Pemeluk Agama di Universitas Negeri Yogyakarta Kerangka Berpikir

45 didalamnya yang memiliki implikasi-implikasi yang sifatnya personal maupun kelompok Effendy, 2009. 12 Religious preference . Menurut Ellison dalam Fetzer, 2003: 81 mengartikan religious preference yaitu memandang sejauhmana individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamanya. Misalnya majlis taklim, menjalankan jihad dan lain- lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dimensi religiusitas berdasarkan Fetzer 2003 yaitu 1 Daily spiritual experience, 2 Meaning, 3 Values, 4 Belief, 5 Forgiveness, 6 Private religious practices, 7 Religiousspiritual coping, 8 Religious support, 9 ReligiousSpiritual history, 10 Commitment, 11 Organizational religiousness, 12 Religious preference.

C. Pemeluk Agama di Universitas Negeri Yogyakarta

Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keberagaman baik dari suku, bahasa maupun agama Nella Sumika Putri, 2011: 226. Apabila mengacu pada dasar negara sila pertama pancasila dan UUD 1945 pasal 29 bahwa Indonesia merupakan negar a yang “ monotheist ”, bahwa negara Indonesia berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa. Atas dasar tersebut Indonesia tidak dapat dikategorisasikan sebagai negara agama, karena dalam konstitusinya tidak dinyatakan bahwa negara didasarkan atas suatu agama tertentu, bukan pula negara sekuler yang memperhatikan permasalahan agama 46 dan menyerahkan masalah agama pada perorangan dan masyarakat Sigit Ardianto, 2009. Berdasarkan Undang-Undang No. 1PNPS1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama, pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengakui 6 agama di Indonesia diantaranya Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Adapun dari hasil sensus penduduk terkait situasi demografi agama di Indonesia pada tahun 2010 sumber: BPS, Sensus 2010, agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk Indonesia. Sebanyak 207.2 juta jiwa 87. 18 memeluk agama Islam. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh penganut agama kristen sebanyak 16.5 juta jiwa 6.69, 6.9 juta jiwa penganut agama Katholik 2.91, 4 juta penganut agama Hindu 1.69, 1,7 juta penganut Buddha 0.72, 0,11 juta penganut Konghucu 0.05, dan agama lainnya 0.13 Agus Indiyanto, 2013: 14. Kelima agama juga tersebar di Universitas Negeri Yogyakarta diantaranya agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Buddha. Sehingga dalam penelitian ini akan meneliti terkait pemeluk agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Buddha.

D. Kerangka Berpikir

Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa wellness adalah cara hidup individu yang berorientasi pada kesehatan secara menyeluruh tidak hanya tidak sedang memiliki penyakit atau sedang sakit, melainkan sehat 47 secara spiritual, fisik, psikis, dan sosial sehingga dapat memaksimalkan potensi, keberfungsian individu di lingkungan. Terdapat beberapa model dalam wellness diantaranya yakni Dunn‟ High - level of Wellness. Hettler Hexagon Model, Travis and Ryan‟s IlnessWellness Continum , The Wheel of Wellness , The Indivisible Self: an Aevidence-Based Model of Wellness. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model The Wheel of Wellness yang memiliki lima life-task meliputi spiritual, self- direction , kerja dan waktu luang, persahabatan, dan cinta. Kemudian diuraikan menjadi 17 komponen diantaranya 1 kreativitas dan pemecahan masalah, 2 rasa kontrol, 3 coping dan kesadaran emosi, 4 rasa humor, 5 pekerjaan, 6 waktu luang, 7 manajemen stress, 8 rasa layak, 9 keyakinan realistik, 10 pertemanan, 11 cinta, 12 spiritual, 13 self care , 14 identitas gender, 15 identitas budaya, 16 gizi, dan 17 latihan. Religiusitas merupakan istilah yang berasal dari kata religion yang memiliki arti agama, kepercayaan yang menghubungkan antara Tuhan dengan manusia. Istilah religiusitas diartikan sebagai keberagamaan yang diwujudkan dalam sebuah aktivitas ibadah baik secara tampak, tak nampak maupun didalam hati, menghayati nilai-nilai keagamaan yang kemudian diimplementasikan dalam sehari-hari, sehingga menunjukkan seberapa kuat individu dalam beragama. Ciri-ciri seseorang yang religiusitasnya tinggi antara lain adalah memiliki keyakinan yang kuat akan adanya Allah sehingga ia merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah dan sesuatu yang 48 dilarang Allah serta merasa segala tingkahlakunya ada yang mengontrol. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin dicapainya karena ia menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya mencapai takdir Allah. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam hidupnya. Religiusitas seseorang tidak hanya ditinjau dari perilaku keagamaan yang wajib maupun nampak seperti ibadah ritual saja, melainkan ditinjau dari berbagai sisi atau dimensi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dimensi religiusitas berdasarkan Fetzer 2003 yaitu 1 Daily Spiritual Experience, 2 Meaning, 3 Values, 4 Belief, 5 Forgiveness, 6 Private religious practices, 7 Religiousspiritual coping, 8 Religious support, 9 Religiousspiritual history, 10 Commitment, 11 Organizational religiousness, 12 Religious preference. Terdapat keterkaitan antara wellness dengan religiusitas yang secara kajian bahwa bagian terpenting dalam konsep wellness yang dijelaskan dalam the Wheel of Wellness yaitu spiritual. Religiusitas merupakan dimensi dari spiritual. The Fetzer Institute melaporkan hasil riset pada tahun 1999 bahwa adanya pertumbuhan kajian terkait agama dan spiritual maupun kesehatan dan wellness . Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Bigbee 2008 dalam disertasinya berjudul “ The Relationship Between Religion, Social Interest and Wellness ” yang menunjukkan bahwa terhadap hubungan yang signifikan antara agama, ketertarikan sosial dan wellness . 49 Dalam disertasi Bigbee 2008: 52 menjelaskan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Khalek, 2006; Harding, Flanelly, Weaver Costa, 2005; Hill, Burdette, Ellison, Musick, 2006; King, Mainous, Steyer Pearson, 2001; Koening, George Titus, 2004; Lewis Cruise, 2006; McCullough, Hyot, Larson, Koenig Thoresen, 2000 menunjukkan bahwa seseorang yang religius memiliki tekanan darah lebih rendah, kematian lebih rendah, gejala depresi kecil, mengurangi resiko penyakit kardioviskular, penurunan kecemasan kematian, kemungkinan kecil untuk menyalahguanaan alkohol atau rokok dan cenderung lebih bahagia, daripada orang yang tidak menganggap agama mereka. Hal ini menunjukkan bahwa agama memiliki dampak positif pada kondisi fisik maupun kesejahteraan individu. Selain itu hasil penelitian yang berkaitan dengan religiusitas dengan kesehatan mental yang dilakukan oleh Widiana Nina 2013 dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental” yang menunjukan adanya hubungan yang positif antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental. Hasil diatas selaras dengan pandangan Alferd Adler yang menjelaskan jenis dukungan sosial dan faktor psikososial memiliki hubungan dengan agama, sehingga selaras dengan konsep wellness bahwa sehat secara sosial, yang penting antara sehat secara spiritual, fisik kesehatan fisik, psikis mental health , dan social wellbeing . 50

E. Hipotesis Penelitian