Tinjauan tentang Implementasi Peraturan Daerah dan Retribusi Tinjauan tentang Imple lementas

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah daerah, selanjudnya hal yang sama telah diatus dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang juga telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 161 menyatakan bahwa kewajiban anggota DPRD adalah : 1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undanagan; 2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelengaraan pemerintahan daerah; 3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Ketasuan Republik Indonesia; 4. Memperjuangkan peningkatan kesejahtraan rakyat di daerah; 5. Menyerap, menampung, meghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; 6. Mendahulukan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi kelompok, dan golongan; g. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya; h. Menaati peraturan tata tertip, kode etik dan sumpahjanji anggota DPRD; i. Menjaga moral dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga terkait.

C. Tinjauan tentang Implementasi Peraturan Daerah dan Retribusi

a. Implementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman, 2002, mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman, 2004:70 mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. 2014 Tentang Peme me ri ri nt ntahan Daera a h h ya y ng juga telah di ubah dengan Undang-und nd an g Nomor 9 Tahun 2015 tenta a ng ng Pemerintahan Daerah. Pasa sa l l 161 menyatakan b bah h wa wa k k ew ew aj aj ib b an a anggota DPR RD D adalah : 1. M Men en ga ga malkan Pancasila, me me la laks ksanakan Und dan a g-Undang Dasar Ne Ne ga ga r ra R R ep b ub li li k k In In do d nesia Tahu u n n 19 1 45 dan n mentaati se se g ga la peraturan perundang-un da dana na gan; 2 2 . M elaksanakan ke hi dupan demokr asi i da d lam m pe peny ny elenga garaan pe me rintahan dae ra h; 3. Mem pe rtahanka n da n memeli ha ra keruk un n an a nas as io ion nal sert rta keutuh an Negara Ke tasuan R ep ublik Indone si i a a; 4. Mempe rjua ngka n pe ningka ta n kesejahtraan r ak k y yat di di d d ae aer rah; 5 . Menyera p, men am pu ng , meghimpun da n me ni n nd d ak ak la lanj n ut ut i as pi rasi m as ya ra kat; 6. Men dahu luka n ke pe nt inga n Ne gara di atas k kepentin ngan n pribadi ke lompok, dan golo ngan; g . Me Me mb mb er er ik ik an pertanggung ng ja ja wa wa ba ba n n atas tug as d an n k k i inerjany nya a se se la la ku ku a a ng ng go gota ta DPR R D D se se ba ba ga ga i i wu wu ju ju d d ta ta n nggung jawab m mor or a al dan politis terh had adap ap d daerah pemilihannya; h. Menaati peraturan tata tertip, kode etik dan sump mp ah ah j jan an ji an an gg gg ot ot a a DPRD; i i . M Men en ja ja ga ga m m or or al al dan an e e ti tika ka d d al a am am h h ub ub un un ga ga n n ke ke j rja a de de n ngan l lemb mb ag ag a a te te rkait. t

C. Tinjauan tentang Imple lementas

i i Peraturan Daerah dan Retribusi a. Implementasi Secara sederhana implem mentasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wi i ld ld a avsky dalam Nurdin dan Usman, 2002, Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin dalam Nurdin dan Usman, 2004. Adapun Schubert dalam Nurdin dan Usman, 2002:70 mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iplementasi dibutuhkan untuk membentuk atau mebuat rekayasa pada suatu sistem. Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum. Selanjutnya, dijelaskan bahwa suatu rangkaian tersebut mencakup pertama, persiapan separangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijaksanaan tersebut. Dengan sejumlah Undang- undang muncul sejumlah peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan daerah dan lain-lainnya. Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggunagjawab melaksanakan kebijakan tersebut. Dan yang ketiga adalah bagaimana mengantarkan kebijaksanaan secara kongkrit ke Adapun Schubert d d al al a am Nurdin da da n n Usman, 2002:70 mengemukakan bahwa ”imp mp l lementasi adalah sistem rekayasa ” .” Dengan demikian dapat dika ka ta takan bahwa ipleme m nt nt as as i di di bu bu tu tu hk hk an untuk mem be bentuk atau mebuat rekayasa pad ad a su su at a u sistem. P Pe engertia ia n n- pe ngertian di atas m m em em perlih ih at at ka ka n n bahw wa a kata im im plem m e entasi b ermuara pada aktivitas, adanya a a ksi, t t in inda daka k n, a a tau me e k kanisme suatu sistem. Un gk apan mek an isme menga nd n un g g ar ar t ti bahw wa impl ementasi bukan sekad ar aktivit as , tetapi suatu k k eg e ia ata ta n n y yang terencan a da n dilaku kan se ca ra sun gguh-sun gg uh berda sa arkan acu u an an norma tertentu u ntuk m encapai tuju an kegiatan. Oleh karena a itu u, implemen ta a si si t t id id ak ak b b erdiri sendi di ri ri t t et et ap ap i i di pengaruhi ol ol eh oby y ek ek berikutnya yaitu kurikulum m . Selanjutnya, dijelaskan bahwa suatu rangkaian tersebut ut men enca ak kup pertama, p p er er si si a apan sep par aran angk gkat at peraturan an l lan anju ju t tan yang m m er er up upakan interp p re re ta tasi dari kebija ks k anaan t tersebut. Deng g an an sej j um m la la h h Undang- undang muncul sejuml mlah peratur ran pemerintah, keputusan presiden, peraturan daerah dan lain n-lainnya. Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan im mplem mentasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana sumber daya keuan a gan dan tentu saja penetapan siapa yang masyarakat. Sedangkan implementasi menurut Hadi Syuaeb pada kamus prektis bahasa Indonesia adalah penerapan, pelaksanaan. Lebih lanjut tentang pencapaian keberhasilan implementasi kebijakan publik, Edward dalam Indiahono 2009:48 memberikan empat variabel yang berperan penting, yaitu : 1 Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program kebijakan dengan para kelompok saran target group. 2 Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. 3 Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada implementor kebijakanprogram. Karakter yang penting dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, komitmen dan demokratis. 4 Struktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting perama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. b. Peraturan Daerah Pengertian peraturan daerah juga sebagai tujuan daerah dan juga dapat disebut sebagai instrumen aturan yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah di masing-masing daerah otonom. Menurut Jimmly Asshiddiqie pengertian peraturan daerah adalah sebagai salah satu bentuk aturan pelaksana undang-undang sebagai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah bersumber dari apa yang telah ditentukan suatu undang-undang. Meskipun demikian, peraturan daerah juga dapat dibentuk untuk mengatur hal-hal yang tidak diatur secara eksplisit oleh suatu undang-undang. Hal tersebut dapat dilakukan sesuai dengan Lebih lanju u t t te tentang penc ncap ap aian keberhasilan implementasi kebijakan pu pu b blik, Edward dalam Indiahono 20 009 09 :48 memberikan empat var r ia ia b bel yang berperan n pe pe nt nt in i g, g, y y ai ai tu t : : 1 Komunika ka si i , , y yaitu menunjuk bah h wa a s s et etia ia p kebijakan n akan dapat dila la ks k anak k an den n ga ga n n ba ba ik ik j j ik ik a a te t rjadi k komu uni nika k si efek kti t f antara pe pela la ks k ana pr pr o ogra m kebij ak an deng an n p p ara ke elo lomp mp ok o saran n target g gr ou p. . 2 2 Sumb mb er daya, yaitu menunjuk setiap keb ij ak an n harus d d id id uk uk ung ol o eh su u mber day a yang mem ad ai, baik s um ber da ya a man n us u ia ia maupu pun su mb er daya fi na nsial. 3 3 Disposisi, yai tu m enunju k karakter is ti k yang menem p pel erat at k k epada a implementor ke bi ja kanpr og ram. K ar akter yang penti ng g dim m il il ik ik i i oleh h im pl em entor adal ah kejuj ur an, ko mi tmen dan dem ok rati s. . 4 Struktur b irokrasi, me nu nj uk b ahwa str uk tur biro kr a asi menjad ad i penting da lam implem entasi keb ijak an. As pek struktur b birokrasi i in ni mencakup dua hal p en ting per am a ad alah mekanisme d dan str r u uktu ur organisasi pelaksa na sendiri. b. Pe era ra tu tu ra ra n n Da Da er er ah ah Pengertian peraturan d d aerah juga sebagai tujuan daerah d d an an jug ug a da da pa p t di dise se bu but t se seba baga gai i instrume me n n at atur ur an an y y ang g dibe be ri ri ka ka n n ke ke p pada pe pe me me ri ri nt ntah ah d d ae aerah da da la la m ra a ng ng k ka p p en enyeleng g ga ga raan an p p em em er er in in ta taha han n daerah di masing-masing dae e r rah oton onom. Menurut Jimmly Asshiddiqie pengertian peraturan d d ae a rah adal a ah sebagai salah satu bentuk aturan pelaksana undang-undang g sebaga gai peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah ah b ersumber dari apa yang telah ditentukan ketentuan ketentuan Undang Undang Dasar 1945 sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat 3 dan 4. Pada Pasal 1 butir 10 Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 yang telah di ubah dengan Undang-undang nomor 9 Tahun 2015 tentanag Pemerintah Daerah mengatakan bahwa Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi danatau peraturan daerah kabupatenkota, dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD yang telah di ubah dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2014, menyatakan Peraturan daerah yang selanjutnya di sebut Perda adalah peraturan daerah provinsi danatau peraturan daerah kabupatenkota. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pasal 1 poin 7, menyatakan bahwa Peraturan Provinsi adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur; kemudian pada poin 8 menentukan bahwa peraturan daerah kabupatenkota adalah peraturan perundang- undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupatenkota dengan persetujuan bersama bupatiwalikota. Sementara tentang peranan Perda Sadu Wasisitiono dan Yonatan Wiyoso 2009 : 59, menyampaikan bahwa : 1 Perda menentukan arah pembangunan dan pemerintahan di daerah. Sebagai kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus menjadi acuan seluruh kebijakan publik yang dibuat termasuk di dalamnya sebagai acuan daerah dalam menyusun program pembangunan daerah. Contoh konkritnya adalah Perda tentang Rancangan Pembangunan Jangka Panjang RPJP Daerah dan Pada Pasal 1 1 b butir 10 Und ndan an g- g Undang nomor 32 Tahun 2004 yang telah d d i i ubah dengan Undang-undang nomo mor 9 Tahun 2015 tentanag Pem me ri ntah Daerah me m ng ng at at ak k an an b b ah h w wa Peraturan d d ae a rah selanjutnya disebut Perd da a ad ad al al ah peraturan daera h h prov ov in insi si danatau pera a tu t ran daerah ka ka bu bu pa pa te te nkota ta , d da n Undang -U ndan g No Nomo mo r 27 T Tah ah un un 2009 tentang MP MP R, D DPR , DP D, DPRD yang telah di ub ah d en enga g n Un Unda dang ng -und ndang no o m mo r 17 Tahun 2 014, men yata kan Pera tu ran daerah y an ang se e la lanj nj utnya d di se bu t Perda adalah p er aturan d aerah pr ovinsi danatau pe r ratura ra n n da da erah h kabupate n ko ta . Selanj ut nya da la m Undang -U nd ang No mo or 12 tah h un un 2011 tentang Pem bent uk an Peratur an Per undang-Undangan, P Pasal 1 1 poi n n 7, menya ta ka ka n n ba ba hw hw a a Peraturan Pr r ov ov in in si si a a da da la h pera tu ra n n p perundan an g- g- undangan yang dibentuk o ole leh de de wan perwakilan rakyat provinsi den en ga gan n pe p rsetujuan bersama Gubernur; kemudian pada poin 8 m men n en entu uk kan b ba h hwa pe e ra ra tu tu ra ra n daer ah ah k kab ab up upat at enkota ad ad al al ah ah per t aturan p p er erun un d dang- un da ng ng an an yang dibent nt uk u oleh h dewan perw w ak ak il il an rak ak y yat daerah kabupatenkota dengan p persetujuan n bersama bupatiwalikota. Sementara tentan n g g perana n n Perda Sadu Wasisitiono dan Yonatan Wiyoso 2009 : 59, menyam ampa a i ikan bahwa : 1 Perda menentukan a a rah pembangunan dan pemerintahan di rancangan Pembangunan Jangka Menengah RPJM atau Rencana Stratejik Daerah Renstra. 2 Perda sebagai dasar perumusan kebijakan publik di daerah. Sebagai kebijakan publik tertinggi di daerah, Perda harus menjadi acuan bagi seluruh kebijakan publik lainnya, baik berupa peraturan kepala daerah, keputusan kepala daerah maupun kebijakan teknis yang dibuat oleh para pemimpin Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. c. Pembentukan Peraturan Daerah Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD maupun dari GubernurBupatiWalikota. Apabila dalam satu kali masa sidang GubernurBupati dan DPRD menyampaikan rancangan Perda dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan Perda yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan Perda yang disampaikan oleh GubernurBupatiWalikota dipergunakan sebagai bahan persandingan. Program penyusunan Perda dilakukan dalam satu Program Legislasi Daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Perda. Pembentukan Perda yang baik harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang undangan sesuai ketentuan Pasal 5 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 yaitu sebagai berikut : 1 kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. 2 kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang dan dapat dibatalkan atau batal demi hukum bila dibuat oleh lembagapejabat yang tidak berwenang. 3 kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar g j p gg , j acuan bagi s s el eluruh keb ij ij ak ak an an publik lainnya, baik berupa peratura a n n kepala daerah, keput t us usan a kepala daerah maupun kebi bi ja ja ka n teknis yang dibuat oleh para ra p p emimpin Satuan Kerja Pe Perangkat Daer r ah a SKPD. c. . Pembentuka an n Pe Pe ra ra turan Daerah Ra Ra ncanga ga n n Pe ra turan Daerah d apat b b er er asal d da ari i De De wan Perw rwakilan Ra Ra ky at t D Dae ra h DPRD maupun dari GubernurBu pa patiW W al al ik ik ot ot a. a Apa abi b la da a la la m satu kali ma sa sidang Gu bernurB up ati dan DP RD RD men en ya ya mpaika an n ranc angan Perda de ng an m at er i yang s am a, maka yang d dib i ah has as a a da d lah h rancangan Pe rd a yang d is am pa ik an o leh DP RD , sedang ka a n n rancanga gan n Perda yang disam pa ikan oleh Gu be rnur BupatiWalikota d i ipergun naka n n sebaga i ba ha ha n n pe pe rs rs an an dingan. Prog og ra ra m m pe pe ny ny us unan P er da da d dilakuk k an an dalam satu Program Legis la lasi D D aerah, sehingga diharapkan tidak t t er erja ja d di tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Perda. P Pe mb mben en tu tuka kan Pe rd rd a a ya yang ng b baik ha ha ru ru s s b be d rdasar k kan pa pada da asas pe p mb b en en tu tu k kan peraturan pe p rundan ng undangan ses es ua ua i kete e nt nt ua uan Pasal 5 Undang – Undang Nom mor 12 Tahu un 2011 yaitu sebagai berikut : 1 kejelasan tujuan n, , yaitu b bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undang g an har r u us mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. 2 kelembagaan atau org rga an pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembagapejabat memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangan. 4 dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. 5 kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benarbenar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara. 6 kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya. 7 keterbukaan, yaitu dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan. Rancangan peraturan daerah Raperda dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota. Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah. Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama Gubernur atau BupatiWalikota. Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat komisipanitiaalat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna. Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau BupatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau BupatiWalikota untuk disahkan menjadi Perda, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal persetujuan p g g p p perundang-un un da dangan terse bu bu t t di d dalam masyarakat, baik secara filosofi i s, s, y uridis maupun sosiolog is is . 5 keda da ya gunaan dan kehasilgunaan, ya y itu setiap peraturan p perundang-unda da ngan dibuat karena m m emang benarbenar dibutuhkan d da an b b er er ma ma nf nf aa aa t t dalam meng ngatur kehidupan berm m as as ay ay ar a akat t, , be be rb rb an an gs gs a a da da n n be be rn rneg eg ar a a. 6 keje la lasa a n rumusan, yaitu set i ia p pe pera ra tu turan perundan ang- g undangan ha h rus memenu nu hi hi p p e er sy ar ar at at an an t t eknis penyus s un unan a , sistem matika dan p pilihan n ka ka ta a tau term in ologi, s er ta ta b b ahasa a hu hu ku ku mnya j j el e as dan mu mu d dah dimengerti seh in gga tidak me ni i mb mb ulka a n n be ber rbag a ai m macam i in terp re tasi dalam pel ak sanaannya. 7 7 keterbukaan, yaitu d alam pro se s pemb b e entuka a n n pe p ratur ran perundan g- undangan mulai d ar i perenc an n aa a n, p p e ersiapan n, penyusun an dan pem ba hasan be rsifat transpa ra a n n da d n n te te b rbuka. a. Dengan d em ikian se luruh la pi san masyarak at t m mem empu pu nyai kesempatan s el uas-lu as nya un tuk member ikan m as asukan an d dal a am m pr os es pembuat an per at uran p erundang -und angan. Rancangan p eratur an daerah R ap er da dapat berasal dari D D P PRD D at au k ep al a a da da er er ah ah Gu G bernur, Bu u pa pa ti ti, at at au au W alik ot a . Ra Rap perda ya a ng ng disiapkan oleh Kepala Da a er erah h d disampaikan kepada DPRD. Sedang ng ka ka n Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimp mp in inan n D DPR PR D k kepa d da K Kep epal al a a D Daerah h . Pe Pemb mbah ah as asan Raper er da da d d i i DP DP RD RD d d il ak k uk ukan an oleh DPRD D b b e ersama Gubernu nur atau B BupatiWalikota a . Pe Pe mbahas as a an bersama tersebut melalui ti ingkat-tingk kat pembicaraan, dalam rapat komisipanitiaalat keleng ngkapan DP DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna a. Rap aperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau B B upatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan bersama. Raperda tersebut disahkan oleh Gubernur atau BupatiWalikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau BupatiWalikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak ditandangani oleh Gubernur atau BupatiWalikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan. d. Rertibusi Menurut Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengertian retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Hal ini dilakukan dengan berpedoman pada suatu kebijakan di daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, serta kesejahteraan masyarakat di daerah. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi dengan penggunaan jasa Pasal 1 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009. Hal ini dilakukan agar pemerintah tersebut disetujui ole le h h D DPRD dan G G ub ub ernur atau BupatiWalikota. Jika dalam wa a kt kt u 30 hari sejak Raperda tersebut ut disetujui bersama tidak dita a nd ndangani oleh Gu Gu be be rn n ur r a a ta ta u u Bu B patiWalikot t a, a, maka Raperda tersebut sah h m men en ja ja di Perda dan wajib b d diu i nd nd an an gk gk an. d. Re Rert rt ib ibus us i M M enur ut Pasal 1 an gk a 64 Undang- Unda ang n N N om omor or 2 2 8 Ta ahun 20 09 Tentang P aj ak Daerah da n Retrib us i Daerah, pe n ngerti ti an an retribu usi s da erah, yang selan ju tnya dis ebut r et ri busi adalah pu ng ngutan an d d ae a rah h sebagai pe mb ayaran a tas ja sa ata u pe mberian izin tertentu y yang khusu su s disediakan danata u di be ri kan oleh p emer intah daerah untuk k kepenti ti ng an an orang pr ib ad ad i i at at au au b b ad ad an. Hal ini di di la la ku ku ka ka n n de d ngan b er pe e do do man pa pa da da suatu kebijakan di daerah h d dala lam m meningkatkan pendapatan asli dae ae ra ah h, serta kesejahteraan masyarakat di daerah. Wa Wa ji ji b b re retribusi i ad adal alah ah o ora ra ng pri i ba ba di di a a ta ta u b ba d dan yang ng m m e enurut pe p ratu u ra ra n n perundang-un da d ngan r r e etribusi diwaj ib ib ka ka n untu u k k melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. Besarnya retribu busi yang t terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa a atau p perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi d d en e gan penggunaan jasa Pasal 1 Undang- mendapatkan angaran yang dibayar dari orangbadan usaha untuk selanjudnya dapat dipergunakan untuk membangun infrastruktur daerah. Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan Objek Retribusi Pelayanan persampahankebersihan meliputi : 1 Pengambilanpengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara. 2 Pengangkutan sampah dari sumbernya danatau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuanganpembuangan akhir sampah. 3 Penyediaan lokasi pembuanganpemusnahan akhir sampah Pasal 112 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Berdasarkan keputusan Bupati Kepulauan Aru. Nomor 1. Tahun 2010 berikut ini adalah : Retribusi Pela a ya ya n nan Persam m pa pa ha h nKebersihan Objek Retribusi Pelayanan pe persampahankebersihan meliputi : 1 Pengambilan p peng ng um um pu pu la la n n sa sa mpah dari su mb mb ernya ke lokasi pemb m ua u ng n an sementara. 2 2 Peng g an an gk ut an sam pa h da ri s s um um bern nya ya d d anatau lokasi pe mbuangan semen ta ra ke loka si p em m bu b anga a n n pe pe mb m uan ngan akhir sa mp ah. 3 Penyediaan lokas i pe mbua ng an pemusnahan a akhir r sa sa mp m ah h P as al 112 Und an g- Un da ng N omor 28 Ta hun 2009 . . Berdasarkan kepu tu san Bu pati K ep ul au an Aru. Nomor 1. T Tahun 2 201 beri kut ini ad ad al al ah ah : : BAGAN SUSUNAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEPULAUAN ARU KEPALA BADAN FREDRIK. P. GAITE, S.AP NIP. 19641130 298603 1 007 SEKRETARUS SUBAG PERENCANAAN FRANSISCUS ARJESAM,S.Hut NIP. 630 016 637 SUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SALOMINA H.BUNGYANAN,S.Sos NIP. 19760925 200501 2 015 SUBAG KEUANGAN BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN ZAKARIAS. A. KARATEM, S, Sos NIP : 19770602 200501 1 012 BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN AGUSTINUS. F. .B. METURAN, SP NIP : 19740829 200604 1 003 BIDANG PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN DORCE ATDJAS,S.Pd.Mt NIP : 19811028 200604 2 020 SUB BIDANG PENYUSUNAN PENILAIAN AMDAL ECKY ELSON BOTHMIR,S.Si NIP 19810721 200904 1 001 SUB BIDANG PERIZINAN PENGAWASAN LINGKUNGAN MJOHANA J. KORITELU, S. Sos NIP : 19790703 201001 2 029 SUB BIDANG PENATAAN PEMULIHAN LINGKUNGAN BENYAMIN BATMOMOLIN,S.Ip NIP. 19760912 200501 1 012 BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN ZAKARIAS. A. KARATEM, S, Sos NIP : 19770602 200501 1 012 BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN AGUSTINUS. F. .B. METURAN, SP NIP : 19740829 200604 1 003 BIDANG PEMULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN DORCE ATDJAS,S.Pd.Mt NIP : 19811028 200604 2 020 SUB BIDANG PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DIAN MAYASARI, S. Si NIP 19850515 201001 2 050 SUB BIDANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN FEBRIANA. Y. KARATEM, S. Si NIP 1960209 201001 2 033 SUB BIDANG EVALUASI AUDIT LINGKUNGAN VERONIKA LETSOIN,SP NIP. 19771218 200701 2 011 UPTD KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPALA BADAN FREDRIK. P. GAITE, S.AP NIP. 19641130 298603 1 007 SEKRETA TARUS SUBAG PERENCANAAN FRANSISC US ARJE E SAM, SAM S.Hut NIP. 630 016 637 SUBAG UMUM DAN N K KEPEGAWAIAN SALOMINA A H.B H.B UNGY UN ANAN,S.Sos NIP. 197 9760 6092 5 20 5 20 0501 050 2 015 SUBAG KEUA BIDANG PENGE GE LOLAA N LINGKUNGAN ZAK AKAR IAS. A. KARATEM, S, Sos NIP : 19770602 200501 1 012 BIDANG PENGAWAS AN DA N PENGENDALIAN LI NGKUN GAN AGUSTINUS. F. .B. M ETURA N, SP NIP : 19740829 20060 4 1 0 03 BIDAN G PEM ULIHAN KUALITAS LINGKUNGAN DORC E AT DJAS,S.Pd.Mt NIP : 1981 1028 200604 2 020 SUB BIDANG PENYUSUNAN PENILAIAN AMDAL ECKY ELSON BOTH MIR,S.Si NIP 198107 21 20 0904 1 001 SUB BIDANG PERI ZINAN PEN GAWASAN LI NGKUN GAN MJOHA NA J. KORI TELU, S. Sos NIP : 1979 0703 20100 1 2 0 29 SUB BIDANG PENATAAN PEM ULIHAN LINGKUNGAN BENYAMIN BATMOMOLIN,S.Ip NIP. 19760912 200501 1 01 2 BIDANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN ZAKARIAS. A. KARATEM, S, Sos NIP : 19770602 200501 1 012 BIDAN G PEN GAWAS AN DA N PENGENDALI AN LINGKUN GAN AGUST INUS. F. .B. METURAN, SP NIP : 19740829 200604 1 003 BIDAN G PEM ULIHAN KUALITAS L INGKUNGAN DORC E ATDJAS,S.Pd.Mt NIP : 19811028 200604 2 020 SUB BIDANG PEMB INAAN AN PENGELOL AAN L N L ING INGKUNGAN DIAN MAYASARI, S. Si NIP 19850515 201001 2 050 SUB BIDANG PENGE GE NDALI N AN LINGKUNGAN FEBRI FEBR ANA. Y. KA Y RATEM, S. S Si NIP 1 9602 96020 9 9 201001 2 03 33 SUB B BIDANG IDANG EVAL UASI AUDIT LINGKUN UN GAN GAN VERON IKA L ETSOI N,SP NIP. 19771218 200701 2 011 UPTD KELOMPOK JABATA TAN FUNGSIONAL AL

D. Landasan Teori