Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah daerah, selanjudnya hal yang sama telah diatus dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang juga telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 161 menyatakan bahwa kewajiban anggota DPRD adalah : 1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undanagan;
2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelengaraan pemerintahan daerah;
3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Ketasuan Republik Indonesia;
4. Memperjuangkan peningkatan kesejahtraan rakyat di daerah; 5. Menyerap, menampung, meghimpun dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat; 6. Mendahulukan kepentingan Negara di atas kepentingan
pribadi kelompok, dan golongan; g. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya
selaku anggota DPRD sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya;
h. Menaati peraturan tata tertip, kode etik dan sumpahjanji anggota DPRD;
i. Menjaga moral dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga terkait.
C. Tinjauan tentang Implementasi Peraturan Daerah dan Retribusi
a. Implementasi
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman, 2002,
mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman, 2004:70 mengemukakan bahwa
”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. 2014 Tentang Peme
me ri
ri nt
ntahan Daera a
h h
ya y
ng juga telah di ubah dengan Undang-und
nd an
g Nomor 9 Tahun 2015 tenta a
ng ng
Pemerintahan Daerah. Pasa
sa l
l 161 menyatakan b
bah h
wa wa
k k
ew ew
aj aj
ib b
an a
anggota DPR RD
D adalah :
1. M
Men en
ga ga
malkan Pancasila, me me
la laks
ksanakan Und dan
a g-Undang
Dasar Ne Ne
ga ga
r ra
R R
ep b
ub li
li k
k In
In do
d nesia Tahu
u n
n 19
1 45 dan
n mentaati se
se g
ga la
peraturan perundang-un da
dana na
gan; 2
2 .
M elaksanakan ke
hi dupan demokr
asi i
da d
lam m pe
peny ny
elenga garaan
pe me
rintahan dae ra
h; 3. Mem
pe rtahanka
n da n memeli
ha ra keruk
un n
an a
nas as
io ion
nal sert rta
keutuh an
Negara Ke
tasuan R
ep ublik Indone
si i
a a;
4. Mempe rjua
ngka n
pe ningka
ta n kesejahtraan r
ak k
y yat di
di d
d ae
aer rah;
5 . Menyera
p, men
am pu
ng ,
meghimpun da
n me
ni n
nd d
ak ak
la lanj
n ut
ut i
as pi
rasi m as
ya ra
kat; 6. Men
dahu luka
n ke pe
nt inga
n Ne gara di atas
k kepentin
ngan n
pribadi ke lompok, dan golo
ngan; g
. Me
Me mb
mb er
er ik
ik an pertanggung
ng ja
ja wa
wa ba
ba n
n atas tug
as d
an n k
k i
inerjany nya
a se
se la
la ku
ku a
a ng
ng go
gota ta
DPR R
D D se
se ba
ba ga
ga i
i wu
wu ju
ju d
d ta
ta n
nggung jawab m mor
or a
al dan politis terh
had adap
ap d
daerah pemilihannya; h. Menaati peraturan tata tertip, kode etik dan sump
mp ah
ah j
jan an
ji an
an gg
gg ot
ot a
a DPRD;
i i
. M
Men en
ja ja
ga ga
m m
or or
al al
dan an
e e
ti tika
ka d
d al
a am
am h h
ub ub
un un
ga ga
n n
ke ke
j rja
a de de
n ngan
l lemb
mb ag
ag a
a te
te rkait.
t
C. Tinjauan tentang Imple lementas
i i
Peraturan Daerah dan Retribusi
a. Implementasi
Secara sederhana implem
mentasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wi
i ld
ld a
avsky dalam Nurdin dan Usman, 2002,
Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin dalam Nurdin dan Usman, 2004.
Adapun Schubert dalam Nurdin dan Usman, 2002:70 mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.” Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa iplementasi dibutuhkan untuk membentuk atau mebuat rekayasa pada suatu sistem.
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,
implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa suatu rangkaian tersebut mencakup pertama, persiapan separangkat peraturan lanjutan yang merupakan
interpretasi dari kebijaksanaan tersebut. Dengan sejumlah Undang- undang muncul sejumlah peraturan pemerintah, keputusan presiden,
peraturan daerah dan lain-lainnya. Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan
prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggunagjawab melaksanakan kebijakan tersebut. Dan yang ketiga
adalah bagaimana mengantarkan kebijaksanaan secara kongkrit ke Adapun Schubert d
d al
al a
am Nurdin da
da n
n Usman, 2002:70 mengemukakan
bahwa ”imp mp
l lementasi adalah sistem rekayasa
” .”
Dengan demikian dapat dika
ka ta
takan bahwa ipleme m
nt nt
as as
i di
di bu
bu tu
tu hk
hk an untuk mem
be bentuk atau mebuat
rekayasa pad ad
a su
su at
a u sistem.
P Pe
engertia ia
n n-
pe ngertian di atas
m m
em em
perlih ih
at at
ka ka
n n
bahw wa
a kata
im im
plem m
e entasi
b ermuara pada aktivitas, adanya
a a
ksi, t t
in inda
daka k
n, a
a tau
me e
k kanisme suatu sistem. Un
gk apan mek
an isme menga
nd n
un g
g ar ar
t ti bahw
wa impl
ementasi bukan sekad ar
aktivit as
, tetapi suatu k
k eg
e ia
ata ta
n n
y yang
terencan a
da n
dilaku kan
se ca
ra sun
gguh-sun gg
uh berda sa
arkan acu u
an an
norma tertentu u ntuk
m encapai tuju
an kegiatan. Oleh
karena a
itu u,
implemen ta
a si
si t
t id
id ak
ak b
b erdiri sendi
di ri
ri t
t et
et ap
ap i
i di
pengaruhi ol
ol eh oby
y ek
ek berikutnya yaitu kurikulum
m .
Selanjutnya, dijelaskan bahwa suatu rangkaian tersebut ut men
enca ak
kup pertama, p
p er
er si
si a
apan sep par
aran angk
gkat at
peraturan an
l lan
anju ju
t tan yang m
m er
er up
upakan interp
p re
re ta
tasi dari kebija ks
k anaan t
tersebut. Deng g
an an
sej j
um m
la la
h h Undang-
undang muncul sejuml mlah peratur
ran pemerintah, keputusan presiden, peraturan daerah dan lain
n-lainnya. Kedua, menyiapkan sumber daya guna
menggerakkan kegiatan im mplem
mentasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana sumber daya keuan
a gan dan tentu saja penetapan siapa yang
masyarakat. Sedangkan implementasi menurut Hadi Syuaeb pada kamus prektis bahasa Indonesia adalah penerapan, pelaksanaan.
Lebih lanjut tentang pencapaian keberhasilan implementasi kebijakan publik, Edward dalam Indiahono 2009:48 memberikan empat
variabel yang berperan penting, yaitu : 1 Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat
dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program kebijakan dengan para kelompok saran target
group.
2 Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya finansial. 3 Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada
implementor kebijakanprogram. Karakter yang penting dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, komitmen dan demokratis.
4 Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini
mencakup dua hal penting perama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri.
b. Peraturan Daerah Pengertian peraturan daerah juga sebagai tujuan daerah dan juga
dapat disebut sebagai instrumen aturan yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
di masing-masing daerah otonom. Menurut Jimmly Asshiddiqie pengertian peraturan daerah adalah sebagai salah satu bentuk aturan
pelaksana undang-undang sebagai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah bersumber dari apa yang telah ditentukan
suatu undang-undang. Meskipun demikian, peraturan daerah juga dapat dibentuk untuk mengatur hal-hal yang tidak diatur secara eksplisit oleh
suatu undang-undang. Hal tersebut dapat dilakukan sesuai dengan Lebih lanju
u t
t te
tentang penc ncap
ap aian keberhasilan implementasi
kebijakan pu pu
b blik, Edward dalam Indiahono 20
009 09
:48 memberikan empat var
r ia
ia b
bel yang berperan n
pe pe
nt nt
in i
g, g,
y y
ai ai
tu t
: :
1 Komunika ka
si i
, ,
y yaitu menunjuk bah
h wa
a s
s et
etia ia
p kebijakan n
akan dapat dila
la ks
k anak
k an den
n ga
ga n
n ba
ba ik
ik j
j ik
ik a
a te
t rjadi
k komu
uni nika
k si efek
kti t
f antara pe
pela la
ks k
ana pr pr
o ogra
m kebij ak
an deng an
n p
p ara ke
elo lomp
mp ok
o saran
n target g
gr ou
p. .
2 2 Sumb
mb er
daya, yaitu menunjuk setiap keb ij
ak an
n harus d
d id
id uk
uk ung
ol o
eh su
u mber day
a yang mem
ad ai, baik s
um ber da
ya a
man n
us u
ia ia
maupu pun
su mb
er daya fi
na nsial.
3 3
Disposisi, yai tu m
enunju k
karakter is
ti k yang menem
p pel erat
at k
k epada
a implementor ke
bi ja
kanpr og
ram. K ar
akter yang penti ng
g dim
m il
il ik
ik i
i oleh
h im
pl em
entor adal ah
kejuj ur
an, ko mi
tmen dan dem ok
rati s.
. 4
Struktur b
irokrasi, me
nu nj
uk b
ahwa str uk
tur biro kr
a asi menjad
ad i
penting da lam
implem entasi keb
ijak an. As
pek struktur b
birokrasi i
in ni
mencakup dua hal
p en
ting per am
a ad alah mekanisme
d dan str
r u
uktu ur
organisasi pelaksa na
sendiri. b.
Pe era
ra tu
tu ra
ra n
n Da
Da er
er ah
ah Pengertian peraturan d
d aerah juga sebagai tujuan daerah d
d an
an jug
ug a
da da
pa p
t di
dise se
bu but
t se
seba baga
gai i
instrume me
n n
at atur
ur an
an y
y ang
g dibe
be ri
ri ka
ka n
n ke
ke p
pada pe
pe me
me ri
ri nt
ntah ah d
d ae
aerah da da
la la
m ra a
ng ng
k ka p
p en
enyeleng g
ga ga
raan an
p p
em em
er er
in in
ta taha
han n daerah
di masing-masing dae e
r rah oton
onom. Menurut Jimmly Asshiddiqie pengertian peraturan d
d ae
a rah adal
a ah sebagai salah satu bentuk aturan
pelaksana undang-undang g sebaga
gai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah
ah b
ersumber dari apa yang telah ditentukan
ketentuan ketentuan Undang Undang Dasar 1945 sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat 3 dan 4.
Pada Pasal 1 butir 10 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 yang telah di ubah dengan Undang-undang nomor 9 Tahun 2015 tentanag
Pemerintah Daerah mengatakan bahwa Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi danatau peraturan daerah
kabupatenkota, dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD yang telah di ubah dengan Undang-undang
nomor 17 Tahun 2014, menyatakan Peraturan daerah yang selanjutnya di sebut Perda adalah peraturan daerah provinsi danatau peraturan daerah
kabupatenkota. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pasal 1 poin
7, menyatakan bahwa Peraturan Provinsi adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur; kemudian pada poin 8 menentukan bahwa peraturan daerah kabupatenkota adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupatenkota dengan persetujuan bersama bupatiwalikota.
Sementara tentang peranan Perda Sadu Wasisitiono dan Yonatan Wiyoso 2009 : 59, menyampaikan bahwa :
1 Perda menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah. Sebagai kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus
menjadi acuan seluruh kebijakan publik yang dibuat termasuk di dalamnya sebagai acuan daerah dalam menyusun program
pembangunan daerah. Contoh konkritnya adalah Perda tentang Rancangan Pembangunan Jangka Panjang RPJP Daerah dan
Pada Pasal 1 1
b butir 10 Und
ndan an
g- g
Undang nomor 32 Tahun 2004 yang telah d
d i
i ubah dengan Undang-undang nomo mor 9 Tahun 2015 tentanag
Pem me
ri ntah Daerah me
m ng
ng at
at ak
k an
an b
b ah
h w
wa Peraturan d
d ae
a rah selanjutnya
disebut Perd da
a ad ad
al al
ah peraturan daera h
h prov ov
in insi
si danatau pera a
tu t
ran daerah ka
ka bu
bu pa
pa te
te nkota
ta ,
d da
n Undang -U
ndan g No
Nomo mo
r 27 T
Tah ah
un un 2009
tentang MP
MP R,
D DPR
, DP
D, DPRD yang telah di ub ah
d en
enga g
n Un Unda
dang ng
-und ndang
no o
m mo
r 17 Tahun 2
014, men yata
kan Pera tu
ran daerah y an
ang se e
la lanj
nj utnya
d di
se bu
t Perda adalah p
er aturan
d aerah
pr ovinsi danatau pe
r ratura
ra n
n da
da erah
h kabupate
n ko
ta . Selanj
ut nya
da la
m Undang
-U nd
ang No mo
or 12 tah h
un un
2011 tentang Pem bent
uk an
Peratur an
Per undang-Undangan,
P Pasal 1
1 poi n
n 7,
menya ta
ka ka
n n
ba ba
hw hw
a a
Peraturan Pr r
ov ov
in in
si si
a a
da da
la h
pera tu
ra n
n p
perundan an
g- g-
undangan yang dibentuk o ole
leh de de
wan perwakilan rakyat provinsi den en
ga gan
n pe
p rsetujuan bersama Gubernur; kemudian pada poin 8 m
men n
en entu
uk kan
b ba
h hwa pe
e ra
ra tu
tu ra
ra n
daer ah
ah k kab
ab up
upat at
enkota ad
ad al
al ah
ah per t
aturan p p
er erun
un d
dang- un
da ng
ng an
an yang dibent nt
uk u
oleh h dewan perw
w ak
ak il
il an rak
ak y
yat daerah kabupatenkota dengan p
persetujuan n
bersama bupatiwalikota. Sementara tentan
n g
g perana
n n Perda Sadu Wasisitiono dan Yonatan
Wiyoso 2009 : 59, menyam ampa
a i
ikan bahwa : 1 Perda menentukan a
a rah pembangunan dan pemerintahan di
rancangan Pembangunan Jangka Menengah RPJM atau Rencana Stratejik Daerah Renstra.
2 Perda sebagai dasar perumusan kebijakan publik di daerah. Sebagai kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus menjadi
acuan bagi seluruh kebijakan publik lainnya, baik berupa peraturan kepala daerah, keputusan kepala daerah maupun
kebijakan teknis yang dibuat oleh para pemimpin Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD.
c. Pembentukan Peraturan Daerah Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah DPRD maupun dari GubernurBupatiWalikota. Apabila dalam satu kali masa sidang GubernurBupati dan DPRD menyampaikan
rancangan Perda dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan Perda yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan
Perda yang disampaikan oleh GubernurBupatiWalikota dipergunakan sebagai bahan persandingan. Program penyusunan Perda dilakukan
dalam satu Program Legislasi Daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Perda.
Pembentukan Perda yang baik harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang undangan sesuai ketentuan Pasal 5
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 yaitu sebagai berikut : 1 kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
2 kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang dan dapat dibatalkan atau batal demi hukum bila dibuat oleh
lembagapejabat yang tidak berwenang.
3 kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
g j
p gg
, j
acuan bagi s s
el eluruh keb
ij ij
ak ak
an an
publik lainnya, baik berupa peratura
a n
n kepala daerah, keput t
us usan
a kepala daerah maupun
kebi bi
ja ja
ka n teknis yang dibuat oleh para
ra p p
emimpin Satuan Kerja Pe
Perangkat Daer r
ah a
SKPD.
c. .
Pembentuka an
n Pe Pe
ra ra
turan Daerah Ra
Ra ncanga
ga n
n Pe
ra turan Daerah d
apat b
b er
er asal d
da ari
i De
De wan Perw
rwakilan Ra
Ra ky
at t
D Dae
ra h
DPRD maupun dari GubernurBu pa
patiW W
al al
ik ik
ot ot
a. a
Apa abi
b la
da a
la la
m satu kali ma
sa sidang Gu
bernurB up
ati dan DP RD
RD men en
ya ya
mpaika an
n ranc
angan Perda de ng
an m at
er i yang
s am
a, maka yang d
dib i
ah has
as a a
da d
lah h
rancangan Pe
rd a yang
d is
am pa
ik an
o leh DP
RD , sedang
ka a
n n rancanga
gan n
Perda yang disam pa
ikan oleh Gu be
rnur BupatiWalikota d
i ipergun
naka n
n sebaga
i ba
ha ha
n n
pe pe
rs rs
an an
dingan. Prog og
ra ra
m m
pe pe
ny ny
us unan
P er
da da d
dilakuk k
an an
dalam satu Program Legis la
lasi D D
aerah, sehingga diharapkan tidak t t
er erja
ja d
di tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Perda.
P Pe
mb mben
en tu
tuka kan Pe
rd rd
a a
ya yang
ng b
baik ha
ha ru
ru s
s b
be d
rdasar k
kan pa pada
da asas
pe p
mb b
en en
tu tu
k kan peraturan
pe p
rundan ng undangan ses
es ua
ua i kete
e nt
nt ua
uan Pasal 5 Undang – Undang Nom
mor 12 Tahu un 2011 yaitu sebagai berikut :
1 kejelasan tujuan n,
, yaitu b
bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undang
g an har
r u
us mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
2 kelembagaan atau org rga
an pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat
memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangan.
4 dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan
perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.
5 kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benarbenar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.
6 kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan
pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.
7 keterbukaan, yaitu dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan,
penyusunan dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan.
Rancangan peraturan daerah Raperda dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota. Raperda yang
disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD
kepada Kepala Daerah. Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama Gubernur atau BupatiWalikota. Pembahasan bersama
tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat komisipanitiaalat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi,
dan dalam rapat paripurna. Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau BupatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan
DPRD kepada Gubernur atau BupatiWalikota untuk disahkan menjadi Perda, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal persetujuan
p g
g p
p perundang-un
un da
dangan terse bu
bu t
t di
d dalam masyarakat, baik secara
filosofi i
s, s,
y uridis maupun sosiolog
is is
. 5 keda
da ya
gunaan dan kehasilgunaan, ya
y itu setiap peraturan
p perundang-unda
da ngan dibuat karena
m m
emang benarbenar dibutuhkan
d da
an b
b er
er ma
ma nf
nf aa
aa t
t dalam meng
ngatur kehidupan berm
m as
as ay
ay ar
a akat
t, , be
be rb
rb an
an gs
gs a
a da da
n n be
be rn
rneg eg
ar a
a. 6 keje
la lasa
a n rumusan, yaitu set
i ia
p pe
pera ra
tu turan perundan
ang- g
undangan ha
h rus memenu
nu hi
hi p
p e
er sy
ar ar
at at
an an
t t
eknis penyus s
un unan
a , sistem
matika dan p
pilihan n
ka ka
ta a
tau term in
ologi, s er
ta ta
b b
ahasa a
hu hu
ku ku
mnya j j
el e
as dan mu
mu d
dah dimengerti seh
in gga tidak me
ni i
mb mb
ulka a
n n
be ber
rbag a
ai m macam
i in
terp re
tasi dalam pel ak
sanaannya. 7
7 keterbukaan, yaitu
d alam pro
se s pemb
b e
entuka a
n n
pe p
ratur ran
perundan g-
undangan mulai d
ar i
perenc an
n aa
a n,
p p
e ersiapan
n, penyusun
an dan pem
ba hasan
be rsifat transpa
ra a
n n
da d
n n
te te b
rbuka. a.
Dengan d em
ikian se
luruh la
pi san masyarak
at t
m mem
empu pu
nyai kesempatan
s el
uas-lu as
nya un
tuk member ikan
m as
asukan an
d dal
a am
m pr
os es
pembuat an
per at
uran p
erundang -und
angan. Rancangan p
eratur an
daerah R
ap er
da dapat berasal dari D
D P
PRD D
at au
k ep
al a
a da
da er
er ah
ah Gu
G bernur, Bu
u pa
pa ti
ti, at
at au
au W
alik ot
a .
Ra Rap
perda ya a
ng ng
disiapkan oleh Kepala Da a
er erah
h d
disampaikan kepada DPRD. Sedang ng
ka ka
n Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimp
mp in
inan n
D DPR
PR D
k kepa
d da
K Kep
epal al
a a
D Daerah
h .
Pe Pemb
mbah ah
as asan Raper
er da
da d
d i
i DP
DP RD
RD d
d il
ak k
uk ukan
an oleh
DPRD D
b b
e ersama Gubernu
nur atau B BupatiWalikota
a .
Pe Pe
mbahas as
a an bersama
tersebut melalui ti
ingkat-tingk kat pembicaraan, dalam rapat
komisipanitiaalat keleng ngkapan DP
DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna
a. Rap aperda yang telah disetujui bersama oleh
DPRD dan Gubernur atau B B
upatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan
bersama. Raperda tersebut disahkan oleh Gubernur atau BupatiWalikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak Raperda
tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau BupatiWalikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak
ditandangani oleh Gubernur atau BupatiWalikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan.
d. Rertibusi Menurut Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengertian retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Hal ini dilakukan dengan berpedoman pada suatu kebijakan di daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah,
serta kesejahteraan masyarakat di daerah. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tertentu. Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara
mengalikan tarif retribusi dengan penggunaan jasa Pasal 1 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009. Hal ini dilakukan agar pemerintah
tersebut disetujui ole le
h h
D DPRD dan
G G
ub ub
ernur atau BupatiWalikota. Jika dalam wa
a kt
kt u
30 hari sejak Raperda tersebut ut disetujui bersama tidak
dita a
nd ndangani oleh Gu
Gu be
be rn
n ur
r a
a ta
ta u
u Bu
B patiWalikot
t a,
a, maka Raperda tersebut sah
h m
men en
ja ja
di Perda dan wajib b
d diu
i nd
nd an
an gk
gk an.
d. Re Rert
rt ib
ibus us
i M
M enur
ut Pasal 1 an
gk a 64 Undang-
Unda ang
n N
N om
omor or 2
2 8 Ta
ahun 20
09 Tentang P
aj ak Daerah
da n Retrib
us i
Daerah, pe n
ngerti ti
an an
retribu usi
s da
erah, yang selan ju
tnya dis
ebut r et
ri busi adalah pu
ng ngutan
an d
d ae
a rah
h sebagai
pe mb
ayaran a
tas ja
sa ata
u pe
mberian izin
tertentu y
yang khusu su
s disediakan danata
u di
be ri
kan oleh p
emer intah daerah untuk
k kepenti
ti ng
an an
orang pr ib
ad ad
i i
at at
au au
b b
ad ad
an. Hal ini di di
la la
ku ku
ka ka
n n
de d
ngan b
er pe
e do
do man pa
pa da
da suatu kebijakan di daerah
h d
dala lam
m meningkatkan pendapatan asli dae ae
ra ah
h, serta kesejahteraan masyarakat di daerah.
Wa Wa
ji ji
b b
re retribusi
i ad
adal alah
ah o
ora ra
ng pri
i ba
ba di
di a a
ta ta
u b
ba d
dan yang ng m
m e
enurut pe
p ratu
u ra
ra n
n perundang-un da
d ngan
r r
e etribusi diwaj
ib ib
ka ka
n untu u
k k
melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tertentu. Besarnya retribu busi yang
t terutang oleh orang pribadi atau badan
yang menggunakan jasa a atau
p perizinan tertentu dihitung dengan cara
mengalikan tarif retribusi d d
en e
gan penggunaan jasa Pasal 1 Undang-
mendapatkan angaran yang dibayar dari orangbadan usaha untuk selanjudnya dapat dipergunakan untuk membangun infrastruktur daerah.
Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan Objek Retribusi Pelayanan persampahankebersihan meliputi :
1 Pengambilanpengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara.
2 Pengangkutan sampah dari sumbernya danatau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuanganpembuangan
akhir sampah. 3 Penyediaan lokasi pembuanganpemusnahan akhir sampah
Pasal 112 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Berdasarkan keputusan Bupati Kepulauan Aru. Nomor 1. Tahun 2010
berikut ini adalah : Retribusi Pela
a ya
ya n
nan Persam m
pa pa
ha h
nKebersihan Objek Retribusi Pelayanan
pe persampahankebersihan meliputi :
1 Pengambilan
p peng
ng um
um pu
pu la
la n
n sa
sa mpah dari su
mb mb
ernya ke lokasi pemb
m ua
u ng
n an sementara.
2 2
Peng g
an an
gk ut
an sam
pa h da
ri s
s um
um bern
nya ya
d d
anatau lokasi
pe mbuangan semen
ta ra ke loka
si p
em m
bu b
anga a
n n
pe pe
mb m
uan ngan
akhir sa mp
ah. 3 Penyediaan lokas
i pe
mbua ng
an pemusnahan
a akhir
r sa
sa mp
m ah
h P
as al 112 Und
an g-
Un da
ng N
omor 28
Ta hun 2009
. .
Berdasarkan kepu tu
san Bu
pati K ep
ul au
an Aru. Nomor 1.
T Tahun 2
201 beri
kut ini
ad ad
al al
ah ah
: :
BAGAN SUSUNAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEPULAUAN ARU
KEPALA BADAN FREDRIK. P. GAITE, S.AP
NIP. 19641130 298603 1 007 SEKRETARUS
SUBAG PERENCANAAN FRANSISCUS ARJESAM,S.Hut
NIP. 630 016 637 SUBAG UMUM
DAN KEPEGAWAIAN SALOMINA H.BUNGYANAN,S.Sos
NIP. 19760925 200501 2 015 SUBAG KEUANGAN
BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
ZAKARIAS. A. KARATEM, S, Sos NIP : 19770602 200501 1 012
BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN
AGUSTINUS. F. .B. METURAN, SP NIP : 19740829 200604 1 003
BIDANG PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN
DORCE ATDJAS,S.Pd.Mt NIP : 19811028 200604 2 020
SUB BIDANG PENYUSUNAN PENILAIAN AMDAL
ECKY ELSON BOTHMIR,S.Si NIP 19810721 200904 1 001
SUB BIDANG PERIZINAN PENGAWASAN LINGKUNGAN
MJOHANA J. KORITELU, S. Sos NIP : 19790703 201001 2 029
SUB BIDANG PENATAAN PEMULIHAN LINGKUNGAN
BENYAMIN BATMOMOLIN,S.Ip NIP. 19760912 200501 1 012
BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
ZAKARIAS. A. KARATEM, S, Sos NIP : 19770602 200501 1 012
BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN
AGUSTINUS. F. .B. METURAN, SP NIP : 19740829 200604 1 003
BIDANG PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN
DORCE ATDJAS,S.Pd.Mt NIP : 19811028 200604 2 020
SUB BIDANG PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
DIAN MAYASARI, S. Si NIP 19850515 201001 2 050
SUB BIDANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN
FEBRIANA. Y. KARATEM, S. Si NIP 1960209 201001 2 033
SUB BIDANG EVALUASI AUDIT LINGKUNGAN
VERONIKA LETSOIN,SP NIP. 19771218 200701 2 011
UPTD KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL KEPALA BADAN
FREDRIK. P. GAITE, S.AP NIP. 19641130 298603 1 007
SEKRETA TARUS
SUBAG PERENCANAAN FRANSISC
US ARJE E
SAM, SAM
S.Hut NIP. 630 016
637 SUBAG UMUM
DAN N K
KEPEGAWAIAN SALOMINA
A H.B
H.B UNGY
UN ANAN,S.Sos
NIP. 197 9760
6092 5 20
5 20 0501
050 2 015
SUBAG KEUA
BIDANG PENGE
GE LOLAA
N LINGKUNGAN ZAK
AKAR IAS. A. KARATEM, S, Sos
NIP : 19770602 200501 1 012
BIDANG PENGAWAS AN DA
N PENGENDALIAN LI
NGKUN GAN
AGUSTINUS. F. .B. M ETURA
N, SP NIP : 19740829 20060
4 1 0 03
BIDAN G PEM
ULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN
DORC E AT
DJAS,S.Pd.Mt NIP :
1981 1028 200604 2 020
SUB BIDANG PENYUSUNAN
PENILAIAN AMDAL ECKY
ELSON BOTH
MIR,S.Si NIP 198107
21 20 0904 1 001
SUB BIDANG PERI
ZINAN PEN
GAWASAN LI NGKUN
GAN MJOHA
NA J. KORI TELU,
S. Sos NIP :
1979 0703 20100
1 2 0 29
SUB BIDANG PENATAAN PEM
ULIHAN LINGKUNGAN BENYAMIN BATMOMOLIN,S.Ip
NIP. 19760912 200501 1 01 2
BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
ZAKARIAS. A. KARATEM, S, Sos NIP : 19770602 200501 1 012
BIDAN G PEN
GAWAS AN DA
N PENGENDALI
AN LINGKUN GAN
AGUST INUS.
F. .B. METURAN, SP NIP : 19740829 200604 1 003
BIDAN G PEM
ULIHAN KUALITAS L
INGKUNGAN DORC
E ATDJAS,S.Pd.Mt NIP : 19811028 200604 2 020
SUB BIDANG PEMB INAAN
AN PENGELOL
AAN L N L
ING INGKUNGAN
DIAN MAYASARI, S. Si
NIP 19850515 201001 2 050 SUB BIDANG
PENGE GE
NDALI N
AN LINGKUNGAN FEBRI
FEBR ANA.
Y. KA Y
RATEM, S. S Si
NIP 1 9602
96020 9
9 201001 2 03 33
SUB B BIDANG
IDANG EVAL
UASI AUDIT LINGKUN
UN GAN
GAN VERON
IKA L ETSOI
N,SP NIP. 19771218 200701 2 011
UPTD KELOMPOK JABATA
TAN FUNGSIONAL
AL
D. Landasan Teori