ada  kegiatan  siswa,  tidak  didukung  media,  dan  diperlukan  catatan berbicara yang luas.
Untuk  meningkatkan  efektifitas  ceramah,  Mel  Silberman  yang dikutip  Hisyam  Zaini  2002:132  menyarankan  sepuluh  tips  untuk
mengoptimalkan  metode  ceramah  yang  dibagi  menjadi  empat  kelompok besar  sebagi  berikut:  a  Membangun  minat  dengan  cara  1  mengawali
dengan  menampilkan  cerita  atau  gambar  yang  dapat      menarik  perhatian siswa  terhadap  topik  yang  akan  diajarkan,  2  menyajikan  kasus  yang
berkaitan  dengan  topik  pelajaran,  dan  3  mengajukan  pertanyaan  kepada siswa  sehingga  mereka  termotivasi  untuk  mendengarkan  pelajaran  dalam
rangka  mencari  jawabannya,  bMemaksimalkan  pemahaman  dan  ingatan dengan cara 1 membuat kata-kata kunci  yang berperan sebagai subjudul
verbal  atau  alat  memori  yang  tidak  lebih  dari  tujuh  kata  agar  mudah diingat,  apalagi  kalau  pada  sesi  yang  pendek,  2  memberikan  ilustrasi
nyaata  dari  ide-ide  yang  disampaikan  atau  apabila  memungkinkan membuat  perbandingan  antara  materi  yang  disampaikan  dengan
pengetahuan  atau  pengalaman  yang  telah  dimiliki  oleh  siswa,  dan  3 menggunakan  dukungan  visual,  seperti  flip  chart,  OHP,  handout  singkat,
atau demonstrasi agar siswa mampu melihat sekaligus mendengarkan apa yang  disampaikan,  cMelibatkan  siswa  dalam  kegiatan  pembelajaran
dengan cara 1 memberhentikan penyampaian materi secara periodik dan menantang  siswa  untuk  memberikan  contoh  dari  konsep-konsep  yang
dipresentasikan  atau  untuk  menjawab  pertanyaan  dan  2  menyelingi pelajaran  dengan  aktivitas-aktivitas  singkat  yang  memperjelas  topik  yang
disajikan,  dMemperkuat  ingatan  siswa  terhadap  materi  pelajaran  dengan 1  mengajukan  masalah  atau  pertanyaan  untuk  dipecahkan  atau  dijawab
oleh siswa dan 2 meminta siswa untuk saling mengulang atau mengetes materi yang telah disajikan.
Dengan  demikian  untuk  menjadikan  ceramah  yang  efektif, penggunaan  media  yang  bervariasi  dan  strategi  dari  guru  sangat
diperlukan.  Selain  itu,  siswa  juga  harus  dilibatkan  dalam  proses pembelajaran agar terjadi interaksi antara guru dan siswa.
8.  Teori Pengaruh Media Dengan Hasil Belajar
Menurut  Bruner  1966  yang  dikutip  Sardiman  2002  ada  3 tingkatan  modus  belajar  :  yaitu  pengalaman  langsung  inactive,
pengalamn  piktoral  atau  gambar    iconic  dan  pengalaman  abstrak
symbolicketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman yang baru.
Salah  satu  gambaran  yang  dijadikan  acuan  sebagai  landasan  teori penggunaan  media  dalam  proses  belajar  mengajar  adalah  Dale’s  cone  of
experience kerucut pengalaman dale Dale 1969,  kerucut ini merupakan elaborasi  yang  rinci  dari  konsep  dari  tiga  tingkatan  pengalaman  yang
dikemukakan Bruner sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari  pengalaman  langsung  kongkret,  kenyataan  yang  ada  di  lingkungan
kehidupan  seseorang  kemudian  melalui  benda  tiruan,  sampai  lambang verbal abstrak. Semakin keatas dipuncak kerucut, semakin abstrak media
penyampaiannya  pesan  itu.  Perlu  dicatat  bahwa  urutan – urutan ini tidak
berarti  proses  belajar  mengajar  harus  dimulai  dari  pengalaman  langsung, tetapi  dimulai  dengan  jenis  pengalamn  yang  paling  sesuai  dengan
kebutuhan  dan  kemampuan  kelompok  siswa  yang  dihadapi  dengan pertimbangan situasi belajarnya.
Edgar  Dale  1969  yang dikutip  Sardiman 2002:8 mengemukakan bahwa belajar seseorang 75 diperoleh dari indra penglihatan atau visual
mata, 13 melalui indra pendengaran atau audio telinga dan selebihnya indera yang lainya.
Gambar 2. Kerucut Pengalaman Dale
9.  Pelaksanaan Proses Pembelajaran Di Sekolah
Pelaksanaan  proses  pembelajaran  di  SMK  N  1  Sedayu  khususnya Teknik  Pengelasan  kelas  X  mengenai  standar  kompetensi  mengelas
dengan proses  las oxy acetylene  seperti tercantum  pada silabus  yang ada pada lampiran 1 halaman 89 . Dari silabus dapat kita ketahui alokasi waktu
sebanyak  152  jam  pelajaran  yang  digunakan  selama  semester  1  dan  2. Adapun  beberapa  kompetensi  dasar  yang  ada  pada  silabus  mengelas
dengan  proses  las  oxy  acetylene  untuk  kelas  X  semester  1  dan  2  adalah sebagai berikut:a Pertemuan 1, menyiapkan material untuk pengelasan de-
ngan alokasi waktu 4 jam pelajaran teori. b Pertemuan ke 2 dan 3, mengidentifikasi peralatan oxy
acetylene dengan alokasi waktu 8 jam pelajaran teori. c Pertemuan ke 4  sampai dengan ke 7, memasang peralat
an oxy acetylene dengan alokasi waktu 8 jam pelajaran
Pengalaman langsung Pengalaman melalui benda tiruan
Melalui dramatisasi Melalui demonstrasi
Melalui karya wisata Pameran
televisi Gambar hidup
Gambar tetap Gambarfoto
Visualpeta
kata
abstrak konkret
teori dan 8 jam pelajaran praktek sekolah. d Pertemuan ke 8 dan 9, mengidentifikasi metode-metode
pencegahan distorsi dengan alokasi waktu 8 jam pela- -jaran teori.
e Pertemuan ke 10 dan 19,  melakukan pengelasan dengan proses las oxy acetylene menggunakan bahan baja kar-
bon dengan alokasi waktu 116 jam pelajaran teori. Dari  rincian  silabus  diatas  diharapkan  guru  yang  mengajar  dapat
mengajar  sesuai  dengan  standar  kompetensi  yang  ada  pada  silabus,  dari silabus tersebut guru diharuskan membuat RPP yang nanti digunakan pada
saat  proses  pembelajaran  sebagai  rencana  proses  pembelajaran  agar pembelajaran berjalan dengan baik. Adapun contoh RPP dapat dilihat pada
lampiran  2  halaman  92,  dari  RPP    yang  ada  materi  pelajaran  diajarkan dengan metode ceramah, diskusi, demontrasi dan tanya jawab. Namun hal
itu belum terbukti efektif seperti yang sudah dijelaskan pada bab I, metode tersebut  terlalu  monoton  sehingga  proses  pembelajaran  kurang  bisa
berjalan dengan baik.
10. Microsoft Powerpoint