Efisiensi pegawai Efisiensi KPPT Surakarta

tersebut terbukti dengan hadiah yang diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri KPPT yang berupa program penambahan ruang, karena KPPT telah dianggap menjadi lembaga pelayanan publik yang terbaik.

3. Efisiensi pegawai

Jumlah pegawai KPPT Kota Surakarta bisa dikatakan terbatas. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah pegawai yang tidak sebanding dengan jumlah permohonan ijin yang masuk. Hal ini diakui oleh Dra. Ida, MM, selaku Kasubbag TU KPPT Surakarta. “Pegawai KPPT ini hanya 30 orang, jadi rata-rata setiap orang harus bisa melayani 4 permohonan ijin, padahal setiap ijin itu syarat-syaratnya harus di teliti kevalidannya, masih berlaku atau tidak, baru kemudian di masukkan ke dalam data komputer, berkas dari syarat-syarat yang masuk itu pun tidak sedikit, dan kegiatan ini sebenarnya membutuhkan orang lebih dari satu.” wawancara 27 Maret 2010 Hal yang sama juga dikatakan oleh Kepala KPPT Surakarta, Bapak Drs. Toto Amanto mengenai kekurangan tenaga di KPPT. “tenaga disini masih kurang Mbak , terutama untuk tenaga dari sarjana tehnik sipil dan tehnik arsitektur, tenaga ini dibutuhkan untuk pelayanan perijinan seperti IMB yang membutuhkan pengukuran tanah atau bangunan.” wawancara, 4 Desember 2010 Ketua seksi KPPT Kota Surakarta, Ibu Erma Suryani, MT, juga menambahkan. : “KPPT juga perlu penambahan tenaga golongan I, tapi yang masih muda, jadi biar bisa gerak cepat dan bisa dikongkoni . Sebenarnya di KPPT sudah ada satu, tapi sudah tua, jadi kami yang mau nyuruh yang harus sabar.” wawancara, 27 Maret 2010 Pernyataan senada juga didapat dari pelanggan KPPT, Bapak Yanto dan Bapak Ambar pencari PKMS sebagai berikut: “ sini tu cepet Mbak kerjanya, pegawainya juga sigap, tapi secepet apapun kalau yang namanya melayani banyak orang kan nggak cukup satu orang, dan akhirnya jadi ada antrean.” wawancara, 24 Maret 2010 “pegawainya kerjanya cepet Mbak, padahal peserta PKMS itu tiap harinya banyak banget, tapi pelayanannya juga selalu tepat waktu, walaupun saya liat sih pegawainya cuman dikit, tapi ya lebih baik pegawainya ditambah, soalnya kalau lama- lama begini ya jadinya keteteran nanti.” wawancara, 4 April 2010 Bapak Edi dari PT Anugerah Jaya mengatakan hal sebagai berikut: “pegawainya kayaknya masih kurang ya Mbak, soalnya di KPPT ini ada fasilitas touch screen nya, kan nggak semua pelanggan bisa menggunakannya, tadi saja ada ibu-ibu yang kesulitan karena nggak mudeng cara pakainya ya terus saya bantu saja. Jadi seharusnya ada pegawai yang berjaga di dekat fasilitas touch screen nya biar ada yang menjelaskan pemakainnya.” wawancara, 24 Maret 2010 Hal lain disampaikan oleh Antok, dari PT. Laksana Industri dan Tridharma Karya: “pegawai disini dalam segi kuantitas memang terhitung kurang, tapi dalam segi kualitas mereka termasuk baik.” wawancara, 24 Maret 2010 Menanggapi pernyataan di atas, Dra. Ida, MM selaku Kasubbag TU KPPT Surakarta mengatakan: “pihak KPPT sudah mengajukan permohonan penambahan tenaga, tetapi kan ya nggak bisa langsung dikasih , butuh proses.” wawancara 27 Maret 2010 Ibu Erma Suryani, MT, selaku Kepala Seksi KPPT Surakarta juga menambahkan: “Kalau masalah petugas yang berjaga di mesin touch screen atau petugas front liner nya sebenarnya selalu ada, tapi ya itu tadi, karena keterbatasan pegawai, biasanya para front liner juga merangkap sebagai petugas pelayanan yang harus memvalidasi berkas dan mengkomputerisasi data.” wawancara, 27 Maret 2010 Dari pendapat di atas, efisiensi KPPT Kota Surakarta dilihat dari pegawainya, sudah bisa dikatakan baik atau efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pegawai yang terbatas namun bisa melaksanakan pelayanan dengan cepat, tepat, dan berkualitas.

4. Efisiensi dari segi waktu