Penentuan Uji Perolehan Kembali Uji Presisi Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitatif

V = Volume sampel ml F p = Faktor Pengenceran BS= Berat sampel

3.6 Uji Validasi Metode Analisis

Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Uji validasi yang digunakan yaitu uji akurasi dengan parameter uji perolehan kembali, batas deteksi, batas kuantitasi dan uji presisi dengan parameter relatif standar deviasi RSD.

3.6.1 Penentuan Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali dilakukan dngan menambahkan larutan baku Rhodamin B konsentrasi 50 mcgml sebanyak 1 ml kedalam sampel kemudiaan dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel. Menurut WHO 1992, perolehan kembali dapat dihitung menurut rumus sebagai berikut: perolehan kembali = CA CA CF − x 100 Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan larutan baku CA = konsentrasi sampwl sebelum panambahan baku CA = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan Universitas Sumatera Utara

3.6.2 Uji Presisi

Uji presisi keseksamaan ditentukan dengan parameter RSD RelatifStandar Deviasi dengan rumus : 100 X SD RSD x = Keterangan : RSD = Relatif Standar Deviasi SD = Standar Deviasi X = Kadar rata-rata Rhodamin B dalam sampel

3.6.3 Penentuan Batas Deteksi Dan Batas Kuantitatif

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko WHO., 1992. Batas deteksi dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : Batas deteksi = Slope SB 3 Batas kuantitatif adalah kuantitatif analit terkecil dalam sampel yang masih memiliki kriteria cermat dan seksama WHO., 1992. Batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Batas kuantitasi = Slope SB 10 Keterangan : SB = Simpangan Baku Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kualitatif Rhodamin B pada Sampel

Pada penelitian ini sebelum dilakukan analisis kuantitatif terhadap rhodamin B yang terdapat pada sampel, perlu dilakukan uji identifikasi untuk mengetahui ada tidaknya rhodamin B pada sampel dengan metode Spektrofotometri Sinar Tampak dan kromatografi lapis tipis KLT. Berdasarkan hasil identifikasi rhodamin B dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak dan Kromatografi lapis tipis KLT diperoleh kurva serapan dan data pengukuran seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dan Tabel 4. Gambar 2. A adalah kurva serapan baku pembanding Rhodamin B λ maks 557 nm, B yaitu kurva serapan es doger dari SDN 117477 Torgamba λ maks 558 nm, C yaitu kurva serapan kerupuk dari SDN 118371 Sumberjo λ maks 556 nm dan D yaitu kurva serapan saus dari SDN 118169 Kampung Rakyat λ maks 557 nm A B C D Universitas Sumatera Utara