Penerapan Manajemen Risiko Pada Kredit Kepemilikan Rumah Pada PT. Bank Sumut

pembayaran tunai kepada debitur atau melakukan pemindahbukuan ke rekening yang ditunjuk oleh debitur, yaitu rekening milik perusahaan pengembang yang menjual rumah kepada debitur. 39 Penerapan manajemen risiko pada kredit kepemilikan rumah pada PT. Bank Sumut dilakukan dengan dasar Peraturan Bank Indonesia Nomor 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4292 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1125PBI2009 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5029, Peraturan Bank Indonesia Nomor 1323PBI2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5247, dan dalam rangka meningkatkan kehati-hatian bagi Bank yang melakukan aktivitas pemberian kredit atau pembiayaan pemilikan properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun properti, dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor maka perlu untuk mengatur pemberian kredit

B. Penerapan Manajemen Risiko Pada Kredit Kepemilikan Rumah Pada PT. Bank Sumut

39 Hasil Wawancara Dengan Bapak Agung Santoso, Selaku Kepala Divisi Sumber Daya Manusia PT. Bank Sumut Medan tanggal 12 Pebruari 2014. Universitas Sumatera Utara atau pembiayaan pemilikan properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun properti, dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor dalam Surat Edaran Bank Indonesia dan yang terakhir adalah Surat Edaran Bank Indonesia No. 1540DKMP tanggal 24 September 2013 perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor. Inti dari Surat Edaran BI adalah penetapan rasio loan to value LTV untuk kredit pemilikan rumah KPR, yaitu rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap agunan asetobjek yang didanai pada saat awal pemberian kredit ditetapkan maksimal 70. Bank Indonesia memberikan sanksi kepada bank yang melanggar ketentuan tersebut berupa sanksi administratif sebagaimana tertuang dalam PBI No 1125PBI2009 mengenai Penerapan Manajemen Risiko. Masa transisi untuk pemberlakuan ketentuan baru tersebut adalah tiga bulan setelah surat edaran dikeluarkan. Melihat pertumbuhan kredit KPR yang sangat tinggi dalam beberapa tahun terakhir ini, sangatlah wajar apabila BI memberikan sinyal kepada dunia perbankan untuk senantiasa menjaga prinsip kehati-hatian. Demikian juga halnya dengan PT. Bank Sumut sebagai salah satu bank yang bernaung di bawah Bank Indonesia tentunya harus tunduk dan patuh kepada surat edaran Universitas Sumatera Utara Bank Indonesia dalam penerapan manajemen risiko kredit pemilikan rumah. 40 Namun, bagaimanapun PT. Bank Sumut harus menyikapi Surat Edaran Bank Indonesia secara positif. Dengan adanya ketetapan mengenai LTV KPR dan uang muka KKB, diharapkan nilai kredit bermasalah atau non performance loan NPL dan potensi bubble di kredit konsumtif bisa ditekan. Data BI menyebutkan, NPL KPR sampai Desember 2011 tercatat sebesar 1,83 dan Januari 2012 sebesar 2,12. BI mengingatkan bahwa pertumbuhan KPR yang cukup besar bisa mendorong tingginya harga rumah properti, yang pada akhirnya tidak mencerminkan harga yang sebenarnya bubble. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan risiko yang mungkin terjadi di kalangan perbankan. BI tentu saja punya alasan cukup untuk mengeluarkan peraturan tersebut. Berdasarkan data BI, pertumbuhan KPR sampai Desember 2011 mencapai 32,9 yoy, sementara Januari 2012 tumbuh 43,04 yoy. Namun, munculnya peraturan BI tersebut tentu saja cukup berdampak, tidak hanya bagi para nasabah tapi juga kalangan perbankan. Bagi nasabah, adanya peraturan baru BI tentang ketentuan uang muka tunai sebesar 30 dari nilai rumah yang akan dibeli, jelas akan memberatkan calon nasabah yang hendak berinvestasi. 41 Dunia perbankan memang harus belajar dari kasus krisis finansial 40 Hasil Wawancara Dengan Bapak Agung Santoso, Selaku Kepala Divisi Sumber Daya Manusia PT. Bank Sumut Medan tanggal 12 Pebruari 2014. 41 Hasil Wawancara Dengan Bapak Agung Santoso, Selaku Kepala Divisi Sumber Daya Manusia PT. Bank Sumut Medan tanggal 12 Pebruari 2014. Universitas Sumatera Utara global di mana jatuhnya perekonomian negara-negara ekonomi maju pada 2008-2009 lalu adalah karena macetnya kredit properti. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal tersebut di Indonesia maka tidak ada salahnya jika Bank Indonesia menetapkan tingkat LTV KPR. Selama ini uang muka KPR yang diberikan kepada nasabah oleh Bank Sumut berbeda-beda, tergantung past performance dan credit history nasabah tersebut sebelumnya. Jika past performace dan credit history nasabah dinilai cukup baik dan lancar maka biasanya Bank Sumut akan menetapkan uang muka secara fleksibel. Sebaliknya, jika nasabah tersebut dirasa kurang nilai past performance dan credit historynya maka Bank Sumut akan menetapkan nilai uang muka yang cukup besar. 42 42 Hasil Wawancara Dengan Bapak Agung Santoso, Selaku Kepala Divisi Sumber Daya Manusia PT. Bank Sumut Medan tanggal 12 Pebruari 2014. Ke depan, Bank Sumut harus memenuhi aturan yang sudah ditetapkan oleh BI soal nilai LTV KPR minimal sebesar 70 tanpa harus memandang bagaimana past performance dan credit history nasabah. Ini sesuatu yang sangat berisiko dan jelas tidak mendidik. Karena itu, betapa pun “pahitnya” peraturan baru BI bagi nasabah dan juga pihak Bank Sumut, langkah tersebut tetap penting dilakukan agar Bank Sumut tak terjebak dalam kredit bermasalah. Universitas Sumatera Utara

C. Akibat Hukum Wanprestasi Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah Pada PT. Bank Sumut