BAB II KAJIAN PUSTAKA 001

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. DESKRIPSI TEORI

1. Penjelasan Prakerin (Praktik Kerja Industri)

PRAKERIN (Praktik Kerja Industri) adalah suatu mata pelajaran yang wajib ada di dalam tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK). Sekolah menengah merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar yakni Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagaimana disebutkan dalam pasal 18 ayat 3 Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 (2005: 10), bahwa. “Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat”.

Undang-Undang sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa, “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”.

Peran pendidikan kejuruan sangat strategis dalam menyiapkan calon tenaga kerja yang memiliki keterampilan profesional tertentu untuk memperoleh bidang pekerjaan profesional yang sesuai dengan spesialisasinya. Tidak tertutup juga bagi tamatan SMK untuk melanjutkan pendidikan hingga keperguruan tinggi.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu pendidikan menengah yang menyiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil, produktif, kreatif, serta dapat mengembangkan sikap professional


(2)

dibidangnya. siswa SMK yang sedang menempuh pendidikan di sekolah sudah harus dipersiapkan untuk mampu menciptakan peluang usahanya sendiri, tidak hanya mampu untuk mengisi peluang kerja yang sudah ada di dunia usaha dan industri, akan tetapi upaya pendidikan juga harus mampu memberikan lulusan SMK nantinya memiliki jiwa dan perilaku yang berkarakteristik kewirausahaan.

Lulusan yang siap kerja dan siap untuk berwirausaha merupakan tantangan yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan.Hal ini tentu saja tidak terlepas dari rendahnya tingkat pasar kerja jika dibandingkan dengan para pencari kerja.

Oleh sebab itu kewirausahaan diyakini mampu untuk menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ketidak seimbangan antara supply and demand dalam bidang ketenaga kerjaan di Indonesia. Akan tetapi untuk menghasilkan lulusan SMK yang bermutu dan memiliki minat berwirausaha tidak bisa dilakukan dengan model pembelajaran yang sama.

Salah satu bentuk atau upaya yang di lakukan oleh sekolah untuk menciptakan minat berwirausaha yang tinggi di kalangan siswa yang masih menempuh pendidikan, dengan cara menerjunkan langsung siswa ke dunia usaha atau industri melalui program praktik kerja industri (prakerin) untuk memperoleh pengalaman nyata di dunia usaha dan industri.

Konsep yang dikembangkan dalam pendidikan kejuruan, dalam rangka mempersiapkan peserta didik mendapatkan pekerjaan profesional tertentu dilakukan melalui “on the job training” yaitu belajar bekerja langsung di Industri. Menurut Nana Sudjana, “pekerjaan profesional adalah pekerjaan


(3)

yang hanya dapat dikerjakan oleh mereka yang secara khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan” (Sugiyono, 2003: 18).

Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada dengan keterampilan profesional yang dimiliki. Arah pengembangan pendidikan menengah kejuruan diorientasikan pada penentuan pasar kerja.

Ada beerbagai bentuk model dalam pendidikan kejuruan (Rastodio, 2012), model – model tersebut antara lain adalah :

1) Model 1

Pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun dapat dikatakan bahwa berorientasi pasar (Market Oriented Model). Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama berhak menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan prinsip pendidikan yang bersifat umum, dan mereka tidak dapat diusik oleh pemerintah karena yang menjadi sponsor, dana dan lainnya adalah dari perusahaan. Beberapa negara penganut model ini adalah Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

2) Model 2

Pemerintah sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan jenis pendidikan apa yang harus dilaksanakan di


(4)

perusahaan, bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu. Walaupun model ini disebut juga model sekolah (school model), pelatihan dapat dilaksanakan di perusahaan sepenuhnya. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.

3) Model 3

Pemerintah menyiapkan/memberikan kondisi yang relatif komprehensif dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya.model ini disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang disebut model sistem ganda (dual system) sistem pembelajaran yang dilaksanakan di dua tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang keduanya bahu membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang handal bagi para lulusan pelatihan tersebut. Negara yang menggunakan sistem ini diantaranya Swiss, Austria dan Jerman. Kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah model ketiga ini, dimana pelaksanaan pendidikan sistem ganda dilaksanakan di dua tempat yaitu di sekolah dan di Industri dengan berbagai pengembangannya.

Ketiga model tersebut kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah “Model 3”, dimana pelaksanaan pendidikan sistem ganda dilaksanakan di dua tempat yaitu di sekolah dan di Industri. Berdasarkan lampiran Keputusan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor:


(5)

251/C/Kep/MN/2008 (Depdiknas, 2008) tentang spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan, kompetensi pendidikan kejuruan/SMK atau dalam spektrum tersebut disebut studi keahlian pada SMK dikelompokan sebagai berikut: (1) Teknologi dan Rekayasa, (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi, (3) Kesehatan, (4) Seni Kerajinan dan Pariwisata, (5) Agrobisnis dan Agroteknologi.

Dari banyak penjelasan yang telah disebutkan diatas, maka dapat dikatakan pengertian prakerin adalah :

1) Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan kata praktik berarti “pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori”. Prakerin atau yang sering disebut On The Job Training (OJT), merupakan model pelatihan yang bertujuan untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan (Bondan Arum Pratiwi, 2009; 16).

2) Prakerin adalah kegiatan yang bersifat wajib tempuh bagi siswa SMK yang merupakan bagian dari program PSG. Dalam Permendiknas tentang pedoman teknis pelaksanaan PSG pada SMK disebutkan bahwa “Prakerin adalah praktik keahlian produktif yang dilaksanakan di Industri atau perusahaan yang berbentuk kegiatan mengerjakan produksi/jasa” (Estiko Suparjono, 1999: 259).

3) Prakerin adalah suatu kegiatan pelatihan keahlian produktif bersifat wajib tempuh bagi siswa SMK yang dilakukan di Dunia Usaha/Dunia Industri serta memiliki konsep tersendiri dalam pelaksanaannya bertujuan meningkatkan kecakapan siswa dalam pekerjaan tersebut.


(6)

4) Prakerin adalah kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan didunia usaha atau dunia industri yang relevan dengan dengan kompetensi (kemampuan) siswa sesuai bidangnya.

5) Menurut Petrus (2004:5) tentang pengertian praktik kerja industri bahwa:“Praktik kerja industri adalah model pendidikan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan praktik nyata di dunia usaha atau industri selama waktu tertentu. Penyelenggaraan praktik kerja industri yang tepat, sistematis dan terarah akan semakin melengkapi kompetensi siswa sebagai bekal dalam persaingan di dunia kerja”.Dengan prakerin, diharapkan siswa dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum.Di samping itu, diharapkan dapat mengenal lebih dini tentang dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menyelesaikan pendidikan.

Seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik (2008: 93) manfaat “praktik kerja industri bagi siswa adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan kesempatan kepada peserta untuk melatih ketrampilan- ketrampilan manajemen dalam situasi lapangan yang aktual. Hal ini penting dalam rangka belajat menerapkan teori atau konsep atau prinsip yang telah dipelajari sebelumnya, (2) memberikan pengalaman- pengalaman praktis kepada peserta sehingga hasil pelatihan bertambah luas, (3) peserta berkesempatan memecahkan berbagai masalah manajemen di lapangan dengan mendayagunakan kemampuannya, (4) mendekatkan dan menjebatani penyiapan peserta untuk terjun kebidang tugasnya setelah menempuh program pelatihan tersebut”.Menurut pendapat Wardiman Djojonegoro (1988: 58) praktik kerja industri “sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang kejuruan didukung oleh faktor


(7)

yang menjadi komponen utama. Komponen tersebut adalah (1) dunia usaha/dunia industri (DU/DI) pasangan, (2) program pendidikan dan pelatihan bersama, yang terdiri dari standar kompetensi, standar pelatihan dan pendidikan.

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri merupakan salah satu upaya mencapai tujuan penyelenggaraan PSG. Keputusan Menteri No.323/U/1997 (Estiko Suparjono, 1999: 257) dapat disimpulkan tujuan Praktik Kerja Industri adalah kemampuan yang telah didapatkan peserta didik dari proses pembelajaran disekolah diterapkan atau diimplementasikan secara nyata di Dunia Usaha/Dunia Industri sehingga tumbuh etos kerja atau pengalaman kerja. Dapat disimpulkan tujuan utama program Praktik Kerja Industri mengoptimalkan hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan di sekolah dengan pengalaman kerja di Industri untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan secara maksimal. Selain itu juga disebutkan tujuan lain dari Prakein (Praktek Kerja Industri), antara lain :

a. Membentuk pola pikir yang konstruktif bagi siswa-siswi PRAKERIN (Praktek Kerja Industri).

b. Melatih siswa untuk berkomunikasi/ berinteraksi secara profesional didunia kerja yang sebenarnya .

c. Membentuk Etos kerja yang baik bagi siswa-siswi PRAKERIN (Praktek Kerja Industri).

d. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa-siswi PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) sesuai bidang masing-masing.

e. Menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa agar dapat dikembangkan dan di Implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.


(8)

PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) juga mempunyai landasan hukum tersendiri, landasan hukum dari PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) antara lain adalah :

a. Undang- undang no 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Kepmen pendidikan dan kebudayaan no 323/u/1997, tentang penyelenggaraan prakerin SMK.

c. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah yang antara lain :

1. Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerja sama dengan masyarakat terutama dunia usaha / industri dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya dalam rangka menunjang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan.

2. Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru yang diperlukan dalam rangka pengembangan pendidikan menengah.

d. Kepmendikbud No. 080/V/1993 tentang kurikulum sekolah menengah kejuruan yang menyatakan :

1. Menggunakan unit produksi sekolah beroperasi secara professional sebagai wahana pelatihan kejuruan.

2. Melaksanakan sebagai kelompok mata pelajaran kejuruan di sekolah, dan sebagailainnya di dunia usaha dan industri.

3. Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan sepenuhnya di masyarakat dunia usaha dan industri.


(9)

e. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal (15) yang menyebutkan bahwa, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. f. Undang-Undang Nomor 2 / 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional, dan

peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1992 tentang Peranan masyarakat Dalam Pendidikan Nasional, dan Kepmendikbud Nomor 080 / U / 1993 tentang Kurikulum SMK, sebagai berikut:

1) " Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 ( dua ) jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah". [UUSPN, Bab IV, pasal 10, ayat ( 1 )].

2) " Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerjasama dengan masyarakat terutama dunia usaha dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya dalam rangka menunjang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan". [PP 29, Bab XI, pasal 29, ayat ( 1 )] .

3) " Pengadaan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan di lakukan oleh Pemerintah, masyarakat, dan / atau keluarga peserta didik. [UUSPN, Bab VIII, pasal 33] .

4) " Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan Nasional ". [UUSPN, Bab XIII, pasal 47, ayat ( 1 )] .

5) " Peranserta masyarakat dapat berbentuk pemberian kesempatan untuk magang dan atau latihan kerja ". [PP 39, Bab III, pasal 4, butir ( 8 )].

6) " Pemerintah dan Masyarakat menciptakan peluang yang lebih besar untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam Sistem pendidikan Nasional ". [PP 39, Bab VI, pasal 8, ayat ( 2 )] .


(10)

7) " Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru yang di perlukan dalam rangka pengembangan pendidikan menengah ". [PP 29, Bab XIII, pasal 32, ayat ( 2 )].

8) Sekolah Menengah Kejuruan dapat memilih pola penyelenggaraan pengajaran sebagai berikut:

a) Menggunakan unit produksi sekolah yang beroperasi secara profesional sebagai wahana pelatihan kejuruan.

b) Melaksanakan sebagian kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan di sekolah, dan sebagian lainnya di dunia usaha atau industri.

c) Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan sepenuhnya di masyarakat, dunia usaha dan industri.[Kepmendikbud, No : 080 / U / 1993, Bab IV, butir C.I kurikulum 1994, SMK].

Penerapan kurikulum pada saat ini menggunakan kurikulum 2013, maka dari itu pembahasan akan diperdalam dengan kaitan kurikulum 2013. Pada dasarnya kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Relevansi antara prakerin (praktek kerja industri) dengan tujuan kurikulum 2013 terdapat pada kata – kata , kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Hal itu juga sejalan dengan tujuan prakerin (praktek kerja industri), yaitu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, afektif dan etos kerja siswa - siswi smk.

Kurikulum 2013 mempunyai 3 kerangka dasar, yaitu landasan filosofis, landasan yuridis dan landasan teoritis, dimana kedua landasan tersebut yaitu


(11)

landasan filosofis dan teoritis, mempunyai keterkaitan dengan kegiatan prakerin (praktek kerja industri).

Pada landasan filosofis kurikulum 2013 memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada landasan filosofis kurikulum 2013 juga membahas pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.

Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Dari landasan filosofi tersebut dapat dikatakan bahwa dengan adanya kegiatan prakerin (praktek kerja industri), diharapkan siswa mampu meningktkan intelektual dann kecemerlangan akademiknya, karena prakerin (praktek kerja industri) bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu dari siswa smk.

Selain landasan filosofi, landasan teori juga mempunyai keterkaitan dengan kegiatan prakerin (praktek kerja industri). Dalam landasan teoritis disebutkan pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang salah satunya adalah standar kelulusan, dengan adanya kegiatan prakerin (praktek kerja industri). Diharapkan standar kelulusan yang diinginkan pada kurikulum 2013 dapat tercapai dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

hubungan kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) yang ada di sekolah SMK dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya di bidang mata pelajaran produktif.


(12)

Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran yang merupakan keahlian dari siswa SMK tersebut, dengan kata lain bahwa mata pelajaran produktif adalah pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus yang diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Pembelajaran produktif diberikan di bengkel/instalasi masing-masing jurusan. Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran praktikum yang mana setiap siswa harus berkompeten didalamnya. Alasan siswa harus berkompeten dalam mata pelajaran produktif dikarenakan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) bagi siswa SMK adalah salah satunya berada pada mata pelajaran produktif. Nantinya setelah atau sebelum Ujian Nasional (UN), siswa akan menghadapi ujian pada mata pelajaran produktif yang namanya UKK (Uji Kompetensi Kejuruan) hal ini lagi yang sekali lagi mengharuskan siswa untuk menguasai semua kompetensi dari mata pelajaran yang mereka pelajari. Tentunya kompetensi di bidang mata pelajaran produktif dilakukan dengan tanpa mengurangi kompetensi mereka di dalam mata pelajaran normatif dan adaptif.

Untuk mendapatkan kompetensi yang diinginkan dan maka tenaga pendidik yang bersangkutan, yakni guru mata pelajaran produktif juga harus berkompeten pula dalam bidang kehakiman yang dimilikinya, selain itu guru mata pelajaran juga diwajibkan mempunyai kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Untuk menunjang hasil pembelajaran yang diharapkan dan menghasilkan siswa yang berkompeten dibidangnya, maka dilakukan dengan sistem ganda, sistem ganda yang dimaksd disisni adalah proses belajar yang dilakukan antara pihak sekolah dengan dunia usaha atau industri. Dengan menggunakan


(13)

pembelajaran sistem ganda diharapkan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada di lingkungan dunia usaha/industri dan menerapkanya pada proses belajar mengajar di sekolah.

Dalam pembelajaran sistem ganda dilakukan dengan menggunakan sistem 1 – 2 – 3. Artinya, 1 jam untuk pembelajaran teori, 2 jam pelajaran praktik dan 3 jam praktik industri. Dengan demikian aktivitas praktik akan lebih dominan daripada pembelajaran teori. Tujuanya tentu saja diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan dan kompetensi siswa pada keahlian tertentu agar dapat digunakan untuk bersaing di dunia usaha dan industri.

Karena pada saat ini pengetahuan pengetahuan siswa tentang pengetahuannya dibidang mata pelajaran produktif yang dipelajari disekolah masih terbatas, keterbatasan ini bisa diakibatkan karena alat yang mereka gunakan praktik masih terbatas, masalah – masalah yang mereka hadapi ketika praktikum berbeda jauh dengan masalah – masalah yang ada di dunia industri, selain itu juga implementasi alat di sekolah masih berupa prototype namun jika di dunia kerja sudah dalam bentuk nyata, hal ini lah yang menjadikan pengetahuan mereka tantang keahlian dibidang yang mereka palajari akan bertambah.

Selain dibidang pengetahuan, bidang keterampilan juga berpengaruh besar, karena semua industri dan semua perusahaan yang ada pada saat ini memerlukan para pekerja yang terampil. Terampil yang dimaksud adalah cekatan, disiplin, berkompeten, rajin dan mempunyai inovasi – inovasi yang dapat menunjang produktivitas perusahaan.


(14)

Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir.

Sehingga untuk menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya.

Dari penjelasan diatas, maka keterampilan siswa smk dalam bidang keahlianyya dapat dibentuk, pembentukan bisa dilakukan di dalam pembelajaran yang ada di sekolah, yaitu dengan cara memberikan tugas – tugas akhir kepada siswa untuk merancang dan membuat sebuah alat, selain itu untuk mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, maka kegiatan prakerin (praktek kerja industri).

Seperti yang disebutkan pada penjelasan diatas, diadakannya prakerin (praktek kerja industri) dapat mengoptimalkan keterampilan siswa smk, karena di dalam industri para siswa dilatih dididik dengan sistem yang ada di dunia industri, maka secara otomatis keterampilan mereka akan tumbuh dengan sendirinya. Yang akhirnya nanti setelah mereka selesai melakukan kegiatan prakerin (praktek kerja


(15)

industri) keterampilan yang didapatkan di dunia industri akan merak terapkan kembali ke dalam proses pembelajaran disekolah.

Praktek kerja industri (Prakerin) sebagai bagian dari PSG yang pelaksanaannya melibatkan kerja sama antara pihak sekolah dan dunia industri, maka keterlibatan secara aktif kedua belah pihak sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program. Pihak sekolah harus mampu mengantisipasi dan menggunakan dunia kerja sebagai pijakan dalam menentukan program kurikulum atau pembelajaran di sekolah. Demikian pula dengan pihak industri yang menekankan pada aspek produksi yang berpijak pada prinsip-prinsip ekonomi, harus mampu menjalankan misi pendidikan khususnya misi pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan adanya kerja sama semua pihak sebagaimana tersebut di bawah ini:

1. Guru dan instruktur

Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap program pelaksanaan pembelajaran di sekolah, sedangkan di industri pembelajaran praktek sepenuhnya menjadi tanggung jawab instruktur. Sebagai tenaga pengajar praktek, instruktur seyogyanya memahami dan mampu mempraktekkan metode-metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran praktek di industri. Dengan demikian pembelajaran prakerin betul-betul dapat meningkatkan kualitas kemampuan kerja siswa.

2. Siswa

Siswa dalam hal ini adalah peserta prakerin. Biasanya peserta prakerin adalah siswa kelas II yang telah menerima pelajaran baik teori maupun praktek sebagai bekal sebelum terjun praktek di DU/DI


(16)

3. Alat dan bahan

Alat dan bahan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah disediakan oleh pihak sekolah, sedangkan yang digunakan untuk pembelajaran dan pelatihan di DU/DI disediakan oleh instansi pasangan.

4. Materi

Materi pembelajaran di sekolah lebih ditekankan pada pembelajaran teori-teori kejuruan, sedangkan materi di industri lebih ditekankan pada praktek kerja, tetapi berkaitan dengan teori-teori yang dipelajari di sekolah. demikian sekolah harus mampu menggunakan dunia kerja sebagai pijakan dalam perencanaan kurikulumnya, sehingga ada kaitan antara apa yang diajarkan di sekolah dengan apa yang dipelajari di DU/DI.

5. Waktu

Ada sekolah yang menggunakan sistem blok dan ada yang menggunakan sistem biasa. Pada umumnya di Indonesia pengaturan pembelajaran teori dan praktek tidak menggunakan sistem blok sebagaimana sekolah-sekolah di negara-negara Barat ataupun Eropa. Menurut Nolker (1983) mengenai panjang waktu masing-masing blok terdapat pengalaman yang berbeda-beda, karenanya tidak ada kesepakatan tentang panjang waktu yang paling menguntungkan bagi proses belajar.

6. Administrasi

Yang dimaksud administrasi adalah seluruh kegiatan mulai dari perekaman (kegiatan pencatatan, pengambilan gambar, dan perekaman narasi) sampai dengan pendokumentasian (klasifikasi, pengkodean, dan penyimpanan) yang memuat semua komponen pendidikan yang menjadi


(17)

program prakerin yang diselenggarakan bersama antara sekolah dengan institusi pasangannya.

7. Pembiayaan

Mengingat pendidikan sistem ganda kejuruan memerlukan biaya yang sangat besar, maka masalah pendanaan ini harus dipikirkan untuk pemecahannya. Mengacu pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pengadaan dan pendayagunaan sumber dana pendidikan ditanggung oleh oleh pemerintah.

2. Mata Pelajaran Produktif

Keberhasilan pendidikan kejuruan/SMK dapat diukur dari tingkat keterserapan tamatan di dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut berbagai usaha dilakukan oleh SMK melalui peningkatan mutu pembelajaran. Salah satunya melalui pencapaian standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh Dunia Usaha/Dunia Industri/Asosiasi Profesi, yang subtansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokan menjadi mata pelajaran Normatif, Adaptif, dan Produktif.

Mata Pelajaran Produktif yang ada di SMK adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Bila dalam SKKNI belum tercantum, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili Dunia Usaha/Dunia Industri/Asosiasi Profesi. Mata Pelajaran Produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja.


(18)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 ditegaskan bahwa sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan tersebut dilaksanakan setelah jenjang program S-1 (Sarjana).

Guru dipandang sebagai ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut pasal 28 ayat (3) PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi guru terdiri: a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c) kompetensi profesional, dan d) kompetensi sosial. Evaluasi input dari kinerja guru mata pelajaran produktif dapat dilihat dari segi penguasaan keempat kompetensi tersebut.

Dalam kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri), seharusnya siswa melakukannya sesuai dengan keahlian yang mereka pelajari, yang sesuai dengan mata pelajaran produktif yang mereka pelajar, jika siswa dalam melakukan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) tidak sesuai dengan keahliannya maka akan


(19)

menjadi sia – sia kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) yang dilakukannya.

Dalam kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri), tidak semua mata pelajaran produktif yang kita pelajar disekolah akan diterapkan dalam dunia industri, maka dari itu semua siswa harus bisa memenfaatkannya dengan baik, agar pengetahuan mereka dan keterampilan mereka dapat meningkat sepulangnya dari kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri).

Frekuensi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran produktif. Dalam proses belajar mengajar, tanpa adaya keaktifan anak belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Sering dijumpai pada individu yang malas belajar jika tidak ada ulangan atau jika tidak ada tugas dari sekolah. Di samping itu, individu yang kurang mempunyai keinginan untuk mengembangkan potensi kreatif yang ada dalam dirinya. Hal ini tampak terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Siswa kurang efektif dan responsif terhadap materi yang disampaikan. Kondisi semacam ini menjadikan siswa lebih banyak tergantung pada pendidik.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi


(20)

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktifitas belajar. Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.


(21)

Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

Secara khusus dalam konteks Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli pembelajaran kelas penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik mendiagnosa kesulitan belajar memberikan umpan proses pengertian hasil belajar menurut ahli perangkat pembelajaran cache mirip pengertian hasil belajar menurut ahli bloom selanjutnya menurut bloom dalam agus hasil belajar mencakup kemuan pengertian evaluasi (penilaian) pengukuran dan asesmen cache mirip.

Pengertian evaluasi (penilaian) menurut para ahli informasi yang diperoleh melalui Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan pengaruh kesulitan belajar siswa (sebuah studi cache mirip apr pengertian belajar kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan april jadi hasil belajar dalam bidang tertentu menurut teori ini akan dapat ditransferkan bidang bidang lain upaya meningkatkan hasil belajar pendidikan belajar jadi guru cache mirip posted by aguswuryanto july pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbda beda belajar adalah suatu proses yang cache mirip apr tinggi rendahnya akan mempengaruhi hasil belajar pengertian menurut bahasa (etimologi) ialah usaha dan kemauan untuk guilford (dalam sukerta ialah kecenderungan tingkah laku umum lebih lanjut seorang ahli yaitu wrightstone (dalam nurkancana edunet mts kab tegal prestasi belajar faktor


(22)

yang cache mirip by sholahuddin apr uncategorized tagged prestasi belajar siswa memahami pengertian.

Prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda beda sesuai dengan sedangkan menurut nasution prestasi belajar adalah belajar biologi online cache mirip des selain definisi menurut para ahli pendidikan ada beberapa definisi belajar secara teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara cara seseorang hasil belajar adalah yang dicapai dalam suatu usaha april februari januari desember november penelusuran terkait dengan pengertian hasil belajar menurut para.

4. Penilaian

Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.

Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan


(23)

naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;

2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; 3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat :

1. Dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil


(24)

belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

2. Menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk : menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.

Selain itu ada beberapa pengertian penelitian dari beberapa ahli, diantaranya adalah :

1. Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

2. Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya:


(25)

Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).

3. Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.

4. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

Penilaian terbagi 3 yaitu ranah penilaian afektif , kognitif, psikomotor. Penjelasan dari ketiga ranah penilaian tersebut antara lain :

a. Ranah penilaian afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (menerima atua memperhatikan) (2) responding (menanggapi) (3) valuing (menghargai) (4) Organization (mengatur


(26)

atau mengorganisasikan) (5) characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).

b. Ranah penilaian kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Pada ranah ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab — akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.


(27)

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan dengan topik mengenai kegiatan prakerin terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI pada mata pelajaran produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung adalah :

1. Penelitian oleh Yuli Rifiani tahun 2008, tesis tentang “Partisipasi Pasaraya Sri Ratu Pemuda Semarang Dalam Kegiatan Prakerin Siswa Smk Program Keahlian Penjualan”, hasil penelitiannya adalah Prakerin yang berlangsung di Pasaraya Sri Ratu berjalan sesuai perencanaan yang dibuat oleh pihak sekolah yang mengadakan kesepakatan kerjasama, dalam hal ini SMK Negeri 2 Semarang, dalam hal tujuan, lingkup kerjasama, tugas dan tanggung


(28)

jawab, pelaksanaan kegiatan, pembeayaan, maupun jangka waktu kerjasama tersebut.. Perencanaan ini dibuat satu kali pada saat pertama kali penandatanganan MoU, selanjutnya tinggal mengikuti, dan diadakan pembaharuan lagi setiap tiga tahun sekali. Waktu pembelajaran prakerin yang berlangsung di PSR sama dengan jam kerja untuk karyawan.

Kegiatan absen yang dilakukan siswa prakerin juga sama dengan yang dilakukan karyawan PSR. Kedua hal tersebut memberikan pelajaran disiplin kepada siswa prakerin, sehingga mereka yang ketika di sekolah masih belum bisa menghargai waktu, setelah mengikuti irama kerja di PSR selama prakerin menjadi bisa menghargai waktu. Pada kegiatan evaluasi Prakerin, Pasaraya Sri Ratu hanya mengandalkan ujian Tugas Akhir sebagai evaluasi yang resmi dari sekolah, dan ada arsipnya.

Kegiatan evaluasi intern prakerin di Pasaraya Sri Ratu tidak berlangsung secara seragam, dalam arti masing-masing lantai memiliki kebijakan sendiri-sendiri dalam melaksanakannya, dan kegiatan ini juga tidak terdokumen, sehingga tidak bisa diketahui bagaimana kemampuan siswa dari tahun ke tahun.

2. Penelitian oleh Istu Harjono tahun 2012, tesis tentang “Implementasi Praktek Kerja Industri Pada Kompetensi Keahlian Teknik Instlasi Tenaga Listrik SMK Negri 4 Di Kota Tanggerang”, hasil penelitiannya adalah Implementasi prakerin pada kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik di SMK negeri di kota Tanggerang diimplementasikan dalam berbagai tahapan yang tersetruktur, yaitu pemetaan dunia usaha industri, pengajuan daftar peserta


(29)

prakerin pada dunia usaha, tanggapan dunia usaha, mengirim peserta prakerin, pelaksanaan prakerin, monitoring prakerin dan menyusun laporan presentasi.

Bentuk kerjasama yang sudah dilakukan dan terus dikembangkan oleh SMKN 4 kota Tanggerang dengan pihak industri yang selama ini telah banyak membantu program Prakerin.

3. Penelitian oleh Fera Susanti tahun 2012, tesis tentang “Evaluasi dan Desain Hipotetik Program Prakerin Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang”, hasil penelitiannya adalah bahwa program Prakerin SMKN 2 Padang panjang sudah berjalan dengan baik, namun masih ada pelaksanaan sub variable yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan data yang penulis dapatkan.

Analisis deskriptif terhadap variabel context yang terdiri dari indikator tujuan program prakerin dan lingkungan tempat prakerin. Dari 48 siswa diperoleh skor rata-rata 30,96 dari skor maksimum ideal 40, dengan tingkat ketercapaian sebesar 77,40%. Artinya tujuan program prakerin cukup sesuai dengan kebutuhan siswa karena program prakerin dapat meningkatkan kemampuan kompetensi produktif, meningkatkan disiplin kerja, dan memberikan pengalaman kompetensi produktif sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki siswa. Tetapi pada pelaksanaan prakerin, belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan. Pada indikator lingkungan tempat prakerin diperoleh skor rata-rata 30,82 dari skor maksimal 40, dengan tingkat ketercapan sebesar 77,40% dengan kategori cukup. Artinya lingkungan tempat prakerin belum sesuai dengan kompetensi keahlian. perolehan data yang penulis dapatkan.


(30)

Analisis deskriptif terhadap variabel context yang terdiri dari indikator tujuan program prakerin dan lingkungan tempat prakerin. Dari 48 siswa diperoleh skor rata-rata 30,96 dari skor maksimum ideal 40, dengan tingkat ketercapaian sebesar 77,40%. Artinya tujuan program prakerin cukup sesuai dengan kebutuhan siswa karena program prakerin dapat meningkatkan kemampuan kompetensi produktif, meningkatkan disiplin kerja, dan memberikan pengalaman kompetensi produktif sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki siswa. Tetapi pada pelaksanaan prakerin, belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan. Pada indikator lingkungan tempat prakerin diperoleh skor rata-rata 30,82 dari skor maksimal 40, dengan tingkat ketercapan sebesar 77,40% dengan kategori cukup. Artinya lingkungan tempat prakerin belum sesuai dengan kompetensi keahlian.

C. KERANGKA BERPIKIR

Dalam membuat judul skripsi ini tentunya terdapat faktor X dan faktor Y, faktor X di dalam judul ini adalah tentang prakerin, sedangkan faktor Y adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mata pelajaran produktif. Dimana kedua variable tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu antra prakerin dengan peningkatan pengetahuan siswa dan antara prakerin dengan peningkatan keterampilan siswa. Penigkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut dikhususkan pada mata pelajaran produktif.

Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran yang merupakan keahlian dari siswa SMK tersebut, dengan kata lain bahwa mata pelajaran produktif adalah pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus


(31)

yang diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Pembelajaran produktif diberikan di bengkel/instalasi masing-masing jurusan. Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran praktikum yang mana setiap siswa harus berkompeten didalamnya. Alasan siswa harus berkompeten dalam mata pelajaran produktif dikarenakan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) bagi siswa SMK adalah salah satunya berada pada mata pelajaran produktif. Nantinya setelah atau sebelum Ujian Nasional (UN), siswa akan menghadapi ujian pada mata pelajaran produktif yang namanya UKK (Uji Kompetensi Kejuruan) hal ini lagi yang sekali lagi mengharuskan siswa untuk menguasai semua kompetensi dari mata pelajaran yang mereka pelajari. Tentunya kompetensi di bidang mata pelajaran produktif dilakukan dengan tanpa mengurangi kompetensi mereka di dalam mata pelajaran normatif dan adaptif.

Untuk mendapatkan kompetensi yang diinginkan dan maka tenaga pendidik yang bersangkutan, yakni guru mata pelajaran produktif juga harus berkompeten pula dalam bidang kehakiman yang dimilikinya, selain itu guru mata pelajaran juga diwajibkan mempunyai kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pada saat ini pengetahuan pengetahuan siswa tentang pengetahuannya dibidang mata pelajaran produktif yang dipelajari disekolah masih terbatas, keterbatasan ini bisa diakibatkan karena alat yang mereka gunakan praktik masih terbatas, masalah – masalah yang mereka hadapi ketika praktikum berbeda jauh dengan masalah – masalah yang ada di dunia industri, selain itu juga implementasi alat di sekolah masih berupa prototype namun jika di dunia kerja sudah dalam


(32)

bentuk nyata, hal ini lah yang menjadikan pengetahuan mereka tantang keahlian dibidang yang mereka palajari akan bertambah.

Selain dibidang pengetahuan, bidang keterampilan juga berpengaruh besar, karena semua industri dan semua perusahaan yang ada pada saat ini memerlukan para pekerja yang terampil. Terampil yang dimaksud adalah cekatan, disiplin, berkompeten, rajin dan mempunyai inovasi – inovasi yang dapat menunjang produktivitas perusahaan.

Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir.

Sehingga untuk menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya.

Dari penjelasan diatas, maka keterampilan siswa smk dalam bidang keahlianyya dapat dibentuk, pembentukan bisa dilakukan di dalam pembelajaran yang ada di sekolah, yaitu dengan cara memberikan tugas – tugas akhir kepada siswa untuk merancang dan membuat sebuah alat, selain itu untuk


(33)

mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, maka kegiatan prakerin (praktek kerja industri).

Seperti yang disebutkan pada penjelasan diatas, diadakannya prakerin (praktek kerja industri) dapat mengoptimalkan keterampilan siswa smk, karena di dalam industri para siswa dilatih dididik dengan sistem yang ada di dunia industri, maka secara otomatis keterampilan mereka akan tumbuh dengan sendirinya. Yang akhirnya nanti setelah mereka selesai melakukan kegiatan prakerin (praktek kerja industri) keterampilan yang didapatkan di dunia industri akan merak terapkan kembali ke dalam proses pembelajaran disekolah.

Selain masalah – masalah yang ada pada pemaparan diatas, masih terdapat masalah yang lain, yaitu mengenai minat belajar yang kurang dari siswa itu sendiri, ada banyak hal yang mempengaruhi minat belajar siswa sangat kurang, salah satunya adalah karena kurang minatnya siswa dalam melakukan praktikum, karena ada beberapa siswa yang lebih tertarik dan lebih minat belajar jika melakukan praktikum dalam pengimplementasikan secara nyata. Nyata dalam hal ini adalah terjun langsung ke dalam industri.

Masalah yang seperti inilah yang pada akhirnya keberadaan kegiatan prakerin (praktek kerja industri) akan sangat penting dalam membantu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.

Berdasarkan dukungan landasan teoritik yang diperoleh dari eksplorasi teori yang dijadikan rujukan konsepsional variabel penelitian, maka dapat disusun Kerangka Pemikiran sebagai berikut :


(34)

Perencanaan merupakan proses dasar dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, karena perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi manajemen lainnya. Menurut T. Hani Handoko (1985:77) perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.

Sebagaimana diungkapkan oleh Laird (1983) dalam tulisan Made Wena, bahwa agar praktek industri dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka perencanaan pembelajarannya harus dirancang secara sistematis.

Menurut Butler (1979) pada umumnya langkah-langkah perencanaan pembelajaran praktek industri meliputi:

1) perumusan tujuan pembelajaran praktek industri 2) penentuan isi pembelajaran praktek industri 3) perumusan penentuan prosedur kerja sama

4) merancang masalah yang berkaitan dengan administras 5) merancang penempatan kerja

6) menentukan alokasi waktu

7) merumuskan deskripsi dan wewenang masing – masing pihak yang terlibat

Pada dasarnya setiap sekolah kejuruan harus menjalin kerja sama dengan dunia usaha/industri, sejalan dengan Peraturan pemerintah RI No.29/1990 tentang Pendidikan Menengah, yang menyebutkan bahwa pendidikan sekolah kejuruan harus pula memenuhi persyaratan tersedianya potensi lapangan kerja


(35)

dan dukungan masyarakat termasuk DU/DI (pasal 7). Guna terwujudnya kerjasama itu, maka sekolah kejuruan harus aktif menjalin kerjasama dengan DU/DI, dimana kerja sama tersebut harus bersifat simbiose mutualistis, atau saling menguntungkan kedua pihak.

Menurut Made Wena (1996:226) beberapa langkah yang harus dilakukan oleh sekolah dalam usaha menjalin kerjasama tersebut antara lain:

a. Memilih DU/DI sebagai mitra kerja yang tepat untuk belajar sesuai program studi siswa, yang memungkinkan siswa untuk melakukan praktek secara lengkap.

b. Mendatangi DU/DI yang bersangkutan untuk menjelaskan tujuan dan bentuk kerjasama, waktu pelaksanaan, tugas dan tanggung jawab masingmasing pihak, dan sebagainya dalam bentuk proposal lengkap sehingga DU/DI bisa memahami lebih jauh tujuan kerjasama yang akan dijalin.

c. Membuat perjanjian kerjasama yang memuat hal-hal yang tertera dalam proposal kerjasama.

d. Merealisasikan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan nyata.

Mengingat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada pendidikan kejuruan melibatkan pihak industri yang sacara struktural berbeda, maka perlu adanya perjanjian kerjasama yang bersifat formal antara keduanya. Menurut Munch (1983) dokumen kerjasama setidaknya memuat a) jenis dan organisasi pendidikan sistem ganda seperti waktu, materi, dan tujuan, b) lama pendidikan sistem ganda, c) jadwal harian, dan d) sistem pengupahan. Masalah penting


(36)

yang harus diperhatikan dalam perjanjian kerjasama ini adalah bagaimana agar kerjasama ini benar-benar bermanfaat bagi kedua pihak.

2. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan prakerin yang dilakukan siswa di DU/DI harus tetap mengacu pada desain pembelajaran yang telah ditetapkan. Di samping itu pelaksanaan praktek industri dapat berupa “day release” atau “block release” atau kombinasi keduanya (Soewarni,1993).

Dalam penyelenggaraan “day release” waktu belajar dalam satu minggu digunakan waktu beberapa hari belajar di sekolah dan beberapa hari di DU/DI, tergantung kesepakatan antara pihak sekolah dengan DU/DI. Sedangkan dalam “block release” waktu belajar dibagi dalam hitungan bulan atau semester, dalam arti proses belajar dilakukan di sekolah beberapa bulan atau semester secara terus-menerus, kemudian bulan atau semester berikutnya di DU/DI.

Dalam praktek pelaksanaan prakerin terdapat beberapa masalah mengenai bagaimana perbandingan waktu belajar di sekolah dan waktu belajar di DU/DI. Menurut Nolker (1993) tidak ada data ilmiah yang tepat mengenai perbandingan antara pembelajaran teori di sekolah dan pembelajaran praktek di DU/DI yang akan memberi hasil yang terbaik. Begitu pula pengetahuan saat ini belum mampu menetapkan dengan tepat urutan-urutan serta koordinasi teori dan praktek dalam kurikulum. Hanya saja dalam kurikulum SMK edisi 2006 disebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan prakerin minimal adalah empat bulan.


(37)

Mengingat prakerin adalah program bersama antara pihak sekolah dan DU/DI, maka penyampaian materi harus saling terkait, dalam arti pengajaran teori maupun praktek dasar di sekolah harus saling terkait dengan pembelajaran praktek di industri, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan.

Bisa disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran praktek di industri ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain:

1) Pengajaran praktek harus tetap berpijak pada pembelajaran teori di sekolah dan perkembangan jenis pekerjaan di DU/DI.

2) Pengajaran praktek harus diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik mendapat pengalaman kerja secara lengkap.

3) Pengajaran praktek harus diatur mulai dari praktek yang bersifat sederhana menuju praktek yang bersifat lebih kompleks. Langkah-langkah kerja yang bersifat prosedural harus diajarkan secara bertahap, sehingga benar-benar mengerti dan dapat mempraktekkannya pada setiap tahap secara benar. 4) Harus ada petunjuk kerja praktek yang bersifat sederhana dan mudah

dipahami yang dapat memberi arah pada siswa tentang hal-hal yang harus dilakukannya.

3. Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan tahap yang paling penting dalam setiap kegiatan pendidikan.Guna mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanaan pembelajaran prakerin dan sejauh mana siswa mampu menyerap ketrampilan kerja yng diberikan, perlu diadakan evaluasi program prakerin.


(38)

Secara sederhana penilaian atau evaluasi bisa digambarkan sebagai suatu proses,di mana kita mempertimbangkan suatu barang atau gejala dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu, patokan-patokan mana mengandung pebgertian baik-tidak baik, memadai-tidak memadai, memenuhi syarat-tidak memenuhi syarat dan sebagainya, dengan kata lain kita mengadakan “Value Judgement” (Joni, 1984:7).

Karena prakerin merupakan program bersama antara sekolah dengan pihak DU/DI, maka masalah evaluasi dalam prakerin perlu dibicarakan bersama. Namun demikian pelaksanaan evaluasi terhadap proses belajar siswa di DU/DI sepenuhnya harus dilakukan pleh pihak DU/DI (Made Wena, 1996:231).

Secara garis besar Groundlund (1981:12) mengatakan bahwa evaluasi bisa dimanfaatkan:

1) Untuk membuat laporan ke orang tua siswa

2) Untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan pada siswa 3) Untuk keperluan administrasi sekolah

4) Untuk keperluan riset dan penelitian

Dalam kegiatan prakerin ini evaluasi selain untuk memberikan laporan kepada orang tua siswa tentang kemajuan belajar selama mengikuti prakerin, juga untuk keperluan administrasi sekolah. Agar proses evaluasi siswa prakerin dapat dilaksanakan sesuai prosedur evaluasi, maka kegiatan evaluasi tersebut perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan sistematis.


(39)

Perencanaan evaluasi dilakukan bersama-sama antara pihak sekolah dengan DU/DI. Menurut Made Wena (1996) tahap perencanaan evaluasi menyangkut metode evaluasi, instrument evaluasi, dan cara menetapkan kriteria evaluasi.

Metode evaluasi menurut Nurkancana dan Sumartana (1986:24) ada dua yaitu metode tes dan metode observasi. Untuk mengetahui kemampuan belajar siswa selama mengikuti prakerin metoda yang tepat digunakan adalah metode observasi dengan alat atau instrument berupa lembar pengamatan yang secara garis besar berisi tentang aspek-aspek yang akan dievaluasi dan nilai yang diperoleh siswa dirumuskan dengan jelas penskorannya. Secara umum pemberian skor pada setiap aspek yang akan dinilai ditentukan atas dasar skor maksimum dan minimum, skor waktu, serta penentuan skor akhir pekerjaan. Adalah sangat tidak mungkin menggunakan tes tertulis untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam pembelajaran praktek.

Selanjutnya adalah bagaimana cara melakukan observasi, kapan, dan berapa kali observasi akan dilakukan.

2) Pelaksanaan evaluasi

Dalam pembelajaran prakerin, yang harus melakukan evaluasi adalah pihak DU/DI melalui instruktur yang membimbing siswa selam berada di DU/DI. Pelaksanaan evaluasi harus dilakukan sesuai dengan jenis-jenis ketrampilan yang dipelajari siswa. Dengan demikian setiap jenis ketrampilan harus ada lembar observasinya, sehingga kemajuan belajar siswa dapat diketahui secara menyeluruh. Di samping


(40)

mengevaluasi ketrampilan yang harus dikuasai siswa, masalah keselamatan kerja,etos kerja siswa, hubungan sosial siswa dengan karyawan dievalusi juga.

3) Analisis hasil evaluasi

Di samping untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Selain itu instruktur DU/DI harus bisa menggunakan evaluasi belajar siswa sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran prakerin. Misalnya kalau hasil belajar siswa rendah dalam arti tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya, maka instruktur harus mampu melihat sebab – sebab kegagalan belajar siswa. Kalau kelemahan-kelemahan proses pembelajaran telah ditemukan, maka akan dengan mudah dilakukan perbaikan.

Penjelasan tahapan – tahapan diatas merupakan suatu prosedur yang harus dilakukan dalam suatu sekolah kejuruan dalam melaksanakan prakerin, tahapan – tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(41)

Sedangkan tahapan yang ada pada saat ini di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung adalah :


(42)

Adanya tahaan evaluasi sangatlah penting, dikatakan penting karena dengan adanya evaluasi yang dilakukan, maka akan diketahui apakah prakerin dapat memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam bidang mata pelajaran produktif. Selain itu juga mengetahui apakah sistem prakein yang selama ini berjalan, sudah dapat bekerja dengan baik dan benar.

D. HIPOTESIS

Dari penjelasan secara teori yang telah dilakukan pada penjelasan diatas, maka dapat diambil hipotesis dari penelitian yang dilakukan, hipotesis yang diajukan adalah :


(43)

1. Kegiatan prakerin (Praktek Kerja Industri) dapat meningkatan pengetahuan dan keterapilan siswa kelas XI dalam mata pelajaran produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung.

2. Kegiatan prakerin (Praktek Kerja Industri) tidak dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI dalam mata pelajaran produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung.


(1)

Secara sederhana penilaian atau evaluasi bisa digambarkan sebagai suatu proses,di mana kita mempertimbangkan suatu barang atau gejala dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu, patokan-patokan mana mengandung pebgertian baik-tidak baik, memadai-tidak memadai, memenuhi syarat-tidak memenuhi syarat dan sebagainya, dengan kata lain kita mengadakan “Value Judgement” (Joni, 1984:7).

Karena prakerin merupakan program bersama antara sekolah dengan pihak DU/DI, maka masalah evaluasi dalam prakerin perlu dibicarakan bersama. Namun demikian pelaksanaan evaluasi terhadap proses belajar siswa di DU/DI sepenuhnya harus dilakukan pleh pihak DU/DI (Made Wena, 1996:231).

Secara garis besar Groundlund (1981:12) mengatakan bahwa evaluasi bisa dimanfaatkan:

1) Untuk membuat laporan ke orang tua siswa

2) Untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan pada siswa 3) Untuk keperluan administrasi sekolah

4) Untuk keperluan riset dan penelitian

Dalam kegiatan prakerin ini evaluasi selain untuk memberikan laporan kepada orang tua siswa tentang kemajuan belajar selama mengikuti prakerin, juga untuk keperluan administrasi sekolah. Agar proses evaluasi siswa prakerin dapat dilaksanakan sesuai prosedur evaluasi, maka kegiatan evaluasi tersebut perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan sistematis.


(2)

Perencanaan evaluasi dilakukan bersama-sama antara pihak sekolah dengan DU/DI. Menurut Made Wena (1996) tahap perencanaan evaluasi menyangkut metode evaluasi, instrument evaluasi, dan cara menetapkan kriteria evaluasi.

Metode evaluasi menurut Nurkancana dan Sumartana (1986:24) ada dua yaitu metode tes dan metode observasi. Untuk mengetahui kemampuan belajar siswa selama mengikuti prakerin metoda yang tepat digunakan adalah metode observasi dengan alat atau instrument berupa lembar pengamatan yang secara garis besar berisi tentang aspek-aspek yang akan dievaluasi dan nilai yang diperoleh siswa dirumuskan dengan jelas penskorannya. Secara umum pemberian skor pada setiap aspek yang akan dinilai ditentukan atas dasar skor maksimum dan minimum, skor waktu, serta penentuan skor akhir pekerjaan. Adalah sangat tidak mungkin menggunakan tes tertulis untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam pembelajaran praktek.

Selanjutnya adalah bagaimana cara melakukan observasi, kapan, dan berapa kali observasi akan dilakukan.

2) Pelaksanaan evaluasi

Dalam pembelajaran prakerin, yang harus melakukan evaluasi adalah pihak DU/DI melalui instruktur yang membimbing siswa selam berada di DU/DI. Pelaksanaan evaluasi harus dilakukan sesuai dengan jenis-jenis ketrampilan yang dipelajari siswa. Dengan demikian setiap jenis ketrampilan harus ada lembar observasinya, sehingga kemajuan


(3)

mengevaluasi ketrampilan yang harus dikuasai siswa, masalah keselamatan kerja,etos kerja siswa, hubungan sosial siswa dengan karyawan dievalusi juga.

3) Analisis hasil evaluasi

Di samping untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Selain itu instruktur DU/DI harus bisa menggunakan evaluasi belajar siswa sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran prakerin. Misalnya kalau hasil belajar siswa rendah dalam arti tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya, maka instruktur harus mampu melihat sebab – sebab kegagalan belajar siswa. Kalau kelemahan-kelemahan proses pembelajaran telah ditemukan, maka akan dengan mudah dilakukan perbaikan.

Penjelasan tahapan – tahapan diatas merupakan suatu prosedur yang harus dilakukan dalam suatu sekolah kejuruan dalam melaksanakan prakerin, tahapan – tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(4)

Sedangkan tahapan yang ada pada saat ini di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung adalah :


(5)

Adanya tahaan evaluasi sangatlah penting, dikatakan penting karena dengan adanya evaluasi yang dilakukan, maka akan diketahui apakah prakerin dapat memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam bidang mata pelajaran produktif. Selain itu juga mengetahui apakah sistem prakein yang selama ini berjalan, sudah dapat bekerja dengan baik dan benar.

D. HIPOTESIS

Dari penjelasan secara teori yang telah dilakukan pada penjelasan diatas, maka dapat diambil hipotesis dari penelitian yang dilakukan, hipotesis yang diajukan adalah :


(6)

1. Kegiatan prakerin (Praktek Kerja Industri) dapat meningkatan pengetahuan dan keterapilan siswa kelas XI dalam mata pelajaran produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung.

2. Kegiatan prakerin (Praktek Kerja Industri) tidak dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI dalam mata pelajaran produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung.