Studi Retrospektif Psien Akne Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2010-2012

(1)

Studi Retrospektif Pasien Akne Vulgaris di

RSUP H. Adam Malik Medan

periode tahun 2010–2012

TESIS

OLIVIA ANGGRENNI

NIM: 077105007

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan tesis yang berjudul: “ Studi Retrospektif Psien Akne Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2010-2012” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh keahlian dalam bidang Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini, baik ketika penulis melakukan penelitian maupun saat penulis menyusun setiap kata demi kata dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian, ada banyak pihak yang Allah SWT telah kirimkan untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan perhargaan yang setinggi-tingginya kepada:

• Yang terhormat dr. Nelva K. Jusuf, SpKK (K), selaku pembimbing utama penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan dan koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.

• Yang terhormat dr. Rointan Simanungkalit, SpKK (K) selaku pembimbing kedua penulis, yang juga telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini.

• Yang terhormat dr. Oratna Ginting, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.

• Yang terhormat dr. Meidina K Wardhani, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.

• Yang terhormat dr. Sri Wahyuni Purnama SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.

• Yang terhormat Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK (K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sebagai guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(3)

• Yang terhormat dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K), sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

• Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

• Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

• Yang terhormat Prof. dr. Diana Nasution, SpKK (K), yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

• Yang terhormat para Guru Besar, (Alm) Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK (K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK (K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

• Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medam, Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

• Yang terhormat Dr Surya Dharma, MPH, selaku staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, dan dr. Arlinda Sari Wahyuni. M.Kes, selaku staf Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.

• Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.

• Yang tercinta Ayahanda Drs. Mayjen (Purn) H. Rudy Supriatna, SE MM dan Ibunda Hj. Tuty Mulyati Simatupang, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya. Tiada


(4)

ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya hanya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian. • Yang terkasih Abang dan Adik saya, terima kasih atas doa, dukungan dan pengertian yang

telah kalian berikan kepada saya selama ini.

• Yang tercinta anak- anakku M. Akbar Luqman Al Hakim Hanafi, M. Hasan Aulia Hanafi yang senantiasa mau mengerti dan selalu berdoa untuk mamanya. Semua pengorbanan dan jerih payah ini hanya untuk anak-anaku tercinta.

• Yang terkasih seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan nasehat selama masa pendidikan dan penelitian saya ini.

• Kepada seluruh keluarga dan kerabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

• Yang terhormat dr.Sufina F Nst, dr. Margaret Nelly Olinca Sibarani Mked(KK), SpKK, dr. Rudyn Reymond Panjaitan Mked(KK), SpKK, dr. Dina Arwina Dalimunthe Mked(KK),SpKK, dr. Nova Zairina Lubis, dr. Irina Damayanti,dr. Cut Putri dr. Wahyuni dan seluruh teman sejawat peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU atas segala bantuan, dukungan, dan kerjasama yang telah diberikan kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

• Kepada seluruh staf Laboratorium Prodia Medan, yang telah memberikan kesempatan, fasilitas, dan kemudahan kepada saya untuk melaksanakan penelitian.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan atau kekhilafan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama menjalani masa pendidikan ini.

Dan akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, saya panjatkan doa kepada Allah SWT, agar kiranya berkenan untuk dan melindungi kita sekalian. Amin.

Medan, April 2014 Penulis


(5)

Studi Retrospektif Pasien Akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan

periode tahun 2010-2012

Olivia Anggrenni

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Rointan Simanungkalit, Nelva K. Jusuf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang : Akne vulgaris merupakan suatu penyakit akibat peradangan kulit yang menahun dari unit pilosebaseus. Hampir semua orang pernah mengalaminya dan dapat memberikan dampak fisik dan psikologis berupa stres emosional, depresi dan skar yang permanen Sampai saat ini belum diketahui proporsi dan karateristik pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis lengkap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

Hasil : Jumlah pasien akne vulgaris yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012 berjumlah 182 orang dengan proporsi kejadian sebesar 1,10%. Karakteristik pasien akne vulgaris umumnya berjenis kelamin perempuan, terbanyak berusia 16-20 tahun, tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA, pekerjaan terbanyak pelajar/mahasiswa, tingkat keparahan terbanyak derajat II, lokasi terbanyak pada wajah, durasi penyakit terbanyak 1-52 minggu dan pengobatan terbanyak adalah dengan gel klindamisin phosphat 1,2% + tretinoin 0,025%.

Kesimpulan : Proporsi pasien akne vulgaris yang datang berobat ke RSUP H. Adam malik Medan periode Januari 2010-Desember 2012 adalah 1.10%. Mayoritas pasien adalah perempuan, berusia 16-20 tahun, tingkat pendidikan SMA, pekerjaan pelajar/mahasiswa, tingkat keparahan derajat II, lokasi terbanyak pada wajah, durasi penyakit 1-52 minggu dan mendapat pengobatan dengan gel klindamisin phosphate 1,2% + tretinoin 0,025%.


(6)

Retrospective Study of Acne vulgaris Patients in H. Adam Malik General

Hospital in 2010-2012

Olivia Anggrenni

Department of Dermato-Venereology

, Rointan Simanungkalit , Nelva K.Jusuf

Faculty of Medicine, University of North Sumatra Haji Adam Malik General Hospital Medan - Indonesia

ABSTRACT

Background : Acne vulgaris is a skin disease caused by chronic inflammation of the pilosebaceus unit. Almost everyone has experienced it and can provide physical and psychological effects such as emotional stress , depression and permanent scarring. There is no data reported about proportion and characteristic acne vulgaris patients at Adam Malik General Hospital, Medan

Objective : To determine the features of acne vulgaris patients in the Department of Dermato-Venereology H. Adam Malik General Hospital in the period January 2010 - December 2012 .

Method : This is a descriptive study, conducted retrospectively using secondary data analysis from a complete medical record on H. Adam Malik General Hospital in Medan from January 2010 - December 2012 .

Result : There are 182 acne vulgaris patients who visit the Adam Malik General Hospital in the January 2010 - December 2012 period with the incidence proportion of 1.10 %. Characteristics of patients with acne vulgaris mostly female, aged 16-20 years, education level is high school, most students work/college students, the highest degree of acne vulgaris severity II , the location mostly on face, mostly 1-52 weeks duration of the disease, and mostly treated with clindamycin phosphate gel 1.2 % + 0.025 % tretinoin cream

Conclusion : The proportion of acne vulgaris patients which came to H. Adam Malik General Hospital Medan was 1,10%. The majority of these patients were female, 16-20 years old, high school education level, work as a student, the severity of stage II, the location on the face, disease duration 1-52 weeks, and treated with clindamycin phosphate 1.2 % + tretinoin 0.025 % gel .


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... I 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bidang Akademik atau Ilmiah ... 5

1.4.2 Pengembangan Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Akne Vulgaris ... 6

2.1.1. Defenisi ... 6

2.1.2. Epidemiologi ... 6


(8)

2.1.4. Gambaran Klinis ... 9

2.1.5. Gradasi Akne Vulgaris ... 10

2.1.6. Diagnosis... 13

2.1.7. Diagnosis Banding ... 13

2.1.8. Pengobatan ... 16

2.1.9. Kerangka Teori ... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Desain Penelitian ... 22

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

3.3. Objek Penelitian ... 22

3.4. Bahan dan Cara Kerja ... 22

3.4.1. Bahan ... 22

3.4.2. Cara Kerja ... 23

3.5. Kerangka Operasional ... 24

3.6. Defenisi Operasional ... 25

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27 4.1. Proporsi Pasien Akne Vulgaris ... 27

4.2. Karateristik Pasien Akne Vulgaris ... 29

4.2.1 Karateristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

4.2.2 Karateristik Berdasarkan Usia ... 30

4.2.3 Tabulasi Silang Usia Dengan Jenis Kelamin ... 31

4.2.4 Karateristik Berdasarkan Pendidikan ... 32

4.2.5 Karateristik Berdasarkan Pekerjaan ... 33


(9)

4.4 Distribusi Frekuensi Durasi Penyakit ... 34

4.5 Tingkat Keparahan ... 36

4.6 Pengobatan ... 37

4.7 Keterbatasan Penelitian ... 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1. Kesimpulan ... 41

5.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(10)

DAFTAR TABEL

4.1. Proporsi Kejadian Akne Vulgaris di RSUP. H. Adam Malik Medan

Tahun 2010-2012 ... 27

4.2. Karateristik Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

4.3. Karateristik Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Usia ... 30

4.4. Gambaran Usia Pasien Akne Vulgaris dengan Jenis kelamin ... 31

4.5. Karateristik Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Pendidikan ... 32

4.6. Karateristik Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Pekerjaan ... 33

4.7. Lokasi Lesi Akne Vulgaris pada Pasien Akne Vulgaris ... 33

4.8. Karateristik Pasien Akne Vulgaris Berdasarkan Kelompok Durasi Penyakit... 35

4.9. Derajat Keparahan Akne Vulgaris pada pasien Akne Vulgaris ... 36


(11)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adrenocorticotropic hormone DHEA-S : Dehydroepiandrosterone sulphate

DHT : Dehidrotestoteron

GAGS : Global Acne Grading System IL : Interleukin

PCOS : Polycistic ovarian syndrome TLR : Toll like receptor

TNF : Tumor necrosis factor


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Status Penelitian ... 45 Lampiran 2: Master Tabel ... 48 Lampiran 3: Analisis Statistik Penelitian. .. ...

53


(13)

Studi Retrospektif Pasien Akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan

periode tahun 2010-2012

Olivia Anggrenni

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Rointan Simanungkalit, Nelva K. Jusuf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang : Akne vulgaris merupakan suatu penyakit akibat peradangan kulit yang menahun dari unit pilosebaseus. Hampir semua orang pernah mengalaminya dan dapat memberikan dampak fisik dan psikologis berupa stres emosional, depresi dan skar yang permanen Sampai saat ini belum diketahui proporsi dan karateristik pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis lengkap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

Hasil : Jumlah pasien akne vulgaris yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012 berjumlah 182 orang dengan proporsi kejadian sebesar 1,10%. Karakteristik pasien akne vulgaris umumnya berjenis kelamin perempuan, terbanyak berusia 16-20 tahun, tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA, pekerjaan terbanyak pelajar/mahasiswa, tingkat keparahan terbanyak derajat II, lokasi terbanyak pada wajah, durasi penyakit terbanyak 1-52 minggu dan pengobatan terbanyak adalah dengan gel klindamisin phosphat 1,2% + tretinoin 0,025%.

Kesimpulan : Proporsi pasien akne vulgaris yang datang berobat ke RSUP H. Adam malik Medan periode Januari 2010-Desember 2012 adalah 1.10%. Mayoritas pasien adalah perempuan, berusia 16-20 tahun, tingkat pendidikan SMA, pekerjaan pelajar/mahasiswa, tingkat keparahan derajat II, lokasi terbanyak pada wajah, durasi penyakit 1-52 minggu dan mendapat pengobatan dengan gel klindamisin phosphate 1,2% + tretinoin 0,025%.


(14)

Retrospective Study of Acne vulgaris Patients in H. Adam Malik General

Hospital in 2010-2012

Olivia Anggrenni

Department of Dermato-Venereology

, Rointan Simanungkalit , Nelva K.Jusuf

Faculty of Medicine, University of North Sumatra Haji Adam Malik General Hospital Medan - Indonesia

ABSTRACT

Background : Acne vulgaris is a skin disease caused by chronic inflammation of the pilosebaceus unit. Almost everyone has experienced it and can provide physical and psychological effects such as emotional stress , depression and permanent scarring. There is no data reported about proportion and characteristic acne vulgaris patients at Adam Malik General Hospital, Medan

Objective : To determine the features of acne vulgaris patients in the Department of Dermato-Venereology H. Adam Malik General Hospital in the period January 2010 - December 2012 .

Method : This is a descriptive study, conducted retrospectively using secondary data analysis from a complete medical record on H. Adam Malik General Hospital in Medan from January 2010 - December 2012 .

Result : There are 182 acne vulgaris patients who visit the Adam Malik General Hospital in the January 2010 - December 2012 period with the incidence proportion of 1.10 %. Characteristics of patients with acne vulgaris mostly female, aged 16-20 years, education level is high school, most students work/college students, the highest degree of acne vulgaris severity II , the location mostly on face, mostly 1-52 weeks duration of the disease, and mostly treated with clindamycin phosphate gel 1.2 % + 0.025 % tretinoin cream

Conclusion : The proportion of acne vulgaris patients which came to H. Adam Malik General Hospital Medan was 1,10%. The majority of these patients were female, 16-20 years old, high school education level, work as a student, the severity of stage II, the location on the face, disease duration 1-52 weeks, and treated with clindamycin phosphate 1.2 % + tretinoin 0.025 % gel .


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun dari unit pilosebasea, yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti: komedo, papul, pustul, nodul dan kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung. Akne vulgaris merupakan suatu penyakit yang tidak hanya memberikan efek secara fisik bagi pasiennya, namun juga efek psikologis seperti rasa cemas dan depresi.

1,2

3

Akne vulgaris yang berat dapat menyebabkan terbentuknya skar yang permanen.

Diperkirakan sekitar 60-70% populasi di Amerika serikat pernah menderita akne vulgaris sepanjang hidupnya dan sebanyak 20% diantaranya menderita akne vulgaris berat.

1,3,4

1

Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis selama periode Januari – Desember 2008, dari total 5.573 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 107 pasien (1,91%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 8,41% berusia 0-12 tahun, 90,6% berusia 13-35 tahun dan hanya 0,93% yang berusia 36-65 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa penderita akne vulgaris yang terbanyak adalah usia remaja dan dewasa muda.

Patofisiologi akne vulgaris adalah multifaktorial, dengan bukti-bukti yang kuat menunjukkan adanya keterlibatan beberapa faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit. Pada umumnya patofisiologi akne vulgaris terdiri dari perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi sebum yang meningkat, peningkatan jumlah flora folikel (propionibacterium acnes) dan respon inflamasi, namun bagi sebagian besar peneliti, patofisologi akne vulgaris masih merupakan suatu


(16)

misteri.Telah dilakukan berbagai usaha untuk mencari pemecahan terhadap kompleksitas patofisiologi tersebut dengan tujuan agar di masa mendatang dapat ditemukan pendekatan terapi yang lebih menyeluruh dan tepat untuk pasien akne vulgaris.

Berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan perbedaan prevalensi pasien akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin. Shen dkk, (2012) melakukan penelitian berskala besar di enam kota besar di China terhadap penduduk usia 1-99 tahun, dari 1339 pasien akne vulgaris, dijumpai prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki (61,2%) dibanding perempuan (38,8%). Pada usia remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) juga dijumpai prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki yaitu 46,9%.

1,4,6

7

Yahya, (2009) melakukan penelitian pada sebuah sekolah di Kaduna, Nigeria melaporkan akne vulgaris pada pelajar usia 11-19 tahun dimana dari 379 pasien akne vulgaris 198 orang (52,2%) adalah laki-laki.

Kubba R dkk,(2009) melaporkan data prevalensi dari sebuah klinik dermatologi di rumah sakit pendidikan di Vanarasi pada pasien akne vulgaris usia 12-17 tahun, lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki (50,6%) dibanding wanita (38,13%). Peneliti meyakini tidak ada perbedaan prevalensi akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin, meskipun sering dilaporkan adanya perbedaan, sangat mungkin merupakan bias sosial.

8

Collier CN dkk, (2008) dalam penelitiannya terhadap pasien akne vulgaris menyatakan bahwa akne vulgaris lebih sering dijumpai pada populasi wanita dibandingkan pria pada semua kelompok umur diatas usia 20 tahun.

9

Akne vulgaris merupakan kelainan kulit yang paling sering dan diperkirakan mengenai sedikitnya 80% dari seluruh populasi yang berusia antara 12 dan 25 tahun.

10

11

Data yang diperoleh dari rekam medis pasien akne vulgaris yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan


(17)

Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2008 sekitar 90% pasien akne vulgaris adalah remaja dan dewasa muda.

Akne vulgaris dapat terjadi pada semua ras dan etnis. Meskipun demikian terdapat perbedaan gambaran klinis pada masing-masing kelompok. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Perkins dkk. (2011) disebutkan bahwa akne vulgaris lebih sering dijumpai pada wanita Afrika Amerika dan Hispani (masing-masing 37% dan 32%) dibandingkan dengan wanita India, Kaukasia dan Asia (masing-masing 23%, 24% dan 30%). Pada wanita Asia akne inflamasi lebih menonjol dibanding dengan akne komedonal sedangkan pada Kaukasia akne komedonal lebih menonjol. Ada korelasi negatif antara ukuran pori kulit dan kecerahan kulit pada semua etnis. Produksi sebum berkorelasi positif dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada wanita Afrika Amerika, Asia dan Hispanik. Sedangkan ukuran pori berkorelasi positif dengan terjadinya akne vulgaris pada wanita Afrika Amerika, Asia dan India.

5

Sampai saat ini belum diketahui gambaran akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan dalam beberapa tahun terakhir sehingga peneliti ingin melakukan penelitian retrospektif pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2010 - 2012.

12

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pasien akne vulgaris di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum:

Untuk mengetahui gambaran pasien akne vulgaris di RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.


(18)

1.3.2 Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui jumlah pasien akne vulgaris yang berkunjung di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.

b. Untuk mengetahui proporsi pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

c. Untuk mengetahui distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

d. Untuk mengetahui gambaran karakteristik penyakit akne vulgaris berdasarkan lokasi lesi, durasi penyakit, derajat keparahan dan pengobatan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bidang Akademik atau ilmiah

Memberikan informasi kepada institusi kesehatan, institusi pendidikan dan pihak-pihak terkait lainnya mengenai gambaran pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

1.4.2 Pengembangan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi data dasar ataupun data pendukung untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai akne vulgaris.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne vulgaris 2.1.1 Definisi

Akne vulgaris merupakan gangguan dari unit pilosebasea yang sering dijumpai, dikarateristikkan dengan adanya papul folikular non inflamasi (komedo) dan adanya papul `inflamasi, pustul, nodul dan kista pada bentuk yang berat. Akne vulgaris mengenai daerah kulit dengan populasi kelenjar sebasea yang paling padat; antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung. Akne vulgaris yang berat dapat memberikan dampak psikologis dan fisik berupa stres emosional, depresi dan skar yang permanen.

2.1.2 Epidemiologi

1,3

Akne vulgaris diperkirakan mengenai 79-95% pada usia remaja.13 Pada pria dan wanita yang berusia lebih dari 45 tahun, 40-45% diantaranya memiliki akne vulgaris pada wajah, dimana pada 12% wanita dan 3% pria menetap hingga usia pertengahan.14 Meskipun demikian, hanya ada beberapa penelitian mengenai prevalensi akne vulgaris pada remaja di Asia. Dalam suatu penelitian yang dilakukan terhadap 1.045 remaja usia 13-19 tahun di Singapura, hasilnya memperlihatkan bahwa 88% diantaranya ternyata memiliki akne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 51,4 % diklasifikasikan sebagai akne vulgaris ringan, 40 % akne vulgaris sedang dan 8,6 % akne vulgaris berat.

Saat memasuki usia dewasa, prevalensi akne vulgaris akan menurun. Namun demikian pada wanita kejadian akne vulgaris dapat terus berlanjut hingga usia dekade ketiga atau lebih lama lagi. Pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui


(20)

bahwa justru gejala akne vulgaris berat terjadi pada pria.1 Akne vulgaris nodulokistik dilaporkan lebih sering terjadi pada pria kulit putih dibandingkan kulit hitam, dan satu penelitian menemukan bahwa akne vulgaris lebih berat pada pasien-pasien dengan genotip XYY.

2.1.3 Etiologi dan patogenesis

1

Patogenesis akne vulgaris bersifat multifaktorial. Ada 4 faktor penting yang dianggap berperan dalam perkembangan suatu lesi akne vulgaris. Faktor-faktor tersebut antara lain hiperproliferasi folikuler epidermal, peningkatan produksi sebum, peningkatan aktivitas P. acnes, dan inflamasi.

Hiperproliferasi epidermal folikular adalah kejadian yang pertama sekali dikenal dalam perkembangan akne vulgaris. Penyebab pasti yang mendasari hiperproliferasi ini tidak diketahui. Saat ini, ada 3 buah hipotesis yang telah diajukan untuk menjelaskan mengapa epitelium folikular bersifat hiperproliferatif pada individu dengan akne vulgaris. Pertama, hormon androgen, yang telah dikenal sebagai pencetus awal. Komedo, lesi klinis yang menyebabkan pembentukan sumbatan pada muara folikular, mulai timbul disekitar usia pubertas pada orang-orang dengan akne vulgaris. Derajat akne vulgaris komedonal pada usia prapubertas berhubungan dengan kadar hormon androgen adrenal yaitu dehydroepiandrosterone sulphate (DHEA-S). Apalagi, reseptor hormon androgen ditemukan pada folikel-folikel dimana komedo berasal. Selain itu individu dengan malfungsi reseptor androgen ternyata tidak akan mengalami akne vulgaris. Kedua, perubahan komposisi lipid, yang telah diketahui berperan dalam perkembangan akne. Pada pasien akne biasanya mempunyai produksi sebum yang berlebihan dan kulit yang berminyak. Produksi sebum yang berlebihan ini dapat melarutkan lipid epidermal normal dan menyebabkan suatu perubahan dalam konsentrasi relatif dari berbagai lipid. Berkurangnya konsentrasi asam linoleat ditemukan pada individu dengan lesi akne vulgaris, dan


(21)

menariknya, keadaan ini akan normal kembali setelah pengobatan yang berhasil dengan menggunakan isotretinoin. Penurunan relatif asam linoleat dapat mengaktifkan pembentukan komedo. Inflamasi adalah faktor hipotesis ketiga yang terlibat dalam pembentukan komedo. Interleukin-1α adalah suatu sitokin proinflamasi yang telah digunakan pada suatu model jaringan untuk menginduksi hiperproliferasi epidermal folikular dan pembentukan akne vulgaris. Walaupun inflamasi tidak terlihat baik secara klinis maupun mikroskopis pada lesi awal akne vulgaris, ia tetap memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan akne vulgaris dan komedo.

Peningkatan produksi sebum adalah faktor kunci yang berperan dalam pembentukan akne vulgaris. Produksi dan ekskresi sebum diatur oleh sejumlah hormon dan mediator yang berbeda. Hormon androgen khususnya, meningkatkan pembentukan dan pelepasan sebum. Kebanyakan pria dan wanita dengan akne vulgaris memiliki kadar hormon androgen yang bersirkulasi dalam jumlah yang normal.

3

P. acnes merupakan suatu organisme mikroaerofilik yang ditemukan pada banyak lesi akne vulgaris. Walaupun tidak ditemukan pada lesi yang paling awal dari akne vulgaris, P. acnes ini hampir pasti dapat ditemukan pada lesi-lesi yang lanjut. Adanya P. acnes akan meningkatan proses inflamasi melalui sejumlah mekanisme. P. acnes menstimulasi inflamasi melalui produksi mediator-mediator proinflamasi yang berdifusi melalui dinding folikel. Penelitian terkini menunjukkan bahwa P. acnes mengaktifkan toll-like receptor-2 pada monosit dan neutrofil. Aktivasi toll-like receptor-2 ini kemudian akan memicu produksi sitokin proinflamasi yang multipel, seperti IL-12, IL-8, dan TNF. Hipersensitivitas terhadap P. acnes dapat juga menjelaskan mengapa beberapa individu mengalami akne vulgaris inflamasi sedangkan yang lain tidak.

3


(22)

Inflamasi mungkin merupakan suatu fenomena primer atau sekunder. Kebanyakan bukti sampai saat ini menyatakan bahwa akne vulgaris merupakan suatu respons inflamasi sekunder terhadap P. acnes. Meskipun demikian, ekspresi IL-1α telah diidentifikasi dalam mikrokomedo dan dapat berperan dalam pembentukan akne vulgaris.

Faktor-faktor lain yang berperan pada patogenesis akne adalah usia, ras, familial, makanan, cuaca / musim, stres psikologis yang dapat secara tidak langsung memicu peningkatan proses patogenesis tersebut.

3

2.1.4 Gambaran klinis 1,2,4

Lesi kulit pada akne vulgaris adalah erupsi polimorf dengan gejala predominan salah satunya berupa komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodul dan kista yang beradang. Tempat predileksi akne vulgaris adalah pada daerah dengan jumlah kelenjar sebasea yang padat seperti wajah, bahu, dada bagian atas dan punggung bagian atas. Umumnya keluhan pasien adalah keluhan estetik walaupun terkadang dapat disertai rasa gatal.

Komedo adalah gejala patognomonik pada akne vulgaris berupa papul milier yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum. Komedo dapat terbagi dua yaitu komedo terbuka (black head, open comedones) berwarna hitam karena mengandung unsur melanin yang teroksidasi dan komedo tertutup ( white head, close comedones) yang letaknya lebih dalam dan tidak mengandung unsur melanin.

1,2

2.1.5 Gradasi Akne Vulgaris 1,2

Gradasi akne vulgaris adalah suatu metode subjektif yang digunakan untuk menetapkan keparahan akne berdasarkan observasi lesi yang dominan, evaluasi keberadaan / ketidakberadaan lesi inflamasi dan luasnya area kulit yang terlibat. Hasil dari sistem gradasi ini akan menghasilkan pembagian akne vulgaris menjadi beberapa derajat keparahan tertentu. Terdapat


(23)

beberapa sistem gradasi yang dikenal untuk akne vulgaris, namun tidak ada satu sistem pun yang diterima secara universal. Dikatakan suatu sistem gradasi dianggap ideal apabila16

a. Akurat dan reproducible

:

b. Memiliki kapasitas dokumentasi untuk verifikasi di masa depan c. Sederhana digunakan untuk beberapa kali pemantauan

d. Tidak memakan waktu e. Murah dan sederhana

f. Merefleksikan kriteria subjektif seperti faktor psikologis

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa sistem gradasi akne vulgaris yang dikenal. A. James dan Tisserand (1958) membuat gradasi sebagai berikut:

Derajat 1 : Akne non inflamasi sederhana dengan komedo dan sedikit papul

16

Derajat 2 : Komedo, papul dan sedikit pustul.

Derajat 3 : Papul inflamasi yang besar, pustul dan beberapa kista yang melibatkan wajah, leher dan batang tubuh bagian atas

Derajat 4 : Lebih berat, kista bergabung.

B. Pillsbury (1963) membuat gradasi sebagai berikut: Derajat 1 : Komedo dimuka

16

Derajat 2 : Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka

Derajat 3 : Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung


(24)

C. Frank (1970) membuat gradasi sebagai berikut: Derajat 1 : Akne komedonal non-inflamasi

16

Derajat 2 : Akne komedonal inflamasi Derajat 3 : Akne papular

Derajat 4 : Akne papulo pustular Derajat 5 : Akne agak berat Derajat 6 : Akne berat

Derajat 7 : Akne nodulo kistik / konglobata

D. Sjarif M. Wasitaatmadja(1982) Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut:

1. Ringan, bila: - Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi

2

- Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi - Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi

2. Sedang, bila: - Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi

- Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predilieksi - Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi

- Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi 3.Berat, bila: - Banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi

- Banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi Catatan : sedikit < 5, beberapa 5-10, banyak > 10 lesi

tak meradang: komedo, papul meradang: pustul, nodus dan kista


(25)

E. International consensus conference on acne classification system membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut:

1. Ringan : Terdapat sedikit komedo, papul dan pustul,tidak terdapat

16

nodul

2. Sedang : Terdapat beberapa komedo papul dan pustul. Sedikit hingga beberapa nodul

3. Berat : Banyak komedo, papul, pustul dan nodul Catatan: sedikit < 5, beberapa 5-10, banyak > 10 lesi

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis akne vulgaris merupakan suatu diagnosis klinis yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.

Pemeriksaan laboratorium tidak diindikasikan pada pasien pasien dengan akne vulgaris kecuali pada kasus – kasus hiperandrogenisme, dismenorrhea atau hirsutisme. Parameter yang diperiksa antara lain hormon DHEA-S untuk menentukan fungsi adrenal, testosteron dan free testosteron untuk aktivitas ovarium, luteinizing hormone / follicle stimulating hormone (LH/FSH) untuk aktivitas polycistic ovarian syndrome (PCOS) dan prolaktin untuk mengidentifikasi suatu gangguan hipofisis yang mungkin terjadi. Kultur lesi kulit dilakukan untuk mengeksklusikan kemungkinan folikulitis gram negatif.

1

Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa serbukan sel radang kronis disekitar folikel pilosebasea dengan masa sebum didalam folikel. Pada kista radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas, masa cairan sebum yang bercampur darah, jaringan mati dan keratin. Selanjutnya dapat terjadi fibrosis dan skar.

1,2,4


(26)

2.1.7 Diagnosis banding

Diagnosis akne vulgaris biasanya cukup mudah, namun terkadang masih sering salah dalam mendiagnosis. Beberapa kondisi yang sering menyerupai akne vulgaris diantaranya adalah erupsi akneiformis, folikulitis, rosasea, dermatitis perioral, adenoma sebasea, keratosis pilaris, milia dan siringoma. Penyakit-penyakit ini umumnya tidak memiliki komedo.

Erupsi akneiformis yang diinduksi oleh obat misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenilhidantoin, trimetadion, ACTH dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi diseluruh usia.

1-4

Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut yang dapat disebabkan Staphylococcus aureus atau Pytirosporum ovale. Lesi berupa papul atau pustul yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Tempat predileksi biasanya ditungkai bawah. Sedangkan lesi Pityrosporum folliculitis berupa papul-papul dan kadang - kadang pustul superfisial dengan dasar kulit eritematosa yang tidak berbatas tegas disertai rasa gatal ringan, dan umumnya berlokasi pada badan bagian atas. Kultur dari lesi di kulit untuk menyingkirkan folikulitis gram negatif harus dilakukan jika tidak terdapat respon terhadap pengobatan atau jika tidak ada perbaikan.

17

Rosasea adalah peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema, pustul dan telangiektasis dan kadang - kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Sering ditemukan pada wanita usia 30-50 tahun tidak terdapat komedo kecuali bila terjadi bersamaan dengan akne vulgaris.

18

Dermatitis perioral terjadi terutama pada wanita usia 25-30 tahun dengan gejala klinis polimorfik eritema, papul, pustul disekitar mulut yang terasa gatal. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun


(27)

banyak pasien menyebutkan adanya riwayat pemakaian kortikosteroid topikal, yang dapat mencetuskan penyakit ini.

Adenoma sebasea timbul pada awal masa remaja yang ditandai dengan adanya lesi-lesi berwarna merah seperti daging pada daerah dahi, pipi dan terutama disekitar hidung. Adenoma sebasea merupakan istilah yang kurang tepat, karena secara histologis ditemukan adanya angiofibroma dan trikoepitelioma. Kelainan lain yang ditemukan adalah sebuah shagreen patch diatas sakrum, fibroma periungual, epilepsi dan retardasi mental. Sukar dibedakan jika adenoma sebasea timbal bersama-sama dengan akne vulgaris.

19,20

Keratosis pilaris adalah gangguan keratinisasi genetik pada folikel rambut kulit yang bermanifestasi dalam bentuk papul keratotik yang folikulosentrik dan kasar. Tempat predileksi terutama pada lengan atas dan paha bagian luar. Sering mengenai wanita pada dekade pertama kehidupan.

19

Milia adalah bagian dari kista epidermoid yang berisi keratin, dapat berasal dari duktus kelenjar keringat atau folikel pilosebasea. Lesi berupa papul-papul kecil, berwarna putih atau sedikit kuning, berlokasi pada kelopak mata atau daerah infraorbital. Sering timbul pada wanita segala usia.

21

Siringoma adalah neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar keringat ekrin. Sering mengenai wanita pada usia pubertas. Lesi kulit berupa papul kecil berwarna kuning atau sama dengan kulit, berkelompok dan simetris. Predileksi pada bagian atas pipi dan kelopak mata bawah.

19


(28)

2.1.8 Pengobatan

Tujuan pengobatan terhadap akne vulgaris adalah untuk menurunkan sekresi sebum dan pembentukan komedo, selain mengatasi P. acnes dan inflamasi.1,22 Pasien harus didorong untuk menyelesaikan seluruh proses pengobatan. Kombinasi pengobatan topikal dan sistemik adalah yang paling ideal.18 Tabel 2.1 berikut memperlihatkan algoritma pengobatan akne vulgaris.

Tabel 2.1 Algoritme pengobatan Akne Vulgaris*

23

* dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan No. 23

Pengobatan akne vulgaris merupakan tantangan bagi para klinisi karena angka rekurensi yang tinggi dan dipengaruhi oleh faktor penyebab yang bersifat multifaktorial. Pengobatan akne vulgaris terdiri dari pengobatan topikal, sistemik, dan pengobatan tambahan.


(29)

Pengobatan topikal akne vulgaris seperti retinoid mencegah munculnya komedo dan lesi inflamasi. Tretinoin adalah retinoid pertama yang digunakan sebagai pengobatan topikal akne sejak 25 tahun yang lalu. Tretinoin merupakan bahan komedolitik yang sangat efektif yang dapat menormalkan keratinisasi dari folikel dan meningkatkan pelepasan komedo yang telah ada serta menghambat pembentukan komedo yang baru juga menekan lesi inflamasi. Retinoid ini juga digunakan sebagai terapi maintenance.

Asam azaleat tersedia dengan konsentrasi 20% dalam bentuk krim dan 15% dalam bentuk gel. Memiliki sifat-sifat antimikrobial dan komedolitik. Selain itu obat ini merupakan inhibitor kompetitif tirosinase yang dengan demikian mengurangi pigmentasi. Efek ini dapat digunakan untuk pasien yang mengalami hiperpigmentasi paska inflamasi.

24,25,26

Asam salisilat, bahan ini menghambat komedogenesis dengan cara meningkatkan deskuamasi dari epithelium folikel (keratolitik). Terdapat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 0,5-2% dipakai 1-2 kali sehari.

1

BPO adalah dibenzoyl peroxide, dengan banyaknya resistensi terhadap antibiotik, BPO merupakan alternatif terapi antibiotik monoterapi untuk pengobatan akne vulgaris ringan dan sedang.

25

1

Merupakan bahan bakterisidal yang kuat yang mengurangi populasi P.acnes dengan cara menghasilkan oksigen yang reaktif didalam folikel sebasea, juga bekerja sebagai anti inflamasi, keratolitik, komedolitik dan penyembuhan luka. Untuk akne sedang dan berat BPO dapat dikombinasi dengan antibiotika oral ataupun retinoid.27 Banyak formulasi BPO yang dapat diperoleh antara lain didalam krim, sabun, gel, dan larutan dalam konsentrasi dari 2,5% ; 5% dan 10%.1


(30)

Antibiotik topikal yang umum digunakan eritromisin dan klindamisin.1 Antibiotik ini bekerja secara langsung dengan membunuh P. acnes. Melalui aktivitas antibakterisidalnya, juga untuk lesi non inflamasi dengan mengurangi perifolikular limfosit yang berhubungan komedogenis. Pengobatan sistemik diantaranya antibiotik, isotretinoin dan hormonal.

25

9

Antibiotik sistemik yang sering digunakan diantaranya : tetrasiklin (tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin), makrolide (eritromisin dan azitromisin), dan trimetropim/sulfametaksazol (TMP/SMZ).

Indikasi antibiotik sistemik untuk akne sedang sampai berat dimana pengobatan topikal tidak memberikan hasil, dan juga untuk akne pada dada, punggung dan bahu. Pemakaian antibiotik sistemik ini selama ± 3 sampai 6 bulan.

28

Isotretionin (13-cis-retinoic acid) memiliki efek mengurangi produksi sebum dan P.acnes. Dosis yang diberikan 0,5-1mg/kg BB sehari selama 4-5 bulan atau setelah tampak adanya perbaikan. Cara kerja retinoid menghambat diferensiasi kelenjar sebasea dengan mengurangi ukuran dan produksi sebum kelenjar sebasea, menormalkan deskuamasi folikel epitel dan menghambat kemotaksis neutrofil. Pengobatan ini dianjurkan untuk akne nodulokistik.

19,24

Terapi hormonal efektif untuk digunakan baik pada kasus hiperandrogenisme ataupun tidak. Resiko yang lebih tinggi terhadap tromboembolisme pada wanita yang berusia lebih tua harus dipertimbangkan. Terapi yang tersedia antara lain siproteron asetat, drospirenon, spironolakton, dan flutamid.

1

Menurut beberapa ahli, efek injeksi intralesi dengan kortikosteroid efektif untuk pengobatan lesi inflamasi yang besar seperti akne nodulokistik. Penyuntikan steroid intralesi akan memperlihatkan perbaikan klinis dalam 24-48 jam.

19

Pengobatan yang lain pada akne vulgaris yaitu penggunaan pengelupasan kimiawi, ekstraksi komedo dan laser. Pengelupasan kimiawi seperti glycolic acid, trichloroacetic acid dan asam


(31)

salisilat. Asam salisilat larut dalam lemak sehingga penetrasi ke dalam sebum / folikel lebih mudah dibandingkan yang larut dalam air seperti glycolic acid. Pengelupasan kimiawi dapat meningkatkan deskuamasi dengan mengurangi kohesi korneosit dan sumbatan keratinosit yang dapat menyebabkan inflamasi. Dapat dilakukan 1 x sebulan atau setiap 6 minggu.

Ekstraksi komedo merupakan pengangkatan komedo dengan menekan daerah sekitar lesi dengan menggunakan alat ekstraktor dapat berguna dalam mengatasi akne. Secara teori, pengangkatan komedo tertutup dapat mencegah pembentukan lesi inflamasi. Dibutuhkan keterampilan dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

26

Terapi laser atau sinar pada akne vulgaris diantaranya adalah: intense pulsed light (500-1200nm), pulse dye laser, laser infrared.

26

1

Terapi ajuvan merupakan tambahan pengobatan / perawatan yang diberikan bersama waktu pengobatan berlangsung untuk mempercepat kesembuhan atau memperbaiki kondisi kulit waktu pengobatan berlangsung.29 Pada prinsipnya perawatan wajah / skin care pada akne vulgaris adalah mengurangi kadar sebum dan minyak pada kulit dengan tetap menjaga integritas lapisan stratum korneum dan kelembaban kulit.30 Terapi ajuvan diantaranya adalah pembersih wajah, sabun, susu pembersih, astringen, pelembab, tabir surya, facial

Rekomendasi Indonesian Acne Expert Meeting (IAEM) 2012 yang termasuk terapi ajuvan adalah: skin care , skin peeling pada akne gradasi ringan dan sedang, antioksidan oral, light / laser dan lain-lain.

30


(32)

2.1.9 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori Penelitian

Sosio Demografi Usia Jenis Kelamin

Pendidikan Pekerjaan

Wajah Dada Punggung Leher Bahu

Ringan Komedo Lini I Topikal retinoid Lini II Topikal dapson atau azelaic acid

atau salicylic acid Terapi tambahan Ekstraksi komedo Sedang Papul/Pustul Lini I

Topikal retinoid + topikal antimikroba atau

kombinasi

Lini II

Topikal dapson atau azelaic acid

atau salicylic acid Terapi tambahan

Laser / terapi sinar, terapi fotodinamik

Berat Papul/Pustul

Lini I

Antibiotik oral + topikal retinoid ±

BPO atau kombinasi

Lini II

Antibiotik oral + topikal retinoid ±

BPO atau kombinasi Wanita Oral kontrasepsi /antiandrogen Terapi tambahan Ekstraksi komedo, laser / terapi sinar, terapi fotodinamik

Nodul Lini I

Antibiotik oral + topikal retinoid

Lini II

Isotretinoin oral atau antibiotik

oral, topikal retinoid ± BPO/

azelaic acid atau kombinasi. Wanita Oral kontrasepsi /antiandrogen Terapi tambahan Ekstraksi komedo, inj. Steroid, laser / terapi sinar, terapi

fotodinamik

Konglobata/ Fulminan

Lini I

Isotretinoin oral ± kortikosteroid oral

Lini II

Dosis tinggi antibiotik oral, topikal retinoid +

BPOatau kombinasi. Wanita Oral kontrasepsi /antiandrogen Terapi tambahan Inj. steroid, laser/terapi sinar, terapi fotodinamik Faktor Predisposisi Hormonal Genetik Stres Makanan AKNE VULGARIS Predileksi


(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis lengkap pasien akne vulgaris.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2013 - Maret 2014, bertempat di bagian rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.3 Objek Penelitian

Rekam medis lengkap pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

3.4 Bahan dan Cara Kerja 3.4.1 Bahan

Bahan penelitian diambil dari rekam medis lengkap pasien akne vulgaris yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012

3.4.2 Cara kerja

a. Pengumpulan data pasien akne vulgaris periode Januari 2010 - Desember 2012 yang mempunyai rekam medis dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.


(34)

b. Penghitungan data pasien akne vulgaris periode Januari 2010 - Desember 2012 dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.

c. Penghitungan proporsi akne vulgaris periode Januari 2010 – Desember 2012 dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.

d. Pencatatan data pasien akne vulgaris meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi, durasi penyakit, derajat keparahan (Pillsbury), pengobatan periode Januari 2010 - Desember 2012 dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. e. Data pasien akne vulgaris periode Januari 2010 - Desember 2012 yang diperoleh

kemudian ditabulasi dan disajikan kedalam tabel distribusi berdasarkan jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi, durasi penyakit, derajat keparahan (pillsbury), pengobatan.


(35)

3.5 Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional Penelitian

Penelusuran data rekam medis pasien akne vulgaris periode Januari 2010 - Desember 2012

Penghitungan jumlah pasien akne vulgaris periode Januari 2010-Desember 2012

Pencatatan data jenis kelamin, usia, pendidikan ,pekerjaan, lokasi lesi, durasi penyakit, derajat keparahan (Pillsbury), pengobatan

Penyajian dalam bentuk tabel distribusi berdasarkan jenis kelamin, usia pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi, durasi penyaki, derajat keparahan(Pillsbury),

pengobatan

Data dianalisis secara deskriptif

Penghitungan proporsi pasien akne vulgaris periode Januari 2010 – Desember 2012


(36)

3.6 Definisi Operasional

3.6.1 Rekam medis adalah: keterangan tertulis tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisisk, diagnosis, tindakan medis dan pengobatan pasien akne vulgaris yang datang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012

3.6.2 Diagnosis akne vulgaris adalah: Diagnosis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis pasien akne vulgaris berdasarkan rekam medis pasien yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

3.6.3 Proporsi akne vulgaris adalah: perbandingan jumlah pasien akne vulgaris dengan jumlah seluruh pasien penyakit kulit yang datang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012. Dengan rumus:

��������=�����ℎ������������������������������������ 2010− �������� 2012 �����ℎ�������������������������������� 2010− �������� 2012 �100%

3.6.4 Jenis Kelamin adalah:Jenis kelamin yang tercatat berdasarkan rekam medis 3.6.5 Usia adalah: Usia pasien saat pertama datang dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan keatas; bila kurang dari 6 bulan,usia dibulatkan kebawah berdasarkan rekam medis.

3.6.6 Pendidikan adalah: Pendidikan formal yang sedang dijalani atau yang terakhir diselesaikan oleh pasien akne vulgaris berdasarkan rekam medis. 3.6.7 Pekerjaan adalah: Suatu kegiatan atau aktivitas pasien akne vulgaris sehari - hari berdasarkan rekam medis.


(37)

3.6.8 Lokasi Lesi adalah: Lokasi lesi pasien akne vulgaris periode Januari 2010- Desember 2012 yang tercatat dalam catatan medis.

3.6.9 Durasi penyakit adalah: Lamanya pasien akne vulgaris menderita

penyakitnya. Dihitung mulai dari awal kejadian ruam kulit sampai saat pasien datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan rekam medis 3.6.10 Derajat keparahan akne vulgaris menurut kriteria Pillsbury adalah: Derajat 1 : Komedo dimuka

Derajat 2 : Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka

Derajat 3 : Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung

Derajat 4 : Akne konglobata

3.6.11 Pengobatan adalah: Pengobatan yang diberikan pada pasien akne vulgaris baik berupa topikal, sistemik, ajuvan pada periode Januari 2010 - Desember 2012 yang tercatat dalam rekam medis.

3.7 Pengolahan dan Analisis data

Data yang terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis secara deskriptif.


(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proporsi Pasien Akne vulgaris Periode Januari 2010- Desember 2012

Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 terdapat 16.482 pasien yang datang untuk berobat jalan di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan. Bila diuraikan berdasarkan tahun, jumlah pasien tahun 2010 berjumlah 5.514 orang, tahun 2011 berjumlah 5.641 orang dan tahun 2012 berjumlah 5.327 orang. Selanjutnya, jumlah pasien akne vulgaris di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Proporsi kejadian Akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 s/d 2012

Tahun

Jumlah Pasien Akne

Vulgaris Jumlah Pasien di

Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Proporsi kejadian Pasien Akne Vulgaris per tahun

n %

2010 54 29,67 5.514 0,97 %

2011 60 32,97 5.641 1,06 %

2012 68 37,36 5.327 1,27 %

Total 182 100 16.482 1,10%

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah pasien akne vulgaris berdasarkan tahunnya, maka pasien akne vulgaris terbanyak di tahun 2012 yaitu 68 orang, diikuti tahun 2011 berjumlah 60 orang, dan tahun 2010 berjumlah 54 orang. Jumlah pasien akne vulgaris periode Januari 2010 sampai


(39)

Desember 2012 ada 182 orang pasien akne vulgaris yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan.

Proporsi pasien akne vulgaris di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 adalah 1,10%.

Di Indonesia, akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi sekitar 85 hingga 100 persen selama hidup seseorang.2 Data epidemiologi menunjukkan prevalensi akne vulgaris dari empat negara (Macau, Guangzhou, Malaysia dan Indonesia) sebesar 51,5%. Data rekam medis RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan angka kunjungan penderita akne vulgaris pada tahun 2008 sebesar 7,8% dari seluruh kunjungan di Poliklinik Kulit dan Kelamin.31

4.2 Karakteristik Pasien Akne vulgaris

Karakteristik pasien akne vulgaris dalam penelitian ini ditampilkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Akne vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 68 37,4

Perempuan 114 62,6

Total 182 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis kelamin perempuan, yaitu 62,6 % (114 orang)


(40)

dibandingkan jenis kelamin laki-laki, yaitu 37,4 % (68 orang).Yentzer dkk (2010) pada penelitiannya menyatakan bahwa pasien akne vulgaris yang banyak diterapi adalah wanita dari semua pasien rawat jalan dari data rekam medis. Jumlah pasien wanita 65,2% dengan perbandingan rasio pasien wanita dibanding pria 1,9 : 1 yang mendapat terapi akne vulgaris.32 Hasil ini juga dikuatkan oleh Collier CN dkk,(2008) yang menyatakan perempuan lebih banyak menderita akne vulgaris dibandingkan laki-laki, terutama di usia 20 tahun.

Kejadian akne vulgaris ditemukan pada waktu sebelum menstruasi, atau disebut juga dengan masa premenstrusi, dengan persentase 41,7%. Ketidakseimbangan hormon sering terjadi pada masa premenstruasi dan pada saat stres. Pada masa remaja, akne vulgaris biasanya disebabkan oleh peningkatan hormon seks, terutama hormon androgen yang meningkat selama masa pubertas. Peningkatan hormon sebelum menstruasi dapat mempengaruhi eksaserbasi serta memperburuk akne vulgaris.

10

4.2.2 Karateristik Berdasarkan Usia 33

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Akne vulgaris Berdasarkan Kelompok Usia

Usia (Tahun) n %

11 – 15 15 8,2

16 – 20 83 45,6

21 – 25 57 31,3

26 – 30 15 8,2

31 – 35 7 3,8

36 – 40 4 2,2

41 – 45 1 0,5

Total 182 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan kelompok usia tertinggi pada kelompok usia 16 - 20 tahun, yaitu 45,6 % (83 orang) dan terendah pada kelompok usia 41 – 45 tahun, yaitu 0,5 % (1 orang). Yentzer dkk (2010)


(41)

pada penelitiannya menyatakan bahwa banyak kejadian akne vulgaris terjadi di usia 12-17 tahun dengan persentase pada kelompok umur tersebut adalah 36,5 %, dan naik pada usia 18-20 tahun, 61,9%, usia anak-anak 0-11 tahun dan orang tua diatas 65 tahun dijumpai 1,6% dan 0,5% dari seluruh jumlah pasien.32 Akne vulgaris pada remaja biasanya dimulai sebelum onset pubertas, saat kelenjar adrenal mulai menghasilkan dan melepaskan lebih banyak hormon androgen. Akne vulgaris tidak hanya terbatas pada usia remaja. Pada usia 45 tahun, 5% baik pria maupun wanita dapat masih memiliki akne vulgaris.3

4.2.3 Tabulasi Silang Usia dengan Jenis Kelamin

Tabel 4.4 Gambaran Usia Pasien Akne vulgaris dengan Jenis Kelamin

Usia (Tahun)

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

n % n %

11 – 15 9 13,2 6 5,3

16 – 20 32 47,1 51 44,7

21 – 25 21 30,9 36 31,6

26 – 30 5 7,4 10 8,8

31 – 35 0 0,0 7 6,1

36 – 40 1 1,5 3 2,6

41 – 45 0 0,0 1 0,9

Total 68 100 114 100

Berdasarkan tabulasi silang usia dengan jenis kelamin di atas, diketahui bahwa pada jenis kelamin laki-laki, persentase pasien akne vulgaris terbanyak pada usia 16 – 20 tahun, yaitu 47,1 % (32 orang). Pada jenis kelamin perempuan, persentase pasien akne vulgaris terbanyak pada usia 16 – 20 tahun, yaitu 44,7 % (51 orang).


(42)

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.5 Karakteristik Pasien Akne vulgaris Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan n %

SD/Sederajat 15 8,2

SMP/Sederajat 49 26,9

SMA/Sederajat 95 52,2

Akademi/S1 23 12,6

Total 182 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan pendidikan tertinggi pada pendidikan SMA/Sederajat, yaitu 52,2 % (95 orang) dan terendah pada pendidikan SD/Sederajat, yaitu 8,2 % (15 orang).

Usia SMA atau sederajat di Indonesia umumnya berkisar antara umur 16 - 19 tahun. Terjadinya akne vulgaris pada kelompok yang pendidikan ini terkait dengan usia mereka. Yeung dkk (2002) pada penelitiannya yang diambil secara random yaitu 522 orang pemuda usia 15-25 tahun. Hasilnya, diperoleh dari 522 orang tersebut, 91,3 % pernah menderita akne, dan saat wawancara dilaksanakan, 52,2 % menderita akne vulgaris.

Tingkat pendidikan memiliki peran yang penting karena akan mempengaruhi persepsi penderita akan penyakit akne vulgaris yang dideritanya. Perbedaaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab, pemicu, tindakan pecegahan, cara ataupun lama pengobatan akne vulgaris, prognosis, serta sikap dan perilaku dalam menghadapi efek psikososial yang mungkin timbul.

34


(43)

4.2.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.6 Karakteristik Pasien Akne vulgaris Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n %

Pelajar/Mahasiswa 131 72,0

Ibu Rumah Tangga 12 6,6

Pegawai Swasta 20 11,0

Wiraswasta 18 9,9

Pegawai Negeri Sipil 1 0,5

Total 182 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan pekerjaan tertinggi pada pelajar/mahasiswa, yaitu 72 % (131 orang) dan paling sedikit pada pegawai negeri sipil, yaitu 0,5 % (1 orang).

Pelajar dan mahasiswa mendominasi hasil penelitian ini berdasarkan pekerjaan. Yahya (2009) pada penelitiannya didapati sampel 418 orang dengan umur rata-rata 16 tahun menunjukkan hasil bahwa usia 10-13 tahun memiliki prevalensi akne 76,7 %, usia 14-16 tahun dengan prevalensi 88,2 %, dan usia 17-19 tahun dengan prevalensi 97,1 %, dan keseluruhan pasien tersebut masih di usia sekolah.

4.3 Lokasi Lesi 8

Tabel 4.7 Lokasi Lesi Akne vulgaris pada Pasien Akne vulgaris

Letak Lesi Ada Tidak Ada Total %

n % n %

Wajah 182 100 0 0,0 182 100

Punggung 13 7,1 169 92,9 182 100

Dada 7 3,8 175 96,2 182 100


(44)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa keseluruhan pasien akne vulgaris memiliki lokasi lesi di wajah (100%). Persentase terendah berdasarkan lokasi adalah pada daerah dada yaitu 3,8% (7 orang).

Biswass S (2010), pada penelitiannya menjumpai lokasi paling banyak dijumpai pada wajah sampai 65%, sementara pada daerah lain seperti dada, bahu dijumpai 18%.35 Tempat awal predileksi akne adalah wajah, lalu ke leher, punggung, dada, dan bahu.1,3 Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa kelenjar sebasea berhubungan dengan folikel rambut yang ada diseluruh tubuh. Hubungan antara satu kelenjar sebasea dengan satu folikel rambut disebut unit pilosebasea. Kelenjar sebasea tidak dijumpai pada telapak tangan dan kaki, ukuran kelenjar sebasea sangat bervariasi walaupun pada satu individu dan daerah anatomi yang sama pada permukaan tubuh ukurannya sekitar beberapa milimeter. Kelenjar sebasea paling besar dan paling padat di wajah dan scalp (400-900/cm2)36

4.4 Distribusi Frekuensi Durasi Penyakit

Distribusi frekuensi durasi pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini

Tabel 4.8 Karakteristik Pasien Akne vulgaris Berdasarkan Kelompok Durasi Penyakit

Durasi (Minggu) n %

1 – 52 120 65,9

53 – 104 32 17,6

105 – 156 16 8,8

157 – 208 6 3,3

209 – 260 8 4,4


(45)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase karakteristik pasien akne vulgaris berdasarkan kelompok durasi tertinggi pada kelompok durasi 1 - 52 minggu, yaitu 65,9 % (120 orang) dan terendah pada kelompok durasi 157 - 208 minggu, yaitu 3,3 % (6 orang).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ravi (2011) pada suatu klinik kulit di kota medan diperoleh hasil 76,7 % sampelnya menderita akne vulgaris dalam jangka waktu > 1 tahun.37 Akne vulgaris merupakan penyakit kronik yang mempunyai karateristik adanya periode eksaserbasi, remisi dan residif. Sebagai contoh misalnya dijumpai seseorang menderita akne vulgaris derajat ringan pada usia 10 tahun maka hal yang sama terjadi lagi pada saat penderita berusia 15 tahun, seorang penderita akne vulgaris derajat berat pada usia dini dan tidak diterapi maka pada saat usia penderita remaja (pubertas) akne vulgaris yang terjadi lebih berat.

4.5 Derajat Keparahan

38

Tabel 4.9 Derajat Keparahan Akne vulgaris pada Pasien Akne vulgaris

Derajat Keparahan n %

I 2 1,1

II 134 73,6

III 13 7,1

IV 33 18,1

Total 182 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase pasien akne vulgaris berdasarkan tingkat keparahan tertinggi pada tingkat keparahan II, yaitu 73,6 % (134 orang) dibandingkan tingkat keparahan IV, yaitu 18,1 % (33 orang), tingkat keparahan III, yaitu 7,1 % (13 orang) dan tingkat keparahan I, yaitu 1,1 % (2 orang).

Ghodsi SZ dkk (2009) pada penelitiannya terhadap 1002 anak murid dari suatu sekolah dijumpai (793 anak murid) 79,1% memiliki akne vulgaris derajat ringan (grade I; Pillsbury), (140 anak murid) 14,0% memiliki akne vulgaris derajat sedang sampai berat (grade II-IV; Pillsbury).39


(46)

Adityan B, (2009), berdasarkan penelitiannya , prevalensi akne vulgaris dijumpai paling banyak grade I 60,2%, grade II (85 orang) 27,5%, grade III (8 orang) 2,6% dan grade IV (30 orang) 9,7%. 40 Biswass S dkk (2010) pada penelitiannya dijumpai grade I 32%, grade II 45%, grade III 16%, grade IV 7%.

Akne vulgaris merupakan salah satu penyakit umum yang banyak diderita oleh penduduk dunia. Seperti penyakit lainnya, pengkategorian atau grade yang diberikan terhadap stadium suatu penyakit sangat berguna untuk terapi yang akan dilakukan. Tahun 1956, Pillsbury menerbitkan sistem grade akne vulgaris yang cukup dikenal. Tingkatan akne vulgaris tersebut dibaginya menjadi 4, yaitu grade I, II, III dan IV.

35


(47)

4.6 Pengobatan

Tabel 5.1 Pengobatan Pasien Akne vulgaris

Pengobatan Ya Tidak Total %

N % n %

Topikal

Gel Klindamisin Fosfat1,2% +

Tretinoin 0,025% 133 73,1 49 26,9 182 100

Krim Asam Retinoid 65 35,7 117 64,3 182 100 Gel Klindamisin Fosfat1,2%

13 7,1 169 92,9 182 100 Gel Benzoil Peroksida 5% +

Klindamisin Fosfat 1,2% 16 8,8 166 91,2 182 100

Gel Nikotinamid 4% 5 2,7 177 97,3 182 100

Sistemik

Doksisiklin 1x50 9 4,9 173 95,1 182 100

Doksisiklin 2x50 17 9,3 165 90,7 182 100

Doksisiklin 1x100 79 43,4 103 56,6 182 100

Doksisiklin 2x100 4 2,2 178 97,8 182 100

Cetirizin 1x1 22 12,1 160 87,9 182 100

Ajuvan

Tabir Surya 37 20,3 145 79,7 182 100

Sabun Anti Jerawat 90 49,5 92 50,5 182 100

Kompres 8 4,4 174 95,6 182 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari seluruh pengobatan akne vulgaris yang diberikan kepada pasien akne vulgaris, persentase pasien akne vulgaris tertinggi pada yang diberikan gel klindamisin fosfat 1,2% + tretinoin 0.025%, yaitu 73,1 % (133 orang) dan terendah pada yang diberikan dosisiklin 2 x 100, yaitu 2,2 % (4 orang).

Berdasarkan penelitian Yeung CK, (2002) dijumpai penggunaan antibiotik topikal sebesar 72%. Hal ini dikarenakan frekuensi akne vulgaris dijumpai lebih besar pada derajat ringan sampai


(48)

sedang (grade I dan II; Pillsbury).34 Pemahaman mengenai keempat elemen patogenesis akne penting dalam prinsip terapeutik. Yentzer BA dkk (2010), menyatakan penggunaan obat-obatan untuk akne vulgaris yang paling banyak digunakan di Amerika serikat adalah turunan asam retinoid, kombinasi benzoil peroksida, topikal kortikosteroid, topikal antibiotik dan antibiotik oral. Pada umumnya untuk usia 15-17 tahun obat akne vulgaris yang paling banyak diresepkan adalah kombinasi benzoil peroksida 5% dan klindamisin 1% dalam bentuk gel.32

(2) turunkan aktivitas kelenjar sebaseus; (3) turunkan populasi bakteri folikular, P. acnes; dan (4) menggunakan efek anti-inflamatorik. Penatalaksanaan pasien akne dengan pengetahuan mengenai patogenesis akne dan mekanisme aksi penatalaksanaan akne yang ada, meyakinkan respon terapeutik yang maksimal. Sering kali, penatalaksanaan multipel digunakan dalam kombinasi yang melawan banyak faktor dalam patogenesis akne.

Mekanisme aksi penatalaksanaan akne dikelompokkan dalam kategori berikut ini: (1) perbaiki pola keratinisasi folikular yang berubah;

1

Selain terapi yang telah disebutkan diatas ada juga terapi ajuvan. Terapi ajuvan adalah tambahan pengobatan/perawatan yang diberikan bersama waktu pengobatan berlangsung untuk mempercepat kesembuhan atau memperbaiki kondisi kulit waktu pengobatan berlangsung.29 Pada penelitian ini terapi ajuvan yang ditemukan berupa sabun anti jerawat, tabir surya dan kompres. Sabun merupakan kosmetik pembersih tertua, sebaiknya sabun yang dipilih berbahan dasar air dan mengandung surfaktan ringan. Indikasi sabun menghambat pertumbuhan mikroba pada kulit dan mengurangi kelebihan sebum.

Tabir surya merupakan suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit terhadap radiasi sinar ultraviolet. Sinar matahari sangat mempengaruhi keparahan dari akne vulgaris, dan


(49)

sebagian besar obat topikal akne vulgaris juga bersifat fotosensitif. Pada pasien akne vulgaris, pilihan tabir surya yang baik adalah non komedogenik dan oil free.

Kompres dilakukan sebagai dasar untuk penguapan sehingga kulit yang tadinya eksudat menjadi kering, permukaan kulit menjadi dingin, vasokonstriksi, dan mengurangi eritema. Biasanya bahan kompres yang dipakai bersifat astringen dan antimikroba.

30

41

4.7 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

a. Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, banyak status pasien di Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, khususnya untuk pasien akne vulgaris yang hilang atau tidak lengkap, sehingga tidak semua populasi penelitian terekam dalam penelitian ini.

b. Akibat tidak terekamnya seluruh populasi dalam penelitian ini, hasil penelitian ini tidak mampu menggambarkan secara nyata keseluruhan gambaran akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan.

c. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sehingga tidak mampu menggali penyebab atau faktor-faktor yang berperan dalam kejadian akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan.


(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Telah dilakukan penelitian mengenai studi retrospektif pasien akne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012 dengan kesimpulan sebagai berikut:

a. Jumlah pasien akne vulgaris berjumlah 182 orang. b. Proporsi pasien akne vulgaris adalah 1,10%.

c. Distribusi pasien akne vulgaris umumnya berjenis kelamin perempuan, usia 16 – 20 tahun, pendidikan SMA / sederajat, pelajar atau mahasiswa, lokasi lesi tersering di wajah, durasi penyakit 1-52 minggu, pengobatan yang paling banyak dilakukan dengan memberikan gel klindamisin fosfat 1,2% + tretinoin 0,025% dan derajat keparahan terbanyak adalah derajat II.

5.2 Saran

a. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan karakterisitk pasien dengan kejadian akne vulgaris.

b. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan pemberian pengobatan dengan durasi pengobatan.

c. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan karakterisitk pasien dengan tingkat keparahan akne vulgaris.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. h.690-703.

2. Wasitaatmadja SM. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h.253-63

3. Harper JC, Fulton J. Acne vulagaris. Diunduh dari :

4. Baumann L, Keri J. Acne (type 1 sensitive skin). Dalam: Baumann L, Saghari S, Weissberg E, editor. Cosmetic Dermatology Principles and Practice. Edisi ke-2. New york: McGraw Hill; 2009. h. 121-7.

5. Panjaitan RR. Hubungan antara indeks glikemik dan beban glikemik dengan insulin-like growth factor-1 pada pasien akne vulgaris. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010.

6. Webster GF. Acne vulgaris. J Am Acad Dermatology 2002:325:475-9.

7. Shen Y, WangT, Zhou C,Wamng X,Ding X, dkk. Prevalence of acne vulgaris in chinese adolescent and adult: a community – based study of 117.345 subjects in six cities. Acta Derm Venereol. 2012;92:40-4.

8. Yahya H. Acne vulgaris in Nigerian adolescents-prevalence, severity, belief, perceptions, and practices. Int J Dermatol. 2009;48:498-505.

9. Kubba R, Bajaj AK, Thappa DM, Sharma R, Vedamurthy M, dkk. Guideline for management-AIA consensus document. Indian J Dermatol. 2009;75(7):3.

10.Collier CN. The prevalence of acne in adults 20 years and older. J Am Acad Dermatol. 2008;58(1):56-59.

11.Baran R, Chivot M, Shalita AR, Lewis A, Wechsler A. Acne. Dalam: Baran R, Maibach HI, editor. Textbook of Cosmetic Dermatology. Edisi ke-3. London: Taylor & Francis; 2005. h.423-34.

12.Perkins AC, Cheng CE, Hillebrand GG, Miyamoto K, Kimball AB. Comparison of the epidemiology of acne vulgaris among Caucasian, Asian, Continental Indian and African American women. JEADV. 2011;25:1054-60.

13.Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand - Miller B. Acne vulgaris - a disease of Western civilization. Arch Dermatol.2002;138:1584-90.

14.Goulden V, Stables GI, Cunliffe WJ. Prevalence of facial acne in adults. J Am Acad Dermatol.1999;41:577-80

15.Tan HH, Tan AWH, Barkham T, Yan XY, Ahu M. Community-based study of acne vulgaris in aldoscents in Singapore. Br J Dermatol. 2007;157:547-51

16.Adatyan B, Kumari R, Thappa DM. Scoring systems in acne vulgaris. Indian J Dermatol Venerol Leprol. 2009;75:323-6

17.Kuflik JH, Schwartz RA. Acneiformis eruption. Diunduh dari http://emedicine. medscape.com/article/1072536-overview. Diperbaharui terakhir tanggal 26 Juni 2012

18.Satter EK. Folliculitis. Diperoleh da


(52)

19.Goulden V, McGeown CH, Cunliffe WJ. The familial risk of adult acne: a comparison between first-degree relatives of affected and unaffected individuals. Br J Dermatol 1999;141:297-300

20.Layton AM. Acne vulgaris and similar eruptions. Medicine 2005;33(1):44-8.

21.Alai NN. Keratosis Pilaris. Diunduh da

22.Habif TP. Acne, Rosacea, and Related Disorders. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby; 2004. h.162-208.

23.Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. h. 897-917.

24.Berson D.S, Shalita A.R, The treatment of acne: The role of combination therapies. J Am Acad Dermatol. 1995;32: S31-41.

25.Pierard G.E, Franchimont C.P, Paquet P, Spotlight on adapalene,Drug metab Toxicol. 2009;5(12) : 1565-75

26.Gollnick H, Cunliffe W, Management of Acne, A report from a global Alliance ti improve Outcomes in Acne. J Am Acad Dermatol.2003; 49:S1-38

27.Keri J, Shiman M, An update on the management of acne vulgaris. Clinical Cosmetic and Investigational dermatology 2009;2 :105-110.

28.Khanna Vn. Topical clindamycin hydrochloride 1% in acne vulgaris. IJDVL.1990;5:377-80 29.Legiawati L. Adjuvant and maintenance. Dalam Indonesia Acne Expert Meeting 2012,

kelompok studi Dermatologi Kosmetik Indonesia h 4-5

30.Anwar AI, Penatalaksanaan dalam tata laksana akne vulgaris: Penerbit dua satu press; 2013 h. 59-89

31.Anwar AI,dalam Tata laksana akne vulgaris: Penerbit dua satu press; 2013 h. 2-3

32.Yentzer BA, Hick J, Resese EL, Uhas A, Fieldman SR, Balkrishnan R, Acne vulgaris in United States: A descriptive epidemiology 2010;94-97

33.Wahyuningsih, D. Hubungan antara Menstruasi dengan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Remaja. Dalam: Artikel Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro 2011

34.Yeung CK, Teo LHY, Xiang LH, Chan HL, A community- based epidemiological study of acne vulgaris in Hongkong adolscents. Acta derm venereal 2002;82:104-7

35.Biswas S, Mondal KK, Saha I, Dutta RN, Lahiri SK, Clinico-epidemiological features of acne vulgaris A tertirial Hospital Based study. Irian Journal of dermatology 2010 vol 13;2:37-41

36.Nelson AM, Graber EM, Thiboutot DM, Biology of Sebaceous Glands Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. h.687-9

37.Ravi T. Kualitas Hidup Pada PAsien Akne Vulgaris. Fakultas Kedokteran USU, Medan 2011 38.Bikowski JB, MD, The diagnosis and management of mild to moderate pediatric acne

vulgaris. Practical Dermatology for Pediatrics.2010:24-32

39.Ghodsi SZ, Orawa H, Zouboulius CC, Prevalence, severity risk factor of acne in high school pupils: A community-based study. Journal of investigative dermatology 2009;vol 129:2136-2141

40.Adityan B, Thappa DM,, Profile of acne vulgaris A hospital based study from South India 2009;vol 75;3;272-78


(53)

41.Mochtar Hamzah. Dermato-Terapi. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h.342-52


(54)

Lampiran 1.

STATUS PENELITIAN

Tanggal pemeriksaan : Nomor urut penelitian : Nomor catatan medik :

Nama :

IDENTITAS

Alamat : Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) :

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu

4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan

Pendidikan : 1. Belum sekolah 2. SD / sederajat 3. SMP / sederajat 4. SMA / sederajat 5. Perguruan tinggi


(55)

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI / Polri 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta

Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

Keluhan utama :

ANAMNESIS

Riwayat perjalanan penyakit :

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit terdahulu :

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisata

Keadaan umum :

Kesadaran :

Gizi :

Tekanan darah :

Frekuensi nadi :

Suhu :


(56)

Keadaan Spesifik :

Kepala :

Leher :

Toraks :

Abdomen :

Genitalia :

Ekstremitas :

Status dermatologikus

Lokalisasi :

Efloresensi :

PEMERIKSAAN LABORATORIUM :

DIAGNOSIS KERJA

Derajat keparahan akne vulgaris

:

Menurut kriteria Pillsbury : I II III IV

PENATALAKSANAAN :

PROGNOSIS

Quo ad vitam :

Quo ad functionam :


(57)

Lampiran 3.

Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Usia (Per 5 Tahun)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

11-15 tahun 15 8.2 8.2 8.2

16-20 tahun 83 45.6 45.6 53.8

21-25 tahun 57 31.3 31.3 85.2

26-30 tahun 15 8.2 8.2 93.4

31-35 tahun 7 3.8 3.8 97.3

36-40 tahun 4 2.2 2.2 99.5

41-45 tahun 1 .5 .5 100.0

Total 182 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 68 37.4 37.4 37.4

Perempuan 114 62.6 62.6 100.0

Total 182 100.0 100.0

Usia (Per 5 Tahun) * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Usia (Per 5 Tahun)

11-15 tahun Count 9 6 15

% within Jenis Kelamin 13.2% 5.3% 8.2%

16-20 tahun Count 32 51 83

% within Jenis Kelamin 47.1% 44.7% 45.6%

21-25 tahun Count 21 36 57

% within Jenis Kelamin 30.9% 31.6% 31.3%

26-30 tahun Count 5 10 15

% within Jenis Kelamin 7.4% 8.8% 8.2%

31-35 tahun Count 0 7 7

% within Jenis Kelamin 0.0% 6.1% 3.8%

36-40 tahun Count 1 3 4

% within Jenis Kelamin 1.5% 2.6% 2.2%

41-45 tahun Count 0 1 1


(1)

Lampiran 3.

Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Usia (Per 5 Tahun)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

11-15 tahun 15 8.2 8.2 8.2

16-20 tahun 83 45.6 45.6 53.8

21-25 tahun 57 31.3 31.3 85.2

26-30 tahun 15 8.2 8.2 93.4

31-35 tahun 7 3.8 3.8 97.3

36-40 tahun 4 2.2 2.2 99.5

41-45 tahun 1 .5 .5 100.0

Total 182 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 68 37.4 37.4 37.4

Perempuan 114 62.6 62.6 100.0

Total 182 100.0 100.0

Usia (Per 5 Tahun) * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan

Usia (Per 5 Tahun)

11-15 tahun Count 9 6 15

% within Jenis Kelamin 13.2% 5.3% 8.2%

16-20 tahun Count 32 51 83

% within Jenis Kelamin 47.1% 44.7% 45.6%

21-25 tahun Count 21 36 57

% within Jenis Kelamin 30.9% 31.6% 31.3%

26-30 tahun Count 5 10 15

% within Jenis Kelamin 7.4% 8.8% 8.2%

31-35 tahun Count 0 7 7

% within Jenis Kelamin 0.0% 6.1% 3.8%

36-40 tahun Count 1 3 4

% within Jenis Kelamin 1.5% 2.6% 2.2%

41-45 tahun Count 0 1 1


(2)

Total Count 68 114 182 % within Jenis Kelamin 100.0% 100.0% 100.0%

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD/Sederajat 15 8.2 8.2 8.2

SMP/Sederajat 49 26.9 26.9 35.2

SMA/Sederajat 95 52.2 52.2 87.4

Akademi/S1 23 12.6 12.6 100.0

Total 182 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pelajar/Mahasiswa 131 72.0 72.0 72.0

Ibu Rumah Tangga 12 6.6 6.6 78.6

Pegawai Swasta 20 11.0 11.0 89.6

Wiraswasta 18 9.9 9.9 99.5

Pegawai Negeri Sipil 1 .5 .5 100.0

Total 182 100.0 100.0

Durasi (Dalam Tahun)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1-46 minggu 89 48.9 48.9 48.9

47-92 minggu 31 17.0 17.0 65.9

93-138 minggu 32 17.6 17.6 83.5

139-184 minggu 16 8.8 8.8 92.3

185-230 minggu 6 3.3 3.3 95.6

231-276 minggu 8 4.4 4.4 100.0


(3)

Derajat Keparahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 2 1.1 1.1 1.1

2 134 73.6 73.6 74.7

3 13 7.1 7.1 81.9

4 33 18.1 18.1 100.0

Total 182 100.0 100.0

Lokasi Lesi di Wajah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 182 100.0 100.0 100.0

Lokasi Lesi di Punggung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 13 7.1 7.1 7.1

Tidak 169 92.9 92.9 100.0

Total 182 100.0 100.0

Lokasi Lesi di Dada

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 7 3.8 3.8 3.8

Tidak 175 96.2 96.2 100.0


(4)

Doksisiklin 1x50

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 9 4.9 4.9 4.9

Tidak 173 95.1 95.1 100.0

Total 182 100.0 100.0

Doksisiklin 2x50

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 17 9.3 9.3 9.3

Tidak 165 90.7 90.7 100.0

Total 182 100.0 100.0

Doksisiklin 1x100

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 79 43.4 43.4 43.4

Tidak 103 56.6 56.6 100.0

Total 182 100.0 100.0

Doksisiklin 2x100

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 4 2.2 2.2 2.2

Tidak 178 97.8 97.8 100.0

Total 182 100.0 100.0

Gel Klindamisin Phosphat1,2% + Tretinoin 0,025%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(5)

Tidak 49 26,9 26,9 100,0 Total 182 100,0 100,0

Tabir Surya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 37 20,3 20,3 20,3

Tidak 145 79,7 79,7 100,0

Total 182 100,0 100,0

Sabun Anti Jerawat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 90 49,5 49,5 49,5

Tidak 92 50,5 50,5 100,0

Total 182 100,0 100,0

Krim Retinoic Acid 0,025%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 65 35,7 35,7 35,7

Tidak 117 64,3 64,3 100,0

Total 182 100,0 100,0

Cetrizin 1x1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 22 12,1 12,1 12,1

Tidak 160 87,9 87,9 100,0

Total 182 100,0 100,0

Gel Klindamisin Phosphat1,2%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(6)

Tidak 169 92,9 92,9 100,0 Total 182 100,0 100,0

Gel Benzoyl Peroxida 5% + Klindamisin Phosphat 1,2%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 16 8,8 8,8 8,8

Tidak 166 91,2 91,2 100,0

Total 182 100,0 100,0

Kompres

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 8 4,4 4,4 4,4

Tidak 174 95,6 95,6 100,0

Total 182 100,0 100,0

Gel Nikotinamid 4%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 5 2,7 2,7 2,7

Tidak 177 97,3 97,3 100,0