3. Perjanjian kredit
Secara etimologi kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “credere” yang berarti kepercayaan. Seseorang yang memperoleh kredit berarti memperoleh
kepercayaan. Dengan demikian, dasar dari suatu kredit adalah kepercayaan.
12
Selanjutnya apabila dikaitkan dengan pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, Marhainis Abdul Hay mengemukakan tentang pengertian perjanjian kredit Bank dapat diidentifikasi
dari Pasal 1754 KUH Perdata tentang pinjam meminjam. Pasal 1754 KUH Perdata berbunyi sebagai berikut : Pinjam meminjam adalah persetujuan dengan
mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak
yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Secara umum kredit diartikan sebagai fasilitas dalam meminjam uang berdasarkan persetujuan pinjam meminjam.
Di dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan
mendefinisikan kredit sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
12
Edy Putra The Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta,1989, hal.1.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum yang dimaksud dengan perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam meminjam berupa uang antara pihak
kreditor dengan pihak debitor dalam hal ini pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang
telah ditetapkan. Perjanjian kredit ini mendapat perhatian khusus, baik oleh bank maupun
oleh nasabah, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaannya, maupun penatalaksanaan kredit itu sendiri.
Menurut Ch.Gatot Wardoyo
13
1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian
kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan.
, pemberian kredit mempunyai fungsi yaitu:
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan
hak dan kewajiban di antara kreditur dan debitur. 3.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.
Kredit dilihat dari sisi unsur keuntungan bagi kreditur, yaitu untuk mengambil keuntungan dari modalnya dengan mengharapkan kontra
prestasi, sedangkan pandangan dari sisi debitur, yaitu bahwa kredit memberikan bantuan untukmenutupi kebutuhannya dan menjadi beban
bagi dirinya untuk membayar, di masa depan hal itu merupakan kewajiban baginya yang berupa hutang.
13
Ch. Gatot wardoyo, Sekitar Klausul-klausul Perjanjian Kredit Bank, Bank dan Manajemen, November-Desember 1992, hal. 64-69
Universitas Sumatera Utara
Adapun obyek yang diperjanjian adalah berkaitan dengan kredit dimana kredit tersebut dapat dikategorikan menurut jenis dan penggolongan kredit dapat
dibedakan berdasarkan beberapa hal diantaranya yaitu : 1. kegunaannya, 2. tujuan, 3. jangka waktu, 4. jaminan.
1. Berdasarkan kegunaan dapat dibedakan :
a. Kredit investasi, yaitu kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif,
tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu relatif lama b.
Kredit modal kerja, yaitu kredit yang dipergunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2. Berdasarkan tujuan dapat dibedakan :
a. Kredit produktif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk peningkatan usaha
produksi dan investasi. b.
Kredit konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk konsumsi secara pribadi.
c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada pedagang dan
dipergunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya. 3.
Berdasarkan jangka waktu. a.
Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan pada umumnya
dipergunakan untuk modal kerja. b.
Kredit jangka menengah, yaitu kredit dengan jangaka waktu berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, dan pada umumnya untuk
melakukan investasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit dengan jangka waktu pengembalian
diatas tiga tahun atau lima tahun. 4.
Berdasarkan Jaminan dapat dibedakan : a.
Kredit jaminan orang, yaitu kredit yang diberikan kepada seorang debitur dengan jaminan orang yang menanggung kredit tersebut bila debitur lalai
memenuhi kewajibannya. b.
Kredit dengan jaminan barang, yaitu kredit diberikan kepada seorang debitur dengan jaminan barang baik bergerak maupun tidak bergerak, yang
berfungsi sebagai jaminan atas pelunasan kredit yang diterima debitur bila lalai memenuhi kewajibannya.
c. Kredit agunan dokumen, yaitu kredit yang diberikan kepada seorang
debitur dengan jaminan yang dimiliki debitur umumnya dokumen hubungan kerja antara debitur dengan pihak ketiga dengan maksud kredit
tersebut untuk membiayai pekerjaan atau projek hubungan kerja antara debitur dengan pihak ketiga.
B. Asas-asas dalam Pemberian Kredit
Dalam dunia perbankan terdapat suatu azas yang harus diperhatikan oleh bank sebelum mamberikan kredit kepada nasabahnya yaitu yang dikenal dengan
istilah the five c’s of credit, artinya pada pemberian kredit tersebut harus diperhatikan lima faktor, yaitu character karakter, capacity kemampuan
Universitas Sumatera Utara
mengembalikan utang, collateral jaminan, capital modal, dan condition situasi dan kondisi.
14
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria UUPA Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 28 dijadikan jaminan hutang dengan di bebani Hak Tanggungan
antara lain : Sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan yang berbunyi : “Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh
bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan
atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kewajibanya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.”
Di dalam setiap kredit selalu diperlukan jaminan atau anggunan. Adapun
jaminan yang dapat diberikan berbentuk benda tidak bergerak tetap, misalnya tanah, rumah, dan pekarangan, sawah, ladang, tambak dan lain sebagainya.
Sebetulnya yang dijadikan jaminan disini adalah hak atas tanah tersebut di atas.
15
1. Hak Milik;
2. Hak Guna Usaha;
3. Hak Guna Bangunan.
4. Hak Pakai
14
M. Bahsan, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung, Jakarta. 2002, hal 39
15
Boedi Harsono, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Jakarta: Djambatan, 2002, hal. 45
Universitas Sumatera Utara
Pembebanan hak tanggungan dapat dilakukan dengan 2 dua tahap yaitu : 1.
Pemberian hak tanggungan Di dahului dengan membuat perjanjian hutang piutang yang dijamin sebagai
perjanjian pokok diikuti dengan pemberian hak tanggungan 2.
Pendaftaran Dilakukan di kantor pertanahan yang menentukan saat lahirnya hak
tanggungan. Hak tanggung wajib sebagai jaminan atas tanah yang telah bersertifikat
antara lain : 1.
Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya
2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu
berada. 3.
Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum pada pihak-pihak yang
berkepentingan. 4.
Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Selain asas-asas di atas hak tanggungan mengenal asas pemisahan
horizontal yang berasal dari hukum benda.
16
16
Herowati Poesoko, Parete Executie Obyek hak Tanggungan, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta. 2007, hal 82
Universitas Sumatera Utara
C. Hukum Jaminan dalam Perjanjian Kredit Bank