Analisis Determinan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Aceh Utara

(1)

ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PEDAGANG

KAKI LIMA DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

OLEH

N A Z I R

067019108/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ABSTRAK

Pendapatan yang akan diperoleh pedagang kaki lima sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diduga yang mendeterminasi pendapatan tersebut antara lain adalah modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk). Kemudian pendapatan yang diterima sesama pedagang kaki lima juga berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan pendapatan tersebut adalah tidak sama besarnya modal kerja yang dimilikinya, juga berbeda jam usaha yang dipergunakan untuk berdagang, serta bedanya pengalaman (lamanya berdagang) dan berbeda banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang digelarkannya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan pendapatan pedagang kaki lima antara yang berdagang dibawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang diatas jam usaha rata-rata.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Manajemen Keuangan dan Manajemen Pemasaran yang berhubungan dengan pendapatan serta yang mendeterminasinya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey dan jenis penelitian deskriptif kuantitatif serta sifat penelitiannya adalah eksplanasi. Metode pengumpul data dilakukan dengan cara wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah Multiple Regrssion Linear (Analisis Regresi Berganda). Populasi adalah seluruh pedagang kaki lima yang tersebar di Kabupaten Aceh Utara yang menjual sayur-sayuran, makanan dan minuman, buah-buahan serta pakaian yang berjumlah 725 pedagang dengan kriteria pedagang yang tidak berpindah-pindah tempat (tetap) dan yang berdagang di pusat kota kecamatan. Teknik penetuan sampel menggunakan cluster sampling. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel sebanyak 100 pedagang.

Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara simultan modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara, dan secara parsial modal kerja sebagai variabel yang paling dominan. Metode analisis data hipotesis kedua yang digunakan adalah Chi Square. Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.

Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh adalah bahwa modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara dan ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.


(3)

ABSTRACCT

Income of hawkers is determined by various factors, namely; the working capital, the effort duration (hour of effort) and the trading experience and the merchandise type (product). Income which accepted by hawkers is difference, which cause difference of the income is unequal of the owned working capital level, the duration of effort which utilized to trade, the trading experience and the number of merchandise type. The primary purpose of this research is to know and analyze factors influencing Income of hawkers in Regency of North Aceh. The second purpose of the research is to know and analyze difference of income of hawkers between trading below hour of mean effort and above hour of mean effort

Theory used in this research is the Financial Management theory and the Marketing Management related to income and which determine it.

The method used in this research is the survey method. The quantitative descriptive and explanation research are also used in the research. The Methods of data collection are interview, questionnaire, and documentation study. The Method of data analysis is Multiple Linear Regression. Population in the research is all hawkers spread over in Regency of North Aceh which sells vegetables, food and beverage, fruits and also clothes amounting to 725 merchants. The hawkesr criterion are permanent hawkers and hawkers which trade at the centre of district downtown. The technique sampling used cluster sampling. Determination of sample size used the Slovin Approach that amount of sample is 100 hawkers.

The first hypothesis used the Multiple Linear Regression with the F-test and the t-test which is purposed to know the effect of the independent variables to the dependent variable with 95% significant level (á = 0,05).

The result of first hypothesis analysis with the F-test indicates that factor of working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income hawkers simultaneously in Regency of North Aceh. The t-test partially indicates that the factor of working capital is the dominant factor. The second hypothesis used chi square analysis which the result, there is difference between income of hawkers which consist of vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour mean effort, except clothes merchant.

The conclusions of the research are that the working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income of hawkers in Regency of North Aceh and there is difference between income of hawkers which consist of the vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour of mean effort.


(4)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN

ACEH UTARA Nama Mahasiswa : N A Z I R

Nomor Pokok : 067019108/IM

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nissa, B., MSc)


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 4 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE, MS Anggota : Kasyful Mahalli, SE, M.Si

: Prof. Dr. Syaad Afifuddin. M.Ec : Drs. Syahyunan, M.Si


(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

“ ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA DI

KABUPATEN ACEH UTARA”

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telaah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan,

N a z i r NIM. 067019108/IM


(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahhim

Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada kita semua melalui Rahmat dan Hidayah-Nya serta Selawat dan Salam kita sampaikan kepada tokoh Revolusi Alam Semesta dan tokoh reformasi Dunia yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta Keluarga dan Sahabat Beliau sekalian yang telah membuka mata hati manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bagi kepentingan ummatnya sehingga tergerak dan termotivasi penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

Dalam penulisan usulan penelitian ini penulis telah berupaya dan berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan informasi seobjektif mungkin secara menyeluruh, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaannya karena keterbatasan penulis sebagai mahasiswa dan manusia yang banyak memiliki kelemahan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi- tingginya dan tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan masukan secara langsung maupun tidak langsung hingga penulisan usulan penelitian ini dapat dirampungkan khususnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir.T. Chairun Nisa, B.,MSc, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana


(8)

2. Ibu Prof.Dr.Rismayani, SE.MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan dan sekaligus sebagai Ketua Komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengarahkan, membimbing serta mendorong penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan dan juga selaku Anggota Komisi Pembanding yang selalu memberikan semangat serta dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M.Ec, Bapak Drs. HB. Tarmizi, SU, selaku

Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan serta pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Bapak Prof. A.Hadi Arifin, M.Si, Selaku Rektor Universitas Malikussaleh

Lhokseumawe, yang telah memberikan izin belajar bagi penulis.

7. Bapak Faisal Matriadi, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Malikussaleh Lhokseumawe.

8. Seluruh para Dosen pada Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pasca

sarjana Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan ilmu kepada penulis.


(9)

9. Kepada seluruh pegawai dan staf pada Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

10.Teristimewa kepada isteri tercinta Musnawati, dan anakku tersayang Muhammad

Fathir Mushaddiq serta kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda (Alm) Tgk. M.Thaib Itam dan Ibunda Basyariah Puteh, yang telah memberikan dorongan semangat serta doa kepada penulis. Juga tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kakanda Basir & Jamilah, Darwani Zahara, Mustafa Munir, Marzuki & Lena Rostiana serta abang ipar Samsul Efendi & Darmawati dan adik iparku Heri & Yusriana, Syukri & Safrina Zahara, Ari & Nurlela dan juga Azmiati. Kemudian kepada kemenakanku Zuraida, Yusrizal, Yuli Fitriani, Martunis, Zulafnis Aulia, Suci Ramadhani, Muhammad Agustiar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran serta masukan yang sifatnya kontruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan usulan penelitian ini, semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan masyarakat banyak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga ALLAH SWT membalas budi baik kepada kita semuanya.

Medan, Februari 2010 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nazir, lahir pada tanggal 19 Agustus 1973 di Paloh Batee, Kecamatan Muara Dua Pemerintahan Kota Lhokseumawe, anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda (Alm) Tgk M. Thaib Itam dan Ibunda Basyariah Puteh. Menikah pada tahun 2003 dengan Musnawati dan dikaruniai satu anak pada tahun 2006 dengan nama Muhammad Fathir Mushaddiq.

Pendidikan dimulai tahun 1980 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Menasah Alue, Cunda Lhokseumawe lulus dan tamat tahun 1986. Tahun 1986 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Cunda Lhokseumawe, lulus dan tamat tahun 1989. Selanjutnya tahun 1989 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) lulus dan tamat tahun 1992. Kemudian tahun 1993 masuk ke Balai Latihan Kerja (BLK) Banda Aceh. Tahun 1997 melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, tamat dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2006 melanjutkan studi ke Program Studi Ilmu Manajemen (Strata-2) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Mulai bekerja pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2002 sebagai karyawan Koperasi Karyawan PT. Kertas Kraft Aceh (Persero) di Kabupaten Aceh Utara. Selanjutnya pada tahun 2002 bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe sampai sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN ... LEMBARAN PANITIA PENGUJI TESIS ... LEMBARAN PERNYATAAN ... ABSTRAK ……….………... ABSTRACK ...

KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... DAFTAR ISI ……….………... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN...

I.1 Latar Belakang ... I.2 Perumusan Masalah ... I.3 Tujuan Penelitian ... I.4 Manfaat Penelitian ... I.5 Kerangka Berpikir ... I.6 Hipotesis ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

II.1 Penelitian Terdahulu ... II.2 Teori Tentang Pendapatan ... II.1.1 Konsep Pendapatan... II.3 Teori Tentang Pedagang Kaki Lima ... II.3.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima ... II.3.2 Determinan Pendapatan Kaki Lima ... II.3.2.1 Modal Kerja ... II.3.2.2 Jam Usaha ...

II.3.2.3 Pengalaman ... II.3.2.4 Jenis Barang Dagangan (Produk) ... II.4 Teori Tentang Usaha Informal ...

II.4.1 Pengertian Usaha Informal ...

BAB III METODE PENELITIAN ...

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... III.2 Metode Penelitian ...

i ii iii iv v vi ix x xiii xiv xv 1 1 7 7 7 8 11 12 12 15 15 20 20 26 28 33 37 38 41 41 45 45 45


(12)

III.2.2 Jenis Penelitian ... III.2.3 Sifat Penelitian ... III.3 Populasi dan Sampel ... III.4 Metode Pengumpulan Data ... III.5 Jenis dan Sumber Data ... III.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... III.6.1 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Hipotesis Pertama ... III.6.2 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Hipotesis Kedua ... III.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ………...

III.7.1 Uji Validitas …….…..………... III.7.2. Uji Reliabilitas …………...…………...

III.8 Model Analisis Data ………...

III.8.1 Model Analisis Data Hipotesis Pertama ……... III.8.2 Model Analisis Data Hipotesis Kedua .……... III.9 Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ...…... III.9.1 Uji Normalitas ... III.9.2 Uji Multikolonieritas ... III.9.3 Uji Heteroskedastisitas ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

IV.1 Hasil Penelitian ………...……….…...

IV.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Aceh Utara …... IV.1.1.1 Profil Kecamatan Cluster Timur ... IV.1.1.2 Profil Kecamatan Cluster Tengah ... IV.1.1.3 Profil Kecamatan Cluster Barat ... IV. 1.2 Karakteristik Responden ...

IV.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... IV.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...

IV.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... IV.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... IV.1.3 Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ... IV.1.3.1 Penjelasan Responden Atas Variabel Pendapatan ... IV.1.3.2 Penjelasan Responden Atas Variabel

Modal Kerja ... IV.1.3.3 Penjelasan Responden Atas Variabel

Jam Usaha ... 45 46 46 48 49 49 49 50 51 51 53 54 54 57 57 58 59 59 61 61 61 62 65 67 69 69 70 71 72 73 73 75 76


(13)

IV.1.3.4 Penjelasan Responden Atas Variabel

Pengalaman ... IV.1.3.5 Penjelasan Responden Atas Variabel

Jenis Barang Dagangan (Produk)... IV.1.3.6 Penjelasan Responden Atas Variabel

Yang Mempengaruhi Pendapatan ... IV.1.4 Pengujian Asumsi Klasik ... IV.1.4.1 Uji Normalitas ... IV.1.4.2 Uji Multikolonieritas ... IV.1.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... IV.2 Pembahasan ... IV.2.1 Pengujian Hipotesis Pertama ... IV.2.1.1 Koefisien Determinasi ... IV.2.1.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan …....

IV.2.1.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial... IV.2.2 Pengujian Hipotesis Kedua ... IV.2.2.1 Pengujian Chi Square ………..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...………....

V.1 Kesimpulan ... V.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

77 78 80 82 82 85 86 89 89 89 90 91 96 96 98 98 99 100


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 IV.1 IV.2 IV.3 IV.4 IV.5 IV.6 IV.7 IV.8 IV.9 IV.10 IV.11 IV.12 IV.13 IV.14 IV.15 IV.16 IV.17

Jumlah Pendapatan perkapita Tahun 2000 – 2006 Atass

Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Utara ………....

Jumlah dan Lokasi Sampel Pedagang Kaki Lima ………....

Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ...

Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian ………..………

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian …………...……...

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan .... Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir. Penjelasan Responden Atas Variabel Pendapatan ... Penjelasan Responden Atas Variabel Modal Kerja ... Penjelasan Responden Atas Variabel Jam Usaha ... Penjelasan Responden Atas Variabel Pengalaman ... Penjelasan Responden Atas Variabel Jenis Barang Dagangan (Produk)... Penjelasan Responden AtasVariabel Yang Mempengaruhi Pendapatan ... Hasil Uji Normalitas ... Hasil Uji Multikolonieritas ... Hasil Uji Heteroskedastisitas ... Nilai Koefisien Determinasi ... Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan ...

Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial ………..

Hasil Pengujian Chi Square ...

3 48 50 51 53 54 69 70 71 73 74 75 77 78 79 80 85 86 89 90 91 92 97


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 1.2 IV.1 IV.2

IV.3

Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama ………....

Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua ………..

Grafik Histogram Normalitas ………...

Grafik Normal Probability Plot (PP-Plot) of Regression Standarized Residual ...

Grafik scatterplot Heteroskedastisitas ………

10 11 83

84 88


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10

Daftar Pertanyaan Penelitian ...……….... Tabulasi Data Penelitian ... Hasil Uji Validitas ...………....

Hasil Uji Reliabilitas ... Hasil Uji Asumsi Klasik ... Karakteristik Responden ...

Hasil Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ……..

Hasil Penjelasan Responden Atas Variabel Yang

Mempengaruhi Pendapatan …... Hasil Analisis Regresi Berganda ... Hasil Uji Chi Square ...

107 110 112 114 119 123 124

127 128 129


(17)

ABSTRAK

Pendapatan yang akan diperoleh pedagang kaki lima sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diduga yang mendeterminasi pendapatan tersebut antara lain adalah modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk). Kemudian pendapatan yang diterima sesama pedagang kaki lima juga berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan pendapatan tersebut adalah tidak sama besarnya modal kerja yang dimilikinya, juga berbeda jam usaha yang dipergunakan untuk berdagang, serta bedanya pengalaman (lamanya berdagang) dan berbeda banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang digelarkannya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan pendapatan pedagang kaki lima antara yang berdagang dibawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang diatas jam usaha rata-rata.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Manajemen Keuangan dan Manajemen Pemasaran yang berhubungan dengan pendapatan serta yang mendeterminasinya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey dan jenis penelitian deskriptif kuantitatif serta sifat penelitiannya adalah eksplanasi. Metode pengumpul data dilakukan dengan cara wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah Multiple Regrssion Linear (Analisis Regresi Berganda). Populasi adalah seluruh pedagang kaki lima yang tersebar di Kabupaten Aceh Utara yang menjual sayur-sayuran, makanan dan minuman, buah-buahan serta pakaian yang berjumlah 725 pedagang dengan kriteria pedagang yang tidak berpindah-pindah tempat (tetap) dan yang berdagang di pusat kota kecamatan. Teknik penetuan sampel menggunakan cluster sampling. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel sebanyak 100 pedagang.

Hasil analisis hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara simultan modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara, dan secara parsial modal kerja sebagai variabel yang paling dominan. Metode analisis data hipotesis kedua yang digunakan adalah Chi Square. Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.

Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh adalah bahwa modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jenis barang dagangan (produk) berpengaruh sangat-sangat signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara dan ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.


(18)

ABSTRACCT

Income of hawkers is determined by various factors, namely; the working capital, the effort duration (hour of effort) and the trading experience and the merchandise type (product). Income which accepted by hawkers is difference, which cause difference of the income is unequal of the owned working capital level, the duration of effort which utilized to trade, the trading experience and the number of merchandise type. The primary purpose of this research is to know and analyze factors influencing Income of hawkers in Regency of North Aceh. The second purpose of the research is to know and analyze difference of income of hawkers between trading below hour of mean effort and above hour of mean effort

Theory used in this research is the Financial Management theory and the Marketing Management related to income and which determine it.

The method used in this research is the survey method. The quantitative descriptive and explanation research are also used in the research. The Methods of data collection are interview, questionnaire, and documentation study. The Method of data analysis is Multiple Linear Regression. Population in the research is all hawkers spread over in Regency of North Aceh which sells vegetables, food and beverage, fruits and also clothes amounting to 725 merchants. The hawkesr criterion are permanent hawkers and hawkers which trade at the centre of district downtown. The technique sampling used cluster sampling. Determination of sample size used the Slovin Approach that amount of sample is 100 hawkers.

The first hypothesis used the Multiple Linear Regression with the F-test and the t-test which is purposed to know the effect of the independent variables to the dependent variable with 95% significant level (á = 0,05).

The result of first hypothesis analysis with the F-test indicates that factor of working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income hawkers simultaneously in Regency of North Aceh. The t-test partially indicates that the factor of working capital is the dominant factor. The second hypothesis used chi square analysis which the result, there is difference between income of hawkers which consist of vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour mean effort, except clothes merchant.

The conclusions of the research are that the working capital, the effort duration, the merchandise type and the trading experience have a significant effect to income of hawkers in Regency of North Aceh and there is difference between income of hawkers which consist of the vegetable merchant, food and beverage and also fruits trading below hour of mean effort and above hour of mean effort.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian suatu negara maupun daerah tidak terlepas dari aktivitas perekonomian masyarakat, perekonomian tersebut terbentuk dari beberapa sektor usaha baik sektor formal maupun sektor informal dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang layak dalam memenuhi kebutuhan hidup serta untuk mensejahterakan anggota keluarganya.

Kebutuhan dan keinginan masyarakat sekarang ini semakin komplek seiring dengan kemajuan suatu negara yang di sertai dengan perkembangan teknologi. Oleh karena itu masyarakat berupaya seoptimal mungkin mengejar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam mencapai kebutuhan dan keinginan tersebut dilakukan dengan berbagai usaha, seperti bekerja pada sektor pemerintah, perusahaan swasta, buruh bangunan, bertani, berdagang dan usaha lainnya.

Setiap orang berusaha dalam hal ini bekerja, tidak lain hanyalah mengharapkan pendapatan, semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin meningkat tingkat kesejahteraan anggota keluarganya serta semakin banyak kebutuhan dan keinginan dapat tercapai. Dengan demikian anggota masyarakat dewasa ini berlomba-lomba dalam meningkatkan tingkat pendapatannya.

Usaha kecil dalam perekonomian suatu negara memiliki peran yang penting dan strategis dalam pembangunan struktur perekonomian nasional. Posisi usaha kecil


(20)

dalam kancah pembangunan ekonomi tidak lain adalah sekelompok aktor yang bersama-sama dengan usaha besar menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Usaha kecil biasanya berbentuk usaha informal dan tradisional, usaha ini antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pemulung serta pedagang kaki lima dan berbagai usaha lainnya.

Pedagang kaki lima merupakan salah satu unit usaha yang berskala kecil dengan modal yang relatif minim serta jam usaha yang tidak terbatas. Namun demikian kelompok pedagang kaki lima tersebut memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai serta pendidikan yang terbatas. Disamping itu pedagang kaki lima mampu memberikan pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat serta dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujutkan stabilitas ekonomi nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi daerah pada khususnya.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi bagi masyarakatnya, hal ini apabila diikuti tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi pula. Kemakmuran yang tinggi lebih tercermin pada tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita, sebab apabila dilihat dari sudut konsumsi berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa dalam takaran yang lebih banyak atau tinggi kualitasnya. Tinggi rendahnya tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah biasanya diukur dengan besar kecilnya


(21)

angka pendapatan perkapita yang diperoleh dari pembagian antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (BPS Aceh Utara, 2006). Adapun pendapatan perkapita Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel I.I di bawah ini:

Tabel 1.1

Jumlah Pendapatan perkapita Tahun 2000 – 2006 Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Aceh Utara (Dalam Ribuan)

Tahun Termasuk minyak

dan gas (Rp)

Tidak termasuk minyak dan gas (Rp)

2000 26,511,980.08 4,197,603.40

2001 20,465,802.76 4,626,775.12

2002 28,180,439.41 4,169,859.14

2003 30,499,467.09 4,200,249.69

2004 26,102,052.12 4,257,965.67

2005 13,710,076.37 3,973,091.80

2006 14,019,983.29 4,030,587.69

Sumber: BPS Aceh Utara Tahun 2007 (Data Diolah)

Dari Tabel 1.1 di atas menunjukkan terjadinya fluktuasi jumlah pendapatan perkapita Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 atas dasar harga konstan baik termasuk minyak dan gas maupun tidak termasuk minyak dan gas. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah penduduk tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan regional.

Salah satu kontribusi terhadap pendapatan perkapita adalah dari sektor perdagangan, perdagangan tersebut yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan


(22)

lembaga yang tidak mencari untung. Sementara pedagang eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah bentuk, baik barang baru maupun barang bekas (BPS Aceh Utara, 2006).

Sub sektor perdagangan yang menjual barang primer banyak melakukan usahanya sebagai pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima tersebut mendirikan unit-unit usahanya disepanjang jalan berupa warung ataupun pasar dan tempat-tempat lainnya (Candrakirana, 1995). Sedangkan pengertian pedagang kaki lima itu sendiri adalah pedagang eceran yang bermodal kecil yang berjualan di tempat umum seperti ditepi jalan raya, emper-emper toko, taman-taman dan tempat tanpa izin pemerintah (Pamudji, 1998).

Keberadaan pedagang kaki lima tersebut sangat berarti bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah kecamatan yang sebagian besar ekonomi lemah dengan kata lain masyarakat yang berpendapatan rendah. Pedagang kaki lima mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen, karena barang yang dibutuhkannya sebagian besar dijual dengan harga murah, di samping itu pula pedagang kaki lima turut serta menghiasi keramaian di pusat kota sehingga mewarnai menambah semaraknya kota-kota di kecamatan.

Kelompok pedagang kaki lima sering dijumpai di seluruh Indonesia tidak terkecuali di Pemerintahan Aceh pada umumnya dan Aceh Utara pada khususnya. Pedagang kaki lima di Aceh Utara banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan raya, di emperan toko dan tempat lainnya. Banyaknya muncul pedagang kaki lima di Aceh Utara akibat sulitnya mencari lapangan pekerjaan, dalam hal ini kurangnya tersedia


(23)

lapangan kerja formal, dengan demikian mencari jalan alternatif yaitu bekerja atau berusaha di sektor informal, salah satunya berdagang di kaki lima.

Di samping itu pula pedagang kaki lima banyak muncul di Aceh Utara pasca tutupnya perusahaan besar, seperti Mobil Oil, PT. Asean dan PT. Kertas Kraft Aceh (KKA). Sebagian dari mantan karyawan perusahaan tersebut beralih profesinya yaitu berusaha di sektor informal, yaitu bertani, menarik becak, menjadi agen sepeda motor dan pedagang kaki lima, semua itu dilakukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Banyaknya muncul pedagang kaki lima baru di Aceh Utara dapat mengancam keberadaan bagi pedagang kaki lima lama lainnya karena banyak menambahnya saingan baru bagi mereka, dengan sendirinya calon langganan mereka akan berkurang dan akan berdampak pada tingkat pendapatannya. Oleh karena itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya maka pedagang kaki lima dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya serta mempelajari dan mengetahui keinginan dan kebutuhan dari mereka tentunya dengan harga yang kompetitif.

Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 kecamatan dan di setiap kota kecamatan dijumpai kelompok pedagang kaki lima, mereka biasanya berjualan selalu mencari di tempat yang ramai serta mudah dikunjungi oleh calon pembeli serta harganya terjangkau oleh masyarakat yang ekonomi menengah ke bawah. Bermacam ragam barang atau produk yang dijualkannya, antara lain sayur-sayuran, buah-buahan,


(24)

pakaian, minuman dan aneka makanan ringan siap saji dan banyak barang atau produk lainnya.

Sebagian besar pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara kurang menyediakan kuantitas barang dengan jumlah besar serta minimnya variasi keragaman barang yang digelarkannya, dengan demikian kebutuhan dan keinginan calon pembeli kurang terpenuhi, hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal kerja yang dimilikinya. Dengan sendirinya volume penjualan akan sedikit diperolehnya dan berdampak pada tingkat pendapatannya. Di samping itu pula kurang terampilnya dan kemampuan pedagang dalam berdagang, terutama dalam menata barang dagangannya serta kurangnya memberikan pelayanan kepada calon pembelinya.

Pendapatan yang akan diperoleh pedagang kaki lima sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diduga yang mendeterminasi pendapatan tersebut antara lain adalah modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk). Kemudian pendapatan yang diterima sesama pedagang kaki lima juga berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan pendapatan tersebut adalah tidak sama besarnya modal kerja yang dimilikinya, juga berbeda jam usaha yang dipergunakan untuk berdagang, serta bedanya pengalaman dan berbeda banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang digelarkannya. Hal yang menarik untuk diketahui adalah pendapatan yang diterima antara pedagang sayur-sayuran dengan pedagang makanan dan minuman akan berbeda begitu juga antara pedagang buah-buahan dengan pedagang pakaian, walaupun modal kerja, jam usaha, pengalaman dan jumlah jenis barang dagangan yang digunakan sama. Oleh karena itu penulis ingin menganalisis


(25)

lebih jauh faktor-faktor yang berpengaruhi terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Aceh Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang dapat di jadikan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana modal kerja, jam usaha, pengalaman berdagang, serta jenis barang

dagangan (produk) berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara?

2. Apakah ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah

jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian serta perumusan masalah di atas, maka penelitian ini di lakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauhmana pengaruh modal kerja, jam

usaha, pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk) terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan pendapatan pedagang kaki lima

yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian serta perumusan masalah dan tujuan penelitian maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada pengelola pasar kecamatan di

Kabupaten Aceh Utara dalam rangka pembinaan dan bimbingan kepada pedagang kaki lima.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan masukan kepada

pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara dalam hal pemberdayaan dan pembinaan usaha kecil khususnya pedagang kaki lima.

3. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperdalam kajian ilmu

pengetahuan bagi peneliti sendiri di bidang ilmu manajemen, terutama menyangkut pendapatan usaha kecil khususnya pedagang kaki lima.

4. Penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi serta sumbangan pemikiran peneliti terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu manajemen di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

1.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri,1986). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah melihat sejauh mana pengaruh modal (usaha), jam usaha, pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang.


(27)

Boediono (1992), menyatakan bahwa salah satunya unsur yang mempengaruhi pendapatan adalah faktor produksi yang variabel di dalamnya adalah modal. Riyanto

(2001), menyatakan bahwa “konsep modal kerja fungsionil mendasarkan pada fungsi

dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan, baik pendapatan saat ini (current income) maupun pendapatan dimasa

yang akan datang (future income)”. Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan

sejumlah modal untuk membiayai kegiatan operasi usahanya sehari-hari dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Dalam hal ini salah satu variabel yang mempengaruhi pendapatan adalah modal kerja (usaha).

Menurut Warman (1997) jam usaha merupakan jumlah waktu yang perlukan untuk melakukan usaha atau pekerjaan. Semakin banyak jumlah jam kerja yang tercurah dalam waktu tertentu semakin besar peluang untuk menghasilkan output yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jam kerja yang sedikit. Atau dengan kata lain, semakin banyak waktu yang digunakan untuk suatu pekerjaan akan semakin banyak pula produk yang dihasilkan, dengan banyaknya dihasilkan produk atau output maka akan menaikkan tingkat pendapatannya. Hal ini berarti jam usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan.

Nasution (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor determinan pendapatan adalah rutinitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, rutinitas tersebut membutuhkan waktu yang lama, dalam hal ini pengalaman dalam berusaha.


(28)

Banyaknya jenis barang dagangan yang ditawarkan oleh produsen dapat

menarik minat calon konsumen untuk membeli, mempergunakan atau

mengkonsumsi, karena dihadapkan banyak pilihan. Menurut Kotler dan Amstrong

(2003) “produk merupakan semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya”. Semakin banyak produk dapat terjual di pasar maka semakin tinggi pendapatan yang dapat diperolehnya.

Setiap kegiatan seseorang mengharapkan imbalan atau pendapatan, pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang diterima dari hasil kerja dan hasil usaha yang dilakukan secara maksimal dalam suatu pekerjaan (Rizal, 2001).

Kemudian Harahap (2002) menyatakan bahwa “ pendapatan merupakan sebagai hasil

dari penjualan barang atau atau pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan, atau mereka yang menerima jasa”. Penjualan tersebut ditentukan oleh jumlah unit

yang terjual dan harga jual (Noor, 2007).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka kerangka berpikir untuk hipotesis pertama dapat digambarkan sebagai berikut:


(29)

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama

Selanjutnya pendapatan yang diperoleh seseorang dalam berusaha sangat tergantung dari alokasi waktu yang dipergunakannya. Semakin banyak alokasi waktu yang digunakannya dalam berusaha semakin besar pula pendapatan yang diperolehnya. Dan juga sebaliknya semakin sedikit alokasi waktu yang digunakan semakin kecil pula pendapatan yang diterima.

Dengan demikian kerangka berpikir untuk hipotesis kedua dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2 Kerangka berpikir Hipotesis Kedua

1.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian serta di dukung dengan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Modal kerja, jam usaha, pengalaman, jenis barang dagangan (produk)

berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kabupaten Aceh Utara.

Berdagang di atas Jam Usaha Rata-Rata

Rata-Rata Pendapatan

Pedagang Kaki

Lima

Berdagang di bawah Jam Usaha Rata-Rata

Rata-Rata

1. Modal Kerja

2. Jam Usaha

3. Pengalaman

4. Jenis Barang Dagangan

(Produk)

Pendapatan Pedagang Kaki Lima


(30)

2. Terdapat perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang di bawah jam usaha rata-rata dengan yang berdagang di atas jam usaha rata-rata di Kabupaten Aceh Utara.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Penelitian Terdahulu

Efendi (2003), melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Penghasilan Pedagang Kaki Lima Pasar Singosari Malang”.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriftif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang kaki lima di pasar singosari Malang. Besarnya sampel ditetapkan sebanyak 150 pedagang dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dimana penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana hubungan dan pengaruh lama usaha, modal kerja dan jenis barang dagangan terhadap tingkat penghasilan pedagang kaki lima di pasar Singosari Malang.

Dari analisis yang dilakukan diperoleh bahwa secara simultan lama usaha, modal kerja dan jenis barang dagangan berpengaruh terhadap tingkat penghasilan pedagang kaki lima di pasar Singosari Malang. Sedangkan secara parsial ditemukan bahwa modal kerja merupakan variabel yang dominan dalam mempengaruhi tingkat penghasilan pedagang kaki lima di pasar Singosari Malang. Selanjutnya dengan menggunakan uji determinasi keseluruhan faktor yang diajukan dapat menjelaskan


(32)

Simanjuntak (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan Pedagang Rokok Pekerja Sektor Informal Dalam Pengembangan Wilayah Kota

Medan”. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan jenis penelitian

deskriptif kuantitatif .

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja sektor informal (pedagang rokok) diperempatan jalan kota Medan. Besarnya jumlah sampel penelitian ini adalah 60 pedagang rokok berdasarkan purposive sampling di sepuluh kecamatan kota Medan. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor modal, pengalaman berdagang dan jam kerja pedagang terhadap pendapatan pedagang rokok pekerja sektor informal di kota Medan.

Dari analisis yang dilakukan diperoleh bahwa secara simultan faktor modal, pengalaman berdagang dan jam kerja pedagang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang rokok pekerja sektor informal di kota Medan. Kemudian secara parsial ditemukan bahwa variabel pengalaman berdagang merupakan yang dominan mempengaruhi pendapatan pedagang rokok pekerja sektor informal. Selanjutnya dengan menggunakan uji determinasi ketiga variabel tersebut yang diuji dapat menjelaskan pendapatan pedagang rokok pekerja sektor informal di kota Medan.

Sutrisno (2005) melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Faktor-Faktor


(33)

Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif .

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di pusat kota Surakarta. Besarnya jumlah sampel penelitian ini adalah 90 pedagang kaki lima. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tujuan untuk menggambar pengaruh tingkat pendidikan, usia pedagang kaki lima, modal usaha serta jam kerja perhari terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kota Surakarta.

Berdasarkan analisis secara simultan didapatkan bahwa faktor tingkat pendidikan, usia pedagang kaki lima, modal usaha serta jam kerja perhari berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kota Surakarta. Kemudian dengan uji secara parsial ditemukan bahwa modal usaha merupakan variabel yang dominan mempengaruhi pendapatan pedagamg kaki lima di kota Surakarta. Selanjutnya uji determinasi menunjukkan bahwa semua variabel yang di uiji di atas dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap pendapatan pedagang kaki lima di kota Surakarta.

Mukhlis (2007) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Pedagang Kaki

Lima di Pasar Pandaan)”. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survey dengan

jenis penelitian eksplanatory research.


(34)

36 pedagang. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan accidental sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor modal, jam kerja, lama usaha dan jenis barang dagangan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di pasar Pandaan.

Dari analisis secara simultan didapatkan bahwa faktor modal, jam kerja, lama usaha dan jenis barang dagangan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di pasar Pandaan. Uji secara parsial di dapatkan bahwa modal merupakan variabel yang dominan mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima di pasar Pandaan. Kemudian uji determinasi menunjukkan bahwa semua variabel independen yang di uji di atas dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap pendapatan pedagang kaki lima di pasar Pandaan.

II.2 Teori Tentang Pendapatan II.2.1 Konsep Pendapatan

Kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas jumlahnya, hanya saja kebutuhan dan keinginan tersebut dibatasi dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh seseorang. Pendapatan yang diterima oleh masyarakat tentu berbeda antara yang satu dengan lainnya, hal ini disebabkan berbedanya jenis pekerjaan yang dilakukannya. Perbedaan pekerjaan tersebut dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan, skill dan pengalaman dalam bekerja. Indikator tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan pendapatan yang diterimanya. Peningkatan taraf hidup masyarakat dapat digambarkan dari kenaikan hasil real income perkapita, sedangkan


(35)

taraf hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang meliputi unsur pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan untuk mempertahankan derajat manusia secara wajar, (Djojohandikusumo, 1991). Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga dari berusaha atau bekerja. Jenis dari usaha masyarakat bermacam ragam, seperti bertani, nelayan, berternak, buruh serta berdagang dan juga bekerja pada sektor pemerintah dan swasta.

Menurut Ningsih (2001:13) “pendapatan merupakan hasil kerja dari suatu

usaha yang telah dilakukan”. Kemudian menurut Longenecker, et.al (2001:266)

”pendapatan merupakan jumlah yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode

tertentu, sering kali dalam waktu satu tahun”. Nudirman (2001:11) juga menyatakan

bahwa “pendapatan adalah nilai yang didapat dari suatu usaha yang telah

dilaksanakan dalam waktu kurun tertentu”.

Rizal (2001:13) menyatakan bahwa ”setiap kegiatan seseorang mengharapkan

imbalan atau pendapatan, pendapatan yang dimaksud disini adalah adalah pendapatan yang diterima dari hasil kerja dan hasil usaha yang dilakukan secara maksimal dalam suatu pekerjaan”.

Selanjutnya Harahap (2002:113) menyatakan bahwa “Pendapatan merupakan

sebagai hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada

langganan, atau mereka yang menerima jasa”. Pendapatan (revenue) berasal dari

penjualan. Sementara itu, nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit yang terjual dan harga jual (Noor, 2007:186).


(36)

Niswonger (1996:40) berpendapat “pendapatan (revenue) merupakan

kenaikan faktor-faktor dalam modal, yang berasal dari kegiatan usaha, pendapatan ini dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien persewaan harta, meminjamkan uang dan semua kegiatan usaha dari profesi

yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan”.

Sementara menurut Baridwan (2000:30) “pendapatan merupakan selisih

penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biaya-biaya yang timbul”. Selanjutnya

menurut Kiesno, et.al (2002:48) menyatakan bahwa “pendapatan merupakan arus

masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan”.

Pendapatan yang diterima oleh seseorang apabila telah melaksanakan suatu pekerjaan atau suatu usaha baik harian, mingguan dan bulanan bahkan tahunan. Sementara pendapatan yang diterima oleh perusahaan atau usaha dagang bersumber dari penjualan barang dan jasa. Nilai penjualan dan jasa tersebut diperoleh dari jumlah unit yang terjual dan harga jual kemudian dikurangi dengan semua biaya yang timbul. Pendapatan pedagang merupakan hasil yang diterima dari seluruh penjualan barang dagangannya yang digelarkannya.

Menurut Madura (2001:126) menyatakan bahwa “pendapatan konsumen


(37)

pertumbuhan ekonomi tingkat tinggi mengakibatkan pendapatan lebih bagi konsumen. Apabila pendapatan konsumen naik, mereka mungkin akan meminta kuantitas lebih besar daripada barang dan jasa tertentu yaitu, jadwal permintaan untuk berbagai barang dan jasa mungkin tergeser keluar sebagai reaksi pendapatan yang lebih tinggi”.

Menurut Boediono (1999) pengertian pendapatan adalah “sebagai saluran

penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai dari jumlah uang atau jasa atas dasar harga yang berlaku

pada saat itu“. Kemudian menurut Antonio (2002:204) “pendapatan adalah kenaikan

kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapat yang berakibatkan dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa atau aktivitas lain yang bertujuan

meraih keuntungan”.

Assauri (1987:104) “Besarnya pendapatan masyarakat merupakan salah satu

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya pasar barang konsumsi. Apabila tingkat pendapatan masyarakat cukup tinggi, maka terdapat kecenderungan cukup besarnya potensi pasar barang konsumsi. Demikian pula dengan tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat ini cukup besar, maka hal ini

tentunya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan besarnya pasar barang konsumsi”.

Simamora (2000:72) “Pendapatan merupakan potensi pasar yang paling


(38)

Nanga (2004:15) mendifinisikan “pendapatan perorangan yaitu pendapatan agregat yang berasal dari berbagai sumber yang secara aktual diterima oleh seseorang atau

rumah tangga”. Menurut Sukirno (1997:50) “Pendapatan pribadi yaitu semua jenis

pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh suatu negara”.

Menurut Mankiw (2004:9) “Pendapatan Perorangan (personal income) adalah

pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Sementara Pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan (disposible personal

income) adalah pendapatan yang tersisa pada rumah tangga dan usaha yang bukan

perusahaan setelah semua kewajiban mereka kepada pemerintah dibayar. Pendapatan ini sama dengan pendapatan perseorangan dikurangi pajak perorangan dan pembayaran non pajak lainnya. Kemudian pendapatan nasional (national income)

adalah total pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara dalam produksi

barangdan jasa”.

Dalam pendekatan ilmu ekonomi mikro dan makro para ahli lebih banyak menekankan pada pendapatan nasional, seperti yang dikemukakan oleh Nasution

(1997:62) “pendapatan nasional merupakan alat ukur bagi tinggi rendahnya tingkat

kemakmuran suatu negara yaitu di ukur dengan income perkapita”. Kemudian

Menurut Todaro (2000:52) angka total pendapatan atau produk nasional bruto (gross

national products) per kapita merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai


(39)

Selanjutnya Menurut Sobri (1990:41) “pendapatan nasional kotor (gross

national income) adalah jumlah dari seluruh pendapatan yang diterima dari faktor

produksi, upah sewa, bunga modal dan laba perusahaan yang diterima oleh seluruh

warga masyarakat selama menghasilkan produk nasional tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian pendapatan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan terdiri dari pendapatan perorangan atau pribadi dan pendapatan perusahaan serta pendapatan nasional. Tujuan dari meraih pendapatan yang tinggi tidak lain hanyalah untuk mencapai tingkat penghidupan yang layak serta menaikkan tingkat kesejahteraan. Tingkat penghidupan yang layak dan tingkat kesejahteraan seseorang dapat diukur dari tingkat pendapatan yang diterimanya, begitu juga tingkat kejahteraan dan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara maupun daerah juga diukur dari pendapatan perkapita.

II.3 Teori Tentang Pedagang Kaki Lima II.3.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima

Dewasa ini istilah pedagang kaki lima sangat populer di seluruh Indonesia, kepopuleran pedagang kaki lima ini mungkin dalam arti positif dan mungkin juga arti negatif. Positifnya pedagang kaki lima secara pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa modal. Mereka adalah orang-orang yang berani menempuh kehidupan, berjuang memenuhi tuntutan hidup, jika


(40)

telah mencanangkan, agar kehidupan pedagang kaki lima dibina, diatur, jangan dikejar-kejar, dan juga jangan dimatikan. Karena mereka sudah turut menyumbangkan andil dalam membangun lapangan kerja. Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah mendapat barang, servis cepat, sambil lewat di kaki lima, dapat membeli sekedar oleh-oleh buat anak-anaknya. Kebanyakan barang-barang yang dijual oleh pedagang kaki lima ini, adalah barang-barang-barang-barang conveniences, yang dibeli dengan emosional, begitu melihat barang langsung timbul keinginan membeli. Harga yang mereka tawarkan, biasanya mula-mula tinggi, tapi akhirnya dapat ditawar serendah mungkin. Dengan demikian baik pembeli maupun penjual merasa mendapat keuntungan (Alma, 2006:139).

Negatifnya pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata tertip, keamanan kebersihan dan kebisingan, dimana ada pedagang kaki lima disana pula kesemrautan, bising dan banyak sampah. Inilah ciri lain suatu kampung yang tumbuh menjadi kota besar, dimana masyarakat kotanya belum sanggup menerima pertumbuhan kota, sejalan dengan pertumbuhan sikap dan tingkah laku warganya. Dalam hal ini masalah pendidikan , disiplin, upaya perlakuan hukum harus ditegakkan secara terus menerus, dengan rencana yang matang dan terarah, tidak sporadis dengan cara menangkap mereka sewaktu-waktu. Tindakan sporadis tersebut hanya akan merugikan sebagian warga negara. Dengan penegakan disiplin secara terus menerus, pengarahan yang bersifat mendidik maka akan dapat membenahi permasalah pada pedagang kaki lima. Perlu diketahui pedagang kaki lima tidak pernah habis dan mereka berada dimana-mana seiring dengan pertambahan penduduk, habis satu angkatan maka muncul


(41)

angkatan lainnya, mereka selalu melakukan usaha dengan tujuan memenuhi tuntutan hidup (Alma, 2006:140).

Wangsatmaja dalam Alma (2006:141) menyatakan bahwa ”PKL bukan untuk

dilarang, bukan untuk diusir, bahkan bukan untuk dijadikan sapi perahan. Namun lebih dari itu PKL merupakan asset yang potensial apabila dibina, ditata dan dikembangkan status usahanya. Lebih khusus dalam peningkatan laju pertumbuhan

ekonomi kota atau dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)”. Masalah

pedagang kaki lima ini merupakan masalah yang tidak bisa dilepaskan dari masalah ledakan penduduk dari suatu pertumbuhan perkotaan, sebagian besar mereka tergolong dalam masyarakat dari lapisan ekonomi yang rendah, dalam struktur ekonomi dan sosial Indonesia. Ciri khas yang menonjol dari kelompok ini ialah ketidakteraturan mereka menjajakan barang dagangannya, yang secara hukum sebenarnya melanggar ketentuan yang berlaku (Wangsatmaja dalam Alma, 2006:141). Masalah pedagang kaki lima tersebut sudah pernah diseminarkan di negara lain yang diprakarsai oleh International Development, mengenai hawkers dan

vendors seperti diadakan di Malaysia, Philipina dan Singapura dan Indonesia sendiri.

Pemecahan masalah yang paling sederhana yang muncul dari pemikiran sekelompok masyarakat kecil untuk bertahan hidup antara lain adalah berjualan untuk mencari sedikit keuntungan yang menyajikan berbagai jenis barang, makanan atau minuman. Sekelompok inilah yang sekarang lebih dikenal tentang definisi pedagang kaki lima (PKL). Dalam kamus Bahasa Indonesia memang belum dikenal tentang


(42)

usaha informal yang dilakukan oleh seorang/badan/lembaga yang menjual barang atau produk dagangan yang tidak memiliki tempat usaha permanen dan sewaktu-waktu dapat berpindah-pindah tempat untuk menjajakan barang dagangannya (Litbang Gresik).

Pengertian pedagang kaki lima bermacam ragam ditafsirkan, ada yang menyatakan bahwa istilah pedagang kaki lima berasal dari orang yang berdagang yang menggelarkan barang dagangannya, mereka cukup menyediakan tempat darurat, seperti bangku-bangku yang biasanya berkaki empat ditambah sepasang kaki pedagangnya sehingga berjumlah lima, sehingga timbullah julukan pedagang kaki lima. Terlepas dari asal usul nama dari kaki lima tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima ialah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, kemampuan terbatas, berlokasi ditempat atau pusat-pusat konsumen dan tidak memiliki izin usaha (Alma, 2006:140).

Dalam referensi lain disebutkan bahwa pedagang kaki lima atau disingkat dengan PKL adalah istilah untuk penyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak, istilah tersebut sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga kaki gerobak, yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki. Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya.

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintah pada waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang


(43)

dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Kalau dahulu sebutannya adalah pedagang emperan jalan, lama-lama berubah menjadi pedagang kaki lima, padahal menurut sejarah mestinya sebutannya pedagang kaki lima.

Menurut Veronicakumuru (2006), ”Pedagang kaki lima merupakan pedagang

yang kebanyakan bermodal kecil yang menjalankan profesi ini hanya untuk

memenuhi tuntutan biaya hidup yang makin tinggi. Sementara menurut BPS ”Usaha

kaki lima adalah bagian dari usaha sektor informal (mencakup seluruh sektor ekonomi yang ada seperti sektor perdagangan, jasa-jasa dan industri) yang umumnya mempunyai sifat menghadang konsumen dengan prasarana yang terbatas dan pengoperasian usahanya menggunakan bagian jalan, trotoar, taman, jalur hijau yang merupakan fasilitas umum dan peruntukkannya bukan tempat usaha atau tempat lain

yang bukan miliknya, kecuali pada lokasi resmi”.

Selanjutnya United Nation dan Untaet (2000) sepakat mendefinisi pedagang kaki lima sebagai perusahaan yang: a). Mengurus kegiatan usaha yang bersifat penjualan, b).Tidak mempunyai tempat perusahaan yang tetap, c). Pendapatannya bulanan kurang dari U$ 200.

Pedagang kaki lima mempunyai karakteristik pribadi wirausaha, antara lain mampu mencari dan menangkap peluang usaha, memiliki keuletan, percaya diri dan


(44)

dan dapat dimanfaatkan antara lain: a). Pedagang kaki lima tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak dapat dihapus, b). Pedagang kaki lima dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik, c). Pedagang kaki lima menyimpan potensi parawisata, d). Pedagang kaki lima dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didesain dengan baik (Alma, 2006:141)

Damsar (1997:58) memandang dari segi aktivitas perdagangan, yang dimaksudkan dengan pedagang adalah orang/institusi yang memperjual belikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lebih lanjut Damsar mengklasifikasi pedagang adalah sebagai berikut:

a. pedagang distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak distribusi

satu produk dari perusahaan tertentu.

b. Pedagang (partai) besar, yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam

jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual pedagang lain.

c. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada

konsumen.

d. Pedagang profesional, yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan

merupakan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya ekonomi keluarga.

e. Pedagang semi profesional, yaitu pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk

memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.


(45)

f. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

g. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobbi

atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang.

Berdasarkan beberapa pengertian pedagang kaki lima di atas dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima merupakan suatu bentuk usaha informal yang dilakukan oleh seseorang yang menjual barang atau produk dagangan yang tidak memiliki tempat usaha permanen dan sewaktu-waktu dapat berpindah-pindah tempat untuk menjajakan barang dagangannya seperti di trotoar, depan toko dan tepi jalan. serta memiliki modal yang relatif kecil dan juga tidak mempunyai keahlian khusus, akan tetapi mereka mempunyai semangat untuk bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat demi mempertahankan tuntutan hidup.

II.3.2 Determinan Pendapatan Kaki Lima

Pada hakikatnya pendapatan yang diterima oleh seseorang maupun badan usaha tentunya diterminasi atau dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalamannya maka semakin tinggi pula tingkat pendapatannya, kemudian juga tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh modal kerja, jam kerja, pengalaman, jenis barang dagangan (produk) dan banyak faktor lainnya. Pada umumya masyarakat selalu mencari tingkat pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, akan tetapi dibatasi oleh beberapa faktor tersebut.


(46)

Boediono (1992) menyatakan bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi pendapatan adalah faktor produksi yang variabel di dalamnya adalah modal. Kemudian Winardi (1994) juga menyatakan bahwa modal merupakan salah satu faktor produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan. Nasution (2002) berpendapat bahwa salah satu faktor determinan pendapatan adalah rutinitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam hal ini pengalaman dalam berusaha. Mukhlis (2007) dalam penelitiannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima memasukkan variabel modal, jam kerja, lama usaha dan jenis barang dagangan.

Pada umumnya pendapatan yang diterima oleh pedagang kaki lima berasal dari usaha sendiri yang dikenal dengan mandiri tidak tergantung pada usaha orang lain dalam artian tidak bekerja pada sektor formal. Walaupun tidak bekerja pada sektor formal pedagang kaki lima mampu mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, bahkan pada saat krisis sekalipun dia masih survival. Karena pedagang kaki lima memiliki tekat dan ketekunan yang kuat dalam berusaha walaupun tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

Dalam menjalankan sebuah usaha termasuk berdagang baik formal maupun informal harus memiliki sejumlah modal yang cukup disamping faktor lainnya, kerena modal tersebut merupakan urat nadi dalam sebuah usaha. Semakin banyak modal yang dikeluarkan atau diinvestasikan maka semakin banyak pula pendapatan yang diharapkan. Begitu juga jam kerja yang digunakan, semakin banyak jam kerja yang dipergunakan maka semakin tinngi pula pendapatan yang diharapkan.


(47)

Kemudian pengalaman juga mendukung terhadap tingkat pendapatan seseorang, karena semakin lama dia berdagang maka semakin banyak jumlah pelanggannya untuk membeli barang dagangannya yang akhirnya berdampak pada pendapatannya. Selanjutnya banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang tersedia biasanya calon pelanggannya lebih tertarik untuk membelinya karena dihadapkan banyak pilihan yang akhirnya juga berdampak pada tingkat pendapadatannya.

Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk usaha informal yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja tanpa memandang status, usia dan tingkat pendidikan. Umunnya yang mendeterminasi atau mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima antara lain modal kerja, jam kerja dan pengalaman dalam berdagang serta jenis barang (produk) yang disediakan.

II.3.2.1 Modal Kerja

Modal kerja merupakan salah satu unsur yang terpenting dan esensial dalam sebuah usaha, karena modal kerja adalah kunci utama dalam menjalankan sebuah unit bisnis. Tanpa adanya modal kerja sangat sulit sebuah unit usaha dapat melakukan kegiatannya seperti memproduksi suatu barang bagi perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur. Begitu juga usaha yang bergerak dibidang perdagangan baik kecil maupun besar juga tidak sedikit membutuhkan modal kerja. Modal kerja sangat erat hubungannya dengan pendapatan, semakin tinggi modal kerja yang diinvestasikan maka semakin tinggi pula tingkat return atau pendapatan yang yang diharapkan. Dengan demikian setiap badan usaha selalu membutuhkan modal kerja


(48)

merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas usaha sehari-hari.

Menurut Martono dan Harjito (2005:72) ”modal kerja merupakan dana yang

dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Selanjutnya

pendapat Kasmir (2006:85) ”modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk

membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi”. Dengan

demikian modal kerja selalu dipergunakan oleh suatu badan usaha untuk membiayai kegiatan usahanya sehari-hari secara terus menerus.

Modal kerja yang dimiliki oleh suatu badan usaha tentunya mempunyai sumbernya baik bersumber dari modal sendiri atau yang dikenal dengan ekuitas maupun bersumber dari pinjaman atau dari utang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Noor (2007:376) mengartikan modal dari sudut sumber dananya, dikatakan bahwa sumber dana jangka panjang yang ada dalam perusahaan, terdiri dari modal sendiri (equity) dan utang jangka panjang. Definisi modal yang dikemukakan oleh Noor hanya menggambarkan struktur modal dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Longenecker, et.al (2001:304) “modal kerja merupakan aktiva likuid yang

dapat diubah menjadi kas dalam siklus operasi sebuah perusahaan”. Menurut Weston,

et.al (1990:410) ”modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah di pasarkan, persediaan dan piutang usaha”. Modal kerja didefinisikan oleh para ahli bermacam ragam, mereka memandang dari masing-masing konsep modal kerja itu sendiri.


(49)

Kemudian Sartono (2001:385) berpendapat bahwa “ada dua pengertian modal

kerja yaitu gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar, sementara net

working capital adalah kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Lebih lanjut

Sartono (2001:412) menyatakan bahwa “konsep modal kerja nol (zero working

capital) merupakan selisih antara persediaan ditambah dengan piutang dikurangi

dengan hutang jangka pendek”, konsep ini tidak termasuk di dalamnya alat-alat yang

paling likuid dalam harta lancar, seperti kas, efek atau sekuritas, akan tetapi yang termasuk di dalamnya adalah persediaan dan piutang.

Menurut Syamsuddin (1992:201) ”modal kerja bersih yaitu sebagai selisih

antara aktiva lancar dengan utang lancar”. Tujuan dari manajemen Modal kerja

adalah untuk mengelola masing-masing pos aktiva lancar dan utang lancar sedemikian rupa, sehingga jumlah modal kerja bersih yang di inginkan tetap dapat

dipertahankan. Pendapat Syamsuddin di atas sejalan dengan pendapat Brealey, et.al

(2004:509) yang menyatakan bahwa “Working capital is current assets minus current

liabilities. Often called working capital modal kerja adalah harta lancar dikurangi

dengan hutang lancar yang sering disebut dengan modal kerja.

Kedua pendapat di atas juga didukung oleh Muslich (2000:142) menyatakan

bahwa ” modal kerja secara kolektif mencakup aktiva dan passiva lancar atau jangka

pendek. Sedangkan modal kerja netto mencerminkan perbedaan antara aktiva lancar dan passiva lancar perusahaan. Dengan demikian dalam manajemen modal kerja berkaitan dengan manajemen investasi dalam aktiva lancar dan kebijaksanaan dalam


(50)

mengandung dua pengertian pokok yaitu gross working capital yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar dan net working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar.

Kemudian Ahmad (1997:2) menyatakan modal kerja dari segi konsepnya yaitu modal kerja secara umum dapat berarti: 1). Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (gross working capital) atau konsep kuntitatif, 2). aktiva lancar dikurangi utang lancar (net working capital) atau konsep kuantitatif,

3). Keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan tahun berjalan atau

functional working capital atau konsep fungsional.

Selanjutnya Riyanto (2001:57) juga menyatakan bahwa ada tiga konsep modal kerja yaitu: 1). Konsep kuantitatif, konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut dengan gross working capital, 2). Konsep Kuantitatif menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa menganggu likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini disebut modal kerja netto (net working

capital), 3). Konsep fungsionil, konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam


(51)

dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan, baik pendapatan saat ini (current income) maupun pendapatan dimasa yang akan datang (future income). Konsep modal kerja fungsionil merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income.

Sementara Van Horne,et.al (2005:308) berpendapat bahwa ada dua konsep modal kerja yaitu modal kerja bersih dan modal kerja kotor. modal kerja bersih (net

working capital) yang merupakan perbedaan nilai uang antara aktiva lancar dan

kewajiban jangka pendek. Ini adalah salah satu pengukuran untuk melihat sejauh mana perusahaan terlindung dari masalah likuidasi. Sedangkan modal kerja kotor (gross working capital) merupakan investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas yang dapat diperjual belikan, piutang dan persediaan) terutama kewajiban jangka pendek yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar.

Konsep modal kerja yang dikemukakan oleh Riyanto di atas didukung oleh William et.al dalam Prawirosentono (2002:131) konsep modal kerja yaitu 1). The

gross consep of working capital, konsep ini menyatakan bahwa working capital

merupakan seluruh jumlah aktiva lancar yang terdapat dalam neraca suatu perusahaan. the gross consep of working capital ini merupakan konsep yang banyak diaplikasi oleh para ekonom dan pengusaha. Para pengusaha sebagai praktisi menitik beratkan penggunaan seluruh modal kerja untuk memperoleh keuntungan yang optimum. Semua pengusaha akan berusaha agar seluruh modal kerja yang dimiliki bisa memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, 2). The net consep of working


(1)

Boediono. 1999. Pengantar Ekonomi Mikro, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Brealey, et.al. 2004. Fundamental of Coperate Finance, Internasional Edition, Mc Graw-Hill, Singapore.

Bremen, Jen. 1996. Sistem Tenaga Kerja Dualitis, Suatu Kritik Terhadap Konsep Sektor Informal.,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Candrakirana, Kamala. 1995. Dinamika Ekonom i Informal di Jakarta, Industri Daur Ulang, Angkutan Becak dan Dagang Kaki Lima. Universitas Indonesia, Jakarta.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Deptransnaker, Undang-Undang No.13. 2003. Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta. Djojohandikusumo, S. 1991. Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kelima, Erlangga,

Jakarta.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP-Universitas Diponogoro, Semarang.

Ghozali dan Casstellan. 2002. Statistik Non Parametrik ”Tori dan Aplikasi dengan Progam SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang.

Gitosudarmo, Indriyo. 1999. Manajemen Operasi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Handoko, Hani. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 1,

Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir. 2006. Kewirausahaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kiesno, et.al. 2002. Akuntansi Intermediate, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Emil Salim, Erlangga, Jakarta.

Kotler dan Amstrong. 2006. Dasar-dasar Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 1, Prehalindo, Jakarta.


(2)

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2003. Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid 1,Edisi Kesembilan, Alih Bahasa Alexander Sindoro, Indeks, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Kedua, AMP-YKPN, Yogyakarta.

________________ .2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis, Erlangga, Jakarta.

Longenecker, et.al. 2001. Kewirausahaan “Manajemen Usaha Kecil”, Buku 1,. Salemba Empat, Jakarta.

Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis, Salemba Empat, Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2004. Principles of Economics ”Pengantar Ekonomi Makro” , Edisi Ketiga, Alih Bahasa Criswan Sungkono, Salemba Empat, Jakarta. Martono, dan Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Ekonisia, Yogyakarta. Mason, Roberd D dan Douglas A. Lind. 1999. Teknik Statistika Untuk Bisnis dan

Ekonomi, Jilid 1, Edisi Kesembilan, Alih Bahasa Ellen Gunawan Sitompul,et.al, Erlangga, Jakarta.

_____________________ .1999. Teknik Statistika Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Jilid 2, Edisi Kesembilan, Alih Bahasa Widyono Soetjipto, et.al, Erlangga, Jakarta. Mursid. 2003. Manajemen Pemasaran, Bumi Aksara Bekerjasama dengan Pusat

Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Muslich, Mohammad. 2000. Manajemen Keuangan Modern: Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan, Bumi Aksara Bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Nurdirman. 2001. Manajemen Tugas, Tanggung Jawab, Praktek, Gramesia, Jakarta. Nanga, Muana. 2004. Makro Ekonomi “Teori, Masalah dan Kebijakan”, Edisi

Perdana, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nasution, Mulia. 1997. Teori ekonomi Makro “Pendekatan Pada Perekonomian Indonesia, Djambatan, Jakarta.


(3)

Nasution, Mustafa Edwin. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif, Cetakan Kedua, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Nazir, Mohd. 2005. Metode Penelitian, Cetakan Keenam., Ghalia Indonesia, Jakarta. Ningsih, Surya. 2001. Manajemen Pemasaran, Pelita, Jakarta.

Niswonger. 1996. Peranan Industri Kecil dan Pendapatan Rakyat. Liberty, Jakarta. Noor, Henry Faizal. 2000. Ekonomi Manajerial. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Pamudji, Sartono. 1996. Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Tinjauan Dari Aspek

Administrasi Pemerintahan, Yayasan Karya Dharma, Jakarta.

Prawirosentono, Suyadi. 2002. Pengantar Bisnis Modern “Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuantitatif, Bumi Aksara, Jakarta.

Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12, Alex Media Komputendo, Jakarta.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Rizal. 2001. Teknik-Teknik Manajemen Modern, Pena Tinta, Jakarta.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan “Teori dan Aplikasi”, Edisi Empat, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,Yogyakarta.

Schroeder, G. Roger. 1989. Manajemen Operasi “Pengambilan Keputusan Dalam Suatu fungsi Operasi, Jilid I, Edisi Ketiga, Alih Bahasa Ivonne Pongoh, Erlangga, Jakarta.

Seturrahman. 1995. Sektor Informal di Negara Sedang Berkembang, Penerbit Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Simamora, Bilson. 2001. Memenangkan Pasar “Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.


(4)

Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

Suriasumantri, Jujun, S. 1986. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sukirno, Sadono.1997. Pengantar Ekonomi Makro, Bina Grafika, Jakarta.

Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. 1995. Pengantar Bisnis Modern “Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern”. Liberty, Yogyakarta.

Syamsuddin, Lukman. 1992. Manajemen Keuangan Perusahaan “Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan”, Rajawali Press, Jakarta.

Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga, Edisi Ketujuh, Alih bahasa Haris Munandar, Erlangga, Jakarta.

Umar, Husein. 2005. Metodelogi Penelitian Aplikasi Pemasaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Van Horne, C James dan, John M, Wachowicz. 2005. Fundamental Of Financial Management “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Buku I, Edisi Duabelas, Alih Bahasa Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Salemba Empat, Jakarta.

Warman, John. 1997. Manajemen Pergudangan, Alih Bahasa Begdjomuljo. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Weston, J Fred dan Eugene F Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1. Edisi Kesembilan, Alih bahasa Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta. Wibisono, Dermawan. 2003. Riset Bisnis : Panduan Bagi Praktisi dan Akademisi,

Ekonisia, Jakarta.


(5)

B. TESIS

Djayadinata, Johara T. 1986. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Tesis Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Efendi. Ahmad. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penghasilan Pedagang Kaki Lima Pasar Singosari Malang, Tesis Universitas Brawijaya, Malang.

Mukhlis, Akhmad. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Pasar Pandaan), Tesis Universitas Brawijaya, Malang.

Nusantara, Ambo Wonua. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Pada Sektor Non-Farm di Pedesaan Jawa: Eksplorasi Data Sakerti, Tesis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pasaribu, Johnson. 2003. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Kulit (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan), Tesis Universitas Sumatera Utara, Medan.

Simanjuntak, Agustinus Sangapan Wantonius. 2004. Analisis Pendapatan Pedagang Rokok Pekerja Sektor Informal Dalam Mengembangkan Kota Medan, Tesis Universitas Sumatera Utara, Medan.

C. JURNAL DAN ARTIKEL

Arnold, Guy. 1998. South African: The Growing Informal Economic, Academic Research Library, Page 30.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupatan Gresik, Desain Penelitian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Kota Gresik. Diakses Senin, 29 Oktober 2007. Candrakirana, Kamala. 1995. Dinamika Ekonomi Informa l di Jakarta, Industri

Daur Ulang, Angkutan Becak dan Dagang kaki lima Universitas Indonesia, Jakarta. Di akses Kamis,16 Juni 2009.

Cutsinger, Loran. E. 2000. Tips Of The Street : Street Vendors and The State In Barbados, West Indies, The International Journal Of Sociology And Social


(6)

Gugum, Gembira. 1999. Potensi Dan Penataan Kota Bandung Dalam Rangka Menuju Kota Tujuan Wisata, Makalah Lokakarya Pemberdayaan PKL, Tanggal 6-7 Juli 1999. Diakses Rabu, 6 Mei 2009.

Mathur, O.P.1993. Managing The Urban Informal Sector: a New Challenge Of Devoloping Countries,Connecticut Praeger Publisher, London.

Sutrisno, Imbang. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta, UPT Perpustakaan Pusat, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Veronicakumuru. 2006. Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Potensinya Mempercantik, Artikel Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Negeriku, Diakses Rabu, 8 Agustus 2006.

D. INTERNET

http//www.bps.jakarta.go.id/p3-stat/p3s-kakilima/p3s-kakilima.htm, Diakses Kamis, 25 Oktober 2007.

http:// id, wikipedia.org/wiki/pedagang-kaki-lima, Diakses Kamis, 25 Oktober 2007. UNTAET (2000), Tentang Definisi Pedagang Kaki Lima dan Asongan, Instruksi No