Tinjauan Pustaka .1 Sejarah Pemekaran Wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pemekaran Wilayah Pemekaran wilayah menurut Effendy 2008 merupakan suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan mempercepat pembangunan. Pemekaran wilayah juga diharapkan dapat menciptakan kemandirian daerah sebagai salah satu kunci dari keberhasilan otonomi daerah. Upaya pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah terobosan untuk mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan. Pemekaran wilayah yang terjadi pada saat ini merupakan implikasi berlakunya otonomi daerah, yakni UU No. 5 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah . Wilayah pusat tidak sepenuhnya lagi mempunyai wewenang terhadap daerah, tetapi sebagian kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada daerah. UU tersebut kemudian melahirkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Penerintahan Daerah dan seiring waktu berubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah. Universitas Sumatera Utara Pola perkembangan wilayah sebelum tahun 1998 mengalami perubahan sejak bergulirnya era reformasi setelah tahun 1998. Fenomena tersebut merupakan konsekuensi dari perubahan kebijakan sentralisasi menjadi desentralisasi otonomi daerah. Kebijakan tersebut tertuang dalam UU No. 2 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004. Dalam rangka implementasi kebijakan tersebut maka dikeluarkan PP No. 129 tahun 2000 tentang persyaratan dan tata cara pembentukan daerah otonom baru, penghapusan dan penggabungan daerah otonom. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian diganti dengan PP No. 78 tahun 2007. Dalam kurun waktu 10 tahun sejak tahun 1999 telah terbentuk daerah otonom baru sebanyak 205 buah yang terdiri dari 7 provinsi, 164 kabupaten dan 34 Kota. Dengan perkataan lain terjadi peningkatan 64 dari jumlah daerah otonom tahun 1998 atau secara rata rata dalam satu tahun lahir 20 daerah otonom baru. Hingga tahun 2014 daerah otonom di Indonesia berjumlah 542 daerah yang terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota, dengan jumlah daerah otonom baru sebanyak 223 daerah yang terdiri dari 8 provinsi, 182 kabupaten, dan 33 kota. Kemendagri, 2014

2.1.2 Perspektif Pemekaran Wilayah

Pemekaran wilayah yang merupakan bentuk dari otonomi daerah memiliki beberapa perspektif, yaitu perspektif administrasi pemerintahanpolitik , perspektif ekonomi, perspektif sosial Haris,2007. 1 Perspektif Administrasi Pemerintahan Pemerintah semakin didekatkan dengan rakyat. Itulah sebabnya maka kepala pemerintahan di daerah harus dipilih oleh representasi rakyat setempat secara murni, tanpa intervensi dan patronase pemerintah yang lebih atas, dan Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab kepada rakyat setempat melalui mekanisme yang mereka sepakati. Dengan adanya keleulasaan memilih dan menetapkan pemimpin diperoleh beberapa keuntungan: a. Rakyat dan institusi perwakilan rakyat di daerah merasa dipercaya oleh pemerintah, dan karena itu merasa bangga sebagai bagian dari pemerintahan nasional. b. Kepala pemerintahan dan jajaran eksekutif di daerah memikul kewajiban untuk memberi pengabdian mereka yang terbaik kepada rakyat di wilayahnya, karena keberhasilan atau kegagalan mereka tidak akan lepas dari penilaian rakyat setempat. c. Semakin sulit bagi sesuatu kelompok separatis atau anti nasional di daerah untuk melakukan manjuver dengan alasan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat. Kesalahan dan kegagalan kebijakan di daerah akan menjadi masalah lokal yang harus diselesaikan secara lokal pula. 2 Perspektif Ekonomi Perluasan kesempatan bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengejar kesejahteraan dan memajukan dirinya. Ini akan secara signifikan mengurangi beban pemerintah pusat dan pada saat yang sama menciptakan iklim yang kompetitif diantera daerah-daerah untuk secara kreatif menemukan cara-cara baru mengelola potensi ekonomi yang dimilikinya. Kalau strategi ini berhasil, maka kesejahteraan bangsa Indonesia akan lebih cepat pencapaiannya. Masyarakat di daerah yang semakin sejahtera akan menyadari bahwa kondisi yang mereka nikmati itu adalah berkah dari kebijakan desentralisasi yang diluncurkan oleh pemerintah pusat Universitas Sumatera Utara 3 Perspektif Sosial-Budaya Peluang yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan kualitas masyarakatnya dan berbagai tanggung jawab pemerintah pusat dalam meningkatkan pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya. Dalam konteks kebudayaan bermakna sebagai peluang yang terbuka luas bagi daerah-daerah untuk menggali dan mengembangkan nilai-nilai dan karakter budaya setempat. Ini akan membangkitkan harga diri dan kebanggaan masyarakat sebagai bagian dari kebhinnekaan budaya nasional kita. Kebanggaan atas identitas budaya lokal tidak seyogyanya dicurigai sebagai ancaman terhadap persatuan nasional, karena justru dengan kuatnya budaya lokal itu akan memperkaya budaya nasional.

2.1.3 Perkembangan Tanaman Padi

Luas tanaman dan produksi padi di Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun, berikut tabel perkembangan luas tanaman dan produksi pangan di Indonesia, Sumatera Utara dan sebelum terbentuknya kabupaten Padang Lawas Utara.

a. Indonesia Tabel 2. Perkembangan Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas Padi di