Kondisi Perekonomian Sebelum Restorasi Meiji Feodalisme

BAB III KEBANGKITAN EKONOMI JEPANG PADA ERA RESTORASI MEIJI

3.1 Kondisi Perekonomian Sebelum Restorasi Meiji Feodalisme

Selama masa Edo, barang-barang yang paling banyak diperjualbelikan adalah barang-barang pokok seperti beras dan garam. Barang-barang hasil produksi industri diantaranya tembikar, sake, tekstil, barang-barang tembaga, kertas, dan lilin. Sementara untuk barang-barang konsumsi yang utama adalah bahan makanan seperti beras, kecap, sayuran dan ikan Takeshi dalam Suyono, 1999 : 54. Para Daimyo mengatur petani-petani di wilayahnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dari hasil-hasil pertanian tersebut Daimyo membebankan pajak tahunan kepada para petani berupa beras yang kemudian dijadikan sebagai barang perdagangan. Dan pemasukan pajak menjadi tidak stabil karena tergaantung dari hasil panen. Meskipun industri kerajinan tangan juga berkembang di wilayah-wilayah kota benteng, namun jumlahnya tidak cukup besar untuk membentuk sebuah pasar yang mandiri seperti halnya beras. Selain beras, jenis barang yang memiliki nilai komersial cukup tinggi adalah tekstil seperti katun dan sutera. Katun mulai muncul di wilayah Tokai selama masa akhir periode Sengoku, dan pada masa Edo katun mulai berkembang secara luas di wilayah-wilayah lain. Wilayah-wilayah dimana produk katun berkembang diantaranya adalah di Selatan Kyushu, wilayah Kinai dan wilayah Selatan Kanto. Universitas Sumatera Utara Di wilayah Kinai, perusahan-perusahaan yang bergerak dibidang ini berkembang sangat pesat, dan di kota-kota kecil di propinsi kawachi dan Settsu, pemintalan katun menjadi industri yang sangat penting. Pendapatan pemerintah dalam suatu wilayah Han biasanya dalam bentuk beras atau bahan makanan pokok lain gandum yang diperoleh dari pajak para petani. Sedangkan pengeluaran mereka sebagian besar dibayar dalam bentuk emas atau perak. Dengan demikian, pendapatan mereka yang berbentuk beras harus dijual di pusat-pusat pasar utnuk mendapatkan uang tunai. Pada awalnya, para daimyo dari beberapa Han mempercayakan penjualan beras dan produk khas daerah mereka kepada para pedagang di Osaka. Mereka dipercaya untuk mengatur penjualan beras para daimyo dan bahkan mengelola peredaran mas ke wilayah Han. Pada masa pemerintahan Tokugawa, para daimyo di seluruh Jepang diharuskan menempatkan keluarganya di Edo, sedangkan mereka sendiri diizinkan untuk pulang balik. Karena perjalanan pulang balik dari Edo ke daerah mereka masing-masing harus dijalankan sesuai dengan status sebagai daimyo, maka rombongan itu biasanya besar. Ditambah lagi dengan kehidupan keluarga mereka di Edo, yang diliputi oleh rasa persaingan antara keluarga daimyo yang satu dengan yang lain, juga sangat menekan perekonomian para samurai. Keadaan ini menyebabkan umumnya samurai juga memerlukan biaya yang besar. Akibatnya lambat laun kekayaan daimyo sendiri tidak cukup untuk membiayai hal itu. Maka jatuhlah mereka kedalam keadaan yang sangat tergantung kepada para pedagang. Dengan demikian bertambah pengaruh para pedagang yang secara Universitas Sumatera Utara resmi berada pada tingkat sosial terendah. Para pedagang pun tahu, bahwa pengaruh itu hanya bermanfaat kalau mereka tidak menonjolkan diri dalam politik. Sebab itu pengaruh tersebut digunakan secara tidak langsung melalui para samurai yang berhubungan dengan mereka. Dengan cara itu para pedagang berkembang, bahkan diantara mereka ada yang diberi status samurai. Jadi, perekonomian Jepang tidak hanya dimulai pada Restorasi Meiji, melainkan sudah ada dasarnya pada masa Tokugawa. Namun bagaimanapun juga, perekonomian di masa Tokugawa masih sangat terbatas, dan pada hakekatnya hanya bersifat perdagangan antar daerah melaui laut pedalaman. Ini dipengaruhi oleh sikap samurai yang memandang rendah kepada perdagangan dan segala hal yang bersangkutan dengan uang. Selain itu, ada larangan yang dikeluarkan pemerintah Tokugawa untuk mengadakan hubungan dengan luar negeri.

3.2 Lahirnya Zaibatsu