPCS International Programme On Chemical Safety. Health and Safety Guide No. 73. Geneva