kukuhkan sebagai PKP. Pihak KPP dapat menolak jika ternyata pengusaha tersebut tidak memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP ataupun dalam hal alamat
PKP terbukti tidak benar. Dengan melihat data-data di atas, jumlah pengukuhan PKP baik Orang
Pribadi maupun Badandi KPP Pratama Medan Polonia selama periode 2005 sampai tahun 2009 tidak mengalami peningkatan dan bisa di katakana mengalami penurunan.
Hal ini menunjukkan bahwa KPP Pratama Medan Polonia kurang berhasil dalam untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang dalam hal ini adalah PKP.
b. Pencabutan PKP
Berdasarkan data yang diperoleh pencabutan PKP kemungkinan di lakukan karena pengusaha Badan yang badan usahanya sepi atau bangkrut sehingga
mengharuskan badan tersebut untuk di bubarkan atau juga karena jumlah peredaran bruto pada suatu masa pajak dalam suatu tahun buku menurun sehingga tidak dapat
lagi memenuhi syarat sebagai PKP. Adapun jumlah total pencabutan pengukuhan PKP yang di lakukan oleh KPP
Pratama Medan Polonia periode 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah sebanyak 206 orang.
Melihat jumlah pencabutan PKP yang terjadi sampai dengan tahun 2009 lebih sedikit bila di bandingkan dengan jumlah PKP yang di kukuhkan, dapat
disimpulkan bahwa hal ini merupakan keadaan yang cukup baik karena jumlah pencabutan PKP tersebut tidak mempengaruhi jumlah PKP yang di kukuhkan. Dan
Universitas Sumatera Utara
hal tersebut tidak akan terlalu mengurangi penerimaan pajak sehingga pemerintah Indonesia tidak terlalu di rugikan karena berkurangnya penerimaan pajak.
4.3 KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENDAFTARAN DAN PENCABUTAN PENGUSAHA KENA PAJAK
a. Rendahnya Tingkat Pengetahuan PKP tentang Perpajakan. Rendahnya tingkat pengetahuan PKP tentang perpajakan membutuhkan
perhatian khusus. Secara tidak sadar sudah melakukan suatu perlawanan pajak dalam bentuk tidak membayar pajak yang disebut dengan perlawanan Pasif, yaitu
perlawanan yang tidak disengaja. Bentuk perlawanan pasif ini tidak terlihat adanya unsur kesengajaan dari
pengusaha untuk menghindari pembayaran pajak apalagi menghambatnya. Mereka hanya tidak tahu tentang untuk apa, bagaimana, kapan, dan pada siapa pajak harus di
bayarkan. Jika di lihat dari sanksi yang di berikan terhadap perlawanan pasif merupakan perlawanan yang paling sulit untuk di kenai sanksi karena mereka
memang betul-betul tidak sengaja dalam melakukan pelanggaran. c.
Rendahnya Kerja Sama Antara PKP dengan Fiskus. Dalam hal komunikasi dan informasi antara PKP dengan fiskus menyebabkan
terhambatnya pengurusan administrasi perpajakan, ini terlihat apabila PKP melakukan pengurusan-pengurusan dalam hal administrasi perpajakan selalu saja
memiliki kendala-kendala PKP tidak melengkapi surat-surat sebagai syarat yang harus di penuhi dalam administrasi perpajakan, Pengusaha menggunakan perantara
Universitas Sumatera Utara
yang di tunjuk secara sah oleh hukum atau dengan kata lain tidak di lengkapi dengan surat kuasa dari PKP yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan terhambatnya
kelancaran tugas-tugas aparat pajak Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi nya :
Dalam melaksanakan tugasnya dalam merancang Undang-Undang Pajak, pemerintah harus membuat peraturan yang mudah dimengerti. Jika peraturan yang di
buat sulit di mengerti oleh masyarakat, secara otomatis akan timbul suatu bentuk perlawanan pajak, yang cara, bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam.
Jika di tinjau dari suatu pungutan pajak, sebenarnya petugas pajak dapat menyebarkan informasi pajak yang seluas-luasnya dengan biaya yang semurah-
murahnya. Karena tujuan utama dari penyebaran informasi pajak adalah untuk memberikan pengertian kepada masyarakat luas, sehingga pada akhirnya masyarakat
sadar dan ikut berpartisipasi dalam pembayaran pajak. Kebijaksanaan lain yang dapat di tempuh dalam menyebarkan informasi
perpajakan adalah mengadakan dan memperbanyak buku panduan perpajakan bagi masyarakat. Cara ini sebenarnya dapat dikatakan cara yang termurah dan efisien,
karena sebagian buku panduan ini diberikan secara Cuma-Cuma oleh Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah di lakukan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :
a. Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan disamping mempunyai kewajiban mendaftarkan diri, terdapat pula
kewajiban melaporkan usaha untuk di kukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP atau JKP bagi yang memenuhi
ketentuan sebagai PKP.Kewajiban mendaftarkan diri di awali dari dasar Pasal 2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. b. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak apabila :
1. Pengusaha tersebut memilih untuk di kukuhkan sebagai PKP
berdasarkan kemauannya sendiri. 2.
Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP. 3.
Pengusaha Kecil yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai pada suatu tahun buku seluruh peredaran brutonya
telah melampaui batasan sebagai Pengusaha Kecil.
Universitas Sumatera Utara