Hubungan Tidur dan Kejadian Akne Vulgaris

lanjut. Tetapi terdapat perbedaan pada tiap individu terhadap lama tidur dan dalamnya tidur. Ini dipengaruhi genetic, early-life conditioning, jumlah aktifitas fisik, dan status psikologis seseorang Adams,2005. Sedangkan dari sumber lain, sebuah artikel Medscape 2005, durasi tidur rata-rata usia dewasa adalah 7-8 jam per hari. Sementara remaja butuh waktu yang lebih lama, yaitu sekitar 9 jam, meskipun banyak yang tidur kurang dari 8 jam pada hari sekolah.

2.2.2. Efek Tidur Pada Kesehatan

Tidur merupakan kebutuhan dasar tubuh kita dan penting untuk kesehatan kita, kualitas hidup yang bagus, dan melaksanakan aktifitas dengan maksimal. Akibat utama dari kurangnya waktu tidur atau tidur yang tidak maksimal adalah efek fisik mengantuk, lelah, dan hipertensi, efek gangguan kognitif penampilanaktifitas, perhatian dan motivasi yang burukmenurun; berkurangnya konsentrasi dan kapasitas intelektual dan meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja atau kecelakaan saat berkendara, dan efek gangguan psikologis. Tidur yang tidak adekuat mempengaruhi kemampuan berpikir, kemampuan menghadapi stress, menjaga system imun yang sehat, dan mengakibatkan stress tingkat sedang WHO,2004. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan durasi tidur memiliki beberapa pengaruh yang cukup nyata, yaitu: peningkatan sitokin proinflamasi IL- 6 danatau TNFα, dan penuruan konsentrasi kortisol pada pagi hari dan meningkat pada malam hari Vgontzas,2004. Dan pada penelitian Gottlieb dkk 2005, pengurangan waktu tidur juga berpengaruh pada meningkatnya kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus DM dan juga impaired glucose tolerance IGT.

2.3. Hubungan Tidur dan Kejadian Akne Vulgaris

Ada berbagai efek yang terjadi akibat pengurangan waktu tidur. Beberapa diantaranya kemungkinan berpengaruh terhadap pathogenesis akne vulgaris. Hal- hal yang kemungkinan berpengaruh ini antara lain: meningkatnya level stress, meningkatnya kadar ghrelin yang disertai penurunan leptin dalam plasma pada Universitas Sumatera Utara malam hari, menurunnya kadar kortisol pada pagi hari lalu meningkat pada malam hari, peningkatan sitokin proinflamasi IL- 6 danatau TNFα sirkulasi, dan meningkatnya kemungkinan menderita IGT dan DM. Stress berhubungan dengan meningkatnya kerja kelenjar sebasea, baik secara langsung ataupun melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis Wasitaatmadja,2008. Peningkatan produksi sebum berhubungan dengan peningkatan asam lemak bebas yang bersifat komedogenik yangn merupakan salah satu dasar pathogenesis akne Zaenglein,2008. Jadi secara tidak langsung kita dapat menyimpulkan kurangnya durasi tidur atau kehilangan waktu tidur berperan terhadap timbulnya akne. Meningkatnya kadar ghrelin serta menurunnya kadar leptin dalam plasma pada malam hari memiliki pengaruh untuk seseorang mengkonsumsi lebih banyak makanan pada malam hari. Dan ini bisa mengakibatkan keadaan hiperinsulinemia akibat diet berlebihan. Dan kondisi hiperinsulinemia ini mengakibatkan meningkatnya kadar insulinlike growth factor-1 IGF-1 dan menurunnya insulinlike growth factor binding protein 3 IGFBP-3. . Kenaikan IGF-1 memiliki potensi yang tinggi untuk pertumbuhan semua jaringan, termasuk folikel yang kemudian dapat menimbulkan akne. Insulin dan IGF-1 menstimulasi sintesis androgen pada jaringan testis dan ovarium. Lebih lanjut, insulin dab IGF-1 menginhibisi sintesis sex hormone binding protein SHBP di hepar sehingga bioavailability androgen meningkat Cordain,2002. Glukortikoid kortisol sering disebut stress hormone memiliki efek metabolism glukoneogenesis, meningkatkan resistensi terhadap stress dengan memberikan energy melalui glukoneogenesis, mengatur kadar sel darah merah dalam plasma dan mendistribusi eosinofil, basofil, monosit, limfosit ke jaringan limfoid sehingga berkurang di sirkulasi dan dan meningkatkan kadar Hb, eritrosit, trombosit dan leukosit, memiliki efek anti inflamasi dan mempengaruhi sistem mekanisme umpan balik. Sehingga bila kadar kortisol rendah pada pagi hari, maka kemampuan menangani stress akan berkurang, energy berkurang akibat berkurangnya glukoneogenesis, dan inflamasi akan lebih mudah terjadi akibat Universitas Sumatera Utara tingginya eosinofil, basofil, monosit, limfosit dalam plasma. Hal-hal tersebut kemungkinan akan mempermudah terjadinya akne. Peningkatan sitokin proinflamasi, khususnya TNFα, kemungkinan berhubungan dengan kejadian akne melalui efek inflamasi yang ditimbulkan. Dan pada penderita akne ditemukan peningkatan sekresi TNFα seperti pada uraian pathogenesis akne sebelumnya.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka hubungan kualitas dan kuantitas tidur terhadap timbulnya akne vulgaris Variabel independen pada penelitian ini adalah kualitas tidur dan kuantitas tidur yang kurang dari tujuh jam perhari, sedangkan variabel dependen adalah kejadian akne vulgaris.

3.2 Definisi Operasional

Durasi tidur adalah lamanya waktu tidur rata-rata subyek dalam sehari per 24 jam. Durasi atau kuantitas tidur normal dalam penelitian ini adalah 7-8 jam sehari. Kualitas tidur adalah pengaruh tidur terhadap kemampuan individu menjalani aktifitasnya. Dimana kualitas tidur yang baik akan mengakibatkan individu melakukan aktifitas dengan maksimal. Kualitas dan Kuantitas Tidur yang kurang Akne Vulgaris Universitas Sumatera Utara