Beberapa jenis obat kumur dikelompokkan atas beberapa golongan yaitu bisguanida, senyawa amonium kuartener, campuran fenol minyak esensial,
poviden-iodin, heksidin.
10
Clorhexidine termasuk kelompok ikatan kimia bisguanida bersifat fungisid dan bakterisid.
10
Bersifat spektrum luas, efektif terhadap gram positif dan gram negatif meskipun untuk jenis yang terakhir efektivitasnya sedikit lebih
rendah. Chlorhexidine sangat efektif mengurangi radang gingiva dan akumulasi plak. Cetylpyridinium chloride contoh dari senyawa amonium kuartener, bersifat
bakterisidal pada konsentrasi rendah terhadap kuman gram positif dan gram negatif. Cara kerjanya dengan mengubah permeabilitas membran sel.
19
Fenol asam kabolat memberikan efek bakteriostatik, fungisid, pada kadar rendah
mekanisme kerjanya mendenaturasi protein.
20
Povidone-iodin 1 sebagai obat kumur antiseptik mempunyai sifat antibakteri. Obat kumur ini dapat dipakai untuk
mengurangi bakteremia setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah. Heksetidin adalah derivat pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa. Di
pakai sebagai obat kumur dengan konsentrasi sebesar 0,1.
16
Derajat Keasaman Obat Kumur
pH rendah menunjukkan tingkat keasaman tinggi. Produk obat kumur yang paling umum dijual kebanyakan bersifat asam. Obat kumur merek L
memiliki pH 4,3 dan jangkauan pH 5,0. pH netral adalah 7,0 dan air liur pada tubuh yang sehat memiliki pH 6,4-6,8. Maka di sarankan pemakaian obat kumur
disesuaikan fungsi dan kebutuhan masing-masing individu.
18
2.1.4. Metode Pengujian Antibakteri
Pertumbuhan mikroorganisme dapat di kendalikan oleh proses fisik dan kimia. Pengendalian dapat di lakukan dengan cara pembasmian dan
penghambatan populasi mikroorganisme. Zat antimikroba terdiri dari antijamur dan antibakterial. Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme melalui hambatan pertumbuhan bakteri. Aktivitas zat antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik yang hanya menghambat
pertumbuhan tapi tidak membunuh patogen, aktivitas bakterisidal yang dapat membunuh patogen dalam kisaran luas.
21
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi Diffusion Test dan metode dilusi Tube Dillution Test.
22
Metode difusi agar yang digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba. Kerjanya dengan mengamati daerah yang bening, yang
mengindikasikan adanya
hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh
antimikroba pada permukaan media agar.
22
Metode difusi ini dibagi atas beberapa cara:
Metode Lubang, metode ini adalah agar yang telah diinokulasi dengan bakteri yang di uji dibuat lubang yang diisi dengan zat antimikroba.
23
Metode Parit, agar yang telah diinokulasi dengan bakteri yang di uji dibuat sebidang parit yang diisi dengan zat antimikroba.
23
Metode Cakram Cara Kirby Bauer, metode ini menggunakan suatu kertas cakram saring yang berisi antibiotik diletakkan pada media agar
yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut.
24
Terdapat dua macam zona hambat yang terbentuk dari cara ini, yaitu:
24
Zona radikal, suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
Zona irradikal, suatu daerah disekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh disc antibiotik tetapi tidak dimatikan.
Metode uji antibakterial dan antimikrobial dengan metode dilusi Tube Dillution Test caranya dengan membuat pengenceran antimikroba pada medium
cair yang ditambahkan dengan mikroba uji.
23
Fungsinya untuk mengetahui hasil MIC secara langsung. Metode lain adalah metode E-test, yang merupakan metode
uji difusi agar yang mudah dan cepat memperoleh hasil Minimun Inhibitory Concentration MIC.
25
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Uji ini dilakukan pada medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium
dan kertas saring yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona penghambatan di ukur. Diameter zona penghambatan merupakan
pengukuran MIC secara tidak langsung dari antibiotika terhadap mikroba. Sensitivitas klinik dari mikroba ditentukan dari tabel klasifikasi menurut Ahn,
dkk.
25
Tabel 2.4 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri
25
Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan
20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
10 mm Tidak ada
2.1.5. Mekanisme Kerja Antibakteri
Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung reaksi daya tahan hospes. Berdasarkan mekanisme kerjanya,
antimikroba terbagi menjadi 5 kelompok yaitu: a.
Antimikroba yang mengganggu metabolisme sel mikroba, mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Kuman patogen
mensintesis sendiri asam folat dari amino benzoat PABA. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimeptoprim, asam p-
aminosalisilat PAS, sulfon. Obat tersebut bekerja dengan menghambat sintesis asam folat, akibatnya kehidupan mikroba terganggu.
26
b. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding mikroba, dinding bakteri
terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida yang dapat mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran
protoplasma di bawahnya. Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.