BAB II KAJIAN TEORI 001

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu stategi yang berpusat pada guru (teacher centre orientied) dan peserta didik (student centre oriented). Pemilihan strategi pembelajaran dilakukan atas pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Pendidik diharapkan mampu memilih dan memilah dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “ a way in achieving something” (Sudrajat:2008).

Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana tekniknya suatu bahan pelajaran diberikan di Sekolah. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


(2)

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien sesuai dengan kondisi atau situasinya.

Gerlach dalam Hamzah (2007:8) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang digambarkan melalui bagan berikut ini:

Gambar 1. Pola Umum Pemilihan Strategi Pembelajaran

Kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik (Hamzah, 2007:8). Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimum.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstrorming; (8) debat; (9) kooperatif, dan sebagainya (Sudrajat:2008).

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini, maka metode yang akan dibahas adalah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.

1. Metode Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions

Muslimin (2000:12) mengatakan bahwa: Sebenarnya pembelajaran kelompok merupakan ide lama yang berasal dari filosof awal abad pertama yang menyatakan bahwa untuk dapat belajar, seseorang harus

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Khusus (TPK)

Kondisi Pembelajaran

Menetapkan berbagai Metode


(3)

memiliki pasangan/ teman. Pembelajaran kelompok berikutnya dikembangkan oleh para ahli psikologi pendidikan dan teori belajar seperti John Dewey, Kurt Lewin, Jean Piaget, Lev Vygotsky pada awal tahun 1990; Thelan pada tahun 1954-1969; Gordon Allport dan Shlomo Sharan pada awal tahun 1970 (Muslimin, 2000:14); Robert Slavin pada pertengahan tahun 1970 dan barulah pada awal tahun 1990 pengajaran kelompok popular dikalangan para pendidik.

Secara sederhana kata “kooperatif” berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim (Isjoni: 2009 : 8). Jadi, pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.

Tujuan utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya.

Abdurrahman dalam Nurhadi (2004: 61) menyatakan: Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual; (4) keterampilan untuk menjalin


(4)

hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan Johnson dan Johnson dalam Kunandar (2008:273) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, yaitu:

(1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial (2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.

(3) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan.

(4) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.

(5) Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi.

(6) Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan. (7) Menimbulkan perilaku rasional.

(8) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

(9) Meningkatkan motivasi belajar. (10)Meningkatkan sikap tenggang rasa.

(11)Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.

(12)Meningkatkan pandanagn siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.

Slavin (2010:11) menyatakan bahwa metode pembalajaran kelompok dapat dibagi 5 yaitu: Student Teams Achievement Divisions

(STAD), Teams-Games-Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), dan Team Accelarated Instruction (TAI).

Slavin (2010:12) menyatakan, STAD paling sesuai untuk mengajar bidang studi yang sudah terdefenisikan dengan jelas, seperti matematika, berhitung dan studi terapan. Menurut Nurhadi (2004: 64), metode STAD


(5)

dipandang sebagai metode yang paling sederhana dari pembelajaran kooperatif. Para pendidik menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademikkepada peserta didik melalui verbal maupun tertulis.

Menurut Slavin (2010:43) menjelaskan bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama, kelima komponen kegiatan pengajaran tersebut sebagai berikut:

a. Presentasi kelas (class presentations)

Presentasi kelas yang dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan informasi materi pokok secara garis besar. Sebelum penyajian materi, pendidik dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk kelompok, menggali pengetahuan persyaratan dan sebagainya. Presentasi dapat dilakukan dengan ceramah, Tanya jawab, diskusi dan sebagainya sesuai dengan isi bahan ajar dan kemampuan siswa.

b. Tim (team)

Siswa bekerja di dalam tim mereka dengan dipandu oleh lembaran kegiatan atau materi lainnya. Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas

Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Setiap siswa diberi tanggung jawab dalam kegiatan kelompok dan siswa berperan saling membantu untuk mendapatkan poin tertinggi.

Nur asma (2009:52) menyatakan, hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menunjukkan tanggung jawab terhadap kelompoknya


(6)

adalah: 1) meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah mempelajari materi, 2) tidak seorangpun menghentikan belajar sampai semua anggota menguasai materi, 3) meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan masalah sebelum menanyakan kepada kelompok lain atau guru, 4) setiap anggota kelompok berbicara secara sopan, saling menghormati dan menghargai.

c. Kuis (quizzes)

Setelah 2 periode guru memberikan presentasi dan sekitar 1-2 periode diskusi atau praktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Pada tahap ini seluruh siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab kuis sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak diperkenankan bekerjasama dalam menjawab kuis.

d. Peningkatan nilai (individual improvement scores)

Gagasan di balik setiap peningkatan nilai adalah memberikan setiap siswa suatu tujuan kinerja yang dapat dicapai jika ia bekerja keras dan melakukan lebih baik daripada di masa sebelumnya. Setiap siswa dapat berkonstribusi dengan porsi maksimum ke dalam kelompoknya, namun tidak ada siswa yangdapat melakukannya tanpa melakukan kerja keras. Setiap siswa diberikan “skor awal”, yang berasal dari kinerja siswa di masa sebelumnya yang diperoleh


(7)

melalui kuis. Siswa memperoleh poin untuk tim mereka didasarkan pada nilai kuis mereka jika melebihi nilai awal.

Berikut merupakan langkah-langkah pemberian skor dalam pembelajaran kelompok tipe STAD:

1) Menetapkan skor awal; setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor-skor tes individu yang lalu.

2) Menghitung skor test individu terkini; siswa memperoleh skor untuk tes yang berkaitan dengan materi pokok terkini.

3) Menghitung skor perkembangan; siswa mendapat poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor tes individu terkini mereka menyamai atau melampaui skor awal mereka dengan menggunakan skala. Skor perkembangan individu dalam tim dapat dihitung dengan menggunakan tabel 2. Tabel 2. Skor kuis dan poin peningkatan nilai

No Skor Kuis Peningkatan Nilai

1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor

dasar

10 poin 3 Sama dengan skor dasar sampai 10

poin di atas skor dasar

20 poin 4 lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

5 pekerjaan sempurna 40 poin

Sumber: Slavin (2010:159)

e. Penghargaan tim (team recognition)

Menurut Slavin (2010:160), untuk menghitung skor tim, catatlah tiap poin kemajuan semua naggota tim kemudian bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir, bulatkan semua pecahan. Skor tim dihitung berdasarkan peningkatan skor angota tim, dan diberikan penghargaan


(8)

untuk tim dengan skor tertinggi. Tingkatan penghargaan diberikan disini, seperti terlihat pada tabel 3.

Tabel 3. Skor rata-rata tim dan penghargaan Skor rata-rata tim Penghargaan 15 poin sampai 19 poin Tim baik (good team) 20 poin sampai 24 poin Tim hebat (great team) Lebih dari 24 poin Tim super (super team) Sumber: Slavin (2010:160)

Dari penjelasan dan tahap-tahap metode pembelajaran kelompok tipe STAD yang dijelaskan oleh di atas, maka dapat dibuat tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran metode pembelajaran kelompok tipe STAD

sebagai berikut:

1) Persiapan materi, sebelum menyajikan pendidik harus mempersiapkan lembar kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok.

2) Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogenitas dapat berdasarkan pada kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya, jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.

3) Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada hal-hal berikut:

a) Pendahuluan, pada bagian ini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep mereka pelajari.

b) Pengembangan, dilakukan pengembangan materi sesuai dengan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan.


(9)

Pertanyaan-pertanyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa memahami konsep maka dapat beralih ke konsep lain. 4) Kegiatan kelompok, pendidik membagikan lembar kegiatan kepada

setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Pendidik memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.

5) Evaluasi, dilakukan secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

6) Penghargaan kelompok, berdasarkan peningkatan poin rata-rata kelompok, maka penghargaan pada hasil belajar kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar kelompok tanpa mengabaikan kemampuan siswa secara individual, dimana setiap siswa secara aktif melakukan diskusi, kerja sama, saling membantu, dan semua anggota kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik (MRL) di SMK Muhammadiyah I Padang diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa secara individual berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide, siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan


(10)

keterampilan secara komprehensif dalam kelompoknya. Ketika siswa melakukan kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan pada kelompoknya, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan pada tingkat berfikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk intelegensi siswa. Dengan terbentuknya intelegensi mahasiswa akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik (MRL) di SMK Muhammadiyah I Padang.

2. Metode Ceramah

Dalam lingkungan pendidikan modern, ceramah sebagai metode mengajar telah menjadi salah satu persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagian orang menolak sama sekali dengan alasan bahwa metode mengajar kurang efisien dan bertentangan dengan cara manusia belajar. Sebaliknya, sebagian yang mempertahankan berdalih, bahwa ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dalam setiap pertemuan di kelas guru tidak mungkin meninggalkan ceramah walaupun hanya sekedar sebagai kata pengantar atau merupakan uraian singkat di tengah pelajaran.

Dalam situasi-situasi tertentu, metode ceramah merupakan metode yang paling baik, tetapi dalam situasi lain mungkin sangat tidak efisien. Guru yang bijaksana senantiasa menyadari kondisi-kondisi yang berhubungan dengan situasi pengajaran yang dihadapinya.

Ceramah merupakan satu-satunya metode yang konvensional dan masih tetap digunakan dalam strategi belajar mengajar dan metode


(11)

pembelajaran yang sangat sederhana. Menurut Gulo (2002:137) pada dasarnya ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu arah.

Gulo (2002:137) menyatakan ada tiga bentuk kesalahan dalam komunikasi yaitu:

“Dikatakan terjadi communication gap (kesenjangan komunikasi) jika pesan itu tidak diterima sama sekali oleh receiver, dan

miscomunication (kesalahan komunikasi) jika pesan itu diterima tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh transmitter.

Miscomunication dapat terjadi karena berbagai hal, antara lain kerusakan atau gangguan jalur komunikasi, perbedaan bahaya antara transmitter dengan receiver, pendengaran yang kurang sempurna, komunikasi satu arah, dan lain-lain”.

Untuk mengurangi kesalahan tersebut di atas, maka ceramah dilakukan sebagai berikut: 1) Penceramah dalam hal ini guru, harus menguasai dengan sungguh-sungguh bahan ceramahnya; 2) Sistematika ceramah mempunyai urutan yang logis; 3) Penyampaian bahan secara jelas, antara lain dengan komunikasi dua arah; 4) Kemampuan menggunakan bahasa yang tepat.

Langkah-langkah di bawah ini dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mempertinggi hasil metode ceramah:

1) Tujuan pembicaraan (ceramah) harus dirumuskan dengan jelas. 2) Setelah menetapkan tujuan, harus diteliti apakah metode ceramah

merupakan metode yang sudah tepat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

3) Menanamkan pengertian yang jelas. Hal ini juga dapat dilaksanakan dengan berbagai jalan. Salah satu diantaranya adalah: guru memulai pembicaraan dengan suatu ikhtisar/ringkasan tentang pokok-pokok yang akan diuraikan. Kemudian menyusul bagian dari pokok


(12)

bahasan yang merupakan inti, dan akhirnya disimpulkan kembali pokok-pokok yang penting dari pembicaraan itu.

4) Menangkap perhatian siswa dengan menunjukkan penggunaanya. Siswa akan tertarik bila mereka melihat bahwa apa yang di pelajari berguna bagi kehidupan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

B. Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dan Hasil Belajar 1. Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik

Di SMK Muhammadiyah I Padang terdapat jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Mata pelajaran pada jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik terdiri dari: mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif.

Mata pelajaran produktif terdiri dari: a. Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)

Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) terdiri dari 5 Standar Kompetensi:

(1).Menganalisis Rangkaian Listrik (MRL) (2).Menggunakan Hasil Pengukuran (MHP) (3).Menafsirkan Gambar Teknik Listrik (MGTL) (4).Melakukan Pekerjaan Mekanik Dasar (MPMD)

(5).Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) b. Kompetensi Kejuruan (KK)

Kompetensi Kejuruan (KK) terdiri dari 14 Standar Kompetensi:


(13)

(1). Memahami Dasar-dasar Elektronika (MDE)

(2). Memahami Pengukuran Komponen Elekrtonika (MPKE) (3). Merawat Peralatan Rumah Tangga Listrik (MPRTL) (4). Memperbaiki Peralatan Rumah Tangga Listrik (MPPRTL) (5). Memasang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Sederhana

(MIPLBS)

(6). Memasang Instalasi Tenaga Listrik Bangunan Sederhana (MITLBS)

(7). Memasang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Bertingkat (MIPLBB)

(8). Memasang Tenaga Penerangan Listrik Bangunan Bertingkat (MITLBB)

(9). Memperbaiki Motor Listrik (MML)

(10) Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektronik (MSPEL)

(11) Mengoperasikan Peralatan Pengendali Daya Tegangan Rendah (MPPDTR)

(12) Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik (MSPEM) (13) Memasang Sistem Pentanahan Instalasi Listrik (MSPIL)

(14) Merawat Panel Listrik dan Switchgear (MPLS)

Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Litrik (MRL) merupakan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas. Ruang lingkup Standar Kompetensi ini mencakup pada penanaman konsep Rangkaian Listrik serta penerapannya.

Tujuan pembelajaran Standar Kompetensi MRL ini lebih banyak bertumpu pada kegiatan siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai proses pencapaian kompetensi. Dengan demikian, kompetensi dalam pembelajaran ini adalah integrasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan oleh siswa untuk melaksanakan suatu tugas di dunia kerja.

Pembelajaran pada Standar Kompetensi MRL diarahkan pada pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan proses berfikir kepada


(14)

siswa sebanyak mungkin yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi siswa, guru, sumber belajar, dan lingkungan. Untuk itu pemilihan metode pembelajaran tipe STAD diharapkan dapat memberikan dampak pada hasil belajar yang diharapkan.

2. Hasil belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Slameto (2010:2) “secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tibgkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar dinamakan dengan hasil belajar. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan sintetis.

Sujana (2002:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran”. Selain itu Sujana juga membagi hasil belajar dalam tiga macam yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan; 2) pengetahuan dan pengertian dan; 3) sikap dan cita-cita.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor).

Ranah kognitif biasanya berkenaa dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan,


(15)

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek psikomotor yaitu gerakan rileks, gerakan dasar,kemampuan perspektual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan aspiratif dan gerakan interspektif.

Purwanto (1996:7) berpendapat bahwa ”hasil belajar dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator tes, hasilnya kemudian diolah oleh guru dan diberikan penilaian”. Adapun tujuan penilaian tujuan penilaian menurut Arikunto (2007:7) adalah ”Mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan pelajaran karena telah menguasai materi dan siswa mana yang harus mengulang materi pelajaran, serta untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam pembelajaran sudah selesai”. Sujana (2002:2) menjelaskan ”Tujuan penilaian adalah untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan instruksional oleh siswa. Hasil belajar yang dikuasai sesuai target adalah 65% untuk individu dan untuk klasikal adalah 85%”.

Berdasarkan beberapa paparan teori dan konsep tentang hasil belajar tersebut di atas, maka dapat dibuat suatu definisi konseptual hasil belajar sebagai suatu kesimpulan. Hasil belajar adalah merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah berinteraksi


(16)

dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran. Pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau strategi kognitif tersebut adalah baru, bukan yang telah dimiliki mahasiswa sebelum memasuki kondisi atau situasi pembelajaran dimaksud. Hasil belajar tersebut bisa juga berbentuk kinerja atau rujukan (performance) yang ditampilkan seseorang setelah selesai mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur adalah pada aspek pengetahuan yang diperoleh siswa pada topik bahasan yang akan disampaikan pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Litrik (MRL).

C. Penelitian yang Relevan

1. Drs. Andrizal (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan metode STAD lebih tinggi dari mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah pada mata kuliah teknik pengkondisian udara.

2. Hesti Setianingsih (2007) dalam penelitiannya meysimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok tipe STAD lebih efektif daripada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori pokok bahasan segiempat kelas VII semester 2 SMP Negeri 1 Slawi tahun pelajaran 2006/2007.


(17)

3. Yeni Susilowati (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kelompok dengan tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.

D. Kerangka Konseptual

Salah satu mata pelajaran di SMK jurusan TITL adalah Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Litrik (MRL). Standar kompetensi ini diberikan pada siswa kelas X jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Muhammadiyah 1 Padang. Materi kompetensi ini mencakup penguasaan konsep Rangkaian Listrik dan penerapannya. Tujuan pembelajarannya menekankan pada peningkatan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan serta informasi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

Pembelajaran pada Standar Kompetensi MRL selama ini disampaikan dengan metode konvensional. Sehingga siswa merasa pembelajaran MRL membosankan dan monoton. Guru belum mencoba menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan belum ditemukan metode yang tepat untuk Standar Kompetensi MRL.

Metode pembelajaran yang dapat menigkatkan kualitas pembelajaran sangat bervariasi, namun pada Standar Kompetensi MRL, pembelajaran yang cocok digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar kelompok tanpa mengabaikan kemampuan belajar siswa secara individual, dimana setiap siswa secara aktif melakukan


(18)

diskusi, kerja sama, saling membantu, dan semua anggota kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada siswa secara individual berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide.

Jadi proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan diharapkan dapat memberikan suatu perubahan yang lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk memahami kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka konseptual

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada penerapan pembelajaran metode kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan pembelajaran konvensional”.

Perlakuan

Pembelajaran dengan metode STAD.

Hasil Guru mampu

menerapkan metode STAD Hasil belajar

meningkat Keadaan Sekarang

1.Pembelajaran MRL monoton

2.Belum ditemukan metode pembelajaran yang tepat

3.Rendahnya kualitas pembelajaran MRL 4.Rendahnya hasil


(19)

2. Hipotesis alternatif (Ha) : “ Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada penerapan pembelajaran metode kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan pembelajaran konvensional”.


(1)

siswa sebanyak mungkin yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi siswa, guru, sumber belajar, dan lingkungan. Untuk itu pemilihan metode pembelajaran tipe STAD diharapkan dapat memberikan dampak pada hasil belajar yang diharapkan.

2. Hasil belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Menurut Slameto (2010:2) “secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tibgkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar dinamakan dengan hasil belajar. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan sintetis.

Sujana (2002:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran”. Selain itu Sujana juga membagi hasil belajar dalam tiga macam yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan; 2) pengetahuan dan pengertian dan; 3) sikap dan cita-cita.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor).

Ranah kognitif biasanya berkenaa dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan,


(2)

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek psikomotor yaitu gerakan rileks, gerakan dasar,kemampuan perspektual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan aspiratif dan gerakan interspektif.

Purwanto (1996:7) berpendapat bahwa ”hasil belajar dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator tes, hasilnya kemudian diolah oleh guru dan diberikan penilaian”. Adapun tujuan penilaian tujuan penilaian menurut Arikunto (2007:7) adalah ”Mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan pelajaran karena telah menguasai materi dan siswa mana yang harus mengulang materi pelajaran, serta untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam pembelajaran sudah selesai”. Sujana (2002:2) menjelaskan ”Tujuan penilaian adalah untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan instruksional oleh siswa. Hasil belajar yang dikuasai sesuai target adalah 65% untuk individu dan untuk klasikal adalah 85%”.

Berdasarkan beberapa paparan teori dan konsep tentang hasil belajar tersebut di atas, maka dapat dibuat suatu definisi konseptual hasil belajar sebagai suatu kesimpulan. Hasil belajar adalah merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah berinteraksi


(3)

dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran. Pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau strategi kognitif tersebut adalah baru, bukan yang telah dimiliki mahasiswa sebelum memasuki kondisi atau situasi pembelajaran dimaksud. Hasil belajar tersebut bisa juga berbentuk kinerja atau rujukan (performance) yang ditampilkan seseorang setelah selesai mengikuti proses pembelajaran atau pelatihan

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur adalah pada aspek pengetahuan yang diperoleh siswa pada topik bahasan yang akan disampaikan pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Litrik (MRL).

C. Penelitian yang Relevan

1. Drs. Andrizal (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan metode STAD lebih tinggi dari mahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah pada mata kuliah teknik pengkondisian udara.

2. Hesti Setianingsih (2007) dalam penelitiannya meysimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok tipe STAD lebih efektif daripada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori pokok bahasan segiempat kelas VII semester 2 SMP Negeri 1 Slawi tahun pelajaran 2006/2007.


(4)

3. Yeni Susilowati (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kelompok dengan tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.

D. Kerangka Konseptual

Salah satu mata pelajaran di SMK jurusan TITL adalah Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Litrik (MRL). Standar kompetensi ini diberikan pada siswa kelas X jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Muhammadiyah 1 Padang. Materi kompetensi ini mencakup penguasaan konsep Rangkaian Listrik dan penerapannya. Tujuan pembelajarannya menekankan pada peningkatan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan serta informasi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

Pembelajaran pada Standar Kompetensi MRL selama ini disampaikan dengan metode konvensional. Sehingga siswa merasa pembelajaran MRL membosankan dan monoton. Guru belum mencoba menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan belum ditemukan metode yang tepat untuk Standar Kompetensi MRL.

Metode pembelajaran yang dapat menigkatkan kualitas pembelajaran sangat bervariasi, namun pada Standar Kompetensi MRL, pembelajaran yang cocok digunakan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar kelompok tanpa mengabaikan kemampuan belajar siswa secara individual, dimana setiap siswa secara aktif melakukan


(5)

diskusi, kerja sama, saling membantu, dan semua anggota kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada siswa secara individual berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide.

Jadi proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan diharapkan dapat memberikan suatu perubahan yang lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk memahami kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka konseptual

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada penerapan pembelajaran metode kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan pembelajaran konvensional”.

Perlakuan Pembelajaran dengan metode STAD. Hasil Guru mampu menerapkan metode STAD Hasil belajar meningkat Keadaan Sekarang 1.Pembelajaran MRL monoton 2.Belum ditemukan metode pembelajaran yang tepat 3.Rendahnya kualitas pembelajaran MRL 4.Rendahnya hasil belajar MRL


(6)

2. Hipotesis alternatif (Ha) : “ Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada penerapan pembelajaran metode kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan pembelajaran konvensional”.