Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti (Studi Deskriptif Mengenai Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti Di Desa Padang Sambian Denpasar Bali Dalam Rangka Menyambut Hari Raya Nyepi 2015)

(1)

v

(Decriptive as a methods research about The Meaning of Non Verbal Communication in a Traditional Ceremony of Melasti at Village of Padang

Sambian Denpasar Bali to welcome the Nyepi day 2015) Patrisia Indriana Sari

NIM. 41811058 Under Guidance, Olih Solihin S, Sos., M.I.Kom

The research purpose to know the meaning of Non Verbal Communication in Ceremony Melasti (descriptive as a methods research about Non Verbal Communication in a traditional ceremony of Melasti at village of Padang Sambian Denpasar Bali to welcome the Nyepi day 2015). To answer the above issues raised sub research focus include Physical Appearance, Parabahasa, Artifact, Orientation of Space, Color

The Method of research used qualitative descriptive method. Informants study consists of 4 (four) people. Most of the data were collected through observation, interview, documentation, supported by the literature and the triangulation of data. The data analysis technique used is data reduction, data collection, data display, collect conclusions and evaluation.

The Results that the selections made by physical appearance of the how they look at the time of Ceremony Melasti, then Parabahasa such as dialect, language, mantras and hymns. Artifacts found on the implementation of the ceremony is like Juli, Arca Pertimo, Unggul-unggul Naga, Payung emas dan tombak and Ratu Gede. and orientation of the place where the ceremony is Pantai Peti Tenget and Pura Ndesa.

The conclusion from this study that the meaning of non-verbal communication can also be found in the traditions and culture, Melasti Ceremony is one that has content and meaning.

Research Suggestion So that people participate in Indonesia help to preserve the nation’s cultural owned.

Keywords : Non Verbal Communication, Ceremony of Melasti, Padang Sambian Village


(2)

iv

ABSTRAK

MAKNA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM UPACARA ADAT MELASTI

(Studi Deskriptif Mengenai Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar Bali dalam Rangka

Menyambut Hari Raya Nyepi 2015) Oleh :

Patrisia Indriana Sari NIM. 41811058

Skripsi ini dibawah bimbingan :

Olih Solihin S, Sos., M.I.Kom

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Adat Melasti (studi Deksriptif mengenai Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar Bali dalam menyambut Hari Raya Nyepi 2015). Untuk menjawab permasalahan diatas diangkat sub fokus penelitian yang meliputi Penampilan Fisik, Parabahasa, Artefak, Orientasi Ruang, Warna

Metode Penelitian ini adalah metode desriptif kualitatif. Informan penelitian berjumlah 4 (empat) orang. Sebagian besar data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, didukung oleh studi pustaka serta triangulasi data. Adapun teknik analisa data yang digunakan yaitu reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan evaluasi.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa penampilan fisik yakni busana yang dikenakan pada saat pelaksanaan Upacara Adat Melasti yaitu menggunakan busana berwarna putih, serta kampen dan ngudeng, lalu Parabahasa yang terdapat seperti dialek, bahasa, mantra serta kidung. Artefak yang terdapat pada pelaksanaan upacara tersebut seperti Juli, Arca Pertimo, Unggul-unggul naga, payung dan tombak serta Ratu Gede. Lalu Orientasi ruang yakni tempat pelaksanaan upacara tersebut yakni di Pantai Peti Tenget serta di Pura Desa. serta warna yang terdapat pada Canang Sari yang isinya memiliki arti dan maka sendiri

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa makna komunikasi non verbal juga dapat ditemukan dalam tradisi dan budaya, Upacara Adat Melasti adalah salah satunya yang memiliki isi dan makna tersendiri.

Saran, agar masyarakat di Indonesia ikut turut melestarikan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Kata Kunci : Komunikasi Non Verbal, Upacara Adat Melasti, Desa Padang Sambian Denpasar Bali


(3)

13

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang dilakukan dengan peneliti. Dengan demikian peneliti dapat memiliki rujukan pendukung dan juga pelengkap, pembanding serta mendapatkan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Studi Etnografi Komunikasi yang mengkaji Makna Pesan Non Verbal:

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Nama Peneliti Metode

Penelitian

Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian 1 Makna Komunikasi

Non Verbal Dalam Tradisi Siramam Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Erni Sundari (UNIKOM)

Deskriptif Makna

komunikasi non verbal dalam tradisi siraman pada proses pernikahan adat Sunda di kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung. Melalui beberapa tahap yaitu Ekspresi wajah: Penelitia Erni Sundari menjelaskan Ekspresi wajah, waktu dan ruang/tempat, Bau-bauan serta busana untuk menjelaskan makna komunikasi nonverbal sedangkan dalam penelitian ini


(4)

Ujungberung Pengantin mengekpresikan wajah sedih/ serta bahagia, Waktu, Ruang/tempat: yang dilakukan diluar halaman rumah, Gerakan pengantin berjalan dengan perlahan dan penyiraman dan wudhu, Busana: pengantin mengenakan kain/samping dan rompi rangkaian bunga melati, Bau-buan: bunga tujuh rupa (rampe) dan minyak wangi, makna siraman untuk menyucikan lahir dan batin berfokus pada makna penampilan fisik, parabahasa dan artefak untuk menjelaskan makna komunikasi nonverbal

2 Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Benjang Helaran Di Ujungberung Kota Bandung Redi Setiawan (UNIKOM)

Deskriptif Makna perilaku dalam kesenian benjang helaran bisa dilihat dari penggunaan pakaian, pemilihan

gerakan, ekspresi wajah, dan bau-bauan.

Ruang dan Waktu yang dipakai dalam Kesenian benjang helaran dilakukan Penelitian ini Meneliti penggunaan pakaian, pemilihan gerakan, ekspresi wajah, dan bau-bauan.

Ruang dan Waktu dalam menemukan makna komunikasi non verbal sedangkan pada upacara Melasti yang berfokus pada makna


(5)

menurut perhitungan budaya setempat, dalam tempat terbuka dan menyesuaikan dengan waktu yang ditentukan oleh penyelenggara acara penampilan fisik, parabahasa, artefak

3 Makna Komunikasi Non Verbal Dalam

Upacara Adat Penyucian Pusaka

Nyangku di Desa Panjalu

Andhika Anugrah Utama (UNIKOM)

Deskriptif Hasil penelitian ini merujuk bahwa makna upacara adat nyangku adalah untuk mengenang jasa dari Sanghyang Prabu Borosngora dan membersihkan hati para masyarakat Panjalu. Terdapat makna komunikasi non verbal pada perilaku yang ditunjukkan oleh penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh saat pelaksanaan upacara, sentuhan

terhadap benda pusaka, bau-bauan dan juga terdapat makna nonverbal dari tempat dan waktu

penyelenggaraan Upacara Adat Nyangku Penelitian ini meneliti mengenai makna komunikasi non verbal yang berfokus pada penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh saat pelaksanaan upacara, sentuhan

terhadap benda pusaka, bau-bauan dan juga terdapat makna nonverbal dari tempat dan waktu

sedangkan yang peneliti teliti hanya berfokus kepada Penampilan fisik, Parabahasa dan artifaktual


(6)

2.1.2 Tinjauan Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari komunis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna. Jadi, kalau kedua orang terlibat komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

“Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan mengerti bahasanya saja yang lain belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu sendiri. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi tidak dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya. Selain mengerti bahasa yang digunakan juga mengerti makna dari bahan percakapan” (Effendy :2004:9)

Dalam komunikasi merupakan terapan dari bahasa. Bahasa juga berfungsi sebagai identifikasi sosial di dalam suatu masyarakat dengan memberikan indikator-indikator lingusitik yang bisa digunakan untuk mendorong adanya startifikasi sosial. Ciri-ciri linguistik seringkali diterapkan oleh orang, baik secara sadar ataupun tidak, untuk mengidentifikasi mereka sendiri dan orang lain, dan dengan demikian menandai dan mempertahankan kategori dan divisi sosial yang bervariasi. Fungsi-fungsi bahasa memberikan dimensi primer unutk mengkarakterisisasi dan mengorganisasi proses komunikatif dan produk dalam masyarakat, tanpa memahami mengapa bahasa digunakan dalam masyarakat sebagaimana adanya, dan konsekuensi - konsekuensi


(7)

penggunaan bahasa itu, tidaklah mungkin untuk memahami maknanya dalam konteks interaksi sosial.

Adapun menurut Cherry dalam Stuart (1983) sebagaimana dikutip dalam buku Cangara, menyatakan :

“Istilah komunikasi berpangkal pada pendekatan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara 2 orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi”. (Cangara, 2005 : 18)

Berbeda dengan definisi Carl I. Hovland, sebagaimana yang dikutip dalam buku Widjaja, yaitu :

“Ilmu Komunikasi adalah suatu sistem yang berusahan menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap”.

Carl I. Hovland selanjutnya mengemukakan:

“Komunikasi adalah proses dimana seorang individu mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu-individu yang lain”. (Widjaja, 2000:15)

Dalam definisinya mengenai komunikasi itu sendiri, Hovland menyatakan proses komunikasi itu ada suatu rangsangan-rangsangan yang secara sadar atau tidak dapat mengubah dari apa yang dilihat atau dirasakan oleh komunikan. Sehingga komunikasi bukan hanya penyampaian pesan saja melainkan ada perubahan-perubahan yang menjadi tujuan dari pesan yang disampaikan tersebut. Seseorang akan benar-benar dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan di atas. Dalam prosesnya tak luput dari komponen- komponen didalamya yang melakukan serta hal-hal yang mendukung proses tersebut.


(8)

2.1.2.1 Karakteristik Komunikasi

Berdasarkan definisi diatas, maka diperoleh gambaran bahwa komunikasi secara umum memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah suatu proses

Komunikasi sebagai suatu proses memiliki pengertian bahwa komunikasi dilakukan secara berurutan serta berkaitan dengan tindakan yang lainnya. Akan tetapi, yang paling terpenting adalah faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.

2. Komunikasi bersifat transaksional

Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar yang menuntut dua tindakan yaitu menyampaikan dan menerima pesan. Pengertian transaksional juga mengacu pada kondisi dari keberhasilan proses komunikasi yang dilakukan, yang tidak hanya tergantung pada satu pihak saja. Tetapi juga tergantung pada kedua belah pihak yang terlibat.

3. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan

Komunikasi merupakan tindakan yang disadari dan juga disengaja. Selain itu, komunikasi yang dilakukan juga


(9)

memiliki tujuan. Tujuan komunikasi itu mencakup banyak hal tergantung dari keinginan dan harapan dari para pelaku komunikasi. Komunikasi merupakan tindakan yang disadari dan juga disengaja. Selain itu, komunikasi yang dilakukan juga memiliki tujuan. Tujuan komunikasi ini mencakup banyak hal tergantung dari keinginan dan harapan dari para pelaku komunikasi

4. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat

Kegiatan komunikasi akan berjalan dengan baik apabila ada pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Dimana pihak-pihak tersebut terlibat dan mempunyai perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan

5. Komunikasi bersifat simbolik

Komunikasi pada dasarnya merupakan proses pertukaran simbol-simbol yang diberi makna. Lambang yang sering digunakan dalam proses komunikasi ini terdiri dari bahasa verbal dan bahasa nonverbal.

6. Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang

Komunikasi memiliki karakter menembus ruang dan waktu maksudnya adalah para pihak atau pelaku komunikasi yang terlibat tidak harus hadir pada waktu dan tempat yang sama. Kita bisa melakukan komunikasi


(10)

dengan menggunakan media atau sarana lain. (Sendjaja, 2004:1, 13)

2.1.2.2 Komponen Komunikasi

Komunikasi itu sendiri memiliki komponen-komponen yang terdapat pada komunikasi. Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan diatas tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yakni :

1. Komunikator

Dalam komunikasi, komunikator ini memiliki pengertian orang yang membawa, memberikan dan menyampaikan ide atau gagasan yang berupa pesan-pesan. Dimana pesan-pesan tersebut akan disampaikan pada komunikan

2. Pesan

Pesan merupakan keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan yang diberikan bisa berupa data-data, fakta-fakta, kata-kata bahkan bisa berupa simbol dan juga isyarat. Penyampaian pesan bisa dilakukan melalui lisan, face to face, secara langsung atau menggunakan media atau saluran. Adapun pesan yang disampaikan bisa berbentuk persuasif, informatif dan koersif. Bentuk pesan persuasif adalah pesan yang berisi ajakan, bujukan dan juga rayuan. Pesan


(11)

informatif adalah pesan yang berisi informasi, ataupun hal-hal yang baru. Sedangkan pesan koersif adalah pesan yang bersifat memaksa.

3. Media

Dalam melakukan komunikasi, media merupakan alat atau sarana yang menjadi penghubung antara komunikator dengan komunikan dalam meyampaikan pesan. Media komunikasi ini adalah terdiri menjadi dua yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi. Sedangkan media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa. Disebut demikian karena sifatnya yang massal.

4. Komunikan

Komunikan merupakan orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

5. Efek/feed back

Efek atau feed back merupakan hasil dari komunikasi yang dilakukan adapun bentuk-bentuk efek atau feedback yaitu :

a. Efek yang diterima langsung oleh komunikator dan komunikan. Efek ini biasanya berada diluar diri


(12)

komunikator. Efek ini bisa dilihat melalui ekspresi dari komunikan.

b. Internal feedback

Efek yang diterima komunikator yang berasal dari pesan yang kita sampaikan. Efek ini merupakan suatu bentuk intropeksi komunikator dengan melihat ekspresi komunikan.

c. Direct feedback

Efek yang diberikan secara langsung oleh komunikan yang diberikan melalui gerakan tubuh. Hal ini dikarenakan komunikan merasa bosan atau tertarik dengan pesan yang disampaikan.

d. Indirect feedback

Efek yang diberikan tidak secara langsung akan tetapi adanya jeda waktu atau membutuhkan waktu. e. Inferential feedback

Efek yang diterima diberikan berdasarkan penarikan kesimpulan secara umum, akan tetapi tetap relevan dengan pesan yang disampaikan

f. Neliteral feedback

Efek ini bisa terjadi ketika komunikan tidak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh komunikator. Dan begitu juga sebaliknya, efek yang


(13)

diterima oleh komunikator tidak relevam dengan pesan yang disampaikan.

g. Zero feedback

Hal ini berarti bahwa komunikasi yang kita lakukan tidak menghasilkan apapun

h. Positive feedback

Efek ini terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan yang positif.

i. Negative feedback

Efek ini terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator mendapatkan tantangan dari komunikan.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam kehidupan manusia. William I. Gorden dalam buku Dedy Mulyana 2007 hal: 5-33 mengemukakan empat fungsi komunikasi yaitu :

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,


(14)

terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia dipastikan dia akan tersesat, karena ia tidak dapat berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan apapun yang ia hadapi. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, Karena cara-cara berperilaku tersebut didapat dari pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural.

Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu ibarat dua sisi mata uang yang mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi dan komunikasi turut menentukan, memelihara, mengembangkan dan mewariskan budaya.


(15)

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) seseorang. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, simpati,rindu, sedih, takut, marah, prihatin, benci dapat disampaikan melalui bahasa nonverbal. Emosi juga dapat diungkapkan lewat bentuk-bentuk seni, puisi, novel, musik, tarian atau lukisan. Ada banyak cara untuk mengungkapkan perasaan atau emosi yang ada dalam diri kita, namun semua itu tidak bisa lepas dari yang namanya komunikasi.

3. Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab qabul, sungkem, sawer dan sebagainya) hingga upacara kematian.


(16)

Dalam acara acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik dan sarat akan makna. Komunikasi ritual juga kadang-kadang bersifat mistik dan mungkin sulit dipahami oleh orang-orang di luar komunitas tersebut. Namun hingga kapanpun tampaknya ritual akan tetap menjadi kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah, demi pemenuhan jati diri sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta

4. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yakni menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindak, dan juga untuk menghibur. Bila disimpulkan, maka kesemua tujuan tersebut disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.

Sebagai instrument, komunikasi tidak hanya digunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga


(17)

untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi juga berfungsi sebagai instrument untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan materil, ekonomi dan politik yang antara lain dapat diraih lewat pengelolaan kesan, yakni taktik verbal dan nonverbal. Sementara itu tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Itu menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi berperan penting mengantarkan seseorang ke puncak karirnya.

2.1.2.4 Proses Komunikasi A. Proses Komunikasi Primer

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Menurut Onong Uchjana Effendy,


(18)

Proses komunikasi dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni :

“Proses komunikasi secara primer, Proses ini adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan” (Effendy, 2003: 11)

Onong Uchjana Effendy bahwa:

“Bahasa digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi karena dengan jelas bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang untuk dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara terbuka.” (Effendy, 2003: 11)

Apakah penyampaian bahasa tersebut dalam bentuk ide, informasi atau opini mengenai hal yang jelas (kongkret) maupun untuk hal yang masih samar (abstrak), bukan hanya mengenai peristiwa atau berbagai hal yang sedang terjadi melainkan pada waktu dulu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik, tetapi kial ini hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu secara terbatas.

Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang menggunakan alat “kedua” selain bahasa yang biasa digunakan seperti misalnya kentongan sirine dan lain lain. Pengkomunikasian ini juga sangat terbatas dalam menyampaikan pikiran seseorang.


(19)

Warna sama seperti halnya isyarat yang dapat mengkomunikasian dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai pengganti bahasa dengan kemampuannya sendiri. Dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, warna tetap tidak “berbicara” banyak untuk menerjemahkan pikiran seseorang karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam mentrasmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang lebih banyak porsinya digunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak dapat melebihi kemampuan bahasa dalam pengkomunikasian yang terbuka dan transparan. Penggunaan bahasa sebagai “penerjemah” pikiran dapat didukung dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman, tetapi posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih mempertegas maksud dan tujuannya.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat mengutarakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui kata-kata yang tepat dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan adanya makna ganda yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan, dan memungkinkan kesalahan makna yang diterima.


(20)

Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol, gambar dan lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna.

B. Proses komunikasi Sekunder.

“Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.” (Effendy, 2003: 16)

Seseorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang dan waktu.

C. Proses Komunikasi secara Linear

Istilah linear mengandung makna lurus. Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal (Effendy, 2003: 38). Komunikasi linear berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka

D. Proses Komunikasi secara sirkular

Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah terjadinya feedback atau umpan balik


(21)

yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. oleh karena itu ada kalanya feed back tersebut mengalir dari komunikan ke komunikator itu adalah respon atau tanggapan komunikan terhadap pesan yang diterima dari komunikator

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi

Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud disini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, tujuan komunikasi adalah :

1. Perubahan sikap (Attitude Change) 2. Perubahan Pendapat (Opinion Change) 3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)

4. Perubahan Sosial (Sosial Change). (Effendy, 2004:8)

2.1.2.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal A. Definisi Komunikasi Non Verbal

Manusia dipersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebagainya), namun juga melalui perilaku non verbalnya. menurut Knapp dan Hall (Mulyana, 2008:342), isyarat non verbal, sebagaimana simbol verbal, jarang punya makna denotatif yang tunggal, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku berlangsung.


(22)

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Mulyana, 2008:343) menyatakan bahwa :

“Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”. (Mulyana, 2008:343)

Sementara menurut Edward T. Hall dalam (Mulyana, 2008:344)

“Menamai bahasa non verbal sebagai “bahasa diam” (slient language) dan “dimensi tersembunyi” (hiden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan non verbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunkasi, pesan non verbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual. Berssama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan non verbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi”. (Mulyana, 2008:344)

B. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Dilihat dari fungsinya, perilaku non verbal mempunyai beberapa fungsi, Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan non verbal, seperti yang dapat dilukisan dengan perilaku mata, yakni sebagai :

a. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.


(23)

b. Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

c. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.

d. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak di sadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

e. Affect Display. Pembesaran manik mata (upil dilation) menunjukan tingkat emosi.

Lebih jauh lagi, dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku non verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Perilaku non verbal dapat mengulangi perilaku verbal b. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku

verbal

c. Perilaku non verbal dapat menggantikan perilaku verbal d. Perilaku non verbal dapat meregulasi perilaku verbal. e. Perilaku non verbal dapat membantah atau bertentangan

dengan perilaku verbal

C. Klasifikasi Pesan Non Verbal

Perilaku non verbal kita terima sebagai suatu “paket” siap pakai dari lingkungan social kita, khususnya orangtua. Kita


(24)

tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu untuk mengatakan hal lain.

Sebagaimana lambang verbal, asal-usul isyarat non verbal sulit dilacak, meskipun ada kalanya kita memperoleh informasi terbatas mengenai hal itu, berdasarkan agama, sejarah, atau cerita rakyat (folklore).

Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan nonverbal ini dengan berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian.

Pertama, bahasa tanda (sign language) acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tunarungu;

Kedua, bahasa tindakan (action language) semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan;

Ketiga, bahasa objek (object language) pertunjukkan benda, pakaian, dan lambing nonverbal bersifat public lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambar (lukisan), music (misalnya marching band), dan sebagainya, baik secara sengaja maupun tidak.


(25)

Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni;

Pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau -bauan, dan parabahasa;

Kedua, ruang, waktu dan diam. (Mulyana 2005:316-317) Sedangkan Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengklasifikasikan Komunikasi Non Verbal menjadi sembilan kategori yakni;

a. Bahasa Tubuh

Bahasa Tubuh diklasifikasikan lagi menjadi  Isyarat Tangan

 Gerakan Kepala

 Postur Tubuh dan Postur Kaki

 Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata (Deddy Mulyana 2011, 353-378)

b. Sentuhan

Menurut Heslin, terdapat 5 kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hinggayang sangat personal. Kategori tersebut adalah


(26)

 Sosial-sopan

 Persahabatan-kehangatan  Cinta-keintiman

 Rangsangan seksual (Deddy Mulyana, 2011: 380)

c. Parabahasa

Parabahasa atau vokalika merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, serak, suara sengau, suara terputus-putus, suara yang gemetar, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karateristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita (Deddy Mulyana, 2011 : 387)

d. Penampilan Fisik

Setiap orang mempunyai persepsi mengenai tampilan fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan, warna), dan juga ornmen lain yang dipakainya. Seringkali orang memberi makna tertentu pada karateristik orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut dan sebagainya. Penampilan Fisik terbagi menjadi :


(27)

- Busana

- Karakteristik fisik. (Deddy Mulyana, 2011 : 392-397)

e. Bau-bauan

Kita dapat menduga bagaimana sifat seseorang dan selera makanannya atau kepercayaannya berdasarkan bau yang berasal dari tubuhnya dan dari rumahnya (Deddy Mulyana, 2011 : 401)

f. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi

Terbagi menjadi :

- Ruang pribadi vs ruang publik

- Posisi duduk dan pengaturan ruangan (Deddy Mulyana, 2011: 406-410)

g. Konsep Waktu

Waktu menentukan hubungan antar manusia. Edward T.H membedakan konsep waktu menjadi 2, yaitu: waktu monokronik, dan waktu polikronik (Deddy Mulyana, 2011 : 416)

h. Diam

Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita dan juga dapat diberikan makna. John Cage mengatakan tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada untuk dilihat,


(28)

sesuatu untuk didengar. Sebenernya bagaimanapun kita berusaha diam, kita tidak dapat melakukannya. Warna - Dalam tiap budaya terdapat konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian yang layak dipakai ataupun tidak. (Deddy Mulyana, 2011 : 424)

i. Artefak

Benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan. (Deddy Mulyana, 2011 : 433)

j. Warna

Warna bersifat simbolik maka dari itu warna bisa menimbulkan suatu pertikaian (Deddy Mulyana, 2011 : 427)

2.1.4 Definisi Makna

Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan linguistic. Itu sebabnya,beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika merumuskan defenisi komunikasi. misalnya menyatakan “Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih”. (Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss 1994:6),


(29)

Juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson (1979:3),

“Komunikasi adalah proses memahami makna dan berbagi makna”. (Sobur, 2009:255).

Sementara itu Brown dalam buku “Semiotika Komunikasi” Alex Sobur mendefenisikan makna sebagai:

“kecendrungan (disposisi) untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat.”

Dengan kata-kata Brown

“seseorang mungkin menghabiskan tahun-tahunnya yang produktif untuk menguraikan makna suatu kalimat tunggal dan akhirnya tidak menyelesaikan tugas itu”. (Mulyana dalam Sobur, 2009:256).

Tampaknya, kita perlu terlebih dahulu membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah yang nyaris berimpitan antara apa yang disebut

(1)Terjemahan atau translate (2) Tafsir atau interpretasi (3) Ekstrapolasi

(4) Makna atau meaning (Muhadjir dalam Sobur 2009:256) Ada tiga hal yang coba dijelaskan oleh para filsafat dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. ketiga hal itu yakni:

(1) menjelaskan makna kata secara alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah


(30)

(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson, 1977:11).

Dalam kaitan ini Kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi:

(1) kata (2) kalimat

(3) apa yang dibutuhkan pembicara untuk berkomunikasi. (Sobur, 2009:256)

2.1.4.1Makna dalam Komunikasi

Makna Dalam Komunikasi Secara etimologi penjelasan mengenai definisi komunikasi telah banyak diarahkan pada suatu sumber yang sama mengenai asal mulanyayang berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Hal ini menunjukan satu karakteristikyang jelas dari makna yang relevan dengan komunikasi manusia adalah “kebersamaan”: makna yang berkaitan dengan komunikasi padahakikatnya merupakan fenomena sosial. Aubrey Fisher menjelaskan mengenai konsepsi makna dalamhubungannya sebagai inisiasi dalam komunikasi, bahwa

“Makna, sebagai konsep komunikasi, mencakup lebih daripada sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman aspek-aspek pemahamanyang secara bersama dimiliki para komunikator.” (Fikri, 2011: 56).


(31)

Akan tetapi, aspek kebersamaan tersebut tidak harus menunjukanbahwa semua peserta dalam proses komunikatif memiliki pemahamanyang identik dengan lambing atau pikiran-pikiran (atau apapun), namunbahwa pemahman tertentu menjadi milik bersama mereka semua.Tanpa adanya suatu derajat tentang apa yang disebut Goyer dalam kutipan Fisher, yakni

“Kebersamaan makna (commonality of meaning) yakni pemilikan pengalaman secara bersama. (Fikri, 2011: 56).

Aspek makna yang fundamental sebagaimana terdapat dalam komunikasi manusia adalah alat sosialnya keumumannya atau konsnensus atau kebersamaannya dari makna-makna individual. Faham tentang makna bersama sebagaian besar memasuki setiap perfektif komunikasi manusia, tetapi hal ini tidak berarti bahwa tinjauan komunikasi manusia tentang “makna bersama” itu sama. Dalam kenyataannya, konsepsi tentang kebersamaan tersebut berbeda-bedadiantara berbagai sudut penciptaan dan pemaknaannya

2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat

Upacara merupakan serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain: upacara penguburan, upacara


(32)

perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia pada masa lalu dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat merupakan warisan nenek moyang kita.

Selain melalui mitologi dan legenda, cara yang dapat dilakukan untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997:1).

Upacara adat tradisional adalah peraturan hidup sehari-hari ketentuan yang mengatur tingkah anggota masyarakat dalam segala aspek kehidupan manusia. Pengertian adat adalah tingkah laku dalam suatu masyarakat (sudah, sedang, akan) diadakan. Wahyudi Pantja Sunjata (1997:2), mengatakan upacara tradisional merupakan bagian yang integral dari tradisi masyarakat pendukungnya dan kelestariannya, hidupnya dimungkinkan oleh fungsi bagi kehidupan masyarakat pendukungnya. Penyelanggaraan upacara tradisional itu sangat penting artinya bagi pembinaan sosial budaya warga masyarakat yang bersangkutan. Norma-norma dan nilai-nilai budaya itu secara simbolis ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk upacara yang dilakukan oleh seluruh masyarakat pendukungnya.


(33)

Pelaksanaan upacara adat tradisioanal termasuk dalam golongan adat yang tidak mempunyai akibat hukum, hanya saja apabila tidak dilakukan oleh masyarakat maka timbul rasa kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang menimpa dirinya. Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun menurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri, seperti upacara perkawinan, upacara labuhan. Upacara adat yang dilakukan di daerah sebenarnya juga tidak lepas dari unsur sejarah.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok masalah penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

Kerangka pemikiran merupakan pemetaan (mind maping) yang dibuat dalam penelitian untuk mengambarkan alur pikir peneliti. Tentunya kerangka pemikiran memiliki esensi tentang pemaparan hukum atau teori yang relevan dengan masalah yang diteliti dan berdasarkan teknik pengutipan yang benar. Dengan kerangka pemikiran, memberikan dasar pemikiran bagi peneliti untuk diangkatnya sub fokus penelitian, serta adanya landasan teori sebagai penganut peneliti.


(34)

Dalam kegiatan Upacara Adat Melasti syarat akan makna komunikasi nonverbal dalam tiap prosesi pelaksanaan upacara tersebut. Komunikasi nonverbal itu sendiri pada intinya menitikberatkan pada semua tindak komunikasi diluar komunikasi lisan, atau lengkapnya menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan dari individu dan penggunaan lingkungan individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2010 : 343)

Komunikasi Non Verbal merupakan komunikasi yang menggunakan isyarat seperti gerakan tangan, gerakan tubuh dan mencakup semua rangsangan dan juga mempunyai pesan potensial bagi pengirim maupun penerima pesan. Dari pengertian diatas Peneliti mengambil 5 sub fokus dari 9 klasifikasi Komunikasi Non Verbal yang diungkapkan oleh Deddy Mulyanan, yakni Penampilan Fisik, Parabahasa, Artefak, Orientasi Ruang, Warna untuk melakukan penelitian yang akan diteliti

Dalam kerangka teoritis ini selain menggunakan teori dari Deddy Mulyana mengenai pengklasifikasian pesan non verbal penelitian ini pun ditambah oleh pemikiran peneliti sendiri yang digunakan sebagai landasan penelitian mengenai Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Melasti, dimana Upacara Adat yang berasal dari Desa Padang Sambian Denpasar Bali merupakan suatu tradisi yang mengandung pesan -pesan


(35)

nonverbal yang tentu saja ada makna yang berbeda bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi nonverbal lainnya.

Komponen dari konsep dan hasil pemikiran peneliti diadaptasikan kedalam model dibawah ini, hal ini untuk mempermudah dan menggambarkan proses terjadinya pesan-pesan komunikasi nonverbal yang terdapat dalam Upacara Adat Melasti di kebudayaan masyarakat Desa Padang Sambian Denpasar, Bali yang urutannya berkaitan satu sama lain sehingga menjadikan informasi yang lebih efektif dan terencana, seperti model bagan di bawah ini :


(36)

Upacara Adat Melasti Masyarakat di Desa Padang

Sambian

Komunikasi Non Verbal

Alur Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Sumber, Peneliti 2015

Penampilan Fisik Parabahasa

Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Melasti di Desa Padang Sambian

Denpasar, Bali

Artefak Orientasi

Ruang


(37)

50

Pada desain penelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan pendekatan secara Kualitatif dimana untuk mengetahui dan mengamati segala hal yang menjadi ciri sesuatu hal. Bogdan dan Taylor dalam buku Lexy J Moleong mengatakan:

“Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic ( utuh ). Dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. ( Moleong, 2007 : 4 )

Adapun menurut penulis pada buku kualitatif lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Denzin dan dalam buku Lexy Moleong, menyatakan:

“Bahwa penelitian kualitatif adalah penlitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada” (Moleong, 2007:5) Adapun pengertian kualitatif lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Denzin dan Lincoln dalam Moleong, menyatakan:

“Bahwa penelitian kualitatif adalah penlitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada” dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang


(38)

biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen”. (Moleong, 2007:5)

Sedangkan Definisi penelitian deskriptif menurut Elvinaro :

“Metode Deskriptif menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (Natural Setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi ia tidak berusaha untuk memanipulasi variabel” (Elvinaro, 2010:60)

Menurut Definisi Creswell dalam buku “Metode Penelitian Public Relation” metode deskriptif-kualitatif termasuk paradigma penelitian positivistik. Asumsi dasar yang menjadi inti paradigma penelitian post-positivisme adalah

a. Pengetahuan bersifat konjektural dan tidak berlandaskan apapun.

b. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring sebagian klaim tersebut menjadi klaim-kalim lain yang kebenarannya jauh lebih kuat.

c. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti dan pertimbangan logis. d. Penelitian harus mampu mengembangkan pernyataan yang

relevan dan benar, pernyataan yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan

e. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif. (Burbules, dalam Creswell, 2010 : 10)


(39)

Dalam melakukan suatu penelitian sangat diperlukan perencanaan dan perancangan dalam penelitian, agar penelitian dapat berjalan lancar, baik dan sistematis.

Berdasarkan penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan terhadap pengumpulan data sehingga dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan melakukan perancangan dan perencanaan. Maka langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan menjadi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar, Bali

2. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis mengenai Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar, Bali. Dalam penelitian ini menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

a. Penampilan Fisik b. Parabahasa c. Artefak

d. Orientasi Ruang e. Warna


(40)

3. Memilih Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara yaitu dengan pengumpulan data melalui studi Lapangan antara lain wawancara mendalam, observasi, dokumentasi serta studi pustaka yakni dari sumber lain seperti buku

3.2Informan Peneliti

Pemilihan informan-informan pada penlitian ini menggunakan teknik purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Rachmat Kriyantoro dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi adalah:

“Persoalan utama dalam teknik purposive sampling dalam menentukan kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Beberapa riset kualitatif sering menggunakan teknik ini dalam penelitian observasi eksploratoris atau wawanacara mendalam. Biasanya teknik ini dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan” (Kriyantoro, 2007: 154-155) Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah orang-orang yang dipilih oleh peneliti yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Para informan penelitian tersebut adalah Pemangku Adat dan Masyarakat Desa Padang Sambian


(41)

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Nama Umur Keterangan

1. Pak Wayan Sutrisno 42 tahun Pemangku adat

2.

Ni Wayan Septiniya Eka Pratiwi

28 tahun Pemangku adat permpuan

3. Ni Made Susyari 18 tahun

Masyarakat Desa Padang Sambian

4. Mas Made 32 tahun

Masyarakat Desa Padang Sambian

Sumber, Peneliti 2015

Alasan peneliti memilih Informan

a. Pak Wayan Sutrisno

Pak Wayan adalah salah satu pemangku adat dari Desa Padang Sambian tepatnya dari Pura Taman Sekar Paibon, Pak Wayan sendiri diyakini mengetahui dengan jelas mengenai Upacara Adat Melasti. Pak Wayan adalah Pemangku Adat yang dipilih berdasarkan warga disekitar Pura Taman Sekar Paibon


(42)

Mbok Eka adalah salah satu Pemangku Adat perempuan dari Desa Padang Sambian tepatnya dari Pura Taman Sekar Paibon, Mbok Eka pun mengetahui dengan jelas mengenai Upacara Adat Melasti. Mbok Eka adalah Pemangku Adat yang dipilih oleh Roh Leluhur warga Pura Taman Sekar, dipilih dengan cara kerasuki Roh Leluhur tersebut. c. Ni Made Susyari

Ni Made Susyari atau biasa disapa Arik adalah salah satu warga Padang Sambian yang diyakini bisa memberikan informasi mengenai Upacara Adat Melasti yang biasa dilakukan di Desanya.

d. Mas Made

Mas Made adalah salah satu warga Padang Sambian yang diyakini bisa memberikan informasi mengenai Upacara Adat Melasti yang biasa dilakukan di Desanya.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk dianalisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut:

3.3.1 Studi Lapangan

Adapun studi lapangan yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang valid dan faktual yang diharapkan


(43)

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan mencakup beberapa cara diantaranya yakni:

1. Wawancara mendalam

Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung, salah satunya adalah melalui wawancara.

Menurut Berger (2000:11) dalam buku Rachmat Kriyantoro, menyatakan Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi dan informan-seseorang uang diasumsikan mempunyai informasi paling penting tentang suatu objek. Wawancara dibagi dua :

a. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara mendalam (depth interview), atau b. Wawancara secara intensif (intensive interview) dan

kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. (Kriyantoro, 2007:96)

Maka, dalam hal ini peneliti pun mengumpulkan data-data dengan salah satu caranya melalui wawancara untuk mendapatkan informasi yang benar-benar relevan dari narasumber terkait. Wawanacara akan dilakukan kepada


(44)

Pemangku Adat upacara Melasti serta kepada masyarakat Desa Padang Sambian

1. Observasi Partisipan

Di dalam hal ini observer ikut terjun langsung ke lapangan sebagai partisipan yang mengikuti Upacara Melasti tersebut.

2. Dokumentasi

Memuat data-data pada penelitian sebagai upaya untuk menafsirkan segala hal yang ditemukan dilapangan, perlu adanya dokumentasi-dokumentasi dalam berbagai versi.

Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti turut mendokumentasikan segala kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan dalam menyambut Upacara Melasti di Desa Padang Sambian.


(45)

3.3.2 Studi Pustaka

Memahami apa yang diteliti, maka upaya untuk menjadikan penelitian tersebut baik. Perlu adanya materi-materi yang diperoleh dari pustaka-pustaka lainnya. Menurut J.Supranto dalam buku Rosadi Ruslan, mengemukakan:

“Studi pustaka adalah “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan materi data atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan” (Ruslan, 2003:31)

a. Tinjauan pustaka

Mengumpulkan data melalui buku-buku literatur dan sumber data lainnya, dilengkapi dengan pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan dibahas untuk mendapatkan data teoritis yang akan dijadikan sebagai bahan pembanding dalam pembahasan masalah. Seluruh data yang telah diperoleh melalui cara ini merupakan data yang disajikan dengan cara mengutip dan mengungkapkan kembali teori-teori yang ada yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan demi menunjang kesempurnaan dari hasil penelitian.

3.4Teknik Analisis Data

Teknik Analisa Data merupakan suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keeluruhan. Menurut Bodgan & Baiklen bahwa :


(46)

“Analisis dara kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2005:248)

Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat serta untuk membentuk kerangka teori baru.

Data yang dikumpulkan diperiksa kembali bersama-sama dengan informan, langkah ini memungkinkan dilihat kembali akan kebenaran informasi yang dikumpulkan, selain itu juga dilakukan cross check data kepada narasumber lain yang dianggap faham terhadap masalah yang diteliti, sedangkan triangulasi metode dilakukan untuk mencocokan informasi yang diperoleh dari satu teknik pengumpulan data (wawancara mendalam) dengan teknik yang lainnya (observasi), terkait dengan itu menurut Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar dibawah ini :


(47)

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisa Data Kualitatif

1) Reduksi Data (data reduction)

Merupakan kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian selanjutnya data dikelompokan sesuai topik masalah. Dalam Pelaksanaan di lapangan peneliti mengumpulkan beberapa data dari informan tentang informasi mengenai Upacara Adat Melasti, setelah itu peneliti memilih beberapa data yang menurut peneliti sesuai dengan topik yang peneliti butuhkan guna menunjang penelitian ini.

2) Pengumpulan Data(data collection)

Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian. Setelah mendapatkan informasi dari

Data

Collection

Data

Display

Data

Reduction

Conclution,

Drawing &


(48)

informan mengenai Upacara Adat Melasti lalu peneliti mengumpulkan data untuk kemudian dijelaskan dalam berbentuk narasi

3) Penyajian Data (data display)

Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti. Setelah mengumpulkan Data dari informan mengenai Upacara Adat Melasti dalam bentuk narasi setelah itu peneliti menyajikan data tersebut.

4) Menarik Kesimpulan

Merupakan verifikasi berdasarkan reduksi, interprestasi dan penyajian data yang telah dilakukan pada tahap sebelumya selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan akan bertolak belakang dengan hal-hal yang khusus sampai pada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum. Sedangkan Miles berpendapat bahwa :

“Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan dilapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya,

kekokohannya dan kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya”. (Miles 1992:20)

Kesimpulan merupakan hasil dari seluruh penelitian yang peneliti lakukan berdasarkan hasil dari informan dan berdasarkan pengamatan peneliti selama berada dilapangan pada saat Upacara Adat Melasti.


(49)

5) Evaluasi

Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian

Dari kelima tahap analisis data diatas setiap bagian-bagian yang ada di dalamnya berkaitan satu sama lainnya, sehingga saling berhubungan antara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Analisis dilakukan secara continue dari pertama sampai akhir penelitian, untuk mengetahui makna komunikasi nonverbal dalam Upacara Melasti.

3.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan Data yang akan dilakukan dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2010:270) cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi data, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan membercheck. Tetapi memilih beberapa saja sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian yang dilakukan.


(50)

1. Meningkatkan Ketekunan (Persistent observation)

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak. (Sugiyono, 2010:272

2. Triangulasi

Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara megecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2010:273).


(51)

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.6.1 Lokasi

Lokasi yang menjadi tempat penelitian berada di Denpasar tepatnya daerah Denpasar Barat yakni Desa Padang Sambian.

3.6.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Maret sampai dengan Bulan Agustus 2015 dan waktu observasi peneliti melakukan penelitian selama satu minggu penuh selama bulan Maret 2015


(52)

Tabel 3.2 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015 Agustus 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan

judul 2 Penulisan

Bab 1 Bimbingan 3 Penulisan

Bab 2 Bimbingan 4 Penulisan

Bab 3 Bimbingan 5 Seminar UP 6 Pengumpulan

data 7 Penulisan

Bab IV 8 Penulisan

Bab v Bimbingan 9 Penyusunan

Bab 10 Sidang

kelulusan


(53)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Patrisia Indriana Sari

41811058

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(54)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 8

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan penelitian teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan penelitian praktis ... 10


(55)

ix

2.1 Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 13

2.1.2 Tinjauan Komunikasi ... 16

2.1.2.1Karakteristik Komunikasi ... 18

2.1.2.2Komponen Komunikasi ... 20

2.1.2.3Fungsi Komunikasi ... 23

2.1.2.4Proses Komunikasi ... 27

2.1.2.5Tujuan Komunikasi... 31

2.1.2.6Tinjauan Komunikasi Non Verbal ... 31

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya ... 38

2.1.3.1Fungsi Komunikasi Antar Budaya ... 39

2.1.4 Definisi Makna ... 42

2.1.4.1Makna dalam Komunikasi ... 43

2.1.5 Tinjauan Tentang Upacara Adat ... 45

2.2 Kerangka Pemikiran ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 50

3.2 Informan Peneliti ... 53

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 55


(56)

x

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 65

3.6.1 Lokasi ... 65

3.6.2 Waktu Penelitian... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 66

4.1.1 Gambaran Objek Penelitian ... 66

4.1.2 Deskripsi Informan Penelitian ... 74

4.1.3 Analisa Hasil Penelitian ... 80

4.1.3.1 Penampilan Fisik dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar bali ... 82

4.1.3.2 Parabahasa dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar bali ... 85

4.1.3.3 Artefak dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar bali ... 88

4.1.3.4 Orientasi Ruang dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar bali ... 94

4.1.3.5 Warna dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar bali ... 98


(57)

xi

4.2 Pembahasan ... 103

4.2.1 Penampilan Fisik dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar Bali ... 104

4.2.2 Parabahasa dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar Bali ... 105

4.2.3 Artefak dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar Bali ... 108

4.2.4 Orientasi Ruang dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar Bali ... 113

4.2.5 Warna dalam Upacara Adat Melasti di Desa Padang Sambian Denpasar Bali... 117

4.2.6 Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Adat Melasti…….120

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 122

5.1.1 Penampilan Fisik ... 122

5.1.2 Parabahasa ... 122


(58)

xii

5.1.6 Makna Komunikasi Non Verbal dalam Upacara Adat Melasti ... 124

5.2 Saran ... 124

5.2.1 Universitas ... 125

5.2.2 Mahasiswa ... 125

5.2.3 Masyarakat Umum ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN ... 128


(59)

xiii

Tabel 4.1 Pedoman Observasi ... 73


(60)

xiv

Gambar 4.1 Pura Taman Sekar ... 73

Gambar 4.2 Wayan Sutrisno ... 76

Gambar 4.3 Ni Wayan Septiniya Eka Pratiwi ... 78

Gambar 4.4 Ni Made Susyari ... 79

Gambar 4.5 Bli Made ... 80

Gambar 4.6 Busana yang digunakan pada saat Upacara Adat Melasti ... 85

Gambar 4.7 Saat Pemangku menyanyikan kidung ... 88

Gambar 4.8 Juli yang ada di Desa Padang Sambian ... 90

Gambar 4.9 Arca Pertimo ... 91

Gambar 4.10 Gambar unggul-unggul dan tombak ... 92

Gambar 4.11 Ratu Gede ... 93

Gambar 4.12 Payung sebagai sarana pelengkap Upacara ... 94

Gambar 4.13 Pura Desa Padang Sambian ... 96

Gambar 4.14 Pantai Peti Tenget... 96

Gambar 4.15 Posisi Duduk di pinggir pantai ... 98


(61)

xv

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan ... 129

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Pembimbing mengikuti SUP ... 130

Lampiran 4 Lembar Revisi UP ... 131

Lampiran 5 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 132

Lampiran 6 Surat Rekomendasi Pembimbing untuk Mengikuti Sidang Sarjana . 133 Lampiran 7 Lembar Revisi Skripsi ... 134

Lampiran 8 Pedoman Observasi ... 135

Lampiran 9 Hasil Observasi ... 137

Lampiran 10 Jadwal Wawancara ... 139

Lampiran 11 Pedoman Wawancara ... 140

Lampiran 12 Transkrip Hasil Wawancara ... 143

Lampiran 13 Dokumentasi ... 169


(62)

126

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relation – Kuantitatif dan Kualitatif: Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Maruli, Sihol 2010. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi. Bandung: Perpustakaan UNIKOM.

Meleong, Lexy.2007. Metode Penelitian Kualitatif . PT Rosda karya, Bandung

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana,Deddy. 2007. Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta

Widjaja. 2000 Ilmu Komunikasi Pengantar , Jakarta : Rineka Cipta


(63)

Skripsi :

Erni Sundari. Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Tradisi Siramam Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung. (Studi Deskriptif mengenai Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Tradisi Siramam Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung)

Redi Setiawan. Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Benjang Helaran Di Ujungberung Kota Bandung. (Studi Deskriptif mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Benjang Helaran Di Ujungberung Kota Bandung)

Andhika Anugrah Utama. Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku di Desa Panjalu. (Studi Deskriptif mengenai Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku di Desa Panjalu)

SumberLain :


(64)

1. Nama : Patrisia Indriana Sari 2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat/Tgl Lahir : Medan, 02 Desember 1993 4. Agama : Kristen Protestan

5. Alamat Lengkap : Jl. Antara Raya No 77 Rt 10 Rw 10 6. No telepon/Hp : 089629167606

7. Email : patriciaaindri1@gmail.com

8. Riwayat Pendidikan :

1999- 2004 : SD Melania Jakarta

2005 : SD Mogallana Bekasi

2005- 2008 : SMP Mogallana Bekasi 2008- 2011 : SMAN 4 Bekasi


(65)

DATA KEIKUTSERTAAN DALAM PELATIHAN SEMINAR

NO Nama Kegiatan

1. Jurnalisme Kreatif bersama Jejak Petualang 2 Pesta Wirausaha Bandung

3 Tribute to Aids

4 Citizen Journalism

5 Anti Plagiarisme

6 Broadcasting Workshop Part I 7 Broadcasting Workshop Part II 8 The Art Of Journalism 3

9 Rangkaian Kegiatan Peringatan 60 Tahun KAA

DATA PENGALAMAN KERJA

NO Pekerjaan Tahun

1 Humas Dinas Pendidikan Jawa Barat 2014

KEMAMPUAN

Kemampuan Bahasa Inggris (Lbbt Lia Bandung)

Kemampuan Komputer (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. PowerPoint, Ms. Access MS, Publisher dan Internet)


(66)

i

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan karunia-Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu.

Dalam menyusun Skripsi ini, peneliti cukup mengalami beberapa hambatan dan kesulitan. Terbatasnya kemampuan, peneliti, dan wawasan menjadi hambatan besar dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat kerja keras dan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang dapat membangun peneliti sangat diharapkan

Peneliti sangat berterima kasih kepada kedua orang tua peneliti yang tidak pernah bosan memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti selama ini. Terima kasih kepada bapak dan ibu peneliti yang sangat dicintai dan selalu menjadi inspirasi serta motivasi bagi peneliti.

Tidak lupa juga, peneliti pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(67)

ii

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unikom yang telah memberi kemudahan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini

2. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom yang memberikan pengarahan sebelum peneliti melakukan Skripsi

3. Bapak Olih Solihin, Sos., M.I.Kom. selaku pembimbing dalam penyusunan Skripsi yang telah meluangakan waktunya untuk memberikan koreksi dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini. 4. Yth. Ibu Tine Agustin W, S.I.Kom selaku Dosen Wali Peneliti dan

Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom yang memberikan saran dan masukan kepada peneliti sebelum melakukan Skripsi ini.

5. Rekan-rekan IK-2 2011 dan IK – Humas 1 yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Sepenuhnya peneliti menyadari, bahwa Skripsi ini masih punya celah di sana-sini. Karenanya, saran, masukan, gagasan dan kritik dengan lapang hati peneliti terima. Adalah harapan peneliti bahwa Skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Terimakasih dan Salam Sejahtera

Bandung, April 2015 Peneliti

Patrisia Indriana NIM. 41811058


(68)

(69)

(1)

128

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Patrisia Indriana Sari 2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat/Tgl Lahir : Medan, 02 Desember 1993 4. Agama : Kristen Protestan

5. Alamat Lengkap : Jl. Antara Raya No 77 Rt 10 Rw 10 6. No telepon/Hp : 089629167606

7. Email : patriciaaindri1@gmail.com 8. Riwayat Pendidikan :

1999- 2004 : SD Melania Jakarta 2005 : SD Mogallana Bekasi 2005- 2008 : SMP Mogallana Bekasi 2008- 2011 : SMAN 4 Bekasi


(2)

129

DATA KEIKUTSERTAAN DALAM PELATIHAN SEMINAR

NO Nama Kegiatan

1. Jurnalisme Kreatif bersama Jejak Petualang

2 Pesta Wirausaha Bandung

3 Tribute to Aids

4 Citizen Journalism

5 Anti Plagiarisme

6 Broadcasting Workshop Part I 7 Broadcasting Workshop Part II

8 The Art Of Journalism 3

9 Rangkaian Kegiatan Peringatan 60 Tahun KAA

DATA PENGALAMAN KERJA

NO Pekerjaan Tahun

1 Humas Dinas Pendidikan Jawa Barat 2014 KEMAMPUAN

Kemampuan Bahasa Inggris (Lbbt Lia Bandung)

Kemampuan Komputer (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. PowerPoint, Ms. Access MS, Publisher dan Internet)


(3)

i

KATA PENGANTAR Salam Sejahtera,

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan karunia-Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu.

Dalam menyusun Skripsi ini, peneliti cukup mengalami beberapa hambatan dan kesulitan. Terbatasnya kemampuan, peneliti, dan wawasan menjadi hambatan besar dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat kerja keras dan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang dapat membangun peneliti sangat diharapkan

Peneliti sangat berterima kasih kepada kedua orang tua peneliti yang tidak pernah bosan memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti selama ini. Terima kasih kepada bapak dan ibu peneliti yang sangat dicintai dan selalu menjadi inspirasi serta motivasi bagi peneliti.

Tidak lupa juga, peneliti pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(4)

ii

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unikom yang telah memberi kemudahan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini

2. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom yang memberikan pengarahan sebelum peneliti melakukan Skripsi

3. Bapak Olih Solihin, Sos., M.I.Kom. selaku pembimbing dalam penyusunan Skripsi yang telah meluangakan waktunya untuk memberikan koreksi dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini. 4. Yth. Ibu Tine Agustin W, S.I.Kom selaku Dosen Wali Peneliti dan

Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom yang memberikan saran dan masukan kepada peneliti sebelum melakukan Skripsi ini.

5. Rekan-rekan IK-2 2011 dan IK – Humas 1 yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Sepenuhnya peneliti menyadari, bahwa Skripsi ini masih punya celah di sana-sini. Karenanya, saran, masukan, gagasan dan kritik dengan lapang hati peneliti terima. Adalah harapan peneliti bahwa Skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Terimakasih dan Salam Sejahtera

Bandung, April 2015 Peneliti

Patrisia Indriana NIM. 41811058


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Makna Komunikasi Non Verbal Helm Minor Fighter Bagi Para Penggunanya di Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Makna komunikasi non Verbal Helm Minor Fighter Bagi Para Penggunanya di Kota Bandung)

0 9 2

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Saraswati Di Bali

0 18 95

Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran Sisingan pada Masyarakat Desa Tambak Mekar di Kabupaten Subang (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran)

1 59 110

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Pagerwesi (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya Pagerwasi Di Desa Patemon Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)

2 29 101

Makna Pesan Non Verbal dalam Kesenian Gembyung di Kabupaten Subang(Studi Deskriptif Mengenai makna Pesan Non Verbal dalam Kesenian Gembyung di Kabupaten Subang)

2 41 121

Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Tradisi Siramam Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung

1 33 149

Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku di Desa Panjalu

3 38 118

MAKNA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM TRADISI SARUNGAN DI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

1 2 12

MAKNA SIMBOLIK UPACARA MELASTI DALAM SOSIALISASI NILAI MORAL PADA REMAJA HINDU DI KOTA PALU

0 0 12