KEPUTUSAN PETANI MENGAMBIL KREDIT USAHA RAKYAT BANK RAKYAT INDONESIA DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ABSTRAK

KEPUTUSAN PETANI MENGAMBIL KREDIT USAHA RAKYAT BANK RAKYAT INDONESIA DI KECAMATAN ADILUWIH

KABUPATEN PRINGSEWU Oleh

YUNI ELMITA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Kredit Usaha Rakyat di Kecamatan Adiluwih dan (2) kredit yang diinginkan petani untuk mencukupi permodalan usahatani. Penelitian dilakukan pada dua desa, yaitu Desa Adiluwih dan Desa Srikaton Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2014. Jumlah responden sebanyak 36 untuk responden KUR dan 32 untuk responden non KUR yang diambil secara acak. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani menggunakan regresi binary logit. Kredit yang diinginkan petani dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) faktor-faktor yang signifikan berpengaruh negatif terhadap keputusan petani mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia adalah bunga kredit, jangka waktu pengembalian kredit dan lamanya realisasi kredit. (2) kredit yang sesuai dengan keinginan petani adalah kredit yang dapat diakses dengan prosedur dan persyaratan yang mudah, jumlah yang dicairkan sesuai dengan kebutuhan usahataninya, tanpa agunan, bunga relatif rendah (sekitar 0 - 1 persen per bulan), pengembalian kredit setelah panen, serta pencairan kredit yang cepat (yakni 2 sampai dengan 7 hari kerja).


(2)

ABSTRACT

FARMERS DECISION’S IN TAKING BUSINESS CREDIT (KUR) OF

BANK RAKYAT INDONESIA IN SUBDITRICT ADILUWIH DISTRICT

PRINGSEWU By

YUNI ELMITA SARI

This study aims to determine : (1) factors that influence farmers decision’s in taking KUR of Bank Rakyat Indonesia in Adiluwih Subdistrict Pringsewu District (2) characteristics of business credit that suitable for farmers to sufficient the capital. The research was conducted on July to September 2014 on Adiluwih and Srikaton Village, Adiluwih Subdistrict Pringsewu District that was chosen

purposively. The samples are taken from thirty six farmers who take KUR of Bank Rakyat Indonesia and thirty two farmers who not take KUR with

proportional random sampling. Analysis data used are the binary logit regression and descriptive analysis. The results showed (1) factors that negativly affect of farmers decision’s in taking KUR of Bank Rakyat Indonesia were interest rate, payback period, and duration of loan disbursements (2) characteristics of business credit that suitable for farmers desire were it can be taken easily procedure, amount disbursed in accordance with the needs of the business, interest was relatively low (approximately 0-1 percent per month), the system of loan repayment after the harvest, as well as rapid disbursement (ie, 2 to 7 working days).


(3)

KEPUTUSAN PETANI MENGAMBIL KREDIT USAHA RAKYAT BANK RAKYAT INDONESIA DI KECAMATAN ADILUWIH

KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

YUNI ELMITA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

NamaMahasiswa

NomorPokokMahasiswa : 1014023029

KABT]PATEN PRINGSEWTI :

turtEhittSari

Jurusan Fakultas

: Agribisnis

: Pertanian

MEI\TYETUJTII 1. Komisi Pembimbing

rq1,

Dr.Ir.

F.E. Prasmbtiwi, M.S. NrP 19630203 198902 2 001

3&"&

Y

a--Ir.

Suriity Situmorang, M.Sil NIP 19620816 198703 2 002

2. Ketua Jurusan / Program Studi

Dr.rr._m*,

NrP 19630203 198902 2 001

I

I

I

t'

I

l;

r:


(5)

t-1. Tim Penguji

Kefira

:

I)r.Ir.

F.E. Prasmatiwi, M.S.

:

Ir.

Suri*ty Situmorang M.Si.

t

: Dr. Ir.

R

Hanung Ismono, M.P. .,,.,,*

qj

PenguJi

....

Bukan Pembimbing

Abbas Zakaria, M.S.


(6)

RIWAYAT HIDUP

memasuki kuliah di Universitas Lampung Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2010 dengan jalur PKAB.

Dalam kegiatan kemahasiswaan penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Universitas Lampung periode 2012/2013. Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Teknologi Informasi dan Multimedia, Prilaku Konsumen, Ekonometrika, Pengantar Ilmu Ekonomi dan Ekonomi Mikro.

Pada Februari 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung Menang Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji selama 40 hari. Pada tahun yang sama penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Penulis juga pernah menjadi surveyor dalam kegiatan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia periode Desember 2013 – Maret 2014.

Penulis lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 07 Juni 1992 dari pasangan Edward Kholik dan Milianah. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD N 5 Kelapa Tujuh Kecamatan Kotabumi Selatan pada tahun 2004, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP N 7 Kotabumi pada tahun 2007, tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA N 2 Kotabumi pada tahun 2010, dan


(7)

vii

SANWACANA

Bismillahirohmanirrahim,

Alhamdullilahirobbil’alamin, segala puji bagi ALLAH SWT, atas segala curahan rahmat dan karunia NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurat kepada Nabi Muhammad SAW teladan bagi seluruh umat manusia, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya.

Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran

yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini yang berjudul “Keputusan Petani Mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu”. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S. sebagai Pembimbing Pertama sekaligus Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis) Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ketulusan hati, bimbingan, dukungan,dan nasihat yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran serta dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.

3. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., atas masukan dan arahan yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.


(8)

viii 5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

6. Teruntuk Bapak dan Mama tercinta, terima kasih atas segala limpahan cinta dan kasih sayang yang tulus ikhlas membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran. Ketiga adikku tersayang Rizki Ramadhan, A.Edwin Maha Reza dan M.Firdaus Cahya Wiguna yang sudah menjadi motivasiku.

Kesuksesanku kelak kupersembahkan untuk kalian.

7. Keluarga besar nenek Makruf ,cik tati, cik nun, om bambang, uwo mala dan semua sepupu yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih telah senantiasa memberi dukungan dan membantu penulis selama menyelesaikan studi di Bandar Lampung.

8. Bapak Kepala BRI Cabang Pringsewu beserta staf , Bapak Kepala BRI Unit Adiluwih beserta staf, Ibu Roma Derta dan Bapak Fardy Tataq yang telah membantu penulis selama proses penelitian di lapangan.

9. Bapak Kepala Desa beserta perangkat Desa Adiluwih dan Desa Srikaton, Bapak Sutikno, yang telah membantu penulis selama proses penelitian di lapangan.

10. Terimakasih Andika Nafi Saputra, S.H. yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi di setiap langkah penulis, serta sahabat- sahabat terbaikku Tati Musoleha, S.P , Erisa Widyanti, Terisia Muharam S.P, Ita Musliha S.P dan Meitri Sugesti, terimakasih atas antuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini.


(9)

ix Nisya, Ayu, Fitri,David, Maryadi, Hasan,Hendra, Kholis, Pramulyanto, Andika, Rahmat, Chandra, Roche, Cherry, Doni, Riza,Altri, Wahyu,

terimakasih atas pengalaman dan kebersamaannya selama ini. Semoga kelak kesuksesan menyertai kita semua, Amiin.

12. Atu dan Kiyai Agribisnis 2007, 2008, dan 2009, adinda Agribisnis 2011, 2012, 2013 dan 2014 atas dukungan dan bantuan kepada penulis.

13. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis ( Mba iin, Mba aii, Mas Kardi, Mas Bukhari, Mas Boim) atas semua bantuan yang telah diberikan. 15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segalam kesalahan selama proses penulisan skripsi ini. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Amin.

Bandar Lampung, 13 Desember 2014 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 14

A. Tinjauan Pustaka ... 14

1. Agribisnis dan Lembaga Penunjang Agribisnis ... 14

2. Konsep Usahatani ... 17

3. Pendapatan Usahatani ... 18

4. Modal dalam Sektor Pertanian ... 20

5. Kredit ... 22

6. Kredit Usaha Rakyat ... 23

7. Teori Pengambilan Keputusan ... 28

8. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan dan Pengambilan Kredit ... 29

9. Regresi Logistik (Logit) ... 31

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 33

C. Kerangka Berfikir ... 35


(11)

xi

B. Metode, Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian ... 41

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 43

D. Metode Analisis Data ... 43

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 48

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 48

B. Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia ... 56

C. Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) ... 57

D. Kredit Kemitraan PTPN VII ... 59

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Keadaan Umum Responden ... 64

1. Jenis Kelamin dan Umur Responden ... 64

2. Tingkat pendidikan ... 65

3. Pengalaman Berusahatani ... 66

4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 67

5. Pekerjaan Sampingan ... 68

6. Luas Lahan ... 69

7. Pendapatan Usahatani Nasabah KUR dan non KUR di Kecamatan Adiluwih ... 71

B. Perbandingan Antara KUR dan non KUR ... 76

1. Jumlah Pinjaman ... 76

2. Masa Pengembalian ... 78

3. Bunga Kredit ... 79

4. Sistem Pengembalian Kredit ... 80

5. Lama Realisasi Kredit ... 81

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Adiluwih ... 81


(12)

xii B. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Panen, Produksi, Produktifitas Padi di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 ... 2 2. Luas panen, produksi, produktivitas padi sawah menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2012 ...3 3. Luas panen, produksi, produktivitas jagung menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2012 ...4 4. Perkembangan penyaluran KUR Indonesia secara nasional

Januari-November 2013 ...6 5. Penyaluran KUR di Bank Rakyat Indonesia Cabang Pringsewu

tahun 2013 ...7 6. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat mikro di Kabupaten Pringsewu

tahun 2013 ... 8 7. Penelitian terdahulu ... 33 8. Jumlah nasabah KUR mikro sektor pertanian di BRI Unit

Adiluwih ... 43 9. Jumlah penduduk di Kecamatan Adiluwih tahun 2013 ... 50 10.Persyaratan Kredit Usaha Rakyat mikro Bank Rakyat

Indonesia ... 56 11.Persyaratan pengambilan Kredit Umum Pedesaan BRI Unit

Adiluwih ... 58 12.Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok

umur KUR dan non KUR ... 65 13.Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal


(14)

xiv 15.Sebaran responden KUR dan non KUR berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga di Kecamatan Adiluwih ... 68

16.Sebaran responden KUR dan non KUR berdasarkan pekerjaan sampingan di Kecamatan Adiluwih ... 69

17.Sebaran luas lahan petani responden KUR dan non KUR di Kecamatan Adiluwih ... 70

18.Pendapatan usahatani responden KUR dan non KUR di Kecamatan Adiluwih ... 72

19.Karakteristik kredit petani responden KUR dan non KUR di Kecamatan Adiluwih ... 78

20.Hasil regresi binay logit faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Adiluwih ... 82

21.Deskripsi Kredit Usaha Rakyat dan non KUR serta kredit yang diinginkan petani ... 89

22. Identitas responden KUR BRI Unit Adiluwih di Desa Adiluwih dan Desa Srikaton ... 101

23.Identitas responden non KUR di Desa Adiluwih dan Desa Srikaton ... 103

24.Karakteristik kredit responden KUR BRI Unit Adiluwih di Desa Adiluwih dan Desa Srikaton ... 104

25.Karakteristik kredit responden non KUR di Desa Adiluwih dan Desa Srikaton ... 108

26.Usahatani responden KUR per jumlah bulan pengambilan kredit ... 110

27.Usahatani responden non KUR per jumlah bulan pengambilan kredit ... 114

28.Usahatani jagung responden KUR dalam satu tahun ... 118

29.Usahatani padi responden KUR dalam satu tahun ... 120


(15)

xv

33.Usahatani terung ungu responden KUR dalam satu musim ... 122

34.Usahatani singkong responden KUR dalam satu musim ... 122

35.Usahatani jagung responden non KUR dalam satu tahun ... 123

36.Usahatani padi responden non KUR dalam satu tahun ... 125

37.Usahatani cabai responden non KUR dalam satu tahun ... 126

38.Usahatani kacang panjang responden non KUR dalam satu musim ... 126

39.Usahatani terung ungu responden non KUR dalam satu musim ... 127

40.Data analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengambil KUR BRI di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu ... 128


(16)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Alur kerangka pemikiran keputusan petani mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI di Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu ... 38 2. Struktur organisasi Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih ... 53


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia bahan makanan bagi penduduk Indonesia, penyedia

lapangan pekerjaan dan juga sebagai sumber devisa negara. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan merupakan bagian dari agribisnis. Agribisnis merupakan suatu kesatuan sistem usaha, dimana antara satu subsistem dengan subsistem lainnya (penyediaan faktor-faktor produksi, budidaya/produksi, pengolahan/agroindustri, dan distribusi pemasaran) saling terkait. Keterkaitan tersebut dijalin oleh suatu kelembagaan yang memiliki fungsi sebagai penunjang usaha agribisnis. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem. Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang, yang menunjukkan bahwa setiap subsistem akan berfungsi baik apabila ditunjang oleh subsistem yang lainnya.

Pada sektor pertanian, salah satu output yang menjadi andalan dari tanaman pangan adalah beras (padi). Padi (Oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang penting bagi rakyat Indonesia, karena sebagian besar wilayah di


(18)

Indonesia masih menjadikan beras sebagai makanan pokok. Salah satu provinsi pengasil beras adalah Provinsi Lampung, sejak tahun 2008 – 2012 produksi padi Provinsi Lampung terus mengalami kenaikan. Tabel 1 menjelaskan mengenai luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Provinsi Lampung.

Tabel 1. Luas panen, produksi, produktifitas padi di Provinsi Lampung, tahun 2008-2012

No Tahun Luas panen (ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ha)

1 2008 506.547 2.341.075 4,62

2 2009 570.417 2.673.844 4,68

3 2010 590.608 2.807.676 4,75

4 2011 606.973 2.940.795 4,84

5 2012 641.876 3.101.455 4,83

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2013

Pada Tabel 1, produksi dan tanaman padi Provinsi Lampung mengalami peningkatan sejak tahun 2008 - 2012. Produktivitas tanaman padi

menunjukkan kenaikan sejak tahun 2008 sampai tahun 2011 namun turun pada tahun 2012. Produktivitas tertinggi Provinsi Lampung terjadi pada tahun 2011 yakni 0,09 ton/ha namun turun pada tahun 2012 sebesar 0,01 ton/ha.

Provinsi Lampung memiliki 12 Kabupatan dan dua Kota Madya, salah satunya adalah Kabupaten Pringsewu. Saat ini Pringsewu disetujui menjadi kabupaten tersendiri karena perkembangannya yang bagus, baik dari segi pendapatan daerah, taraf ekonomi maupun pendidikan penduduk. Mata pencaharian utama masyarakat di Kabupaten Pringsewu adalah bertani dan


(19)

berdagang. Kabupaten Pringsewu sebagai penghasil produksi padi yang memiliki produktivitas keempat terbesar setelah Kota Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kabupaten Tanggamus.

Tabel 2. Luas panen, produksi, produktivitas padi sawah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, tahun 2012

No Kabupaten/kota

Padi sawah Luas panen

(ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/ha)

1 Lampung Barat 38.773 177.810 4,59

2 Tanggamus 40.114 212.317 5,29

3 Lampung Selatan 76.108 399.900 5,25

4 Lampung Timur 94.417 492.315 5,21

5 Lampung Tengah 125.370 656.886 5,24

6 Lampung Utara 30.179 139.319 4,62

7 Way Kanan 30.150 137.161 4,55

8 Tulang Bawang 40.620 187.044 4,60

9 Pesawaran 28.864 151.960 5,26

10 Pringsewu 21.453 113.357 5,28

11 Mesuji 31.350 144.924 4,62

12 Tulang Bawang Barat 14.354 66.226 4,61

13 Bandar Lampung 1.261 6.826 5,41

14 Metro 4.233 4.233 5,33

Lampung 577.246 2.908.600 5,04

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa tingginya produktivitas padi dan luas lahan di Provinsi Lampung. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung tahun 2013, Kabupaten Pringsewu memiliki luas panen padi sawah sebesar 21.453 ha dan mampu memproduksi sebanyak 113.257 ton dengan produktivitas sebesar 5,28 ton/ha yang membuat Kabupaten Pringsewu menempati peringkat keempat Provinsi Lampung. Kabupaten Pringsewu tidak hanya memproduksi tanaman padi tetapi juga tanaman jagung sebagai komoditas utama pertanian. Kabupaten pringsewu memiliki potensi yang


(20)

cukup besar untuk memproduksi tanaman jagung di Provinsi Lampung. Kabupaten Pringsewu memiliki luas panen tanaman jagung sebesar 5.667 ha yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas panen, produksi, produktivitas jagung menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung, tahun 2012

Kabupaten/kota

Jagung

Luas panen Produksi Produktivitas

(ha) (Ton) (Ton/ha)

Lampung Barat 4.152 16.488 3,97

Tanggamus 6.228 31.340 5,03

Lampung Selatan 105.252 529.028 5,03

Lampung Timur 96.220 481.635 5,01

Lampung Tengah 74.134 373.276 5,04

Lampung Utara 29.467 122.103 4,14

Way Kanan 17.025 70.972 4,17

Tulang Bawang 1.702 7.114 4,18

Pesawaran 18.204 90.055 4,95

Pringsewu 5.667 28.102 4,96

Mesuji 461 2.209 4,79

Tulang Bawang Barat 1.407 5.749 4,09

Bandar Lampung 193 985 5,10

Metro 152 719 4,73

Lampung 360.264 1.759.775 4,88

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kabupaten Pringsewu memiliki potensi yang cukup besar untuk tanaman jagung. Namun, potensi tersebut belum dioptimalkan karena masih rendahnya tingkat produktivitas tanaman jagung Kabupaten Pringsewu. Rendahnya tingkat produktivitas tanaman jagung dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Lampung yakni hanya sebesar 4,96 ton/ha.


(21)

Sektor pertanian memiliki dimensi yang sangat luas. Berdasarkan dimensi pelaku usaha, sektor pertanian dibagi ke dalam usaha pertanian yang dijalankan oleh petani kecil atau pertanian rakyat dan usaha pertanian yang dijalankan perusahaan besar maupun menengah. Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian. Kredit adalah salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian dan solusi masalah dalam pembiayaan. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengeluarkan berbagai kebijakan di sektor pertanian yang bertujuan untuk membantu permodalan untuk meningkatkan produksi petani, sehingga kemudian diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan petani.

Program pemerintah yang diharapkan mampu membantu pelaku agribisnis dalam penyediaan modal usaha salah satunya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sudah diluncurkan pemerintah sejak 5 November 2007. Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan dapat melayani para pengusaha di sektor agribisnis sehingga mereka dapat menerima pinjaman modal. Beberapa bank pelaksana yang menyalurkan KUR adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin (Kementerian


(22)

Koordinator Bidang Perekonomian, 2013). Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah fasilitas kredit yang dibagi menjadi dua yaitu KUR retail dan KUR mikro. Kredit Usaha Rakyat (KUR) disalurkan untuk kredit investasi dan kredit modal kerja. Penerima adalah pengusaha mikro kecil yang memiliki usaha produktif dengan suku bunga yaitu 16 % untuk KUR retail dan 24% untuk KUR mikro per tahun.

Tabel 4. Perkembangan penyaluran KUR Indonesia secara nasional Januari-November 2013 (juta Rp).

BULAN BNI

BRI BRI BANK

BTN BUKOPIN

BANK

SYARIAH BNI (KUR

Ritel)

(KUR

Mikro) MANDIRI MANDIRI SYARIAH

Januari 161.719 80.093 7.211.143 210.789 19.470 10.403 36.725 151

Februari 163.865 81.583 7.374.034 214.713 19.914 10.807 36.725 211

Maret 208.959 83.471 7.537.785 221.967 20.442 11.241 40.944 241

April 210.554 85.371 7.729.686 224.536 20.855 11.426 42.935 354

Mei 216.320 87.459 7.929.570 232.392 21.353 11.448 42.935 665

Juni 221.718 89.434 8.132.842 237.605 21.752 11.574 44.826 880

Juli 223.884 91.745 8.350.952 243.199 22.238 11.669 44.891 878

Agustus 223,884 92,962 8,470,436 244,993 22,483 11,719 45,856 889

September 184.805 94.710 8.650.164 250.032 22.934 11.760 46.876 897

Oktober 184.805 96.556 8.821.694 255.924 23.215 11.760 48.058 897

November 195.647 98.066 9.003.295 272.827 23.449 11.760 49.194 897

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013

Berdasarkan data statistik Bank Indonesia, BRI adalah bank yang paling banyak menyalurkan Kredit Usaha Rakyat sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Pada Tabel 4 menyajikan data bahwa sampai pada november 2013 BRI merupakan bank penyalur KUR terbanyak dengan jumlah nasabah komulatif sebanyak 9.101.361 nasabah dan sebanyak 1.704.140 debitur berada di sektor agribisnis baik pada sektor pertanian, perikanan serta industri pengolahan (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013).


(23)

Bank Rakyat Indonesia sebagai penyalur kredit terbesar juga merupakan bank yang memiliki kantor cabang dan kantor unit terbanyak di Provinsi Lampung. Keenam kantor cabang tersebut masing- masing berada di Tanjung Karang, Teluk Betung, Metro, Pringsewu, Kotabumi, dan Bandar Jaya. Tabel 5 menjelaskan perkembangan penyaluran KUR di BRI Kabupaten Pringsewu tahun 2013.

Tabel 5. Penyaluran KUR di Bank Rakyat Indonesia Cabang Pringsewu tahun 2013 Sektor Kredit (Rp) Jumlah Debitur Penggunaan Jumlah Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Pertanian, Peternakan & Sarana Pertanian

13.500.000 6.445.639.000 6.459.139.000 837

Industri 76.207.000 5.380.661.000 5.456.868.000 346

Listrik, Gas dan Air - 833.000 833.000 1 Konstruksi 3.750.000 - 3.750.000 1 Perdagangan,

Restoran & Hotel 249.945.000 35.641.877.043 35.891.822.043 4.157 Pengangkutan,

Pergudangan & Komunikasi

7.666.000 34.336.000 42.002.000 8 Jasa-jasa (Dunia

Usaha) 76.486.000 701.502.000 777.988.000 66

Jasa-jasa

(Sosial-Masyarakat) 44.928.000 2.880.439.000 2.925.367.000 442

Total 472.482.000 51.085.287.043 51.557.769.043 5.858

Sumber : BRI Cabang Pringsewu, 2013

Pada Tabel 5 diperoleh data bahwa sektor pertanian, peternakan dan sarana pertanian memiliki jumlah nasabah terbesar di BRI Cabang Pringsewu yakni 837 nasabah dengan total pinjaman sebesar Rp 6.459.139.000. Besarnya jumlah tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan akan modal untuk sektor pertanian Kabupaten Pringsewu masih sangat tinggi.


(24)

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat mikro berada pada tingkat Unit BRI. Jumlah nasabah KUR mikro di tingkat BRI Unit dapat dijelaskan pada Tabel 6. Jumlah nasabah KUR mikro tertinggi ada di BRI Unit Pringsewu dan terendah ada di BRI Unit Bulukerto. Namun Penelitian ini hanya terfokus di Kecamatan Adiluwih, dikarenakan berdasarkan hasil survei hanya BRI Unit Adiluwih yang menyalurkan KUR Mikro sektor pertanian di Kabupaten Pringsewu.

Tabel 6 . Penyaluran Kredit Usaha Rakyat mikro di Kabupaten Pringsewu tahun 2013

BRI Unit KUR Mikro

Jumlah nasabah (Jiwa) Saldo (Rp)

Adiluwih 239 1.253.138.059

Banyumas 252 1.572.193.450

Bulukerto 158 1.250.377.900

Gadingrejo 343 1.439.693.084

Gisting 571 2.561.529.698

Kotaagung 233 3.222.653.238

Pagelaran 495 2.689.304.947

Pardasuka 179 1.200.364.484

Pingsewu 647 2.320.303.697

Pringsewu Dua 369 1.442.108.922

3.486 18.951.667.479

Sumber : BRI Cabang Pringsewu, 2013

Kredit yang dapat membantu mencukupi permodalan petani tidak hanya dapat dipenuhi oleh bank. Kredit lain juga dapat dibiayai oleh lembaga keuangan lainnya seperti koperasi, kelompok tani ataupun individu (rentenir). Adanya kemudahan akses dalam pengajuan maupun pencairan oleh lembaga tersebut memunculkan pertimbangan bahwa alasan seperti apa yang menyebabkan petani masih mengambil kredit di bank khususnya di BRI Unit Adiluwih.


(25)

Pengambilan keputusan merupakan situasi keputusan, tanggung jawab untuk memilih antara alternatif terletak pada perorangan (individual) yang

mengambil keputusan untuk kepentingan sendiri atau atas kepentingan suatu organisasi yang diwakilinya. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani untuk mengambil kredit merupakan upaya untuk mencukupi kebutuhan modal usahatani. Banyaknya jenis kredit yang dapat ditawarkan ke petani memunculkan berbagai pertimbangan, sehingga perlu diketahui faktor-faktor apakah yang membuat petani memilih KUR dan kredit seperti apa yang sesuai dengan kemampuan dan yang diharapkan oleh petani untuk mencukupi permodalan.

B. Rumusan Masalah

Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Pada sektor pertanian, salah satu output yang menjadi andalan dari tanaman pangan adalah beras (padi). Padi (Oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang penting bagi rakyat Indonesia, karena sebagian besar wilayah di Indonesia masih menjadikan beras sebagai makanan pokok. Salah satu provinsi pengasil beras adalah Provinsi

Lampung, sejak tahun 2008 – 2012 produksi padi Provinsi Lampung terus mengalami kenaikan.

Provinsi Lampung memiliki 12 Kabupatan dan dua Kota Madya, salah satunya adalah Kabupaten Pringsewu. Saat ini Pringsewu disetujui menjadi kabupaten tersendiri karena perkembangannya yang bagus, baik dari segi pendapatan daerah, taraf ekonomi maupun pendidikan penduduk. Mata


(26)

pencaharian utama masyarakat di Kabupaten Pringsewu adalah bertani dan berdagang. Produksi padi di Kabupaten Pringsewu tidak menempati urutan pertama sebagai penghasil produksi padi terbesar di Provinsi Lampung, namun Kabupaten Pringsewu memiliki produktivitas keempat terbesar. Kabupaten Pringsewu tidak hanya memproduksi tanaman padi tetapi juga tanaman jagung. Kabupaten pringsewu memiliki potensi yang cukup besar untuk memproduksi tanaman jagung di Provinsi Lampung. Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Program pemerintah yang diharapkan mampu membantu bagi pengusaha mikro maupun makro dalam penyediaan modal pengembangan usaha adalah Kredit Usaha Rakyat. Kredit Usaha Rakyat yang disalurkan oleh Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin.

Bank Rakyat Indonesia sebagai penyalur kredit terbesar juga merupakan bank yang memiliki kantor cabang dan kantor unit terbanyak di Provinsi Lampung, antara lain yang terdapat di Kabupaten Pringsewu yakni BRI Cabang

Pringsewu. Bank Rakyat Indonesia Cabang Pringsewu memiliki 19 unit kantor cabang pembantu salah satunya adalah BRI Unit Adiluwih. Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih terletak di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Kabupaten Pringsewu merupakan kabupaten yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Kebutuhan akan modal merupakan masalah utama dalam melakukan usahatani di


(27)

Kabupaten Pringsewu diharapkan dapat membantu masalah permodalan yang ada di kabupaten tersebut.

Secara garis besar manfaat KUR yang telah diperoleh petani adalah dengan adanya kemudahan akses terhadap pembiayaan dan menanggulangi

kemiskinan dan perluasan lapangan pekerjaan. Pada perkembangannya kredit yang dapat membantu mencukupi permodalan petani tidak hanya dapat dipenuhi oleh bank. Kredit lain juga dapat dibiayai oleh lembaga keuangan lainnya seperti koperasi, kelompok tani ataupun individu (rentenir). Terdapat banyak sumber kredit lain yang ada di Kecamatan Adiluwih selain adanya Kredit Usaha Rakyat yakni Kupedes BRI dan kemitraan PTPN VII yang juga menyalurkan kredit modal kerja di bidang pertanian. Adanya kredit sejenis yang mencairkan dana tunai untuk proses produksi usahatani menimbulkan persaingan antar bank penyelenggara kredit. Berbagai kemudahan dan fasilitas yang di berikan agar petani di Kecamatan Adiluwih tertarik untuk mengambil kredit sejenis.

Adanya kemudahan akses dalam pengajuan maupun pencairan oleh lembaga tersebut memunculkan pertimbangan bahwa alasan seperti apa yang

menyebabkan petani masih mengambil kredit di bank khususnya di BRI Unit Adiluwih. Jumlah petani yang banyak di Kecamatan Adiluwih tidak lantas membuat mereka mengambil kredit pada BRI Unit Adiluwih. Oleh karena itu, perlu diketahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi petani di Kecamatan Adiluwih dalam mengambil Kredit Usaha Rakyat pada BRI Unit


(28)

Adiluwih serta kredit seperti apa yang diinginkan oleh petani. Secara garis besar masalah yang akan dibahas dan dirumuskan dalam penelitian adalah : (1) Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam mengambil

keputusan untuk memilih Kredit Usaha Rakyat di Kecamatan Adiluwih? (2) Kredit seperti apa yang diinginkan oleh petani untuk mencukupi

permodalan usahatani?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian adalah:

(1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih Kredit Usaha Rakyat di Kecamatan Adiluwih .

(2) Mengetahui kredit yang diinginkan petani untuk mencukupi permodalan usahatani.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi BRI, instansi terkait, serta peneliti lain.

(1) Bagi pemerintah atau instansi terkait, sebagai sarana evaluasi

keberhasilan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilaksanakan di BRI Unit Adiluwih dan pengaruhnya terhadap pendapatan petani. di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu.

(2) Bagi pelaku usaha, sebagai sumber informasi dan pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai akses permodalan usahatani.


(29)

(3) Bagi peneliti lain sebagai bahan referensi, acuan, bahan perbandingan serta informasi untuk penelitian yang akan dilakukan.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Agribisnis dan Lembaga Penunjang Agribisnis

Agribisnis merupakan suatu model yang mencakup sistem dari kegiatan pra- dan budidaya, panen, pasca panen dan pemasaran serta sektor penunjangnya sebagai suatu sistem yang saling terintegrasi kuat satu dan lainnya serta sulit dipisahkan. Agribisnis mencakup tiga hal, yaitu agribisnis hulu, on-farm agribisnis, dan agribisnis hilir. Agribisnis hulu adalah industri- industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian, seperti industri agrokimia, industri agrootomotif dan industri pembibitan. On-farm agribisnis adalah pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan air tawar serta kehutanan. Industri hilir pertanian atau disebut juga agribisnis hilir adalah kegiatan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi produk- produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir (Saragih, 2010).

Agroindustri adalah bagian dari agribisnis hilir. Agroindustri terkait langsung dengan on-farm agribisnis karena agroindustri merupakan industri yang mengolah produk primer sektor pertanian menjadi barang setengah jadi ataupun barang konsumsi. Sektor pertanian primer dipengaruhi industri,


(31)

perdagangan dan distribusi input produksi, sehingga mempengaruhi pula perkembangan agroindustri. Kegiatan agroindustri dipengaruhi oleh lembaga dan infrastruktur pendukung, baik lembaga perbankan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan, lingkungan bisnis dan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, untuk menggerakkan dan mengembangkan agroindustri harus mengacu kepada keseluruhan sistem (Saragih, 2010).

Keberadaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga pendukung pengembangan agribisnis adalah:.

(a) Pemerintah

Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang

kompetitif dan adil. (b) Lembaga pembiayaan

Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan menengah yang tidak memilki aset yang cukup untuk digunkan guna memperoleh pembiayaan usaha.


(32)

(c) Lembaga pemasaran dan disitribusi

Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara defisit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit ( produsen yang menghasilkan produk).

(d) Koperasi

Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input dan hasil pertanian. Pada perkembangannya di Indonesia KUD terhambat karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang profesional.

(e) Lembaga penyuluhan

Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10 tahun (1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang konsisiten memperkenalkan berbagai program, seperti Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun sehingga perlu penataan dan upaya pemberdayaan kembali dengan deskripsi yang terbaik. Peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan pertanian rakyat. (f) Lembaga Riset Agribinis

Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi.


(33)

(g) Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.

Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya.

2. Konsep Usahatani

Hernanto (2005) mengatakan bahwa usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekelompok orang-orang, segolongan sosial, baik yang

berkaitan geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Menurut Mosher dalam Mubyarto (1989), usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian tumbuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan- bangunan yang didirikan diatasnya dan sebagainya.

Menurut Rahim dan Hastuti (2008) usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Sistem usahatani merupakan sistem terbuka, dimana berbagai input (unsur hara, air, informasi, dan sebagainya) diterima


(34)

dari luar dan sebagian dari output meninggalkan sistem untuk dikonsumsi maupun dijual

Mubyarto (1989) mengatakan bahwa usahatani itu identik dengan pertanian rakyat. Usahatani dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas

mencakup: (1) pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit, (2)

perkebunan, (3) kehutanan, (4) perikanan (laut dan darat), dan (5) peternakan. Pertanian dalam arti sempit dirumuskan sebagai usaha pertanian yang

dikelola oleh keluarga petani dimana diproduksi bahan makanan utama, seperti beras, palawija, dan hortikultura yang diusahakan di tanah sawah, ladang, dan pekarangan serta tujuan penanaman pada umumnya untuk memenuhi konsumsi sendiri dan keluarga.

Dari berbagai uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa usahatani

merupakan suatu kegiatan pertanian rakyat yang diselenggarakan oleh petani, apakah petani itu sebagai pemilik atau penyakap diatas bidang tanah tertentu dengan mengkombinasikan sumber-sumber produksi pertanian untuk

mencapai hasil tanaman atau hasil hewan.

3. Pendapatan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode


(35)

ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersediaan sarana produksi. Ketersediaan sarana produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak tersedia maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi tersebut, demikian juga dengan harga sarana produksi misalnya harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau akan mempengaruhi biaya dan pendapatan.

Rahim dan Hastuti (2008) menyatakan bahwa pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Menurut Sukirno (2002) pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input miliki keluarga diperhitungkan sebagai biaya produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan harga produksi dan pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya. Secara sistematis dapat dijelaskan sebagai berikut:

�= �� − ��...(1) Keterangan:

� = Pendapatan (Rp/musim tanam) TR = Total Penerimaan (Rp/musim tanam) TC = Total biaya (Rp/musim tanam)


(36)

Selain itu Prayitno dan Arsyad (1997) menambahkan bahwa pendapatan petani dari usahataninya seperti padi, jagung, ketela, kopi, tembakau, tebu, dan lainnya dapat diperhitungkan total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari : a. Pengeluaran untuk input misalnya bibit, pupuk, pestisida.

b. Pengeluaran untuk upah tenaga kerja.

c. Pengeluaran untuk pajak, iuran air, bunga kredit.

4. Modal dalam Sektor Pertanian

Menurut Kadarsan (1995), modal pertanian dalam arti makro adalah faktor produksi modal yang disalurkan, dikelola dan dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di sektor pertanian dalam arti luas dan merupakan salah satu sektor ekonomi nasional. Modal usahatani dalam arti mikro adalah faktor produksi modal yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani perusahaan agribisnis maupun suatu usahatani yang masih sederhana.

Setelah tanah, modal adalah faktor nomor dua paling penting dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Pada pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru dalam hal ini hasil pertanian. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal berhubungan erat dengan uang. Peranan modal dalam pertanian seringkali dibicarakan selalu sampai pada kredit. Modal merupakan salah satu faktor produksi dalam usahatani disamping tanah, tenaga kerja dan pengusaha.


(37)

Modal pertanian dapat berbentuk uang kartal, uang giral atau dalam bentuk barang yang dipakai di dalam kegiatan produksi di bidang pertanian. Pengertian modal dapat dibedakan berdasarkan hak milik, arti pemakaian, tujuan pemakaian dan sumber modal. Pengertian modal perusahaan berdasarkan hak milik bisa dibedakan antara modal pribadi perusahaan, modal swasta perseorangan atau kelembagaan dan modal pemerintah. Pengertian modal berdasarkan arah pemakaian terdiri dari dua kelompok. Pertama dibedakan antara modal investasi dan modal operasional atau modal kerja. Kedua dibedakan antara modal bergerak dan tidak bergerak (Kadarsan, 1995). Modal merupakan faktor yang penting bagi suatu produksi.

Pengertian modal dalam hal ini bukanlah satu kiasan. Menurut Mubyarto (1989) modal mempunyai arti yaitu barang apapun yang digunakan untuk memenuhi atau mencapai suatu tujuan. Soekartawi (2002) mengelompokkan modal menjadi 2 golongan, yaitu :

a) Barang yang tidak habis dalam sekali produksi. Misalnya, peralatan yang digunakan dalam berproduksi, yang dihitung biaya perawatannya dan penyusutan selam 1 tahun.

b) Barang yang langsung habis dalam proses produksi. Menurut sumbernya modal dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik modal itu sendiri dan dari hasil usahanya (cadangan, laba yang ditahan)

b) Modal asing (modal kreditur atau hutang) modal yang berasal dari kreditur (pemberi pinjaman) yang dapat berasal dari rentenir, koperasi, bank ataupun lembaga keuangan lainnya.


(38)

Menurut Rahim dan Hastuti (2008) modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variabel cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pakan, obat-obatan, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

Sumber modal dalam usahatani berasal dari petani itu sendiri atau dari pinjaman. Besar kecilnya modal yang dipakai ditentukan oleh besar kecilnya skala usahatani. Makin besar skala usahatani makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai (Rahim dan Hastuti, 2007).

5. Kredit

Kredit merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian. Kredit merupakan bentuk penyaluran dana yang dilakukan oleh perbankan kepada masyarakat dengan tujuan agar dana dapat tersalurkan bagi mereka yang membutuhkan. Bentuk kredit yang diberikan adalah penambahan modal kerja kepada pengusaha agribisnis. Pemerintah sendiri mulai

memperkenalkan kredit program bagi agribisnis sejak pendirian padi sentra (tahun 1959) yang menangani penyuluhan, penyaluran dan pemberian kredit. Kredit tersebut diperuntukkan bagi pembelian sarana produksi dan uang untuk biaya hidup (cost of living) (Kasmir, 2012).


(39)

Menurut UU Perbankan No. 7 tahun 1992, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2012). Peran kredit sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Karena dengan adanya kredit, maka kebutuhan akan tambahan modal akan dapat terpenuhi bagi masyarakat. Pada pembangunan ekonomi terdapat tiga komponen penting, yaitu pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi, dan pengurangan jumlah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat ditunjukkan dari adanya peningkatan produksi (output). Peningkatan produksi (output) tersebut hanya dapat dicapai dengan cara menambahkan jumlah input atau adanya penerapan teknologi yang baru (Kasmir, 2012).

6. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

a. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat adalah kredit modal kerja atau kredit investasi dengan plafon kredit sampai dengan Rp 500.000.000 yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin. Kredit Usaha Rakyat 100 %

bersumber dari dana komersial bank yang di back-up oleh dana APBN dari pemerintah. Kredit Usaha Rakyat (KUR) terdiri dari KUR ritel dan KUR Mikro, dimana KUR ritel berada pada tingkat cabang, sedangkan KUR mikro


(40)

berada di tingkat unit pada bank penyelenggara (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013).

Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMK pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013).

Penerima KUR adalah individu (perorangan / badan hukum), kelompok, koperasi yang melakukan usaha produktif yang layak. Sektor yang dibiayai adalah sektor menurut pengelompokkan GDP, yaitu pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik gas dan air, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, perumahan, pengangkutan, pergdangan dan komunikasi, jasa dunia usaha, jasa-jasa sosial masyarakat serta sektor lain (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013).

b. Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI

Pada akhir tahun 2007 pemerintah mengeluarkan program KUR, program yang sedikit diadaptasi pemerintah Indonesia dari Bank Pedesaan yang


(41)

pertama kali didirikan di Bangladesh pada tahun 1976. Kredit Usaha Rakyat merupakan fasilitas kredit yang khusus diberikan kepada kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi yang usahanya cukup layak namun tidak memiliki agunan yang cukup sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak perbankan.

Kredit Usaha Rakyat baru dilaksanakan oleh BRI pada Maret 2008 dan dibagi menjadi dua yaitu, KUR Retail dan KUR Mikro. Plafond Kredit Usaha Rakyat retail sebesar Rp 500.000.000, sedangkan Kredit Usaha Rakyat Mikro adalah Rp 20.000.000. Jangka waktu pengembalian kredit bagi debitur dapat dibedakan menjadi tiga tergantung kesepakatan. Jangka waktu dibagi

menjadi yaitu :

(1) Kredit jangka pendek, yang berjangka waktu satu tahun.

(2) Kredit jangka menengah, yang berjangka waktu antara 1-3 tahun. (3) Kredit jangka panjang, yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

Dalam Kredit Usaha Rakyat, jangka waktu pengembalian kredit dibedakan atas dua, yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit untuk investasi BRI memberikan jangka waktu pengembalian maksimum 3 tahun, sedangkan untuk kredit modal kerja BRI memberikan jangka waktu maksimum 2 tahun. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013).

Bank Rakyat Indonesia Unit (BRI Unit) merupakan bagian dari unit kerja Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang melayani kegiatan usaha perbankan pada segmen mikro. Secara struktural BRI Unit berada di level paling bawah dalam struktur organisasi BRI. Unit kerja yang berada di atas BRI Unit


(42)

secara berturut-turut adalah Kantor Cabang, Kantor Wilayah dan Kantor Pusat. Formasi standar pekerja di BRI Unit cukup sederhana, yaitu terdiri dari empat fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah Kepala Unit, Mantri, Teller dan Deskman yang harus ditangani minimal oleh empat orang pekerja, yang merupakan jumlah standar pekerja di BRI Unit.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian diberikan kepada petani untuk mencukupi kebutuhan modal. Modal tersebut diberikan untuk memenuhi kebutuhan berusahatani terutama kebutuhan sarana produksi. Khusus untuk KUR sektor pertanian, pengembalian kredit yang dilakukan petani adalah setelah panen atau sampai 6 bulan setelah pencairan (BRI, 2013). Pada perkembangannya KUR telah mampu menyerap tenaga kerja dan

penanggulangan kemiskinan, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah penerima KUR dan banyaknya jumlah realisasi setiap tahunnya. Sasaran KUR diperuntukkan yang pertama, untuk mempercepat sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Kedua untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Ketiga untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja (Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, 2013).

Beberapa ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah dalam penyaluran KUR menurut Peraturan Mentri Keuangan no 10/PMK 05/2009 adalah : a. Usaha mikro kecil yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah usaha


(43)

(1) Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat kredit/ pembiayaan dari perbankan yang dibuktikan dengan melalui Sistem Informasi Debitur (SID) pada saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan dan/ atau belum pernah memperoleh fasilitas kredit program dari pemerintah.

(2) Khusus untuk penutupan pembiayaan KUR antara tanggal Nota Kesepakatan Bersama (MoU) penjaminan KUR dan sebelum

addendum I (tanggal 9 Oktober 2007 s.d. 14 Mei 2008), maka fasilitas penjaminan dapat diberikan kepada debitur yang belum pernah

mendapatkan pembiayaan kredit program lainnya.

(3) Kredit Usaha Rakyat yang diperjanjikan antara bank pelaksana dengan UMK yang bersangkutan.

b. Kredit Usaha Rakyat disalurkan kepada UMKM-K untuk modal kerja dan investasi dengan ketentuan :

(1) Untuk kredit sampai dengan Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah), tingkat bunga kredit/margin biaya efektif yang dikenakan maksimal adalah setara dengan 24 % (dua puluh empat persen) efektif /tahun. (2) Untuk kredit diatas Rp 20.000.000 ( dua puluh juta rupiah) sampai

dengan Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah ) tingkat bunga

kredit/margin setara dengan 16% (enam belas persen ) efektif /tahun.

7. Teori Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan terletak dalam perhatian dan dalam pemilihan alternatif yang tepat setelah suatu evaluasi (penilaian) yang tepat mengenai


(44)

efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil

keputusan. Salah satu komponen terpenting dari proses pembuatan keputusan adalah kegiatan pengumpulan informasi dari proses pembuatan keputusan ialah kegiatan pengumpulan informasi dimana suatu apresiasi situasi keputusan dapat dibuat (Supranto, 1998).

Menurut Supranto (1998) situasi keputusan, tanggung jawab untuk memilih antara alternatif terletak pada perorangan (individual) yang mengambil keputusan untuk kepentingan sendiri atau atas kepentingan suatu organisasi yang diwakilinya. Keputusan mungkin diambil oleh beberapa orang

bersama- sama, bertindak sebagai anggota bersama- sama suatu kelompok. Dalam hal ini di mana peserta pengambilan keputusan mempunyai

kepentingan (tujuan) yang berbeda, suatu keputusan yang dapat memuaskan semua pihak pasti memerlukan waktu proses yang cukup lama, melalui interaksi, negosiasi, bahkan persuasi.

Keputusan nasabah dalam mengambil kredit adalah suatu tindakan memilih satu alternatif dari serangkaian alternatif yang ada. menurut Schiffman dan Kanuk (2004) keputusan nasabah dalam mengambil kredit adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pengambilan kredit, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia alternatif lainnya. Keputusan nasabah dalam mengambil kredit adalah suatu proses yang dilakukan nasabah pada saat mengambil kredit, kemudian nasabah memilih satu alternatif dari alternatif yang ada.


(45)

8. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan dan Pengambilan Kredit Teori pengambilan keputusan konsumen yang digunakan difokuskan hanya pada pengaruh-pengaruh yang mungkin terhadap proses pengambilan keputusan konsumen yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal (Kotler dan Amstrong, 2005).

a. Faktor Internal

(1) Faktor pribadi (Kotler dan Amstrong, 2005) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah. Karakteristik ini meliputi usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup,

pendapatan. Situasi ekonomi seorang petani dipengaruhi oleh pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh luas lahan dan modal dalam berusahatani. Orang akan mengambil atau tidak suatu kredit akan disesuaikan dengan keadaan yang terus berubah. Pekerjaan dan

lingkungan ekonomi, juga mempengaruhi seseorang dalam mengambil kredit di suatu bank. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.

(2) Faktor psikologis (Kotler dan Amstrong, 2005) di mana variabel

psikologis ini dapat dibedakan menjadi motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Motivasi diartikan suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup mendesak dan menekan seseorang untuk mengejar kepuasan. Persepsi (Kotler dan Amstrong, 2005) adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk


(46)

memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-masukan yang diterimanya. Kondisi psikologis seseorang akan dapat

mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan seperti dalam mengambil sebuah kredit. Sebagai contoh seseorang yang sedang membutuhkan uang atau barang maka ia akan cenderung berusaha untuk memenuhinya dan salah satu jalan yang diambil adalah dengan

mengambil kredit pada lembaga keuangan tertentu.

b. Faktor Eksternal

(1) Faktor sosial adalah faktor lingkungan sekitar nasabah yang terdiri dari kelompok rujukan dan keluarga. rekan kerja, teman dan tetangga dapat dikategorikan menjadi kelompok rujukan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keputusan nasabah. Keluarga merupakan organisasi nasabah atau konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga terdiri atas orang tua dan anak-anak yang memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan pengambilan kredit yang ditawarkan oleh suatu bank atau lembaga keuangan lainnya.

(2) Faktor lokasi, pelayanan dan prosedur kredit dari bank atau lembaga keuangan yang menawarkan kredit bagi nasabah. Lokasi merupakan tempat di mana bank melakukan kegiatan sehari-hari terutama kegiatan transaksi dengan nasabahnya, (Sumarni dan Soeprihanto, 2005). Lokasi yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap jumlah nasabah sebuah bank, misal lokasi yang mudah dijangkau akan mendorong nasabah


(47)

untuk datang melakukan transaksi seperti mengambil kredit. Menurut (Hasibuan, 2006) prosedur kredit adalah suatu tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam penyaluran kredit. Prosedur kredit yang diterapkan akan sangat berpengaruh terhadap keputasan nasabah dalam mengambil kredit. Prosedur kredit yang mudah akan mendorong nasabah untuk mengambil kredit yang ditawarkan oleh suatu bank .

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit yang telah diteliti pada berbagai peneliti terdahulu . Penelitian yang dilakukan oleh Kusdyah (2010) menunjukkan bahwa faktor penentu keberhasilan program KUR terhadap peningkatan permodalan di Provinsi Jawa Timur adalah kesiapan dalam pemilihan calon debitur, kapasitas dinas teknis dalam peningkatan akses informasi kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah serta adanya kebijakan sumberdaya perbankan .

9. Regresi Logistik (Logit)

Regresi logistik atau yang dikenal dengan logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis regresi mengkaji hubungan pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap variabel-variabel respon melalui model persamaan matematis tertentu Firdaus dan Farid (2008). Regresi logistik biner merupakan salah satu pendekatan model matematis yang digunakan untuk menganalisis hubungan beberapa faktor dengan sebuah variabel yang bersifat dikotomus (biner). Pada regresi logistik jika variabel responnya terdiri dari dua kategori misalnya Y = 1 menyatakan hasil yang diperoleh “sukses” dan


(48)

Y = 0 menyatakan hasil yang diperoleh “gagal” maka regresi logistik tersebut menggunakan regresi logistik biner.

Menurut Yuwono (2005) model estimasi logit digunakan jika variabel gayut dalam suatu persamaan regresi berupa variabel kualitatif, baik yang diukur pada skala nominal maupun skala ordinal. Penggunaan skala ini

mengakibatkan nilai Y dibatasi pada nilai minimum p, dan nilai maksimum q. Regresi logistik merupakan merupakan suatu model analisis untuk

mengetahui pengaruh variabel-variabel penduga berskala metrik (kontinu) atau kategorik (nominal) terhadap variabel respon yang berskala kategorik.

Menurut Gujarati (2006) regresi logistik digunakan untuk mengestimasikan suatu model di mana variabel tak bebas, (Y), bersifat biner dengan

menggunakan nilai 1 atau 0, dimana 1 menunjukkan adanya atau dimilikinya suatu atribut (contohnya kawin, perempuan, bekerja, dan lain-lain) sedangkan 0 menunjukkan tidak adanya atribut itu (contohnya tak kawin, pria, tidak bekerja, dan lain-lain).

Estimasi model regresi logistik menurut Gurajati (2006) : �� =�� [ ��


(49)

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Adapun kajian penelitian terdahulu, yang relevan terhadap penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Penelitian terdahulu

No. Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Sari,

Alfianti (2011) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) Studi kasus : BRI unit

Cibungbulang, Bogor

Metode penentuan sampel menggunakan teknik

Stratified Random Sampling.

Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan deskriptif dan analisis menggunakan model analisis Regresi Logistik (Logit)

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro adalah jangka waktu pengembalian dan tingkat pendidikan, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian Kupedes yaitu faktor jumlah tanggungan keluarga..

2. Yulita,

Astri Auditiya (2011) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat Mikro Studi Kasus : BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng.

Metode penentuan sampel menggunakan teknik

proportionate

stratified random sampling

dimana nasabah KUR Mikro di BRI di bidang agribisnis yang tergolong dalam pengembalian lancar dibagi menjadi tiga) strata, yaitu nasabah yang tergolong dalam sektor pertanian on farm budidaya), dan pertanian off farm (sector perdagangan produk pertanian dan industri pengolahan (produk pertanian). Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan deskriptif dan analisis menggunakan model analisis (Logit)

Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau adalah variabel jarak tempat tinggal nasabah dengan BRI dan omset usaha.

3. Effendi, Lutfi (2009) Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah pada Bank Muamalat Malang

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

accidental sampling.

Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pendapatan per bulan, pelayanan yang baik , faktor syari’ah mempunyai pengaruh terhadap pengambilan


(50)

No. Nama Judul Skripsi Metode Penelitian Hasil Penelitian

keputusan nasabah menabung pada Bank Muamalat Cabang Malang.

4. Gusti, I Agung (2013) Efektivitas dan Dampak Program Bantuan Kredit Usaha Rakyat(KUR) Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar

Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan tes Mc Nemar. Indikator tingkat keberhasilan KUR dilakukan pada variabel input, proses serta output bantuan KUR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program bantuan KUR BRI Tbk. Kanca Denpasar Gajah Mada tahun 2012 berjalan sangat efektif dalam meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja Denpasar tahun 2012. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jumlah kesempatan kerja UMKM di Kota

Denpasar lebih meningkat setelah mengikuti program bantuan KUR di BRI Tbk. Kanca Denpasar.

5. Isanda,

Virgitha A (2009) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu

Penentuan lokasi penelitian dilakukan

secara purposive. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis

kuantitatif dilakukan dengan menggunakan model Analisis Regresi Logistik sehingga dapat diketahui variabel-variabel penduga yang secara nyata berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR adalah omzet usaha, jumlah pinjaman, dan pinjaman lain. Omzet usaha memiliki pengaruh dan keterkaitan positif dengan kelancaran pengembalian kredit. semakin tinggi.

6. Maria dan

Rachmina (2011) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive.

Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan analisi logit. Analisis faktor- faktor yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel omzet usaha per bulan, tingkat

pendapatan bersih per bulan, jenis usaha, jumlah kredit yang


(51)

mempengaruhi realisasi KUR-Kupedes

menggunakan model analisis linier berganda. Sedangkan, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

pengembalian KUR Kupedes menggunakan model analisis regresi logistic biner.

diajukan, dan nilai agunan berpengaruh terhadap realisasi KUR- Kupedes pada BRI Unit X. Realisasi KUR-Kupedes BRI Unit pada jenis usaha off farm lebih besar dibandingkan jenis usaha on farm. Faktor-faktor yang berpengaruh siginifikan terhadap

No. Nama Judul Skripsi Metode Penelitian Hasil Penelitian

pengembalian KUR adalah jenis kelamin, kewajiban per bulan, jangka waktu pengembalian, dan tingkat pendidikan. Sementara debitur yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung tidak lancar dalam

mengembalikan kredit

C. Kerangka Berfikir

Kondisi usaha pada sektor agribisnis perdesaan saat ini masih belum begitu berkembang khususnya permodalan petani. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya modal dan kurangnya akses ke sumber-sumber permodalan baik lembaga formal maupun lembaga informal. Kredit merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan pertanian dan solusi masalah pembiayaan. Kebutuhan akan modal ini dilihat sebagai peluang oleh lembaga keuangan untuk menawarkan berbagai produk kredit yang bisa memenuhi kebutuhan biaya tunai usahatani tersebut. Lembaga formal, baik pemerintah maupun lembaga perbankan, sama- sama memiliki program untuk memenuhi ketersediaan modal tersebut. Program tersebut adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).


(52)

Kredit Usaha Rakyat adalah kredit yang terdiri dari kredit investasi dan kredit modal kerja,. Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih merupakan satu-satunya unit BRI yang menyalurkan KUR sektor pertanian di Kabupaten Pringsewu. Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih menyalurkan KUR sektor pertanian yang didominasi oleh petani jagung, padi dan hortikultura. Secara garis besar manfaat KUR yang telah diperoleh petani adalah dengan adanya kemudahan akses terhadap pembiayaan dan menanggulangi kemiskinan dan perluasan lapangan pekerjaan.

Pada perkembangannya kredit yang dapat membantu mencukupi permodalan petani tidak hanya dapat dipenuhi oleh bank. Kredit lain juga dapat dibiayai oleh lembaga keuangan lainnya seperti koperasi, kelompok tani ataupun individu (rentenir). Terdapat banyak sumber kredit lain yang ada di

Kecamatan Adiluwih selain adanya Kredit Usaha Rakyat yakni Kupedes BRI dan Kemitraan PTPN VII yang juga menyalurkan kredit modal kerja di bidang pertanian. Adanya kredit sejenis yang mencairkan dana tunai untuk proses produksi usahatani menimbulkan persaingan antar bank penyelenggara kredit. Adanya kemudahan akses dalam pengajuan maupun pencairan oleh lembaga tersebut memunculkan pertimbangan bahwa alasan seperti apa yang menyebabkan petani masih mengambil kredit di bank khususnya di BRI Unit Adiluwih.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Faktor –faktor


(53)

tersebut dapat diliat dari faktor internal tingkat pendapatan usahatani (X1),

modal usahatani (X2), luas lahan (X3) serta factor eksternal berupa jumlah

realisasi kredit (X4), bunga kredit (X5), jangka waktu pengembalian (X6) dan

lamanya realisasi kredit (X7).

Penelitian ini digunakan analisis kuantitatif dengan regresi logit (logit) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih. Analisis

deskriptif untuk mengetahui kredit seperti apa yang sebenarnya diinginkan oleh petani di Kecamatan Adiluwih sehingga dapat membantu petani untuk mengatasi masalah permodalan usahataninya..

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

(1) Diduga keputusan petani mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu dipengaruhi oleh modal usahatani, pendapatan usahatani, luas lahan, jumlah realisasi kredit, bunga kredit, jangka waktu pengembalian kredit dan lama


(54)

Gambar 1. Alur kerangka pemikiran keputusan petani mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu

Kebutuhan modal sektor agribisnis

Sumber Informal

 Keluarga

 Rentenir

 Tengkulak

Sumber Formal

 Lembaga Perbankan swasta

 Pemerintah

KUR BRI sektor Pertanian

Keputusan petani mengambil kredit Sumber modal petani

Faktor Internal

1. Pendapatan usahatani (X1)

2. Modal usahatani (X2)

3. Luas Lahan (X3)

Faktor Eksternal

1. Jumlah realisasi kredit (X4)

2. Bunga kredit (X5)

3. Jangka waktu pengembalian (X6)

4. Lama realisasi kredit (X7).

Analisis Deskriptif Kredit yang diinginkan

petani Pribadi


(55)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian, mencakup:

Kredit adalah fasilitas keuangan yang sudah memiliki ketetapan baik jumlah realisasi, bunga, jangka waktu pengembalian dan realisasi kredit. Kredit yang dimaksud adalah kredit yang dibiayai oleh Bank BRI Unit Adiluwih berupa KUR Mikro dan kredit non KUR yang dibiayai oleh lembaga keuangan di desa Adiluwih.

Kredit Usaha Rakyat Mikro adalah kredit modal kerja dengan plafon kredit sampai dengan Rp 20.000.000 yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif .

Bank pelaksana adalah bank umum yang menyediakan, menyalurkan, dan memantau KUR, dalam hal ini adalah BRI Unit Adiluwih.

Tingkat pendapatan usahatani responden adalah besarnya pendapatan petani dari berusahatani selama responden mengambil kredit yakni tergantung dari


(56)

jangka waktu pengembalian kredit yang diambil responden dan diukur dalam rupiah.

Modal usahatani adalah besarnya jumlah uang atau barang yang digunakan dalam berusahatani. Modal usahatani dihitung berdasarkan biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk berusahatani selama masa pengambilan kredit. Indikator pengukuran berdasarkan besarnya rupiah.

Luas lahan adalah jumlah lahan yang digunakan petani untuk berusahatani selama mengambil kredit. Luas lahan di ukur berdasarkan satuan hektar.

Jumlah realisasi kredit adalah besarnya jumlah kredit yang dicairkan oleh kreditur yang diukur dalam rupiah.

Bunga kredit adalah besarnya bunga dalam satu bulan yang ditentukan kreditur dalam pengambilan kredit yang diukur dalam persen.

Lama berusahatani adalah seberapa lama petani melakukan usahataninya. Variabel ini diukur dengan menggunakan satuan tahun.

Jangka waktu pengembalian kredit adalah berapa lama waktu pengembalian kredit oleh petani responden yang diukur dalam bulan

Lama realisasi kredit adalah jangka waktu realisasi kredit setelah pengajuan kredit yang dihitung dalam hari.


(57)

Usaha pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual atau ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga).

Rumah tangga usaha pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik

sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.

B. Metode,Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Adiluwih merupakan kecamatan yang paling banyak menerima KUR sektor pertanian dari BRI Unit Adiluwih.

Responden penelitian adalah petani yang sedang mengambil Kredit Usaha Rakyat sektor pertanian pada BRI Unit Adiluwih dan yang mengambil kredit non KUR di Desa Adiluwih dan Desa Srikaton. Data dari BRI Unit Adiluwih menunjukkan terdapat 2 desa dengan penyaluran KUR sektor pertanian terbanyak yaitu Desa Adiluwih dan Desa Srikaton (Tabel 8). Menurut Arikunto (2002) apabila jumlah populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel, sehingga penelitiannya merupakan penelitian sensus. Pengambilan sampel petani yang tidak mengambil KUR tetapi mengambil kredit lain dengan jumlah yaitu 32 petani yang diambil secara


(58)

acak dengan proportionate stratified random sampling yang membagi populasi ke dalam strata atau kelompok, kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata

Diketahui jumlah pengambilan Kupedes di kedua desa adalah 97 nasabah, Kredit Kemitraan PTPN VII sebanyak 100 mitra binaan dari 721 mitra binaan yang tersebar di Provinsi Lampung pada Tahun 2013 sehingga populasi nasabah kredit non KUR sebanyak 197 nasabah. Kemudian dari jumlah sampel yang didapat, ditentukan alokasi proporsi sampel dengan rumus :

na= �

Nab x nab ...(3) Keterangan :

na = Jumlah sampel nasabah non KUR

nab = Jumlah sampel keseluruhan

Na = Jumlah populasi nasabah non KUR

Nab = Jumlah populasi keseluruhan Dengan perhitungan (Kupedes) :

n Kupedes =

Na 1 Nab x nab

= 97

197 x 32 = 15,76 ≈ 16 Dengan perhitungan (PTPN VII)

n PTPN VII =

Na 1 Nab x nab

= 100

197 x 32 = 16 ,24 ≈ 16

Sampel untuk petani yang menggambil non KUR yaitu berjumlah 32 petani. Terdiri dari 16 responden Kupedes, 16 responden kemitraan PTPN VII. Waktu pengambilan data dilakukan mulai Juli - September 2014.


(59)

Tabel 8. Jumlah nasabah KUR mikro sektor pertanian di BRI Unit Adiluwih

No. Unit Jumlah nasabah (orang)

1. Adiluwih 21

2. Srikaton 15

3. Sukoharum 14

4. Waringin sari Timur 13

5. Purwodadi 12

6. Kertawaringin 10

7. Tunggul Pawenang 8

8. Tritunggal Mulya 6

9. Bandung Baru 5

10. Bandung Baru Barat 5

11. Enggal Rejo 4

12. Toto Karto 3

13. Sinar Waya 2

Total 118

Sumber : BRI Unit Adiluwih periode Maret, 2014

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data ini dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung di lapang. Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden menggunakan alat bantu kuesioner (daftar pertanyaan). Data sekunder diperoleh dari literatur, laporan, studi

kepustakaan, serta instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengambil Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia di Kecamatan Adiluwih. Hasil analisis kuantitatif yang dilakukan kemudian dideskripsikan.


(60)

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengambil Kredit Usaha Rakyat

Tujuan pertama adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi petani mengambil KUR. Pada tujuan ini, analisis yang digunakan adalah logistik regression. Model logit adalah model regresi non-linier dimana variabel dependen bersifat kategorikal. Kategori paling dasar dari model logit menghasilkan binary values seperti angka 0 dan 1 sehingga sering disebut binary logit. Tetapi apabila kategori lebih dari 2 maka digunakan regresi ordinal logit atau multinomial logit.

Regresi ordinal logit merupakan salah satu metode regresi yang digunakan untuk mencari hubungan antara peubah respon bersifat kategorik berskala nominal atau ordinal dengan satu atau lebih peubah penjelas kontinyu maupun kategorik. Jika peubah respon berskala nominal digunakan regresi logistik multinomial, sedangkan pada peubah respon berskala ordinal digunakan regresi logistik ordinal. Pendugaan parameter model regresi logistik multinomial dan ordinal dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Estimation (Sari dkk, 2013).

Model logit membuat probabilitas tergantung dari variabel-variabel yang diobservasi, yaitu X1, X2 , dan seterusnya. Tujuan dari estimasi ini adalah

untuk menemukan nilai terbaik bagi masing-masing koefisien (Kuncoro, 2004). Variabel-variabel independent model terdiri dari tingkat

pendapatan usahatani (X1), modal usahatani (X2), luas lahan (X3), jumlah


(61)

dan lamanya realisasi kredit (X7). Metode pengolahan data dilakukan

dengan metode tabulasi, komputerisasi (Microsoft Excell), dan eviews.

Model logit dinyatakan sebagai :

Pi = F(Zi) = F (α + βXi) ... .(4)

Pi = 1/(1+e-Zi) ... (5)

Pi = 1/(1+e-(α + βXi) ... (6) Jika kedua sisi persamaan dikalikan 1+e-Zi maka diperoleh :

(1+e-Zi) Pi = 1 ... (7)

e-Zi = 1 / Pi – 1 =

��

1−�� ... (8)

Karena e-Zi = 1/ e-Zi maka:; e-Zi = ��

1−�� (Rasio Odds) ... (9)

persamaan regresi ordinal logit dinyatakan sebagai berikut :

Pi = F (Zi) = F(α + β1 Xi + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 ... (10)

Dimana untuk mencari Zi digunakan rumus :

�� = �� [ ��

1−��] = α + �1 X 1 + �2 X 2 + �3 X 3 + ... + �7X 7 ... (11) Keterangan :

�� : peluang petani untuk mengambil keputusan bila Xi diketahui Zi : peluang petani untuk mengambil keputusan, dimana:

Z1 = peluang petani yang mengambil KUR

Z0 = peluang petani yang mengambil kredit non KUR

α : Intersep

βi : koefisien regresi parameter (i = 1,2,3,..7) X1 : tingkat pendapatan usahatani (Rp)

X2 : modal usahatani (Rp)

X3 : luas lahan (ha)

X4 : jumlah kredit yang direalisasikan (Rp)

X5 : suku bunga (%)

X6 : jangka waktu pengembalian kredit (bulan)

X7 : waktu realisasi kredit (hari)


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengambil Kredit

Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia secara signifikan adalah bunga kredit, jangka waktu pengembalian kredit dan lamanya realisasi kredit yang berpengaruh secara negatif.

2. Kredit yang sesuai dengan keinginan petani adalah kredit yang dapat diakses dengan prosedur dan persyaratan yang mudah, jumlah yang dicairkan sesuai dengan kebutuhan usahatani petani, tanpa agunan, bunga relatif rendah (sekitar 0 - 1 persen per bulan), pengembalian kredit setelah panen, serta pencairan kredit yang cepat (yakni 2 sampai dengan 7 hari kerja).

B. Saran

1. Sebaiknya pemerintah meninjau kembali bagaimana sistem penyaluran KUR sampai di tingkat desa agar KUR tetap bisa diakses oleh petani yang benar-benar belum bankable.


(2)

95

2. Sebaiknya pihak BRI Unit Adiluwih memberikan pencairan kredit yang sesuai dengan kebutuhan usahatani dan mempertimbangkan nilai agunan mereka sehingga petani yang mengambil KUR bisa mencukupi kebutuhan biaya tunai dalam berusahatani.

3. Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, yakni hanya menganasisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengambil KUR di BRI Unit Adiluwih, sehingga peneliti lain hendaknya melakukan penelitian mengenai bagaimana efektivitas dan dampak pengambilan kredit pertanian terhadap pembiayaan modal usahatani.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D dan Syahrir, H. N. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Pengembangan UMKM di Kota Medan (Studi Kasus Bank Rakyat Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.I No.3 Februari 2013. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Arief, B dan Rosmiati, M. 2010. Dampak Akses Kredit Terhadap Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Padi. Jurnal. Institute Koperasi Indonesia. Jakarta.

Arikunto, S. 2002. Metodelogi Penelitian. Bina Aksara. Yogyakarta.

Ashari. 2009. Peran Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. Jurnal Forum Penelitian Ago Ekonomi Vol. 27 No.I 13-27. Bank Indonesia Tahun 2013 dalam : http://komite-kur.com/ diakses tanggal

07-12-2013

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dalam :

http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53&notab=0 diakses : 18 Desember 2014

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Lampung Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. 2013. Angka Sementara Hasil Sensus Pertanian 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Lampung.

Bank Rakyat Indonesia. 2013. Prosedur Kredit Usaha Rakyat dan Kredit Umum Pedesaan. Bank Rakyat Indonesia. Jakarta.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Pringsewu. 2013. Penyaluran KUR di Tingkat Cabang Kabupaten Pringsewu.

Bank Rakyat Indonesia Unit Adiluwih. 2013. Penyaluran KUR di Tingkat Unit Kecamatan Adiluwih.


(4)

97

Effendi, L. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah pada Bank Muamalat Malang. Skripsi. Universitas Islam Negeri( UIN) Malang. Malang.

Engel, et al. 1994. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Jakarta

Firdaus, M dan Farid, MA. 2008. Seri Metode Kuantitatif : Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis: IPB-Press. Bogor Gema, A. U. P. Analisis Proses Keputusan Konsumen dalam Pemilihan Produk

Kredit KUR Bank Jabar Banten (BJB). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gurajati, D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Ed ke-3. Erlangga. Jakarta. Gusti, I. A. A. S. P dan Nyoman, I.A S. 2010. Efektivitas Dan Dampak Program

Bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pendapatan Dan

Kesempatan Kerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi Pertanian Universitas Udayana Volume 2(10). Universitas Udayana. Bali.

Hasibuan. M. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bina Aksara. Jakarta Hermanto. 2005. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Irawati, R. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibinong Cabang Bogor . Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Isanda, V. A. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian

Kredit Usaha Rakyat(KUR) (Studi Kasus pada PT BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kadarsan, H.W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan

Agribisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kasmir. 2012. Dasar-dasar Perbankan edisi revisi. Rajagrafindo persada. Jakarta

Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Tahun 2013 dalam : http://komite-kur.com/ diakses tanggal 07-12-2013 Kotler, P dan Amstrong,G. 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1. Erlangga.

Jakarta.

Kuncoro, M. 2004. Metode Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan Ekonomi Edisi kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.


(5)

Kusdyah, I.R. 2012. Faktor Penentu Keberhasilan Program Kredit Usaha Rakyat Terhadap Peningkatan Akses Permodalan di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol.16 No.1 . STIE Asia Malang. Malang Mangkuprawira, S. 1996. Hubungan Kelembagaan dalam Agribisnis. Jurnal

Volume 2 No. 2 September 1996. IPB Press. Bogor.

Maria, A dan Rachmina, D. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat. Jurnal Volume 1 No 2. Forum Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan ekonomi dan Sosial (LP3ES) Edisi ke-3. Jakarta.

Monografi Kecamatan Adiluwih. 2012. Monografi Kecamatan Adiluwih Tahun 2012. Kecamatan Adiluwih. Adiluwih.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Prayitno, H dan Arsyad. 1997. Petani desa dan kemiskinan. BPFE. Yogyakarta. PTPN VII. 2014. Kemitraan PTPN VII. http://www.ptpn7.com/displaycontent.

aspx?topic=Program%20Kemitraan

Rahim, A dan Hastuti, D.R. 2007. Pengantar teori dan kasus. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta:

Saragih. 2010. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. IPB Press. Bogor

Sari, V. N., Sumarminingsih.E dan Bernadetha,M. 2013. Pemilihan Model Regresi Logistik Multiomial dan Ordinal. Jurnal FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Schiffman dan Kanuk. 2004. Prilaku Konsumen Edisi 7. Prentice Hall. Jakarta Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1996. Metodologi Penelitian Survei. Edisi

Revisi LP3ES. Jakarta.

Soekarwati. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sumarni, M dan Soeprihanto, J. 2005. Pengantar Bisnis, Dasar-Dsar Ekonomi Perusahaan. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.


(6)

99

Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Widarjono, A. 2010. Analisis Statistik Multivariat Terapan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

William M. Pride dan O.C. Ferrel. 1995. Pemasaran : Teori dan Praktek Sehari-hari Jilid 1 terjemahan oleh Daniel Wirajaya. Erlangga. Jakarta. Winarno, WW. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

STIM YKPN. Yogyakarta.