3
beberapa  teman  lain,  saya  mulai paham
d.  Apa  yang  saya  dengar,  lihat, diskusikan  dan  lakukan,  saya
memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan
e.  Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Terdapat  beberapa  alasan  yang kebanyakan
orang cenderung
melupakan  apa yang  mereka
dengar.  Salah  satu  alasan  yang paling  menarik  adalah  perbedaan
tingkat  kecepatan  berbicara  para pengajar
dengan tingkat
kemampuan  siswa  mendengarkan Mel Sibermen, 2009: 23-24.
2.  Unsur-unsur  dalam  Pembelajaran Active Learning
Menurut James
Bellanca 2009,  pada  tingkat  paling  tinggi,
pembelajaran aktif
memanfaatkan keterlibatan  proses  berpikir  siswa
dalam  mengumpulkan  informasi  baru, melahirkan
ide-ide baru,
dan menerapkan  ilmu  yang  dimiliki.  Ada
lima unsur
dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran
efektif khususnya  bila  melibatkan  siswa
sebagai  pemikir  yaitu:  memusatkan perhatian, struktur kooperatif, mediasi,
transfer, dan penilaian diri.
a.  Aktivitas memusatkan perhatian Dalam
kelas dengan
jumlah  siswa  yang  banyak,  guru pembelajaran  aktif  harus  me-
rancang bahan pelajaran dan tugas- tugas  yang  memungkinkan  siswa
mengumpulkan
informasi berdasarkan
berbagai strategi
kecerdasan yang
dimilikinya. Strategi-strategi
tersebut akan
memusatkan  perhatian  siswa  yang malas
pada pelajaran
yang dihadapinya  dan  mengajak  siswa
menanggapi minatnya.
Ada beberapa
taktik dan
strategi sederhana  supaya  guru  dapat
merangsang perhatian
siswa, misalnya
menggunakan per-
tanyaan  bertingkat  tiga,  pikir- pasang-bagi,
menjawab ber-
gantian,  atau  soal  acak  untuk memacu  tanggapan  siswa  dan
meningkatkan pengumpulan
informasi untuk bahan pelajaran. b.  Struktur kooperatif
Guru  pembelajaran  aktif harus  merancang  pengajaran  yang
akan  melibatkan  siswa  dalam tugas praktis dan kooperatif sesuai
dengan  kecerdasan  yang  akan dituju  dan  sasaran  kurikulum.
Guru
membentuk kelompok-
kelompok  siswa  dengan  tugas  dan peran
tertentu, membimbing
partisipasi  aktif  siswa,  menguji pemahaman
siswa, mengukur
peranan  dan  pengetahuan  yang diperoleh siswa, dan menempatkan
ruang  gerak  yang  sesuai  bagi siswa.  Siswa  mempelajari  bahan
pelajaran dalam struktur kooperatif dan  interpersonal,  melaksanakan
peran  yang  ditugaskan,  membantu siswa  lainnya  belajar,  dan  berbagi
tanggung
jawab untuk
menyelesaikan tugas-tugas
kelompoknya.  Berdasarkan  kecen- derungan  mereka  dalam  memilah
bahan  pelajaran,  guru  membuat kelompok-kelompok
dengan jumlah  anggota  berbeda  misalnya
berdua,  bertiga,  berempat  atau berlima,  kelompok  formal  atau
informal,  dam  kelompok  siswa dengan  bakat  dan  kemampuan
berbeda.  Dapat  juga  dibentuk kelompok
beranggota siswa
dengan minat,
bakat dan
kemampuan setara.
Dengan memilah  bahan  pelajaran  guru
dapat  memanfaatkan  bermacam- macam  kriteria  untuk  mencampur
kelompok-kelompok  yang  telah dibentuk.  Umumnya  kelompok-
kelompok  kooperatif  ini  dicampur berdasarkan
kemampuan akademisnya.  Kelompok  ini  dapat
juga  dicampur  berdasarkan  jenis kelamin,  kekhususan  dan  minat,
kecerdasan, dan usaha belajar.
4
c.  Mediasi Guru  menjembatani  keber-
hasilan setiap
siswa dalam
menyelesaikan pelajarannya
dengan  berbagai  cara.  Pada  setiap cara tersebut  selalu  termuat  minat,
timbal balik,
makna dan
keutamaan. Guru
juga dapat
menjembatani tantangan,
daya saing, serta sikap dan tingkah laku
yang  akan  diambil  siswa.  Pada saat  lainnya,  guru  menantang
siswa  untuk  berubah,  mengartikan arahan,  memupuk  sikap  berbagi,
dan
mendorong sikap
pengendalian diri. d.  Pengendalian diri
Jika  suasana  mendorong pembelajaran  aktif,  siswa  akan
lebih  siap  menerima  norma-norma keterlibatan  aktif  dan  harapan
belajar  lebih  cerdas.  Tidak  ada strategi  berdasarkan  riset  yang
menjadikan  guru  lebih  mudah untuk
membentuk norma
keterlibatan  aktif  kecuali  dengan pembelajaran  kooperatif  Bellanca
dan  Forgarty,  1991.  Dalam  edisi ini, Anda akan menemukan bahwa
sebagian  besar  kegiatan  dibentuk melalui  penggunaan  pembelajaran
kooperatif  secara  formal  dan informal  sebagai  sarana  yang
memungkinkan  guru  membentuk komunitas pembelajaran yang kuat
yang  dapat  berbagi  nilai  dan harapan.
Saat guru
membangun komunitas  pembelajaran  di  kelas,
guru  dapat  menggunakan  strategi dan taktik pembelajaran kooperatif
untuk berbagai tujuan:
1  Untuk menangkap timbal balik siswa  di  awal  pelajaran  atau
tugas  dengan  segera  memicu keterlibatan
siswa bersama
temannya dalam
tugas kooperatif
informal seperti
gambar-pasang-bagi, atau
tugas kolaborasi formal  seperti membuat
kumpulan rang-
kuman pelajaran-pelajaran
sebelumnya. 2  Membangun
saling ketertarikan  di  antara  masing-
masing  siswa  yang  berbeda dengan membentuk kelompok-
kelompok  yang  akan  selalu bekerja sama, membangun rasa
saling
percaya, dan
mengajarkan keterampilan
sosial pada kelompok. 3  Menggunakan
kelompok- kelompok  tugas  kooperatif  be-
serta  panduan,  peran,  tujuan bersama,  dan  elemen-elemen
lainnya  agar  setiap  siswa dalam  kelompok  turun  tangan
mengerjakan
tugas-tugas dalam
pelaksanaan pem-
belajaran. 4  Untuk  membaurkan  siswa-
siswa  yang  cara  belajar  dan mengerjakan
tugas-tugasnya saling  berbeda,  hingga  mereka
mulai  membentuk  komunitas pelajar  yang memiliki cakupan
luas
dan rasa
saling ketertarikan.
Dengan pengalaman
bekerja  sama  setiap  hari,  siswa membuat  komunitas  kelas  yang
memenuhi  kriteria  seperti  yang ditetapkan oleh Roger Johnson dan
David  Johnson  1991  sebagai komunitas
kerjasama atau
komunitas  kolaboratif  Komunitas kelas tersebut memiliki:
1  Hubungan  interpersonal  yang kuat,.
2  Rasa  tanggung  jawab  setiap individu,
3  Berbagi  tujuan,interaksi  tatap muka  dan  tukar  pikiran  setiap
hari, dan 4  Berbagi  penilaian  mengenai
proses pembelajaran
yang menghasilkan  arahan  untuk
tugas harian. Pengajaran  yang  bergerak  dari
aktivitas  pasif  menjadi  keterlibatan aktif  pemikiran  siswa,  bukanlah  hal
5
yang  terjadi  serta  merta  secara  ajaib. Keterlibatan  aktif  dimulai  dengan
keinginan  menyertakan  seluruh  siswa tanpa  melihat  kecenderungan  kecer-
dasannya,
kesempatan mendapat
keuntungan dari pengajaran yang kaya yang  akan  mendorong  siswa  menjadi
pelajar  yang  lebih  cerdas.  Dengan tujuan  mengajar  pelajar  yang  berpikir
penuh, yang aktif mengejar ilmu, guru juga  akan  menjadi  lebih  aktif  terlibat
dan  membuat  perubahan-perubahan berarti  dalam  cara  menyampaikan
kurikulum
dan mengembangkan
potensi  belajar  setiap  siswa.  Guru akan  segan  menggunakan  catatan-
catatan  ringkas  dan  aturan-aturan cepat. Guru akan menggabungkan dan
memasangkan bermacam-macam hasil riset  yang  mendukung  taktik  untuk
memastikan  bahwa  siswa  tidak  hanya belajar  lebih  banyak,  tapi  lebih  baik
dan lebih cepat juga lebih cerdas.
Saat siswa
meninggalkan ruang  kelas  pembelajaran  aktif  di
mana  mereka  telah  secara  mendalam terlibat  pada  penggunaan  maksimum
kemampuan berpikirnya, mereka pergi dengan  bekal  padat  dan  berharga.
Bekal  ini  menyediakan  energi  bagi pikiran untuk meneruskan belajar jauh
setelah  siswa  meninggalkan  ruang kelas.
B.  Pembelajaran Al-Qur’an Hadis 1.  Pengertian Pembelajaran