Hoho Turunnya Leluhur Hoho Fabolosi folklor kematian

15 sebuah konsep religi lama Nias dapat diamati. Selain itu diungkapkan juga bahwa folkIor dianggap memberikan gambaran akan kondisi masyarakat pada masa itu baik itu kondisi alam, manusia dan masyarakatnya, kondisi hukum dan adat istiadat, ritus, religi, dan lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa foikior yang ada pada masyarakat Nias adalah sebuah symbol Hadiwinoto, Dkk. 2008 . Hoho: Folklor Lisan a. Hoho terjadinya Bumi dan Langit Dalam folklor ini disebutkan bahwa langit itu ada 9 sembilan lapisan. Lapisan ke-1 adalah bumi dimana kita hidup dan lapisan selanjutnya ke-2, ke-3, dan seterusnya sampai ke-9 merupakan lapisan di-atasnya. Pembentukan lapisan- lapisan itu dimulai dari pembentukan lapisan ke-9 dan lapisan ke-8 berasal dari lapisan ke-9, lapisan ke-7 berasal dari lapisan ke-8 begitu seterusnya sampai lapisan ke-1 bumi yang berasal dari lapisan ke-2 Mendrofa; 1981 dan Telaumbanua; 2006.

b. Hoho Turunnya Leluhur

Tidak lama kemudian dari langit lahirlah Zagoro Zebua. Dialah Hia yang diturunkan sebagai nenek moyang pertama Yang diturunkan oleh Sirao la diturunkan dengan tali emas di Börönadu, Sifalagö Gomo Disertai dengan berbagai bibit tanaman, peralatan pertanian, berbagai ukuran Kemudian kumpulah sembilan nenek untuk membuat aturan adat ... Mendrofa; 1981 dan Sonjaya, 2007. Universitas Sumatera Utara 16

c. Hoho Fabolosi folklor kematian

Hai bapakku engkau telah meninggalkan kami Kita tidak bertemu lagi Engkau akan berpulang ke leluhurmu Engkau telah nieninggalkan kami dengan kesedihan ... wawancara dengan Hikayat Manao, 2008.

2.1.3. Kepercayaan Masyarakat Nias

Religi juga dikatakan sebagai sebuah simbol, hal ini dikemukakan oleh J. van Baal 1971,sebagai berikut: “religi adalah suatu sisteni simbol yang dengan sarana tersebut manusia berkomunikasi dengan jagad rayanya. Simbol-simbol itu adalah sesuatu yang serupa dengan model-model yang menjembatani berbagai kebutuhan yang saling bertentangan untuk pernyataan diri dan penguasaan diri” Dengan demikian maka sebuah simbol dalam bentuk folklor adalah suatu sistem religi, artinya ada unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam sirnbol merupakan unsur dari religi. Salah satu unsur yang membentuk religi adalah keyakinan, namun religi yang hanya berlandaskan keyakinan saja belum dapat dikatakan sebagai religi, barulah bila ada upacara yang dikaitkan dengan keyakinan tersebut religi yang menyeluruh terbentuk Firt: 1972, Radam:2001. Pernyataan tersebut kiranya dapat digunakan dalam menguraikan konsep-konsep religi lama di Nias sebelum dilengkapi dengan upacara yang berkaitan. Pendekatan yang digunakan dalam memahami kebudayaan Nias khususnya religi Universitas Sumatera Utara 17 adalah empirik-normatif yaitu pendekatan dengan melihat apa saja aspek budaya dalam bentuk berbagai folklor dan juga norma-norma yang dikandungnya Agus:2006. Sistem religi atau kepercayaan, pada orang Nias adalah unsur kebudayaan yang masih tetap terjaga walau dalam perkembangannya sampai sekarang telah mengalami banyak perubahan. Dalam sistem religi orang Nias dahulu mereka percaya bahwa yang menciptakan manusia adalah dewa-dewa, yang diperumpamakan dengan patung-patung dan disembah. Mereka juga menghormati roh-roh orang-orang tua, nenek moyang. Sekarang, pada umumnya masyarakat Nias memeluk ajaran Kristiani. Sebetulnya, ketika ada penyebaran agama baru, masyarakat tidak serta merta meninggalkan sistem kepercayaan mereka, melainkan menyesuaikan agama baru tersebut dengan adat istiadat mereka. Percaya kepada Ilah-Ilah Dewa-Dewa adalah bentuk dari kepercayaan kuno masyarakat Nias. Dewa-dewa yang menjadi sembahan masyarakat Nias dahulu adalah Dewa Pencipta yaitu Inada Samihara Luo atau Maha Sihai, Dewa Dunia atas atau Lowalangi, Dewa Dunia tengah disebut dengan Nadjaria Mbanua atau Silewe Nazarata, dan Dewa Dunia Bawah disebut Laturo Dano. Selain dewa- dewa itu, masyarakat Nias juga percaya terhadap roh-roh arwah orang tua dan berbagai roh lainnya yang jahat maupun yang baik turut dipercayai dan dihormati. Terdapat juga berbagai patung dan benda-benda yang menjadi simbol perlambangan isi dunia seperti matahari, bulan, bintang, pohon-pohon besar, binatang-binatang yang dianggap sakral, turut dipercayai dan disembah. Atas dasar ini kepercayaan kuno masyarakat Nias disebut politheisme, agama Fanomba Universitas Sumatera Utara 18 Adu idolatry, fetisisme, dinamisme dan animisme. Laiya dalam T. Duha, 20:2004. Menurut kepercayaan orang Nias leluhur mereka itu turun dari Gomo Nias Selatan dan dari tempat inilah tersebar keseluruh penjuru Nias sekarang ini. Orang Nias maupun Pulau Nias disebut Niha. Menurut cerita orang-orang tua waktu orang asing datang kesana penduduk selalu berteriak “Niha Si”. Niha artinya orang manusia si adalah penunjuk atau kata sandang. Peristiwa seperti itu sering terjadi dan ucapan “Niha Si” selalu berulang diucapkan orang. Akhirnya sebutan itu menjadi populer dikalangan orang-orang asing yang datang ke Nias. Kemudian orang- orang asing menyebut mereka “Niha Si” yang maksudnya adalah penduduk atau orang Nias. Demikian proses terjadinya nama Nias dari ucapan “Niha Si” menjadi “Nihas” kemudian menjadi Nias. Penduduk Nias menyebut dirinya Ono Hiha Ono = anak, Niha = orang. Jadi Ono Niha artinya anak orang manusia atau orang Nias. Negeri ini disebut “Tano Niha” atau Banua Niha Siahaan, 1979. Menurut kepercayaan lama orang Nias, bahwa setelah manusia meninggal rohnya akan pergi kesuatu tempat yaitu sorga atau neraka. Orang yang telah banyak mengadakan pesta semasih hidupnya rohnya pergi ke sorga. Bagi orang yang miskin yang tidak sanggup mengadakan pesta semasih hidupnya rohnya akan pergi ke hutan “gema” nenas. Setelah satu minggu mayat dikuburkan, harus memotong babi supaya roh itu pergi dari rumah. Bila tidak diadakan upacara memotong babi, maka roh orang meninggal itu akan tetap berada dalam rumah dan akan mengganggu seiisi rumah. Roh-roh yang meninggal itu ada yang Universitas Sumatera Utara 19 menjadi “Berahu” hantu. Ada juga yang menjadi angin dan menjadi kupu-kupu. Masyarakat Nias pada tingkat peradaban yang masih rendah dahulu, masih berpikir realistis. Belum berpikir abstrak. Segala sesuatu yang dipikirkan selalu kongkrit. Persoalan yang menyangkut kehidupan manusia bersifat abstrak kurang dapat diterima dalam pikiran mereka pada masa itu. Oleh sebab itu segala sesuatunya mereka usahakan harus bersifat kongkrit. Begitu juga dalam bidang kepercayaan, mereka jadikan dalam bentuk-bentuk Kongkrit. Dengan demikian dilakukan pemujaan-pemujaan dan penyembahan Siahaan, 1979.. Religi asli orang Nias disebut “Sanomba Adu” penyembah berhala. Menurut istilah Teluk Dalam disebut “Saloha Adu” dan menurut istilah Kuncaningrat disebut “Molohi Adu” Ketiga istilah diatas perlu diteliti lagi. Yang disembah adalah roh- roh nenek moyang “malaikat Zatua” yang bersifat turun menurun. Sebagai tempat raoh-roh itu dibentuk patung dari kayu. Patung itu sifatnya realis berjenis laki-laki dan perempuan, dan dirawat baik-baik. Dahulu setiap rumah penduduk orang Nias ada Patung Leluhur masing-masing. Disamping terdapat juga patung yang ditempat kan di rumah berhala pada “Osali” Balai Desa. Patung itu tempatkan di Osali untuk kepentingan umum. Orang yang datang ke Osali dapat bersama-sama menyembahnya. Rumah berhala tidak ada didirikan tersendiri. Patung Zatua itu mereka sembah dan puja dengan melakukan upacara pemotongan babi untuk dipersembahkan. Belakangan ini pengertian Osali berubah menjadi gereja, tempat menyembah Tuhan Siahaan, 1979. Universitas Sumatera Utara 20 Didalam buku HIKAYA NADU yang di tulis oleh P.johannes M. Hammerle OFM cap. pada tahun 1995. Menjelaskan tentang berbagai sejarah patung yang di sembah pada zaman dulu oleh masyarakat nias yang di letakan di dalam rumah. Penjelesan tersebut di dapatkan dari beberapa narasumber terpercaya yang merupakan tokoh-tokoh adat masyarakat nias. Rumah manusia itu harus dilihat dalam hubungan erat dengan agama, dengan adat dan dengan hidup manusia seluruhnya. Semuanya merupakan satu kesatuan, satu kosmos yakni alam nias. Hammerle, 1990. Ada pun jenis-jenis patung yang di letakan di dalam rumah adalah: 1. Lowalangi si sagörö. Berada di atas langit,patungnya tidak di buat. Tetapi segala doa di sampaikan kepadanya. Patung yang lain berguna sebagai prajuritnya atau pesuruhnya dan yang menyampaikan segala doa-doa kepadanya. 2. Tuha mbumbu Patung ini di letakan di bagian tertinggi rumah. patung tuha mbumbu ini berhubungan dengan patung laowö. Berkatalah laowö kepada tuha mbumbu,katanya: mintalah rejeki kepada lowalangi si sagörö. 3. Laowö. Laowö sanaya talu mbatö,ba dete taru gazi so laowö di letakan di atas taru gazi yang berada di tengah rumah. segala doa disampaikan kepadanya dan patung laowö menyampaikan kepada tuha mbumbu. 4. Adu kazia nuwu. Universitas Sumatera Utara 21 Kazia nuwu ya‟ia adu soya si so ba dete galisi ma buatö ba gambölö tanö fö na ba nomo, tola to‟ese yawa ma‟ifu. Tanö si tou ma‟ifu ma tanö föna maifu ba nahia sabölö nifosumange tefa‟anö zi tölu nadu lawölö Kazia nuwu merupakan patung yang memiliki jumlah yang banyak yang berada di sebelah kanan dinding rumah bagian depan,bisa lebih dinaikan sedikit lagi keatas. Sedikit di bagian bawah atau dibagian depan di tempat yang lebih di hormati atau tempat yang lebih sakral di letakan patung lawölö. Patung ini ini merupakan gambaran dari kakek moyang mereka. Patung ini dibuat banyak dan di letakan berderetan. 5. Si 3 Adu Lawölö Ke 3 patung lawölö. 1. Lawölö horö 2. Lawölö wa‟abe‟e 3. Lawölö nadu ndra ama ma lawölö nuwu. Lö la findrakö zi tölu lawölö andre, ba hiza lumö-lumö lawölö zi findra ma fa‟abölönia. Hewa‟e la tötöi göi Ofanöwa Nadu,ba hiza adu andrö toröi ba nahania, ha lumö-lumö zi findra Mereka tidak memindahkan ke tiga patung lawölo tersebut,tetapi bayangan atau kekuatannya yang berpindah. Meskipun mereka seringa mengatakan Pergilah Patung,namun patung tersebut tinggal di tempatnya,hanya bayangan nya yang pindah. Andrö börö da‟ö tesöndra göi nadu lawölö ba zinga mbawandruhö nomo,mato lima ngawua, nifa‟anö moroi baero faoma fatambai bawandruhö tenga bakha ba nomo. Itulah sebabnya terdapat juga patung Universitas Sumatera Utara 22 lawölö di samping pintu rumah,dan berjumlah 5 buah,di susun dari luar bersebelahan dengan pintu bukan dari dalam rumah. 6. Si 3 tendro luluö. Si 3 nadu andre bakha ba wuröma so: Amania,tuania,awenia. So‟omo la‟agö ba dalinga wuröma na no lahalö niha ba wangandrö löfö. Duma-dumania no bohou lafangowalu nonora,no lahalö niha,ba ia da‟a mo‟ömö ira börö mböwö ba wangowalu. me no mo‟ömö ira ba mböwö wangowalu. Andre mbörö Ifuli lahaogö tendro- tendro luluö,mangandrö ira,lataba öra gadao,labe ba wiga ba lafahuru khö luluö . La‟andrö harazaki e na‟ö sökhi mbawira,la‟andrö harazaki ba gana‟a ba mendrua manö harazaki ba niha. ke 3 tendro luluö : bapaknya,kakeknya,neneknya. sang pemilik rumah mengambil posisi di samping sesudah mereka memanjatkan doa agar di beri rejeki. Misalnya baru saja mereka menikahkan anak mereka laki-laki,mereka telah mengambil istri untuk anak mereka, jadinya mereka mempunyai utang karena mahalnya jujuran dalam pernikahan anak mereka. Itu sebabnya mereka kembali merapikan tendro-tendro luluo,mereka berdoa,mereka memotong ayam jantan,mereka letakan didalam piring dan mereka berikan kepada luluö. Mereka berdoa agar deberi rezeki agar di berkati ternak babi mereka, mereka mendoakan agar diberi rejeki dalam bentuk emas atau harta dan juga terhadap mereka agar selalu di berkati. 7. Si lima adu lawölö ba mbawandruhö Ke 5 patung lawölo yang berada di pintu. Universitas Sumatera Utara 23 Baero zi tö lu ngawua nadu moroi yawa no mege,ba lafa‟anö na sa darua tö ba zinga mbawandruhö sibai, yaiya da‟ö Selain ke 3 patung lawölö,dan mereka membuat dua lagi di samping pintu yaitu : a. Bagabölö,nifaigi moroi bakha ba nomo Sebelah kanan,jika dilihat dari dalam rumah : Lawölö famailalawölö fanabe‟e b. Bagambera Sebelah kiri : Lawölö famahowulawölö samahowuö Tebai möi ira baomo,na no mangawuli ira moroi ba danö na no lahalö högö . La‟ombkha‟ö ira ua khö lawölö samahowu‟ö si so ba gambera mbawandruhö. Na lö ‟ö,ba mofökhö ira dania,la‟utaö ndro. Sambua nadu lawölö nitaru‟ö göi ba dete da böla gana‟a ba dalina wöröma,ba wuröma bakha. Lö fa‟abölö khö L luö ba wuröma bakha,na lö ba ngainia lawölö. Lumö-lumö zi findra Mereka tidak boleh kembali ke rumah,jika mereka telah kembali dari berburu kepala manusia. Mereka berdoa dulu kepada lawölö samahowuö yang berada di sebelah kiri pintu masuk rumah. jika tidak maka mereka akan sakit,memuntahkan darah. Satu patung lawölö yang di letakan di tempat penyimpanan emas. Tidak akan ada kekuatan L luo di dalam wuröma jika tidak ada di sampingnya bayangan atau roh yang berpindah dari lawölö. 8. Siburuci Siburici merupakan istri dari laowö soaya göba. 9. Ziraha horö Universitas Sumatera Utara 24 Patung ini merupakan leluhur dari patung lawölö. Ukuran nya sangat besar di bagaikan manusia,padanyalah mereka bersanda jika telah kembali berburu kepala manusia,Begitu juga dengan senjata seperti tombak,pedang dan peralatan perang lain nya di sandarkan padanya. 10. Laowö so‟aya göba Patung yang bersampingan dengan ziraha horö dan istrinya siburuci. Di dalam buku tersebut juga bapak Hechamböwö Giawa salah satu narasumber di dalam buku ini menjelaskan Skema atau gambaran cara kerja patung-patung tersebut, yaitu: 1. Abölö moguna si öfa ngawalö nadu da‟e: Lebih berguna ke empat buah patung ini: I. Adu nuwu Patung nuwu. II. Adu lawölö Patung lawölo. III. Laowö sanaya talu mbatö IV. Tendro luluo Fao-fao ira zi öfa andre ba wangandrö harazaki ma löfö ba nomo khöra,mendrua manö na so zo fökhö Ke empat patung tersebut selalu bersama untuk meminta rejeki di rumah mereka, atau mendoakan jika ada orang yang sakit. 2. Tola manö lö tebulö ba nahania sambua adu,ba hiza lumönia zi findra,kekuatania zi möi ba naha hezo moguna ia Bisa saja patung tersebut tidak berpindah dari tempatnya,namun bayangan nya atau rohnya Universitas Sumatera Utara 25 yang berpindah, kekuatan nya yang pergi atau berpindah kemana ia di butuhkan. 3. Angandrowa moroi khö zo omo andrö nifaema göi. Duma-duma na no la‟andrö khö nadu nuwu,ba ira nadu nuwu lafaema dania khö tuha mbumbu. Ma na ibözi wondrahi ere misi yawa ba zuwu zagö, ba si fatema yawa ia gö i ,ifa‟ema misi yawa Doa-doa dari penghuni rumah tersebut di sampaikan juga. Misalnya jika mereka berdoa atau memohon kepada patung nuwu,maka para patung nuwu akan menyampaikan kepada patung mbumbu. Jika ere atau dukun atau menamukul gendang di atas atap rumah,dia menyampaikan doa-doa tersebut ke atas. 4. Si 3 nadu lawölo yaiya da‟e: Ke 3 patung lawölö yaitu: I. Lawölö horö. II. Lawölö wa‟abe‟e. III. Lawölö nadu ndra ama, =adu nuwu Hewa‟e lamane wangumaö OFANöWA NADU , ba hiza lö lafabua si tölu nadu andre walaupun mereka mengatakan PERGILAH PATUNG, tapi mereka tidak memindahkan patung tersebut. Adu toroi,lumö-lumö zi möi patung tinggal, banyangan atau roh yang pergi. Andrö mbörö tesendra göi adu lawölö tanö baero ba zinga mbawandruhö nomo fatambai itulah sebabnya terdapat patung lawölö dibagian luar di samping pintu berhadap-hadapan atau bersampingan. Tanö ba gambolö sebelah kanan : Lawölö fama‟ila, lawölö fanabe‟e. Universitas Sumatera Utara 26 Tanö ba gambera sebelah kiri : Lawölö famahowu. 5. Itema wa‟abölö moroi si yawa tuha mbumbu bai ifa‟ema khö laowö so‟aya göba. Ba laowö soaya göba same‟e fa‟abölö andrö khö ziraha horö,adu horö ma khö lawölö ba zinga mbawandruhö Diterimanya kekuatan dari tuha mbumbu dan di sampaikan nya kepada laowö so‟aya göba. Jadi laowö soaya göba yang memberi kekuatan kepada ziraha horö,adu horö ataupun kepada lawölö yang berada disamping pintu. a. Khö ziraha horö mangandrö ira na möi ba wamunu kepada zihara horö mereka memohon atau berdoa jika mereka ingin membunuh. b. Khö lawölö ba zinga mbawandruhö la‟angona‟ö na mofanö ira kepada lawöla di samping pintu mereka pamit jika ingin pergi. c. Ba laombakhaö ira göi khönia na mangawuli ira. Na lö la‟ombakhaö ira,ba mofökhö ira dania mereka juga mengabari jika mereka telah kembali, jika mereka tidak mengabari,mereka akan sakit nanti. 6. Moroi ba zi tölu tendro luluo ba wuröma,ha sara ni sömba ba wangandrö löfö. Lö wa‟abölö khö luluö ba wuröma bakha na lö ba ngainia lawölö Dari ke 3 patung tendro luluö, hanya ada satu patung yang di sembah untuk mendoakan agar di beri rejeki. Tidak akan ada kekuatan luluö ba wuröma jika tidak ada lawölö di sampingnya. 7. Si 3 adu si sindro ba salo ba zinga mbagole si tou barö kazia nazu ya‟ia da‟e adu horö,laowö so‟aya göba ba fo‟omo nia siburici,tola nifabua ba nifasindro ba talu mbatö ma ba dete gawina si tou ba newali. Khö nazu horö lasaita‟ö mbaluse,toho ba gari,he na mofanö ira ba danö be he na no Universitas Sumatera Utara 27 mangawuli ira ke 3 patung yang berdiri di lantai di samping di bawah kazia nazu yaitu adu horö,laowö soaya göba dan isrinya siburici,patung ini bisa dipindahkan dan berdirikan di tengah rumah atau di halaman rumah. kepada patung horö di letakan perisai,tombak,dan pedang,jika mereka pergi ke ladang ataupun saat kembali. Gambaran atau skema menurut Bapak Hechamböwö Giawa: Gambar 2.1. Skema menurut Bapak Hechamböwö Giawa. Tuha mbumbu Adu kazia nuwu Laowö Si 3 lawölö Si 3 tendro luluo Si 5 lawölö Laowö so‟aya göba Siraha horö siburuci Kekuatannya berpindah Kekuatanbayangan Bayanganroh Bayangankekuatannya yang berpindah Kekuatan nyabayan gan atau rohnya yang berpindah Awinanewali Ke 3 patung ini bisa di pindahkan Universitas Sumatera Utara 28

2.2. Sistem Sosial Masyarakat Nias