PEMBAHASAN PEMERIKSAAN INTRAORAL diisi oleh operator

BAB 5 PEMBAHASAN

Indeks Pont’s digunakan untuk memprediksi lebar interpremolar dan intermolar dari jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang atas. 11,26,33,35 Pont menyatakan bahwa lebar lengkung gigi yang ideal diperlukan untuk mengakomodasi gigi dan menghilangkan kondisi gigi berjejal. 26,34,35 Indeks Pont’s digunakan untuk menentukan besarnya ekspansi yang dibutuhkan pada regio premolar dan molar. 2 Nilai Indeks Pont’s sangat penting dalam menentukan rencana perawatan ortodonsia. Nilai Indeks Pont’s berbeda antara satu populasi dengan populasi lain karena morfologi gigi dipengaruhi oleh faktor budaya, ras dan lingkungan. 12,13 Penelitian ini dilakukan pada 50 orang mahasiswa suku India Tamil Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang terdiri atas 17 orang mahasiwa laki-laki dan 33 orang mahasiswa perempuan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui signifikansi antara nilai lebar interpremolar dan intermolar yang diukur menggunakan model studi dengan nilai lebar interpremolar dan intermolar yang dihitung menggunakan Indeks Pont’s. Hasil nilai Indeks Pont’s tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menyusun rencana perawatan ortodonsia khusus pada pasien suku India Tamil. Tabel 2 menunjukkan rerata jumlah keempat insisivus rahang atas pada penelitian ini yaitu 30,25 mm. Rerata nilai ukur interpremolar dan intermolar yaitu 37,10 mm dan 46,70 mm, nilai rerata mendekati nilai hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhakal dkk., pada ras yang sama yaitu ras Kaukasoid. 11 Penelitian Dhakal dkk., pada 100 orang populasi Nepal menyatakan bahwa rerata jumlah keempat insisivus rahang atas adalah 30,43 mm, rerata nilai ukur interpremolar dan intermolar adalah 37,95 mm dan 47,94 mm. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad dkk., John dkk., dan Trivedi dkk. 24,40,41 Penelitian Mohammad dkk., pada 60 orang suku Melayu di Selangor, Malaysia menyatakan bahwa rerata nilai Universitas Sumatera Utara ukur intermolar adalah 55,20 mm dan pada penelitiannya tidak dilakukan pengukuran interpremolar. 40 Penelitian John dkk., pada 358 orang suku Cina menyatakan bahwa nilai ukur interpremolar dan intermolar pada suku Cina lebih besar dibandingkan populasi kulit putih di Amerika. 24 Penelitian Trivedi dkk., juga menyatakan nilai ukur interpremolar dan intermolar pada suku Cina lebih besar dibanding dengan suku India. 41 Perbedaan ini disebabkan oleh faktor ras, dimana suku India termasuk dalam ras Kaukasoid sementara suku Melayu dan suku Cina termasuk dalam ras Mongoloid. Kelompok ras yang berbeda akan menampilkan nilai ukur intermolar dan interpremolar yang bervariasi. 9 Kelompok ras Mongoloid mempunyai nilai ukur interpremolar dan intermolar yang lebih besar dibanding kelompok ras Kaukasoid. Faktor lain yang menyebabkan terdapatnya perbedaan nilai ukur interpremolar dan intermolar antara suku yang berbeda adalah faktor pola makan. Suku India sebagian besar adalah vegetarian sehubungan dengan faktor agama yang dianutnya. Sebanyak 41,67 populasi India adalah vegetarian. Makanan yang biasa dikonsumsi adalah sayur-sayuran dan karbohidrat seperti nasi, kentang, buah-buahan dan lain-lain. 42 Sayur-sayuran dan karbohidrat adalah makanan lunak, dimana penggunaan otot pengunyahan dalam proses pencernaan makanan tidak sebesar suku Melayu dan suku Cina yang banyak mengkonsumsi daging dan makanan laut yang teksturnya lebih keras. Tekstur makan yang keras akan menambah berat kerja dari otot-otot pengunyahan. 9 Otot pengunyahan yang kuat meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang dan memicu pertumbuhan rahang dalam arah transversal sehingga nilai ukur interpremolar dan intermolar lebih besar. 23 Rerata nilai hitung interpremolar dan intermolar dalam penelitian ini adalah 37,82 mm dan 47,27 mm. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jyotirmay dkk., pada 200 orang populasi India dimana rerata nilai hitung interpremolar dan intermolar adalah 38,35 mm dan 47,90 mm. 34 Rerata nilai indeks premolar dan indeks molar dalam penelitian ini adalah 81,62 dan 64,84. Hal ini mendekati penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gupta dkk., dan Shrestha dkk. 11 Penelitian Gupta dkk., pada 100 orang populasi India Utara menyatakan indeks premolar dan indeks molar adalah 81,66 dan 65,44. 11 Penelitian Shrestha dkk., pada Universitas Sumatera Utara 100 orang Nepal menyatakan indeks premolar dan indeks molar adalah 79,60 dan 63,36. 11 Namun terdapat beberapa penelitian yang mempunyai hasil yang berbeda dibanding dengan penelitian ini. Penelitian Purmal dkk., pada 90 orang Malaysia yang terdiri dari suku Melayu, Cina dan India menyatakan indeks premolar dan indeks molar adalah 83,34 dan 67,71. 13 Perbedaan ini dikarenakan faktor ras dan genetik. Pada penelitian Purmal dkk., sampel penelitian terdiri dari ras Kaukasoid dan Mongoloid sedangkan sampel pada penelitian ini terdiri dari ras Kaukasoid. 13 Kelompok ras yang berbeda akan menunjukkan ukuran dimensi lengkung gigi yang bervariasi karena memiliki ciri-ciri genetik yang juga bervariasi. 14,24 Faktor genetik bervariasi antara satu individu dengan individu lain. Faktor genetik mempunyai pengaruh yang penting dalam penentuan variasi ukuran lengkung gigi. 14 Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Pada penelitian ini, hasil uji normalitas terdistribusi normal sehingga peneliti menggunakan uji-t independen dalam analisis statistik. 39 Tabel 3 menunjukkan nilai rerata Indeks Pont’s mahasiswa suku India Tamil Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin. Hasil statistik uji-t independen dengan derajat kepercayaan 95 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnihotri dkk., pada 100 orang India Utara yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 antara laki-laki dan perempuan. 12 Kedua penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda karena pada penelitian Agnihotri dkk., sampel penelitian yaitu suku India yang diambil tanpa mempertimbangkan keturunan dua generasi di atasnya sedangkan pada penelitian ini sampel diambil dengan mempertimbangkan dua generasi di atasnya yaitu kedua orang tua ayah dan ibu. 12 Tabel 4 menunjukkan korelasi yang kuat antara jumlah keempat insisivus rahang atas dengan nilai ukur interpremolar dan intermolar yaitu 0,688 dan 0,676 dengan signifikansi p sebesar 0,000 dimana p 0,01 sehingga korelasi dinyatakan memiliki signifikansi yang bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dhakal dkk., pada 100 orang Nepal menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antara jumlah keempat insisivus rahang atas dengan nilai ukur interpremolar dan intermolar. 11 Penelitian Dhakal dkk., menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini karena teknik pengukuran nilai ukur interpremolar dan intermolarnya sama, alat pengukur serta penentuan kriteria inklusi sampel juga sama. 11 Tabel 5 menunjukkan korelasi yang kuat dan signifikan antara nilai ukur interpremolar dan intermolar dengan nilai hitung interpremolar dan intermolar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gupta dkk., pada 100 orang India Utara yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antara nilai ukur interpremolar dan intermolar dengan nilai hitung interpremolar dan intermolar. 11 Berbeda dengan penelitian Al Sarraf dkk., dan Rathi dkk, penelitian yang dilakukan oleh Al Sarraf dkk., pada 44 orang Iraq menyatakan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara nilai ukur interpremolar dan intermolar dengan nilai hitung interpremolar dan intermolar. 10,33 Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, alat pengukur dan variasi dalam komposisi dan seleksi sampel. Alat pengukur yang digunakan dalam penelitian Al Sarraf dkk., adalah sliding caliper gauge sedangkan pada penelitian ini digunakan kaliper digital. 33 Alat pengukur yang berbeda menghasilkan keakuratan nilai yang berbeda. Pada penelitian Al Sarraf dkk., sampel diambil dari usia 14-16 tahun sedangkan pada penelitian ini sampel yang diambil adalah dari usia 18-25 tahun. Menurut Heasman, pertumbuhan rahang atas berhenti pada usia 17 tahun untuk laki-laki dan rata-rata 2 tahun lebih awal pada perempuan. 43 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rathi dkk., pada 150 pasien Aga Khan Universiti Hospital Karachi Pakistan menyatakan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara antara nilai ukur interpremolar dan intermolar dengan nilai hitung interpremolar dan intermolar. 26 Perbedaan ini disebabkan oleh faktor lingkungan. Manusia dilingkungan yang berbeda akan mengkonsumsi makanan yang berbeda, dimana hal tersebut menyebabkan perbedaan kadar asupan gizi dan nutrisi seperti kalsium yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang. 3,4 Faktor lain yang berpengaruh adalah latar belakang sosioekonomi yang mempengaruhi pola pertumbuhan rahang. 4 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN