Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

41 Suci Rahmadika, 2014 EFEKTIVITAS PENERAPAN MEDIA JEJARING SOSIAL EDMODO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT SISTEM KOMPUTER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sugiyono, 2012:361 Dimana : Sugiyono, 2012:361 Keterangan : x t 2 : varians Σx t 2 : jumlah skor seluruh siswa n : jumlah siswa Selanjutnya r i dibandingkan dengan r tabel . r i r tabel maka instrumen dikatakan reliabel. Dan sebaliknya jika r tabel .r i r tabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel. Interprestasi derajat reliabilitas instrumen ditunjukkan pada tabel 3.3 Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah Arikunto, 2010:75

c. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Sehingga untuk mengetahui seberapa jauh kesukaran suatu soal dalam penelitian ini, dilakukan uji tingkat kesukaran soal. Sedangkan daya pembeda merupakan kemampuan soal dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan yang pandai dan yang kurang pandai. Adapun cara menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal sebagai berikut: 1. Menyusun lembar jawaban dari yang mendapatkan skor paling tinggi sampai yang mendapat skor paling rendah 2. Mengambil 27 lembar jawaban dari skor atas kemudian dinamakan dengan kelompok atas. Serta mengambil 27 lembar jawaban dari skor bawah kemudian dinamakan dengan kelas 42 Suci Rahmadika, 2014 EFEKTIVITAS PENERAPAN MEDIA JEJARING SOSIAL EDMODO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT SISTEM KOMPUTER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bawah. Sisanya yang berada ditengah-tengah sebesar 46 tidak diikutkan dalam analisis tingkat kesukaran. 3. Membuat tabel seperti di bawah ini: No. Item WL WH WL+WH WL-WH Sumarta, 1986:135 Keterangan : WL = Jumlah individu kelas bawah 27 dari yang bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH = Jumlah individu kelas atas 27 dari yang atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu 4. Isi kolom pada tabel tersebut dengan data yang diperoleh 5. Derajat Kesukaran DK dapat dicari dengan rumus : Sumarta, 1986:136 Keterangan : DK = Derajat Kesukaran nL = Jumlah Kelompok Bawah nH = Jumlah Kelompok Atas 6. Daya Beda DB dapat dicari dengan rumus: Sumarta, 1986:136 Keterangan : DB = Daya Beda n = Jumlah Kelompok Atas atau Bawah Menurut Sumarta 1986:140 Derajat Kesukaran yang baik adalah derajat kesukaran yang bergerak antara 25 sampai 75. Hal ini berarti butir soal yang derajat kesukarannya di bawah 25 terlalu mudah, sedangkan butir soal yang derajat kesukarannya di atas 75 terlalu sukar. Sedangkan untuk daya pembeda menurut Sumarta 1986:140, daya beda yang ideal adalah daya beda 0,40 ke atas. Sehingga dapat diartikan bahwa daya beda yang di bawah 0,4 termasuk ke dalam soal yang daya 43 Suci Rahmadika, 2014 EFEKTIVITAS PENERAPAN MEDIA JEJARING SOSIAL EDMODO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT SISTEM KOMPUTER Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembedanya jelek. Soal dengan daya pembeda jelek berarti soal tersebut tidak bagus dalam membedakan siswa yang pintar dan kurang pintar. 2. Instrumen Observasi Instrumen observasi pada penelitian ini digunakan untuk pengambilan data hasil belajar ranah afektif. Untuk instrumen observasi tidak dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu. Tujuan dari pengukuran ranah afektif menurut Arikunto 2010:178 adalah: a. Untuk mendapatkan umpan balik baik feedback bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan remedial program bagi anak didiknya. b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus atau tidaknya anak didik. c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik. d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik Depdikbud, 1983: 2. Berdasarkan pemaparan mengenai tujuan pengukuran ranah afektif di atas, maka yang menjadi sasaran penilaian afektif adalah perilaku siswa. Bukan pengetahuan seperti halnya penilaian ranah kognitif.

G. Teknik Pengumpulan Data