Hubungan Kualitas Dan Kuantitas Tidur Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris Pada Dokter Muda Di RSUP H. Adam Malik
HUBUNGAN KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA DOKTER MUDA DI RSUP H.
ADAM MALIK
Oleh: GOKLAS 070100104
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
HUBUNGAN KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA DOKTER MUDA DI RSUP H.
ADAM MALIK
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh: GOKLAS 070100104
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : HUBUNGAN KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR
TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA DOKTER MUDA DI RSUP H. ADAM MALIK
Nama : Goklas NIM : 070100104
Pembimbing Penguji I
(dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K)) (dr.Nelly E. Samosir, Sp.PK) NIP.196308201989022001 NIP. 196909062005012002
Penguji II
(dr.Dede Moeswir, Sp.PD)
NIP.
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1001
(4)
ABSTRAK
Akne vulgaris merupakan penyakit yang umum diderita oleh masyarakat usia muda. Dan diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini, mulai dari faktor genetik, hormonal, stress, mikroorganisme Propionibacterium acnes, dan faktor lingkungan lainnya. Dan saat ini peranan tidur mulai dianggap berpengaruh terhadap timbulnya akne vulgaris oleh beberapa blog kecantikan dan sebagian masyarakat umum. Oleh karena itu, penelitian ini dibuat untuk mengetahui apakah ada hubungan kualitas dan kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris.
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional
study. Penelitian ini dilakukan terhadap 110 orang dokter muda yang sedang
menjalani pendidikan profesi dokter di RSUP H Adam Malik Medan provinsi Sumatera Utara dan memenuhi kriteria inklusi.
Dari penelitian didapati bahwa 77 orang (70%) dari responden menderita akne vulgaris/berjerawat. Data kualitas tidur menunjukkan skor rata-rata untuk
Epworth Sleepiness Scale adalah 9.14 dengan standar deviasi 3,598. Dan data
kuantitas tidur menunjukkan durasi tidur rata-rata adalah 6,17 jam dengan standard deviasi 1,445. Uji statistika dari kualitas tidur dan kejadian akne vulgaris mendapati nilai p value sebesar 0,403. Sedangkan untuk uji statistika kuantitas tidur dan kejadian akne vulgaris mendapati nilai p value sebesar 0,484. Tidak ada hubungan signifikan antara kualitas dan kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris pada dokter muda di RSUP H Adam Malik, Medan.
(5)
ABSTRACT
Acne vulgaris is a common disease in the young community. It has been known that there is a lot of factors caused this desease, there are genetic, hormonal, stress, microorganism Propiobacterium acnes, and other environment factors. Today the role of sleep is considered to be one of the causeof acne vulgaris by some of skin beauty blogs and some general community. Because of this, this research is made to know whether there is a relationbetween quantity and quality of sleep with the incidence of acne vulgaris.
This research is an analytic research with a cross sectional design. This research is done for 110 coassistant, who follow the doctor’s profession education, in General Hospital H Adam Malik, Province North Sumatera who fulfill the inclusion/axclusion criteria.
From this research, is is found that 77 respondencees (70%) is suffering from acne vulgaris. The sleep quality shows the average scores for Epworth Sleepiness Scale is 9.14 and the standard deviation 3.598. And the sleep quantity shows the average of sleep duration is 6.17 hours with 1.445 standard deviation. The statistical test for sleep quality and incidence of acne vulgaris shows the p value is 0.403 and the statistical test for quantity of sleep and incidence of acne vulgaris shows the p value 0.484. This value shows there is no relation between quality and quantity of sleep with incidence of acne vulgaris.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan Ramat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidkan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur terhadap Timbulnya Akne Vulgaris pada Dokter Muda di RSUP H Adam Malik”. Proses pembuatan penelitian ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena seiring dengan berjalannya penelitian ini, penulis telah banyak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna. Saya menyadari bahwa terwujudnya penelitian ini, tidaklah lepas dari bantuan yang telah didapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis menuntut ilmu dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dalam berbagai aspek, khususnya aspek pendidikan.
2. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara.
3. Prof.dr.Gontar A.Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK(K), selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, pikiran, arahan dan masukan yang membangun selama proses penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. dr. Nelly E Samosir, Sp.PK dan dr.Dede Moeswi, Sp.PD, selaku dosen penguji yang telah memberikan ide dan saran yang membangun sehingga karya tulis ilmiah ini dapat lebih baik.
(7)
6. Kepada seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, atas segala jasa dan kerjasamanya.
7. Terima kasih yang tiada taranya penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta, Repina Sirait yang senatiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang luar biasa kepada penulis. Terima kasih juga kepada saudara-saudaraku terkasih atas doa dan dukungannya.
8. Kepada sahabat-sahabat terkasih Eirene Simbolon, Lastri Diyani Siregar, Itha Paulina Siahaan, dan Berry E. Bancin atas segala bantuan dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
9. Kepada teman-teman seperjuangan, dan seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 atas doa, dukungan dan bantuannya.
10.Kepada semua keluarga dan sahabat yang telah memberikan nasehat, dorongan bahkan hiburan kepada penulis selama penelitian ini.
Semoga Tuhan memberikan rahmat dan berkat yang melimpah bagi semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis penelitian ini masih jauh dari sempurna Untuk itu, dengan hormat penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semmua.
Medan, 23 November 2010
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Singkatan ... xi
Daftar Lampiran xii BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Rumusan Masalah ………. 2
1.3. Tujuan Penelitian ……….. 3
1.4. Manfaat Penelitian ……… 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 4
2.1. Akne Vulgaris ………... 4
2.1.1. Definisi.………... 4
2.1.2. Epidemiologi.……….. 4
2.1.3. Etiologi dan Patogenesis.……… 5
2.1.4. Gejala Klinis ……….. 7
2.1.5. Gradasi ………... 7
2.1.6. Diagnosis ……….... 9
2.1.7. Diagnosis Banding ………. 10
2.1.8. Penatalaksanaan ………. 10
2.1.8.1. Topikal ……… 11
2.1.8.2. Sistemik ……….. 11
(9)
2.2. Tidur ………. 12
2.2.1. Fisiologi Tidur ……… 12
2.2.2. Efek Tidur Pada Kesehatan ……… 15
2.2.3. Hubungan Tidur dan Kejadian Akne Vulgaris …………... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL …. 17 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………. 17
3.2. Definisi Operasional ………. 17
3.3. Hipotesis ……… 18
BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19
4.1. Jenis Penelitian ……… 19
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ………. 19
4.3. Populasi dan Sampel ………... 19
4.3.1. Populasi ……….………... 19
4.3.2. Sampel ……….. 19
4.4. Metode dan Pengumpulan Data ……….. 21
4.5. Metode Analisis Data ……….. 21
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
5.1. Hasil Penelitian ... 22
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 22
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23
5.2. Pembahasan... 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
6.1. Kesimpulan ... 33
6.2. Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia 23 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan
Jenis Kelamin 23
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden 24 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin 24
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur 25
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kuantitas Tidur 26
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
Berdasarkan Kualitas Tidur 26
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden
Berdasarkan Kuantitas Tidur 27
Tabel 5.9. Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Kejadian Akne
Pada Laki-laki 28
Tabel5.10.Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Kejadian Akne
Pada Perempuan 28
Tabel 5.11. Hubungan Kuantitas Tidur Terhadap Kejadian
Akne Vulgaris Pada Laki-laki 29
Tabel 5.12. Hubungan Kuantitas Tidur Terhadap Kejadian
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 3. Kerangka hubungan kualitas dan kuantitas tidur
(12)
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adrenocorticotropic Hormone
DM : Diabetes Melitus
EEG : Electroencephalography
IGF : Insulin like Growth Factor IGFBP : IGF binding protein
IGT : Impaired Glucose Tolerance
INH : Isoniazid
TNF : Tumor Necrosis Factor WHO : World Health Organization
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian Lampiran 3 Lembar Persetujuaan (Informed Consent) Lampiran 4 Lembar Kuesioner
Lampiran 5 Ethical Clearance
Lampiran 6 Master Data Karakteristik Responden Penelitian Lampiran 7 Tabel Frekuensi
(14)
ABSTRAK
Akne vulgaris merupakan penyakit yang umum diderita oleh masyarakat usia muda. Dan diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini, mulai dari faktor genetik, hormonal, stress, mikroorganisme Propionibacterium acnes, dan faktor lingkungan lainnya. Dan saat ini peranan tidur mulai dianggap berpengaruh terhadap timbulnya akne vulgaris oleh beberapa blog kecantikan dan sebagian masyarakat umum. Oleh karena itu, penelitian ini dibuat untuk mengetahui apakah ada hubungan kualitas dan kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris.
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional
study. Penelitian ini dilakukan terhadap 110 orang dokter muda yang sedang
menjalani pendidikan profesi dokter di RSUP H Adam Malik Medan provinsi Sumatera Utara dan memenuhi kriteria inklusi.
Dari penelitian didapati bahwa 77 orang (70%) dari responden menderita akne vulgaris/berjerawat. Data kualitas tidur menunjukkan skor rata-rata untuk
Epworth Sleepiness Scale adalah 9.14 dengan standar deviasi 3,598. Dan data
kuantitas tidur menunjukkan durasi tidur rata-rata adalah 6,17 jam dengan standard deviasi 1,445. Uji statistika dari kualitas tidur dan kejadian akne vulgaris mendapati nilai p value sebesar 0,403. Sedangkan untuk uji statistika kuantitas tidur dan kejadian akne vulgaris mendapati nilai p value sebesar 0,484. Tidak ada hubungan signifikan antara kualitas dan kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris pada dokter muda di RSUP H Adam Malik, Medan.
(15)
ABSTRACT
Acne vulgaris is a common disease in the young community. It has been known that there is a lot of factors caused this desease, there are genetic, hormonal, stress, microorganism Propiobacterium acnes, and other environment factors. Today the role of sleep is considered to be one of the causeof acne vulgaris by some of skin beauty blogs and some general community. Because of this, this research is made to know whether there is a relationbetween quantity and quality of sleep with the incidence of acne vulgaris.
This research is an analytic research with a cross sectional design. This research is done for 110 coassistant, who follow the doctor’s profession education, in General Hospital H Adam Malik, Province North Sumatera who fulfill the inclusion/axclusion criteria.
From this research, is is found that 77 respondencees (70%) is suffering from acne vulgaris. The sleep quality shows the average scores for Epworth Sleepiness Scale is 9.14 and the standard deviation 3.598. And the sleep quantity shows the average of sleep duration is 6.17 hours with 1.445 standard deviation. The statistical test for sleep quality and incidence of acne vulgaris shows the p value is 0.403 and the statistical test for quantity of sleep and incidence of acne vulgaris shows the p value 0.484. This value shows there is no relation between quality and quantity of sleep with incidence of acne vulgaris.
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umum terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis sering berupa komedo, papul, pustule, nodul dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut (Wasitaatmadja, 2008).
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum di derita oleh masyarakat. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat mengenai prevalensi akne vulgaris di seluruh penjuru dunia. Di Amerika Serikat, 85 % dari penduduk usia 12-24 tahun menderita akne vulgaris. Dan data yang hampir serupa didapati pada sebagian besar dunia barat. Di Afrika sendiri, menurut Husein (2009) melalui sebuah studi cross sectional, didapati prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 90,7%. Untuk Asia, beberapa data yang bisa diperoleh menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi juga. Contohnya sebuah penelitian epidemiologi di Jepang oleh Nobukazu dkk pada tahun 2001 memperoleh prevalensi sebesar 58,6% remaja menderita akne vulgaris. Di Cina, tepatnya distrik Zhou Hai provinsi Guangdong, Wu TQ dkk pada tahun 2007 mendapati prevalensi sebesar 53,5% remaja. Di Indonesia sendiri belum banyak data mengenai prevalensi akne vulgaris di tengah mayarakat Indonesia.
Etiologi pasti akne vulgaris sampai saat ini belum diketahui, dan patogenesisnya multi faktorial. Namun faktor utama yang berperan adalah genetik. Selain itu ada beberapa faktor yang memperburuk seperti : produksi sebum yang berlebihan, adanya Propionibacterium acnes, dan inflamasi.( Fulton, 2004)
Menurut Sjarif M. Wasitaatmadja (2008), faktor-faktor yang juga berkaitan dengan pathogenesis akne vulgaris adalah : terjadinya respons hospes berupa pembentukan circulating antibodies, hormonal, dan stres psikis.
(17)
Durasi tidur yang kurang (< 7 jam per 24 jam) kemungkinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya jerawat secara tidak langsung. Seseorang yang kurang tidur kemungkinan akan mengalami hal-hal seperti : meningkatnya faktor-faktor inflamasi, meningkatkan resistensi insulin dan juga meningkatkan stress. Dimana hal-hal tersebut di atas dapat berpengaruh dalam patogenesis akne vulgaris (Vgontzas2004; Cauter, 2005).
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan/keterkaitan kualitas dan kuantitas tidur terhadap timbulnya akne vulgaris pada dokter muda di RSUP H Adam Malik.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Menilai pengaruh kualitas dan kuantitas tidur terhadap timbulnya akne vulgaris pada dokter muda di RSUP H Adam Malik.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran prevalensi akne vulgaris pada populasi dokter muda di RSUP H Adam Malik
2. Mengetahui gambaran durasi tidur dokter muda di RSUP H Adam Malik 3. Mengetahui proporsi akne vulgaris dengan durasi tidur sebagai faktor yang
mempengaruhi timbulnya akne vulgaris pada populasi dokter muda di RSUP H Adam Malik.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai informasi tambahan bagi peneliti, subyek penelitian, dan pembaca mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya akne
(18)
2. Membantu memberi informasi tambahan mengenai pencegahan akne vulgaris.
3. Sebagai pembelajaran bagi penelitian-penelitian mengenai akne vulgaris berikutnya secara lebih mendalam.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akne Vulgaris
2.1.1. Definisi Akne Vulgaris
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan folikel menahun dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, pustule, nodus dan jaringan parut yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Tempat predileksi adalah di muka, bahu, dada bagian atas dan punggung. (Wisataatmaja,2008). Meskipun dapat sembuh sendiri, namun sekuel bisa seumur hidup, yaitu berupa formasi jaringan parut hipertropis ataupun berlubang (Zaenglein,2008).
Penyakit ini paling sering didapati pada usia remaja, dan hampir semua remaja terkena penyakit ini. Meskipun begitu, penyakit ini juga didapati atau
(19)
2. Membantu memberi informasi tambahan mengenai pencegahan akne vulgaris.
3. Sebagai pembelajaran bagi penelitian-penelitian mengenai akne vulgaris berikutnya secara lebih mendalam.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akne Vulgaris
2.1.1. Definisi Akne Vulgaris
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan folikel menahun dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, pustule, nodus dan jaringan parut yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Tempat predileksi adalah di muka, bahu, dada bagian atas dan punggung. (Wisataatmaja,2008). Meskipun dapat sembuh sendiri, namun sekuel bisa seumur hidup, yaitu berupa formasi jaringan parut hipertropis ataupun berlubang (Zaenglein,2008).
Penyakit ini paling sering didapati pada usia remaja, dan hampir semua remaja terkena penyakit ini. Meskipun begitu, penyakit ini juga didapati atau
(20)
bertahan pada usia dewasa. Akne vulgaris terjadi terutama pada kulit yang berminyak (Odom,2000).
2.1.2. Epidemiologi
Penyakit ini mengenai hampir semua remaja di seluruh belahan dunia. Umumnya insiden terjadi pada usia 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria dan umumnya lesi yang predominan adalah komedo dan papul. Pada wanita, akne dapat menetap lebih lama sampai pada usia tiga puluh tahun atau lebih bila dibandinngkan dengan pria. Namun derajat akne yang lebih berat justru didapati pada pria (Wasitaatmadja,2008).
Diketahui bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne dibandingkan dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika) (Wasitaatmadja,2008). Diketahui bahwa genetik memegang peranan penting dalam kejadian akne vulgaris. Bila kedua orang tua menderita akne maka 3 dari 4 anak akan menderita akne juga (Fulton,2009),. Dan diketahui pasien dengan genotip XXY memiliki gejala yang lebih berat (Zaenglein,2008).
2.1.3. Etiologi dan Patogenesis
Akne vulgaris memiliki etiologi yang kompleks, termasuk abnormal keratinisasi, fungsi hormonal, pertumbuhan bakteri, dan reaksi hipersensifitas (Webster,2002). Tetapi faktor keturunan/genetik merupakan sesuatu yang sangat nyata dalam terjadinya akne vulgaris. Dimana jika kedua orangtua menderita akne, maka 3 dari 4 anaknya akan menderita akne (Fulton,2009).
Akne vulgaris secara eksklusif merupakan penyakit folikular. Patogenesisnya multifaktorial, namun 4 hal utama yang berpengaruh sudah diidentifikasi, yaitu: (1) hiperproliferasi folikel epidermis, (2) produksi sebum yang berlebihan, (3) inflamasi, dan (4) keberadaan dan aktifitas
Propionibacterium acnes (Zaenglein,2008; Wasitaatmadja).
Hiperproliferasi folikel epidermis menghasilkan formasi lesi primer, mikrokomedo. Epithelium dari bagian atas folikel rambut, infundibulum, menjadi hyperkeratosis dengan peningkatan kohesi dari keratosit-keratosit. Sel-sel yang
(21)
begitu banyak dan perlekatannya menghasilkan sumbatan pada saluran folikel. Sumbatan ini kemudian menyebabkan peningkatan akumulasi keratin, sebum, dan bakteri dalam folikel. Ini menyebabkan dilatasi bagian atas folikel rambut , menghasilkan komedo. Stimulus dari hiperproliferasi keratosit dan peningkatan adhesi ini belum diketahui. Tetapi beberapa faktor yang diduga termasuk stimulasi androgen, penurunan asam linoleat, dan peningkatan aktifitas interleukin (IL)-1α (Zaenglein,2008). Faktor lain yang berpengaruh adalah hiperinsulinemia akut/kronik. Hiperinsulinemia akan mengakibatkan kenaikan insulin like growth
factor (IGF-1) dan menurunkan level IGF binding protein 3 (IGFBP-3). Kenaikan
IGF-1 memiliki potensi yang tinggi untuk pertumbuhan semua jaringan, termasuk folikel yang kemudian dapat menimbulkan akne (Cordain,2002).
Faktor kedua adalah produksi sebum yang berlebihan dari kelenjar sebasea. Pasien dengan akne memproduksi sebum yang lebih banyak daripada orang yang tanpa akne, meskipun kualitas dari sebum yang dihasilkan tetap sama. Salah satu komponen sebum, trigliserida, memiliki peran dalam patogenesis akne. Trigliserida diubah menjadi asam lemak bebas oleh P. acnes, flora normal unit pilosebasea. Asam lemak bebas ini akan mempromosikan penggumpalan bakteri lebih lanjut dan kolonisasi P.acnes, inflamasi, dan mungkin komedogenik. Hal-hal yang berpengaruh dalam peningkatan produksi sebum adalah aktifitas androgen, hiperinsulinemia yang berperan dalam sintesis androgen di ovarium, dan stress (Cordain,2002;Wasitaatmadja,2008;Zaenglein,2008).
Hormon-hormon androgenik juga mempengaruhi produksi sebum, seperti testosteron yang mengakibatkan pembesaran kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan produksi sebum (Odom,2000).
Peran estrogen pada produksi sebum belum begitu dipahami. Dosis estrogen yang dibutuhkan untuk mengurangi produksi sebum lebih tinggi daripada dosis yang dibutuhkan untuk menghambat ovulasi. Mekanisme kerja estrogen termasuk: (1) secara langsung melawan efek androgen pada kelenjar sebasea; (2) inhibisi produksi androgen pada jaringan gonad melalui negative feedback pada pelepasan gonadotropin hipofisis; (3) regulasi gen yang menekan pertumbuhan kelenjar sebasea atau produksi lipid (Zaenglein,2008).
(22)
Mikrokomedo berlanjut semakin meluas dengan penumpukan keratin, sebum, dan bakteri yang bersifat padat. Kemudian distensi ini menyebabkan dinding folikel rusak. Dan masuknya keratin, sebum, dan bakteri ke dalam dermis menghasilkan respon inflamasi yang berlangsung cepat (Zaenglein,2008).
Elemen keempat adalah keberadaan dan aktifitas P.acnes. Bakteri ini termasuk gram positif, anaerobic dan mikroaerobik yang ditemukan di folikel sebasea. Remaja dengan akne memiliki konsentrasi P.acnes yang lebih tinggi daripada mereka yang tanpa akne. Dinding sel bakteri ini mengandung antigen karbohidrat yang menstimulasi antibodi. Antibodi anti propionibakteri meningkatkan respon inflamasi dengan mengaktifasi komplemen. Bakteri ini juga memfasilitasi inflamasi dengan menimbulkan reaksi hipersensitif tipe 4 melalui produksi lipase, protease, hialonidase, dan faktor kemotaktik. Sebagai tambahan, bakteri ini juga menstimulasi upregulasi dari sitokin dengan berikatan dengan Toll
like receptor 2. Setelah berikatan, kemudian sitokin proinflamasi seperti 1,
IL-8, IL-12, dan TNFα dikeluarkan (Zaenglein,2008).
2.1.4. Gejala Klinis
Tempat predileksi akne adalah bagian tubuh dengan kelenjar sebasea terbanyak dan terbesar, yaitu: pada wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas (Feldman,2004). Lokasi kulit lainnya yang kadang-kadang terkena adalah leher, lengan bagian atas, dan glutea (Wasitaatmadja,2008).
Lesi biasa berupa komedo, papul, pustul, dan nodul serta parut akibat proses aktif. Komedo merupakan lesi primer, ada yang blackhead dan ada yang
whitehead. Gejala lokal dapat berupa nyeri, nyeri tekan, dan gatal (Fulton, 2009;
Wasitaatmadja,2008). Selain itu kejadian akne vulgaris sering mempengaruhi kondisi psikologis pasien dan mempengaruhi kualitas hidup penderita sesuai dengan keparahan atau gradasi dari penyakit (Hafez,2009).
2.1.5. Gradasi
Ada berbagai kriteria gradasi akne yang ada saat ini, dan beberapa diantaranya adalah:
(23)
1. Cunliie et al (James,2005)
a.Ringan: lesi utama berupa komedo. Papul dan pustul mungkin ada, tetapi berukuran kecil dan sedikit (<10).
b. Sedang: papul dan pustul dalam jumlah sedang (10-40) dan didapati komedo (10-40). Penyakit juga mungkin ditemukan di badan.
c.Sedang-berat: papul dan pustul dalam jumlah banyak (40-100), biasanya dengan komedo dalam jumlah banyak (40-100), kadang-kadang dengan lesi yang lebih besar dan dalam. Daerah yang terkena luas, termasuk wajah, dada, dan punggung.
d. Berat: akne konglobata dan akne nodulistik dengan banyak nodul atau pustule yangn sangat sakit dan berukuran besar.
2. Dan gradasi yang dipakai di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo (Wasitaatmadja,2008)
a.Ringan: - beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi
- sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi
- sedikit lesi beradang pada 1 predileksi
b. Sedang: - banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi
- beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi
- beberapa lesi beradang pada 1 predileksi
- sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi.
c.Berat: - banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi - Banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi
(24)
Lesi tak beradang: komedo putih, komedo hitam, papul Lesi beradang: pustul, nodul, kista.
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris dibuat atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam (Wasitaatmadja,2008).
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa serbukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas (Wasitaatmadja,2008).
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan (Wasitaatmadja,2008).
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya (Wasitaatmadja,2008).
2.1.7. Diagnosis banding (Wasitaatmadja,2008).
1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturate, bromide, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustule mendadak tanoa adanya komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua usia.
(25)
2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Ummumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsang fisisnya.
3. Rosasea, merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema, pustule, telangiektasi, dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.
4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustule, di sekitar mulut yang terasa gatal.
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor (multifaktorial), baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial, hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita (Wasitaatmadja,2008).
2.1.8.1. Pengobatan Topikal (Fulton,2009).
Retinoid topikal merupakan obat dengan efek komedolitik dan antiinflamasi. Obat ini menormalkan hiperkeratinisasi dan hiperproliferasi folikel yang terjadi. Retinoid topikal ini mengurangi jumlah mikrokomedo, komedo, dan lesi meradang. Obat ini dapat digunakan sendiri saja ataupun kombinasi dengan obat-obat akne lainnya. Sediaan yang sering termasuk adapalene, tazanotene, dan tretinoin.
Antibiotik topikal terutama digunakan untuk melawan P acnes. Obat ini juga memiliki efek antiinflamasi. Antibiotik topikal tidak memiliki efek komedolitik, dan resistensi dapat terjadi pada beberapa jenis obat ini. Resistensi
(26)
dapat dikurangi jika dikombinasi dengan benzoil peroksida. Sediaan obat yang sering dipakai adalah eritromisin dan klindamisin.
Produk-produk benzoil peroksida juga efektif digunakan untuk melawan P
acnes, dan belum terbukti adanya resistensi pada obat ini.
2.1.8.2. Pengobatan Sistemik (Wasitaatmadja,2008).
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktifitas jasad renik disamping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal.
Antibiotik sistemik seperti tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, dan trimetroprim efektif untuk melawan P acnes. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea, misalnya estrogen atau antiandrogen siproteron asetat. Pengobatan ini ditujukan untuk penderita wanita dewasa yang gagal dengan pengobatan lain. Kortikosteroid sistemik seperti prednisone dan deksametason diberikan untuk menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar adrenal.
Retinoid oral atau derivatnya seperti isotretinoin menghambat produksi sebum. Obat ini merupakan pilihan untuk akne nodulokistik atau konglobata yang tidak sembuh dengan pengobatan lain.Obat lain seperti antiinflamasi nonsteroid ibuprofen, dapson, dan seng sulfat juga digunakan.
2.1.8.3. Bedah Kulit (Wasitaatmadja,2008).
Tindakan bedah kulit terkadang perlu terutama untuk perbaikan jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat, baik yang hipertropik maupun yang hipotropik. Tindakan bedah disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. Jenis tindakan bedah: bedah scalpel, bedah listrik, bedah kimia, bedah beku, dan dermabrasi.
2.2. Tidur
(27)
Tidur merupakan kebutuhan dasar tubuh kita dan penting untuk kesehatan kita, kualitas hidup yang bagus, dan melaksanakan aktifitas dengan maksimal. Dan kita menghabiskan hampir sepertiga hidup kita untuk tidur (WHO,2004).
Dalam tulisannya, dr Iskandar Japardi (2002) menuliskan bahwa semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (Japardi,2002).
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam (Japardi,2002).
Menurut Japardi (2002), tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: 1. Tidur stadium satu.
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
2. Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari
(28)
gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K.
3. Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang
sleep spindle.
4. Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle.
Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun (Japardi,2002).
Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam (Japardi,2002).
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13%; dan REM; 25 % (Japardi,2002).
Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada remaja dan menurun menjadi 6,5 jam/hari pada orang dewasa
(29)
lanjut. Tetapi terdapat perbedaan pada tiap individu terhadap lama tidur dan dalamnya tidur. Ini dipengaruhi genetic, early-life conditioning, jumlah aktifitas fisik, dan status psikologis seseorang (Adams,2005). Sedangkan dari sumber lain, sebuah artikel Medscape (2005), durasi tidur rata-rata usia dewasa adalah 7-8 jam per hari. Sementara remaja butuh waktu yang lebih lama, yaitu sekitar 9 jam, meskipun banyak yang tidur kurang dari 8 jam pada hari sekolah.
2.2.2. Efek Tidur Pada Kesehatan
Tidur merupakan kebutuhan dasar tubuh kita dan penting untuk kesehatan kita, kualitas hidup yang bagus, dan melaksanakan aktifitas dengan maksimal. Akibat utama dari kurangnya waktu tidur atau tidur yang tidak maksimal adalah efek fisik (mengantuk, lelah, dan hipertensi), efek gangguan kognitif (penampilan/aktifitas, perhatian dan motivasi yang buruk/menurun; berkurangnya konsentrasi dan kapasitas intelektual dan meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja atau kecelakaan saat berkendara), dan efek gangguan psikologis. Tidur yang tidak adekuat mempengaruhi kemampuan berpikir, kemampuan menghadapi stress, menjaga system imun yang sehat, dan mengakibatkan stress tingkat sedang (WHO,2004).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan durasi tidur memiliki beberapa pengaruh yang cukup nyata, yaitu: peningkatan sitokin proinflamasi IL-6 dan/atau TNFα, dan penuruan konsentrasi kortisol pada pagi hari dan meningkat pada malam hari (Vgontzas,2004). Dan pada penelitian Gottlieb dkk (2005), pengurangan waktu tidur juga berpengaruh pada meningkatnya kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus (DM) dan juga
impaired glucose tolerance (IGT).
2.3. Hubungan Tidur dan Kejadian Akne Vulgaris
Ada berbagai efek yang terjadi akibat pengurangan waktu tidur. Beberapa diantaranya kemungkinan berpengaruh terhadap pathogenesis akne vulgaris. Hal-hal yang kemungkinan berpengaruh ini antara lain: meningkatnya level stress, meningkatnya kadar ghrelin yang disertai penurunan leptin dalam plasma pada
(30)
malam hari, menurunnya kadar kortisol pada pagi hari lalu meningkat pada malam hari, peningkatan sitokin proinflamasi IL-6 dan/atau TNFα sirkulasi, dan meningkatnya kemungkinan menderita IGT dan DM.
Stress berhubungan dengan meningkatnya kerja kelenjar sebasea, baik secara langsung ataupun melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis (Wasitaatmadja,2008). Peningkatan produksi sebum berhubungan dengan peningkatan asam lemak bebas yang bersifat komedogenik yangn merupakan salah satu dasar pathogenesis akne (Zaenglein,2008). Jadi secara tidak langsung kita dapat menyimpulkan kurangnya durasi tidur atau kehilangan waktu tidur berperan terhadap timbulnya akne.
Meningkatnya kadar ghrelin serta menurunnya kadar leptin dalam plasma pada malam hari memiliki pengaruh untuk seseorang mengkonsumsi lebih banyak makanan pada malam hari. Dan ini bisa mengakibatkan keadaan hiperinsulinemia akibat diet berlebihan. Dan kondisi hiperinsulinemia ini mengakibatkan meningkatnya kadar insulinlike growth factor-1 (IGF-1) dan menurunnya insulinlike growth factor binding protein 3 (IGFBP-3). ). Kenaikan IGF-1 memiliki potensi yang tinggi untuk pertumbuhan semua jaringan, termasuk folikel yang kemudian dapat menimbulkan akne. Insulin dan IGF-1 menstimulasi sintesis androgen pada jaringan testis dan ovarium. Lebih lanjut, insulin dab IGF-1 menginhibisi sintesis sex hormone binding protein (SHBP) di hepar sehingga
bioavailability androgen meningkat (Cordain,2002).
Glukortikoid kortisol sering disebut stress hormone memiliki efek metabolism (glukoneogenesis), meningkatkan resistensi terhadap stress dengan memberikan energy melalui glukoneogenesis, mengatur kadar sel darah merah dalam plasma dan mendistribusi eosinofil, basofil, monosit, limfosit ke jaringan limfoid sehingga berkurang di sirkulasi dan dan meningkatkan kadar Hb, eritrosit, trombosit dan leukosit, memiliki efek anti inflamasi dan mempengaruhi sistem mekanisme umpan balik. Sehingga bila kadar kortisol rendah pada pagi hari, maka kemampuan menangani stress akan berkurang, energy berkurang akibat berkurangnya glukoneogenesis, dan inflamasi akan lebih mudah terjadi akibat
(31)
tingginya eosinofil, basofil, monosit, limfosit dalam plasma. Hal-hal tersebut kemungkinan akan mempermudah terjadinya akne.
Peningkatan sitokin proinflamasi, khususnya TNFα, kemungkinan berhubungan dengan kejadian akne melalui efek inflamasi yang ditimbulkan. Dan
pada penderita akne ditemukan peningkatan sekresi TNFα seperti pada uraian
pathogenesis akne sebelumnya.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3. Kerangka hubungan kualitas dan kuantitas tidur terhadap timbulnya akne vulgaris
Variabel independen pada penelitian ini adalah kualitas tidur dan kuantitas tidur yang kurang dari tujuh jam perhari, sedangkan variabel dependen adalah kejadian akne vulgaris.
3.2 Definisi Operasional
Durasi tidur adalah lamanya waktu tidur rata-rata subyek dalam sehari (per 24 jam). Durasi atau kuantitas tidur normal dalam penelitian ini adalah 7-8 jam sehari.
Kualitas tidur adalah pengaruh tidur terhadap kemampuan individu menjalani aktifitasnya. Dimana kualitas tidur yang baik akan mengakibatkan individu melakukan aktifitas dengan maksimal.
Kualitas dan Kuantitas Tidur yang kurang
Akne Vulgaris
(32)
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea berupa komedo, papul, pustule, nodul dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut yang umum terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.
Cara pengukuran melalui wawancara dan penilaian klinis. Skala pengukuran menggunakan skala nominal. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, dengan 3 pertanyaan untuk menilai kuantitas tidur. Dan 8 pertanyaan untuk menilai kualitas tidur dengan scoring sebagai berikut : a (0), b (1), c (2), dan d (3). Dengan hasil kuantitas tidur normal adalah 7-8 jam perhari. Sedangkan kualitas tidur yang cukup bila skor Epworth Sleepiness Scale < 10, terganggu/kurang baik bila skor >10.
3.3 Hipotesis
Ada hubungan antara kurangnya kualitas dan kuantitas tidur dengan timbulnya akne vulgaris.
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
(33)
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional study dimana peneliti akan meneliti hubungan atau keterkaitan antara kualitas dan kuantitas tidur dan timbulnya akne vulgaris.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan RSUP H Adam Malik, Medan. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Juli – September 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh dokter muda di RSUP H Adam Malik.
4.3.2 Sampel
Dokter muda di RSUP H Adam Malik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
A. Kriteria inklusi
a. Dokter muda b. usia 20 – 26 tahun.
c. tidak mendapat pengobatan untuk akne selama 1 bulan terakhir. d. tidak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan
perparahan akne vulgaris. Baik kortikosteroid, antiepilepsi, dan iodida dalam waktu 1 bulan sebelum penelitian.
e. Bersedia ikut dalam penelitian.
B. Kriteria eksklusi
a. Dokter muda yang sedang menstruasi, hamil, atau sedang mengkonsumsi kontrasepsi oral atau injeksi.
b. Dokter muda yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji. c. Dokter muda yang mengalami perburukan akne akibat kosmetik
(34)
Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini,
n (Zα2 (Q1/P1 + Q2/P2)
[In (1-e)]2 n = jumlah sampel
P2 = perkiraan proporsi efek pada kelompok kontrol
P1 = proporsi efek pada kelompok studi
Zα = tingkat kepercayaan 95% = 1,96 Q1 = 1-P1
Q2 = 1-P2
In = natural logarithm
RR = resiko relatif yang bermakna secara klinis e = tingkat ketepatan relatif yang dikehendaki
n =
[ In ( 1- 0,2 ) ]
(1,96)2 x ( 0,25/0,75 + 0,5/0,5) = 104
dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95%, RR=1,50, proporsi pada kelompok kontrol 0,50 dan tingkat ketepatan yang dikehendaki 20% (Sastroasmoro,2002). Berdasarkan perhitungan didapatkan besar sampel 104 orang yang dibulatkan menjadi 110 orang.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Responden pada penelitian ini adalah dokter muda di RSUP H Adam Malik yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini. Responden tersebut diwawancari oleh seorang pewawancara, yaitu mahasiswa FK USU stambuk 2007, dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan riwayat durasi tidur dan riwayat menderita akne. Pada saat yang bersamaan dilakukan penilaian klinis atau pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa akne vulgaris.
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
(35)
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap kemudian dibersihkan dan dimasukkan ke dalam komputer. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS for windows.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubugan kualitas dan kuantitas tidur terhadap kejadian akne vukgaris.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian (RSUP H Adam Malik Medan)
Penelitian dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan, yang terletak di jalan Bungalau no. 17 kecamatan Medan Tuntungan kotamadya Medan, provinsi Sumatera Utara. RSUP H Adam Malik adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes No 502/Menkes/SK/IX/1991.
Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum, RSUP H Adam Malik didukung oleh 1.955 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan subspesialisasi, 604 orang tenaga paramedik keperawatan, 298 orang paramedik nonkeperawatan dan 263 orang nonmedis serta ditambah dengan dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.
RSUP H Adam Malik memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi klinik,
(36)
kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang nonmedis (instalasi gizi, farmasi, Central Strelization Supply Depart (CSDD), bioelektro medik, Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaraan jenazah).
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian ini memiliki 110 orang responden yang seluruhnya adalah dokter muda di RSUP H Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Berdasarkan data-data hasil penelitian dapat dibuat karakteristik subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia (N=110)
Usia(tahun) Frekuensi(n) Persentasi(%)
20 2 1.8
21 8 7.3
22 37 33.6
23 40 36.4
24 17 15.5
25 4 3.6
26 2 1.8
Total 110 100
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 23 tahun (36.4%), dengan rata-rata usia 22.75 tahun. Responden termuda berusia 20 tahun sebanyak 2 orang (1.8%), sedangkan responden dengan tertua berusia 26 tahun sebanyak 2 orang (1.8%).
(37)
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin(N=110)
Jenis Kelamin Frekuensi(n) Persentasi(%)
Laki-laki 56 50.9
Perempuan 54 49.1
Total 110 100
Dari tabel 5.2. didapati bahwa karakteristik berdasarkan jenis kelamin tersebar secara merata dimana responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 56 orang (50.9%) responden. Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 54 orang (49.1%) responden.
5.1.3. Akne Vulgaris
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden (N=110).
Status Responden Frekuensi(n) Persentasi(%)
Akne vulgaris 77 70
Non-Akne vulgaris 33 30
Total 110 100
Hasil penelitian dengan menyebar kuesioner dan melakukan penilaian klinis pada 110 orang responden menunjukkan bahwa 77 orang (70%) responden menderita akne vulgaris.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (N=110).
Jenis Kelamin Akne vulgaris Persentasi (%)
Laki-laki 39 50.6
(38)
Total 77 100
Dari tabel 5.4. dapat diketahui distribusi responden dengan akne vulgaris tersebar merata pada kedua jenis kelamin. Yaitu pada laki-laki 39 orang (50.6%) dan 38 orang (49.1%) pada responden perempuan.
5.1.4. Kualitas dan Kuantitas Tidur
Parameter Kualitas Tidur ( Epworth Sleepiness Scale )
Hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner Epworrth Sleepiness Scale yang telah disebar kepada 110 responden menunjukkan bahwa skor kualitas tidur rata- rata yang didapatkan adalah 9,14 dengan standard deviasi 3,598. Memiliki dua modus yaitu 7 dan 12 dengan median pada skor 9. (Data dapat dilihat pada lampiran...)
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur ( Epworth Sleepiness Scale ) (N=110)
Kualitas Tidur
Frekuensi(n) Persentasi(%)
Baik 60 54.5
Tidak Baik 50 45.5
Total 110 100
Dari tabel 5.5. didapati bahwa 60 orang (54.5%) responden memiliki kualitas tidur yang baik. Yaitu setiap responden yang memperoleh skor <10 pada kuesioner Epworth Sleepiness Scale.
Parameter Kuantitas Tidur
Dari hasil penelitian dengan menyebar kuesioner pada 110 responden, ditemukan bahwa kuantitas tidur rata-rata yang didapat adalah 6,17 jam dengan
(39)
standard deviasi 1,445, dengan median pada nilai 6 jam serta modus juga pada 6 jam(31.8%).
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kuantitas Tidur (N=110)
Kuantitas Tidur ( jam)
Frekuensi(n) Persentasi (%)
Kurang (<7) 70 63.6
Cukup (≥7) 40 36.4
Total 110 100
Dari tabel 5.6. diketahui bahwa 70 orang (63.6%) dari 110 responden memiliki kuantitas tidur yang “kurang” (<7 jam sehari).
5.1.5. Hubungan Kualitas Tidur terhadap Kejadian Akne Vulgaris
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Kualitas Tidur (N=110)
Kualitas Tidur
Akne vulgaris Non-Ane vulgaris
Total
Baik 44 16 60
Tidak Baik 33 17 50
(40)
Dari tabel 5.7. terdapat 50 orang responden dengan kualitas tidur “tidak baik”, 33 orang (66%) menderita akne vulgaris dan 17 orang (34%) tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 60 orang dengan kualitas tidur yang baik, 44 orang (73.3%) menderita akne vulgaris dan 16 orang (26.7%) tidak menderita akne vulgaris.
Dengan perhitungan uji chi square dengan komputerisasi didapati bahwa p
value = 0.403, dimana lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan (α<0.05) . Hal ini
berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris.
5.1.6. Hubungan Kuantitas Tidur terhadap Kejadian Akne Vulgaris
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Kuantitas Tidur (N=110).
Kuantitas Tidur
Akne vulgaris Non-Akne vulgaris Total
Cukup 26 14 40
Kurang 51 19 70
Total 77 33 110
Dari tabel 5.8. terdapat 70 orang responden dengan kuantitas tidur “kurang” (<7 jam/hari), 51 orang (72.9%) menderita akne dan 19 orang (27.1%) tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 40 orang responden dengan kuantitas tidur cukup (≥7 jam/hari), 26 orang (65%) menderita akne vulgaris dan 14 orang (35%) tidak menderita akne vulgaris.
Dengan perhitungan uji chi square dengan komputerisasi didapati bahwa p value = 0,387, dimana lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan (α<0.05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris.
(41)
5.1.7. Hubungan Kualitas Tidur terhadap Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.9. Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Kejadian Akne Pada Laki-laki
Kualitas Tidur
Akne Vulgaris Non-Akne Vulgaris Total
Baik 21 6 27
Tidak Baik 18 11 29
Total 39 17 56
Dari tabel 5.9. terdapat 29 orang responden yang memiliki kualitas tidur tidak baik, 18 orang (62.1%) menderita akne vulgaris dan 11orang (37.9%) tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 27 orang responden dengan kualitas tidur “baik”, 21 orang (77.8%) menderita akne vulgaris dan 6 orang (22.2%) tidak menderita akne vulgaris.
Tabel 5.10. Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Kejadian Akne Pada Perempuan
Kualitas Tidur
Akne Vulgaris Non-Akne Vulgaris
Total
Baik 23 10 33
(42)
Total 38 16 54
Dari tabel 5.10. terdapat 21orang responden dengan kualitas tidur “tidak baik”, 15 orang (71.4%) menderita akne vulgaris dan 6 orang ( 28.6%) tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 33 orang dengan kualitas tidur “baik”, 23 orang (69.7%) menderita akne vulgaris dan 10 orang (30.3%) tidak menderita akne vulgaris.
5.1.8. Hubungan Kuantitas Tidur terhada Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.11. Hubungan Kuantitas Tidur Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Laki-laki
Kuantitas Tidur Akne Vulgaris Non-Akne Vulgaris
Total
Cukup 13 6 19
Kurang 26 11 37
Total 39 17 56
Dari tabel5.11. terdapat 37 orang responden dengan kuantitas tidur “kurang”, 26 orang (70.3%) menderita akne vulgaris dan 11 orang (29.7%) tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 19 orang dengan kuantitas tidur cukup, 13 orang (68.4%) menderita akne vulgaris dan 6 orang (31.6%) tidak menderita akne vulgaris.
Tabel 5.12. Hubungan Kuantitas Tidur Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Perempuan
(43)
Vulgaris
Cukup 13 8 21
Kurang 25 8 33
Total 38 16 54
Dari tabel 5.12. terdapat 33 orang responden dengan kuantitas tidur “kurang”, 25 orang (75.8%) menderita akne vulgaris dan 8 orang (24.2%) tidak menderita akne vulgaris. Terdapat 21 orang dengan kuantitias tidur “cukup”, 13 orang (61.9%) menderita akne vulgaris dan 8 orang (39.1%) tidak menderita akne vulgaris.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur terhadap Kejadian Akne Vulgaris
Dari hasil penelitian pada data tabel 5.7. dijumpai 110 responden. Diketahui ada 50 orang (45.5%) responden yang memiliki kualitas tidur “tidak baik” dan 60 orang (54.5%) responden yang memiliki kualitas tidur “baik”. Dari 50 orang responden dengan kualitas tidur “tidak baik”, 33 orang (66%) menderita akne vulgaris dan 17 orang (34%) tidak menderita akne vulgaris. Dan dari 60 orang responden yang memiliki kualitas tidur “baik”, 44 orang (73.3%) menderita akne vulgris dan 16 orang (26.7%) tidak menderita akne.
Dengan perhitungan uji chi square dengan komputerisasi didapati bahwa p value = 0.403, dimana lebih besar dari nilai α yang ditetapkan (α<0.05) . Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris.
Dari hasil penelitian pada tabel 5.8. dijumpai 110 orang responden, 70 orang (63.6%) memiliki kuantitas tidur “kurang” (<7 jam/hari) dan 40 orang (36.4%) memiliki kuantitas tidur cukup (≥7 jam/hari). Dari 70 orang responden yang memiliki kuantitas tidur “kurang”, 51 orang (72.8%) menderita akne vulgaris, dan 19 orang (27.2%) tidak menderita akne vulgaris. Dari 40 orang responden yang memiliki kuantitas tidur “cukup”, 26 orang (65%) responden
(44)
menderita akne vulgaris dan 14 orang (35%) responden tidak menderita akne vulgaris.
Dengan perhitungan uji chi square dengan komputerisasi didapati bahwa p value = 0,387, dimana lebih besar dari nilai α yang ditetapkan (α<0.05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris.
5.2.2. Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur terhadap Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian pada tabel 5.9. dijumpai 56 orang responden laki-laki, 29 orang (51.8%) memiliki kualitas tidur “tidak baik” dan 27 orang (48.2%) memiliki kualitas tidur “baik”. Dari 29 orang dengan kualitas tidur “tidak baik”, 18 orang (62.1%) menderita akne vulgaris dan 11 orang (37.9%) tidak menderita akne vulgaris. Dan dari 27 orang responden dengan kualitas tidur “baik”, 21 orang (77.8%) menderita kane vulgaris dan 6 orang (22.2%) tidak menderita akne vulgaris. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metoda chi square pada
confidence interval 95% (CI=95%) didapat P value = 0,201 (α = 0,05).
Dari hasil penelitian pada tabel 5.10 dijumpai 54 orang responden perempuan, 21 orang (38.9%) memiliki kualitas tidur “tidak baik” dan 33 orang (61.1%) memiliki kualitas tidur “baik”. Dari 21 orang responden dengan kualitas tidur “tidak baik”, 15 orang (71.4%) menderita akne vulgaris dan 6 orang (38.6%) tidak menderita akne vulgaris. Dari 33 orang responden dengan kualitas tidur “baik”, 23 orang (69.7%) menderita akne vulgaris dan 10 orang (30.3%) tidak menderita akne vulgaris. Setelah dilakukan analisis dengan metode chi square pada confidence interval 95% (CI=95%) didapat p value = 0,892 (α = 0,05).
Dari uji analisis yang telah dilakukan pada kelompok pria dan wanita terhadap kejadian akne vulgaris yang dihubungkan dengan kualitas tidur, yaitu P
value = 0,201 pada kelompok pria dan p value = 0,892 pada wanita. Keduanya
tidak menunjukkan hubungan yang significant antara kualitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris baik pada wanita maupun pada pria.
(45)
Dari hasil penelitian pada tabel 5.11. dijumpai 56 orang responden laki-laki, 37 orang (66.1%) memiliki kuantitas tidur “kurang” dan 19 orang (33.9%) memiliki kuantitas tidur “cukup”. Dari 37 orang dengan kuantitas tidur “kurang”, 26 orang (70.3%) menderita akne vulgaris dan 11 orang (29.7%) tidak menderita akne vulgaris. Dari 19 orang dengan kuantitas tidur “cukup”, 13 orang (68.4%) menderita akne vulgaris dan 6 orang (31.6%) tidak menderita akne vulgaris. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metoda chi square pada
confidence interval 95% (CI=95%) didapat P value = 0,887 (α = 0,05).
Dari hasil penelitian pada tabel 5.12 dijumpai 54 orang responden perempuan, 33 orang (61.1%) dengan kuantitas tidur “kurang” dan 21 orang (38.9%) dengan kuantitas tidur “cukup”. Dari 33 orang dengan kuantitas tiidur “kurang”, 25 orang (75.8%) menderita akne vulgaris dan 8 orang (24.2%) tidak menderita akne vulgaris. Dari 21 orang dengan kuantitas tidur “cukup”, 13 orang (61.9%) menderita akne vulgaris dan 8 orang (38.1%) tidak menderita akne vulgaris. Setelah dilakukan analisis dengan metode chi square pada confidence
interval 95% (CI=95%) didapat p value = 0,277 (α = 0,05).
Dari uji analisis yang telah dilakukan pada kelompok pria dan wanita terhadap kejadian akne vulgaris yang dihubungkan dengan kualitas tidur, yaitu P
value = 0,887 pada kelompok pria dan p value = 0,277 pada wanita. Keduanya
tidak menunjukkan hubungan yang significant antara kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris baik pada wanita maupun pada pria.
(46)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Pada distribusi frekuensi karakteristik responden bahwa sebagian besar berada pada usia 23 tahun (32,7%). Dengan responden termuda berusia 20 tahun dan responden tertua berusia 26 tahun. Jumlah responden berjenis kelamin laki-laki ada 56 orang (50,9%),dan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 54 orang (49,1%).
Rata-rata durasi/kuantitas tidur sehari (per 24 jam) responden yang didapati adalah 6,17 jam, dengan modus 6 jam (35 responden). Diketahui bahwa 70 orang (63.6%) dari 110 responden memiliki kuantitas tidur yang tidak normal untuk usia dewasa (kurang dari 7 jam per 24 jam). Rata-rata skor untuk kualitas tidur adalah 9.14, dengan modus 7 dan 12 skor. Didapati 60 orang (54.5%) responden memiliki kualitas tidur yang baik. Yaitu setiap responden yang memperoleh skor <10 pada kuesioner Epworth Sleepiness Scale.
Dari jumlah total 110 orang responden, dijumpai sebanyak 77 responden (70%) menderita akne vulgaris. Dengan 39 orang berjenis kelamin laki-laki dan 38 orang lainnya berjenis kelamin perempuan.
Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa tidak ada hubungan antara kualitas dan kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris dengan p value masing-masing (0,403 dan 0,387). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa
(47)
penelitian ini ditolak (Ho gagal ditolak), artinya tidak ada hubungan kualitas dan kuantitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris.
6.2. Saran
Penelitian ini masih sangat sederhana, dimana jumlah sampel masih sedikit, dan masih sulit untuk menyingkirkan faktor-faktor resiko lainnya. Sehingga tidak menunjukkan adanya hubungan secara signifikan. Sebaiknya dilakukan penelitian yang memiliki jumlah sampel yang lebih banyak dengan menyingkirkan lebih banyak faktor resiko, sehingga dapat dilihat hubungan yang sebenarnya antara kualitas dan kuantitas tidur terhadap timbulnya akne vulgaris.
(48)
Daftar Pustaka
Cauter, E.V., Knutson, K., Leproult, R., Spiegel, K., 2005. The Impact of Sleep
Deprivation on Hormones and Metabolism, Medscape. Available from:
Cordain, L., Lindenberg, S., Hurtado, M., Hill, K., Eaton, S.B., and Miller, J.B., 2002. Acne Vulgaris. Arch Dermatol/Vol 138: 1584-1590.
Fulton, James,. 2009. Acne Vulgaris. Medscape. Available from:
28, 2010]
Gottlieb, D.J., Punjabi, N.M., Newman, A.B., Resnick, H.E., Redline, S., Baldwin, C.M., et al. 2005. Association of Sleep Time With Diabetes Mellitus
and Impaired Glucose Tolerance. Arch Intern Med. Available from:
2010]
Hafez, K.A., Mahran, A.M., Mahran, A.M., Hofny, E.R.M., Mohamed, K.A., Darweesh, A.m., and Aal, A.A. 2009. The Impact of acne vulgaris on the
quality of life and psycologic status from upper Egypt. Internasional Journal
of Dermatology/Vol 48: 280-285.
Husein, Yahya.2009. Acne Vulgaris in Nigeria adolescent: prevalence, severity,
beliefs, perceptions, and practices. Available from:
2010]
James, W.D. 2005. Acne. N Engl J Med/Vol 352:14
Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan Tidur. USU Digital Library
Different Age Groups. Available from:
(49)
Nobukazu, H., Makoto, K., Shin’ichi, W., Tokio, N., Masafumi, Tomohito, M., et al. 2001. An Epidemiological Study of Acne Vulgaris in Japan by
Questionnaire.Japanese Journal of Dermatology. Japan. Available
fro
[ Accessed: April 28, 2010]
Odom, R.B. 2000. ADREW’S Diseases of Skin Clinical Dermatology. 9th ed. USA: W.B. Saunders Company. 284-292
Ropper, A.H., and Brown, R.H., 2005. ADAMS AND VICTOR’S Principles of
Neurology. 8th ed. USA: Mc Graw Hill.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto.
Vgontzas, A.N., Zoumakis, E., Bixler, E.O., Lin, H.M., Follet, H. Kales, A., et al. 2004. Adverse Effects of Modest Sleep Restriction on Sleepiness,
Performance, and Inflammatory Cytokines. The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism Vol. 89, No. 5 2119-2126. Available from:
2010]
Wasitaatmadja, S.M., 2008. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima Dalam: Djuanda, A. edisi 5. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI, 253-259
Webster, G.F. 2002. Acne Vulgaris. BMJ/Vol 325:425-9
WHO Regional Office for Europe. 2004. WHO technical meeting on sleep and health.
Wu TQ, Mei, T.Q., Zhong, J.X., Gong, L.F., Wu, F.J., Wu, W.H., et al. 2007. "Prevalence and risk factors of facial acne vulgaris among Chinese Adolescents." International Journal of Adolescent Medical Health.; 19(4):407-12.
Zaenglein, A.L., Graber, E.M., Graber, E.M., Thibouotot, D.M., Strauss, J.S. 2008. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions . In:Wolff, Klaus,.. et al, 7th
(50)
ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. USA: Mc Graw Hill, 690-700.
(51)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Saya Goklas, mahasiswa yang sedang menjalani program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris pada Dokter Muda di RSUP H Adam Malik”. Saya mengikutsertakan anda dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan durasi tidur terhadap timbulnya akne pada dokter muda di RSUP H Adam Malik.
Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas anda akan disamarkan. Kerahasiaan data anda akan dijamin sepenuhnya. Bila data anda dipublikasikan dalam hasil penelitian, kerahasiaan data anda akan tetap dijaga.
Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada anda silakan menghubungi saya Goklas (HP: 085297165421). Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
( Goklas )
(52)
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Tempat/Tanggal lahir :
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan *)
Alamat :
Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang penelitian:
Judul : Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur Terhadap
Timbulnya Akne Vulgaris Pada Dokter Muda di RSUP H Adam Malik
Nama Peneliti : Goklas (070100104) Jenis Penelitian : Analitik
Lokasi : Lingkungan RSUP H Adam Malik
Institusi : RSUP H Adam Malik
maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.
Medan,….. 2010
Mahasiswa peneliti, Peserta penelitian,
LAMPIRAN 3
KUESIONER
(53)
JUDUL PENELITIAN :
Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris Pada
Dokter Muda di RSUP H Adam Malik
1. Apakah anda selalu berjerawat? a. ya
b. tidak
2. Apakah anda berjerawat selama 3 bulan terakhir? a. ya
b. tidak
3. Apakah anda memperhatikan kondisi jerawat anda setiap hari? a. ya, selalu
b. kadang-kadang
4. Berapa kali anda mengkonsumsi makanan cepat saji dalam 1 minggu? a. 0-4 kali/ minggu
b. >4 kali/ minggu
5. Apakah kondisi jerawat anda memburuk bila mengkonsumsi makanan tertentu (fast food, coklat, kacang, dll…..)?
a. ya b. tidak
6. Apakah anda sering memakai kosmetik pelembab, alas bedak, susu pembersih) atau jel rambut?
a. ya b. tidak
(54)
7. Apakah kondisi jerawat anda memburuk ketika menggunakan kosmetik (pelembab, alas bedak, susu pembersih) atau jel rambut?
a. ya b. tidak
8. Apakah kedua orang tua Anda berjerawat? a. ya
b. tidak
9. Apakah Anda mendapat/ menggunakan obat-obatan untuk akne yang anda derita?
a. ya b. tidak
10. Apakah Anda mengkonsumsi obat-obatan seperti kortikosteroid, antiepilepsi, dan iodide?
a. ya b. tidak
11. Apakah kondisi jerawat Anda sedang menstruasi? ( khusus responden wanita) a. ya
b. tidak
12. Apakah Anda sedang hamil? (khusus responden wanita) a. ya
b. tidak
13. Apakah Anda mengkonsumsi pil kontrasepsi ataupun kontrasepsi injeksi? (khusus responden wanita)
(55)
b. tidak
Kuantitas Tidur
1. Berapa lama anda tidur dalam sehari (per 24 jam)?
Jawab: jam.
2. Berapa kali anda terjaga/terbangun dari tidur ketika malam hari? Sebutkan! Jawab: kali.
3. Berapa lama anda terjaga dari tidur anda ketika malam hari?
Jawab: menit.
4. Apakah anda dapat tidur kembali setelah terjaga/terbangun? Jawab :
5. Apakah Anda tidur di rumah setelah jaga malam? Berapa lama?
Jawab : Ya/Tidak, jam
Kualitas Tidur (Epworth Sleepiness Scale)
Seberapa besar kemungkinan anda akan tertidur ketika menjalani aktifitas-aktifitas di bawah ini? Apabila anda belum pernah melakukan aktifitas-aktifitas tersebut, cobalah untuk menjawab dengan membayangkan anda melakukan hal tersebut. 1. Duduk sambil membaca?
(56)
b. Kemungkinan kecil akan tetidur c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
2. Menonton TV?
a. Tidak akan pernah tertidur b. Kemungkinan kecil akan tetidur c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
3. Duduk tanpa melakukan aktifitas lain di tempat umum?
a. Tidak akan pernah tertidur b. Kemungkinan kecil akan tetidur c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
4. Ketika menjadi penumpang kendaraan selama 1 jam atau lebih?
a. Tidak akan pernah tertidur b. Kemungkinan kecil akan tetidur c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
5. Berbaring di sore hari?
a. Tidak akan pernah tertidur b. Kemungkinan kecil akan tetidur c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
6. Duduk sambil berbicara dengan seseorang?
a. Tidak akan pernah tertidur b. Kemungkinan kecil akan tetidur
(57)
c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
7. Duduk diam sehabis makan siang (tanpa alcohol)?
a. Tidak akan pernah tertidur b. Kemungkinan kecil akan tetidur c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
8. Berhenti beberapa menit karena rambu lalulintas ketika berkendara?
a. Tidak akan pernah tertidur b. Kemungkinan kecil akan tetidur c. Kemungkinan sedang akan tertidur d. Kemungkinan besar akan tertidur
(58)
Umur (tahun)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20 2 1.8 1.8 1.8
21 8 7.3 7.3 9.1
22 37 33.6 33.6 42.7
23 40 36.4 36.4 79.1
24 17 15.5 15.5 94.5
25 4 3.6 3.6 98.2
26 2 1.8 1.8 100.0
Total 110 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 56 50.9 50.9 50.9
perempuan 54 49.1 49.1 100.0
Total 110 100.0 100.0
Status Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid akne 77 70.0 70.0 70.0
non-akne 33 30.0 30.0 100.0
(59)
Jenis Kelamin * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Jenis Kelamin laki-laki Count 39 17 56
% within Status Responden 50.6% 51.5% 50.9%
perempuan Count 38 16 54
% within Status Responden 49.4% 48.5% 49.1%
Total Count 77 33 110
% within Status Responden 100.0% 100.0% 100.0%
Kualitas Tidur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 60 54.5 54.5 54.5
tidak baik 50 45.5 45.5 100.0
Total 110 100.0 100.0
Kuantitas Tidur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup 40 36.4 36.4 36.4
Kurang 70 63.6 63.6 100.0
(60)
Kualitas Tidur Responden * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Kualitas Tidur Responden baik Count 44 16 60
% within Status Responden 57.1% 48.5% 54.5%
tidak baik Count 33 17 50
% within Status Responden 42.9% 51.5% 45.5%
Total Count 77 33 110
% within Status Responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Kualitas tidur dan Status Responden
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .698a 1 .403
Continuity Correctionb .393 1 .531
Likelihood Ratio .697 1 .404
Fisher's Exact Test .413 .265
N of Valid Casesb 110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Kuantitas Tidur Responden * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Kuantitas Tidur Responden Cukup Count 26 14 40
% within Status Responden 33.8% 42.4% 36.4%
Kurang Count 51 19 70
% within Status Responden 66.2% 57.6% 63.6%
(61)
Kuantitas Tidur Responden * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Kuantitas Tidur Responden Cukup Count 26 14 40
% within Status Responden 33.8% 42.4% 36.4%
Kurang Count 51 19 70
% within Status Responden 66.2% 57.6% 63.6%
Total Count 77 33 110
% within Status Responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .748a 1 .387
Continuity Correctionb .421 1 .516
Likelihood Ratio .740 1 .390
Fisher's Exact Test .396 .257
N of Valid Casesb 110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Kualitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Laki-laki
Count
Status Responden
Total
1 2
Kualitas Tidur baik 21 6 27
tidak baik 18 11 29
(62)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.632a 1 .201
Continuity Correctionb .974 1 .324
Likelihood Ratio 1.652 1 .199
Fisher's Exact Test .252 .162
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Kualitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Perempuan
Count
Status Responden
Total
1 2
Kualitas Tidur baik 21 6 27
tidak baik 18 11 29
Total 39 17 56
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .018a 1 .892
Continuity Correctionb .000 1 1.000
(63)
Fisher's Exact Test 1.000 .571
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.22.
b. Computed only for a 2x2 table
Kuantitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Laki-laki
Count
Status Responden
Total
1 2
Kuantitas Tidur Cukup 13 6 19
Kurang 26 11 37
Total 39 17 56
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .020a 1 .887
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .020 1 .887
Fisher's Exact Test 1.000 .560
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.77.
(64)
Kuantitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Perempuan
Count
Status Responden
Total
1 2
Kuantitas Tidur Cukup 13 8 21
Kurang 25 8 33
Total 38 16 54
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.181a 1 .277
Continuity Correctionb .610 1 .435
Likelihood Ratio 1.166 1 .280
Fisher's Exact Test .363 .217
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.22.
b. Computed only for a 2x2 table
(1)
Jenis Kelamin * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Jenis Kelamin laki-laki Count 39 17 56
% within Status Responden 50.6% 51.5% 50.9%
perempuan Count 38 16 54
% within Status Responden 49.4% 48.5% 49.1%
Total Count 77 33 110
% within Status Responden 100.0% 100.0% 100.0%
Kualitas Tidur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 60 54.5 54.5 54.5
tidak baik 50 45.5 45.5 100.0
Total 110 100.0 100.0
Kuantitas Tidur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup 40 36.4 36.4 36.4
Kurang 70 63.6 63.6 100.0
(2)
Kualitas Tidur Responden * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Kualitas Tidur Responden baik Count 44 16 60
% within Status Responden 57.1% 48.5% 54.5%
tidak baik Count 33 17 50
% within Status Responden 42.9% 51.5% 45.5%
Total Count 77 33 110
% within Status Responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Kualitas tidur dan Status Responden
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .698a 1 .403
Continuity Correctionb .393 1 .531
Likelihood Ratio .697 1 .404
Fisher's Exact Test .413 .265
N of Valid Casesb 110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00. b. Computed only for a 2x2 table
Kuantitas Tidur Responden * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Kuantitas Tidur Responden Cukup Count 26 14 40
% within Status Responden 33.8% 42.4% 36.4%
Kurang Count 51 19 70
% within Status Responden 66.2% 57.6% 63.6%
(3)
Kuantitas Tidur Responden * Status Responden Crosstabulation
Status Responden
Total
akne non-akne
Kuantitas Tidur Responden Cukup Count 26 14 40
% within Status Responden 33.8% 42.4% 36.4%
Kurang Count 51 19 70
% within Status Responden 66.2% 57.6% 63.6%
Total Count 77 33 110
% within Status Responden 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .748a 1 .387
Continuity Correctionb .421 1 .516
Likelihood Ratio .740 1 .390
Fisher's Exact Test .396 .257
N of Valid Casesb 110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00. b. Computed only for a 2x2 table
Kualitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Laki-laki
Count
Status Responden
Total
1 2
Kualitas Tidur baik 21 6 27
tidak baik 18 11 29
(4)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.632a 1 .201
Continuity Correctionb .974 1 .324
Likelihood Ratio 1.652 1 .199
Fisher's Exact Test .252 .162
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.20. b. Computed only for a 2x2 table
Kualitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Perempuan
Count
Status Responden
Total
1 2
Kualitas Tidur baik 21 6 27
tidak baik 18 11 29
Total 39 17 56
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .018a 1 .892
Continuity Correctionb .000 1 1.000
(5)
Fisher's Exact Test 1.000 .571
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.22. b. Computed only for a 2x2 table
Kuantitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Laki-laki
Count
Status Responden
Total
1 2
Kuantitas Tidur Cukup 13 6 19
Kurang 26 11 37
Total 39 17 56
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .020a 1 .887
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .020 1 .887
Fisher's Exact Test 1.000 .560
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.77. b. Computed only for a 2x2 table
(6)
Kuantitas Tidur * Status Responden Crosstabulation Perempuan
Count
Status Responden
Total
1 2
Kuantitas Tidur Cukup 13 8 21
Kurang 25 8 33
Total 38 16 54
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.181a 1 .277
Continuity Correctionb .610 1 .435
Likelihood Ratio 1.166 1 .280
Fisher's Exact Test .363 .217
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.22. b. Computed only for a 2x2 table