Marsum Maulud, 2004. Identifikasi sektor potensial unggulan

commit to user 17

2.2.6. Marsum Maulud, 2004. Identifikasi sektor potensial unggulan

perekonomian di Kabupaten Merauke, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten Merauke. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu data produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 1993 Kabupaten Merauke dan Provinsi Papua periode tahun 1994–2001. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis Shift Share , analisis Location Quotient LQ, analisis model rasio pertumbuhan MRP dan analisis Overlay . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor yang potensial unggulan dan memiliki keunggulan kompetitif di Kabupaten Merauke adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Berdasarkan analisis Location Quotient LQ, sektor unggulan adalah sektor pertanian di mana LQ lebih besar dari 1 LQ1. Berdasarkan analisis model rasio pertumbuhan MRP bahwa perekonomian Kabupaten Merauke dalam konteks Provinsi Papua, sektor yang dominan pertumbuhan dan kontribusi yang besar terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan analisis Overlay untuk mengetahui deskripsi bahwa sektor yang berpotensial untuk memberikan pertumbuhan dan kontribusi yang besar adalah sektor pertanian dan sektor yang pertumbuhan besar dan kontribusi kecil terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. commit to user 18 Kegiatan ini dapat ditingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi kegiatan yang dominan. 2.2.7. Ari Purwaningsih, 2003. Kesesuaian hasil evaluasi dengan Konsep Kecamatan Pusat Pertumbuhan dengan menggunakan beberapa alat analisis dapat dikaitkan dengan keberhasilan strategi konsep Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi yaitu: a. Strategi pertama, dalam penetapan Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan tidak dijelaskan kecamatan yang menjadi pilot proyek melayani desa atau kecamatan mana yang menjadi hinterland -nya. Apabila hal ini didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP Daerah Istimewa Yogyakarta, maka Kota Piyungan yang melayani kota Patuk sedangkan kota Pundong dilayani oleh Kota Bantul. Hal ini juga dapat dibuktikan dari penetapan orientasi pengembangan di Kecamatan Piyungan yaitu distribusi dan hasil analisis gravitasi menunjukkan bahwa, Kecamatan Piyungan mempunyai interaksi yang kuat terhadap Kecamatan Berbah, Prambanan Kabupaten Sleman dan Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul; b. Strategi kedua, telah dilakukan baik di Kecamatan Pundong maupun Piyungan, Kecamatan Pundong dengan produk unggulan yaitu sentra industri keramik atau gerabah yang mampu menembus pasar lokal, nasional maupun internasional. Kecamatan Piyungan dengan sentra industri genteng, batu bata dan meubel serta kulit, breksi batu apung hasil tambang, sedangkan untuk industri menengah dan besar kawasan industri yaitu relokasi 12 industri kulit di Yogyakarta dan baru 2 industri; commit to user 19 c. Strategi ketiga, dapat dipenuhi melalui hasil analisis skalogram fasilitas ekonomi di kedua wilayah penelitian, dalam menyediakan jasa pelayanan prasarana input produksi pertanian, seperti lembaga keuangan perbankan dan non perbankan termasuk koperasi, depottoko saprotan sarana produksi pertanian, PPL Pertanian; d. Strategi keempat, melalui penetapan 7 produk andalan dan 1 produk unggulan baik di Kecamatan Pundong maupun Piyungan, merupakan langkah awal untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi karena adanya comparative advantage . Hasil evaluasi dengan analisis Location Quotient LQ, menunjukkan bahwa 7 produk andalan dan 1 produk unggulan yang telah ditetapkan mengalami pergeseran atau perubahan terutama untuk produk andalan. Produk unggulan di Kecamatan Pundong perlu dilakukan pengembangan yang lebih optimal; e. Strategi kelima, melalui pengembangan pariwisata di kedua wilayah penelitian, yang dikemas melalui paket-paket wisata dan sebagai pusat informasi dan daerah pemasaran hasil industri kecil yang sangat strategis bagi kedua wilayah penelitian.

2.2.8. Prasetya, Donny Tri, 2009. Kesenjangan antar wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus.