Bentuk-Bentuk Perjanjian Kredit yaitu sebagai berikut: Cara Menyusun Perjanjian Kredit yaitu:

commit to user 52 ketertiban umum. Penegasan asas ini terdapat pada pasal 1338 KUH Perdata.

3. Penyusunan DokumenAkta Perjanjian Kredit

Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dalam perjanjian kredit pada hakekatnya ditentukan dengan dituangkan dalam perjanjian tertulis yaitu dalam suatu akta. Untuk dapat dikatakan suatu akta, perjanjian kredit tersebut harus ditandatangani oleh para pihak, memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak dan kewajiban atas peringatan, diperuntukkan untuk alat bukti Eret Hartanto selaku NotarisPPAT Kota Surakarta.

a. Bentuk-Bentuk Perjanjian Kredit yaitu sebagai berikut:

1 Perjanjian Kredit di Bawah Tangan Adalah perjanjian pemberian kredit yang hanya dibuat antara debitur dan kreditur tanpa Notaris. Mengenai akta perjanjian kredit di bawah tangan ada beberapa kelemahan yang perlu diketahui oleh aparat perkreditan bank, yaitu: a Bila ternyata dikemudian hari terjadi masalah sampai melalui proses pengadilan, maka debitur dapat menyangkal tanda tangan atau isinya. Sehingga akan berakibat mentahnya kekuatan hukum perjanjian kredit. b Bahwa oleh karena perjanjian ini dibuat hanya oleh para pihak, dimana formulirnya telah disediakan oleh bank, maka bukan commit to user 53 tidak mungkin terdapat kekurangan data-data yang seharusnya dilengkapi untuk pengikatan kredit. c Bahwa apabila akta perjanjian kredit tersebut hilang, bank tidak memiliki arsip mengenai perjanjian tersebut sebagai alat bukti. 2 Perjanjian Kredit Notariil Akta Otentik Adalah perjanjian kredit antara debitur dan kreditur yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, mengenai definisi akta notariil akta otentik dapat dilihat pada pasal 1338 KUH Perdata. Mengenai akta perjanjian kredit notariil ini ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh aparat perkreditan bank yaitu kekuatan pembuktian suatu akta otentik ada 3 tiga yaitu: a Membuktikan antara para pihak bahwa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta tadi. b Membuktikan antara para pihak yang bersangkutan bahwa sunguh-sungguh peristiwa yang disebutkan telah terjadi. c Membuktikan tidak saja antara para pihak yang bersangkutan tetapi juga terhadap pihak ketiga.

b. Cara Menyusun Perjanjian Kredit yaitu:

Dalam membuat suatu perjanjian kredit harus memuat 4 empat bagian pokok sebagai berikut: 1 Judul Perjanjian Disebut juga kepala akta yaitu mengenai nama suatu perjanjian tersebut yang mencerminkan akan isi dan maksud dari commit to user 54 perjanjian tersebut. Dengan membaca judul suatu perjanjian diharap pembaca telah mengetahui gambaran atau tujuan dari perjanjian tersebut. 2 Komparisi Adalah bagian kedua setelah judul perjanjian yaitu menjelaskan para pihak dalam perjanjian tersebut. Komparisi harus menjelaskan identitas para pihak dan kedudukan masing-masing pihak tersebut bertindak dalam suatu perjanjian. 3 Isi Perjanjian Pada saat ini isi perjanjian kredit masih berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainya, namun pada dasarnya suatu perjanjian harus memuat 6 enam syarat minimal yaitu: a Jumlah hutang b Besarnya bunga c Waktu pelunasan d Cara-cara pembayaran e Klausula opeisbaarheid misalnya: debitur pailit f Barang jaminan 4 Penutup Merupakan bagian akhir akta yang biasanya memuat hal-hal sebagai berikut: a Pilihan domisili hukum para pihak. commit to user 55 b Tempat dan tanggal perjanjian ditandatangani jika itu akta di bawah tangan. c Tanggal mulai berlakunya perjanjian. 4. Sifat-Sifat Jaminan dan Perjanjian Jaminan Pengertian jaminan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tidak disebutkan secara tegas mengenai kewajiban atau keharusan tersedianya jaminan atas kredit yang dimohonkan oleh 40 calon debitur. Seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan sebelumnya masalah jaminan tersebut yaitu diatur dalam: a. Bunyi pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967: “Bank Umum tidak memberi kredit tanpa jaminan kepada siapa pun juga”. b. Bunyi pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998: “ Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud s esuai dengan yang diperjanjikan “. Jenis-jenis jaminan pada dasarnya terdiri dari jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Pengertian jaminan tersebut adalah: a. Jaminan perorangan adalah timbul dari perjanjian antara kreditur bank dan pihak ketiga. Pihak ketiga dalam hal ini bertindak sebagai commit to user 56 penjamin dalam pemenuhan kewajiban debitur untuk memenuhi kewajiban debitur. Perjanjian perorangan merupakan hak relatif, yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terkait dalam perjanjian. b. Jaminan kebendaan adalah merupakan hak mutlak absolut atas suatu benda tertentu yang menjadi obyek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila ingkar janji. Menurut sifatnya, jaminan kebendaan terbagi dua, yaitu jaminan benda tidak bergerak tanah dan jaminan benda bergerak, baik berwujud seperti mobil, sepeda motor dan lain-lain serta tidak berwujud seperti deposito, tabungan, obligasi dan lain-lain. Pembagian barang bergerak dan tidak bergerak tersebut di atas dalam ketentuan pasal 506 sampai dengan pasal 518 KUH Perdata. Oleh Undang-Undang pada pokoknya terdapat 2 dua asas pemberian jaminan jika ditinjau dari sifatnya, yaitu: a. Jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang tidak mempunyai hak yang mendahului pelunasannya sama antar kreditur yang satu dengan kreditur yang lainnya. b. Jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang mempunyai hak mendahului sehingga berkedudukan sebagai kreditur privilege hak preverent. commit to user 57

5. Macam - Macam Pengikatan JaminanAgunan a.