Jangkauan Area Pelayanan Lembaga Pendidikan SMA Di Kota Cimahi

Nusan Mauli Pranata, 2014 Pemetaan lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas di kota Cimahi melalui Sistem Informasi Geografis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Skor Total Maksimal = 3 . 3 + 3 . 3 + 3 . 2 = 9 + 9 + 6 = 24 Interval Kelas = skor total maksimal – skor total minimal Jumlah Kelas Interval Kelas = 24 – 8 = 4 Rentang Zona 4

3. Jangkauan Area Pelayanan Lembaga Pendidikan SMA Di Kota Cimahi

Dalam menentukan jangkauan area pelayanan lembaga pendidikan ada dua tahapan yang dilakukan oleh peneliti yang pertama adalah pengharkatan untuk dua kriteria seperti yang terdapat di dalam tabel berikut ini : Tabel 3.5 Pengharkatan Jangkauan Area Pelayanan Lembaga Pendidikan SMA Sumber : Standar sarana dan prasarana fasilitas pendidikan SMA Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 24 Tahun 2007. Parameter Klasifikasi Kriteria Jumlah Peserta Didik dan Luas Sekolah Sekolah Tipe A 27 rombel, 1080 peserta didik, lahan minimal 15.000m² Sekolah Tipe B 18 rombel, 720 siswa lahan minimal 12.500m² Sekolah Tipe C 9 rombel, 390 siswa lahan minimal 10.000m² Kinerja Guru Berlebih Jumlah guru yang mengajar dibandingkan dengan jumlah peserta didik yang mendapatkan pengajaran, kemudian dilihat rasio perbandingannya. Intervalnya akan disimpulkan dalam tiga kalsifikasi hasil. Sesuai Kurang Kriteria kondisi lembaga pendidikan SMA : 20 - 24 = Sangat Memadai 16 - 20 = Memadai 12 - 16 = Cukup Memadai 8 - 12 = Tidak Memadai Baik Buruk Cukup Nusan Mauli Pranata, 2014 Pemetaan lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas di kota Cimahi melalui Sistem Informasi Geografis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Untuk kriteria selanjutnya akan dianalisis jarak antar sekolah dengan memanfaatkan analisis buffer dengan menjadikan titik-titik SMA sebagai titik pusat buffer, dari sana akan terlihat dan bisa disimpulkan, titik-titik sekolah mana saja yang jaraknya terlalu berhimpitan dan ini yang juga akan memepengaruhi dalam penentuan tingkat efisiensi pengelolaan fasilitas pendidikan SMA di Kota Cimahi. Nusan Mauli Pranata, 2014 Pemetaan lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas di kota Cimahi melalui Sistem Informasi Geografis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Era otonomi daerah yang telah memasuki fase pengelolaan mandiri di berbagai sektor termasuk bidang pendidikan telah menimbulkan beberapa kemajuan disertai variabel permasalahan yang mengiringinya. Pemerataan pendidikan yang terimplikasi pada sebuah penyediaan fasilitas pendidikan juga turut menjadi sorotan utama, bila di daerah pelosok fasilitas pendidikan menjadi hal yang sangat sulit didapatkan, hal bertolak belakang terjadi di daerah maju dimana fasilitas pendidikan mudah dijumpai bahkan letaknya bisa dibilang terlalu berhimpitan dan menjadi sebuah masalah. Sistem Informasi Geografis yang salah satu fungsinya adalah monitoring dan evaluasi, secara nyata bisa diimplementasikan dalam mengontrol sebuah pemerataan lembaga pendidikan SMA yang ada di Kota Cimahi. Tahapan pertama SIG diimplementasikan untuk menggambarkan persebaran lokasi SMA, persebaran kondisi SMA, tahap kedua SIG dengan analisis buffer menggambarkan area jangkauan pelayanan lembaga pendidikan SMA yang garis besarnya adalah melihat area efektif yang mendapat pelayanan lembaga pendidikan SMA yang dijadikan sebagai bahan evaluasi lembaga pendidikan SMA yang ada di Kota Cimahi, dilihat dari lokasi SMA dan data-data fasilitas pendidikan. Secara rinci ada beberapa poin yang harus disimpulkan berkaitan dengan pemetaan lembaga pendidikan SMA yang ada di Kota Cimahi diantaranya : 1. Persebaran lokasi SMA yang ada di Kota Cimahi bisa dikatakan belum merata, dimana Kecamatan Cimahi tengah yang luas wilayah dan jumlah penduduknya terkecil sudah memiliki tujuh SMA, sedangkan Kecamatan Cimahi Selatan yang memiliki wilayah terluas dan jumlah penduduk terbanyak hanya memiliki empat SMA.