dengan penuh kehati-hatian, sebab jangan karena cinta kepada sang anak, maka keluarga atau orang tua mau saja menjadi korban dari kejahatan yang telah ada dalam
diri sang anak.
30
Dalam pengalaman Ibu Indah Benyamin - Tode Solo, kedua pihak, suami dan isteri sama-sama menyetujui keputusan menjual anak,
31
sedangkan Pdt. Paoina Ngefak – Bara Pa mengatakan bahwa tidak ada perundingan antara suami dan istri, namun pada
saat disarankan untuk menjual, sebagai ibu ia segera menyetujui karena yang ada dalam pikirannya ketika itu hanyalah bagaimana suami dan anak dapat terlepas dari sakit
penyakit yang tidak kunjung berhenti. Dalam hatinya ada rasa kurang yakin dan tidak percaya, tetapi menurutnya hal itu hanya dibawa di dalam Nama Tuhan.
32
6. Prosedur dan Proses dalam Ritual dan Penjualan Anak
6.1. Pihak yang Membeli
Pada zaman dahulu, anak tidak dijual pada sembarang orang, melainkan harus kepada orang yang memiliki asal-usul dari leluhur orang tua. Dalam hal ini, para leluhur
atau nenek moyang keluarga yang bersangkutan juga melakukan tradisi ini, karena dalam melakukan tradisi ini terlebih dahulu harus ada persetujuan dari para nenek
moyang.
33
Ketua Adat, Bapak Klonel mengungkapkan hal serupa bahwa pada zaman yang lalu, orang yang membeli anak haruslah orang yang mempunyai latar belakang mengerti
tradisi ini, dalam arti tradisi ini juga dilakukan oleh para leluhur yang telah meninggal. Pada zaman sekarang hal ini tidak berlaku lagi, pihak pembeli tidak mesti orang yang
mempunyai hubungan dengan para leluhur. Siapa saja yang siap menerima untuk
30
Wawancara DR. H. Ataupah, dosen Universitas Nusa Cendana, Kupang. Oeba, Kupang, Selasa, 22 Mei 2012, jam 18.30 Wawancara Ibu Indah Benyamin - Tode Solo Lasiana, Kupang, 5 Mei 2012, jam 10.00-12.00 WITA
Wawancara Pdt. Paoina Ngefak – Bara Pa Lasiana, Kupang, 12 Mei 2012, jam 10.00-12.00 WITA Wawancara DR. H. Ataupah, dosen Universitas Nusa Cendana, Kupang. Oeba, Kupang, Senin, 30 April 2012, jam 11.30
WITA
melakukan penjualan anak dapat menjadi pembeli. Orang yang membeli dapat juga dari keluarga yang menjual, misalnya paman atau bibi dari anak tersebut Pada umumnya
pihak yang membeli tidak harus dari luar ataupun dalam, asalkan mengerti tradisi ini sehingga hari-hari sebelum melakukan penjualan, sang pembeli sudah harus pergi ke
tempat leluhur untuk meminta persetujuan
34
Misalnya yang terjadi dengan Pendeta Paoina Ngefak – Bara Pa yang menjual anaknya kepada kakak kandungnya. Alasan
memilih keluarga tersebut karena kakak kandungnya melihat adanya kemiripan wajah dengan sang ayah serta sakit-sakit yang tidak kunjung berhenti dari ayah dan anak,
sehingga saudara tersebut yang mengajukan agar anak ini dijual
35
. Pembeli juga tidak harus orang yang seiman. Pihak pembeli bisa saja beragama lain
36
. Hal ini dilakukan oleh Ibu Indah Benyamin - Tode Solo yang menjual anaknya kepada Ibu Mariam Buang, seorang Muslim, tetapi sangat demokrat karena sangat
menghargai agama lain termasuk agama Kristen. Hubungan kekerabatannya adalah dari pihak orang tua wanita Ibu Mariam Buang.
37
. Menurut Bapak Ruben Klonel, “Pada masa sekarang, mereka menjual anaknya kepada siapa saja yang siap membeli anak itu,
tidak memandang lagi orang itu mengerti tradisi tidak atau ada hubungannya dengan para leluhur atau tidak”
38
6.2. Proses dalam Ritual dan Penjualan