Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Lokasi Penelitian Asam Karboksilat

Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. semakin menggelap atau ketuaan. Bau dan flavornya bersifat tipikal rendah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama. Kandungan eugenol yang terdapat pada bunga cengkeh, gagang cengkeh dan daun cengkeh berturut – turut adalah sebagai berikut 90 , 88,5 dan 85,5 . Guenther, 1990 Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol eugenol telah banyak disintesa menjadi beberapa senyawa turunannya oleh beberapa peneliti terdahulu. Eugenil metil eter dan eugenil etil eter merupakan senyawa turunan dari eugenol yang sangat luas digunakan sebagai komposisi parfum. Sastrohamidjojo, 2004 Senyawa eugenol telah berhasil diasetilasi dan kemudian dioksidasi menjadi vanilin.Bulan, R., 2004 Atas dasar ini peneliti tertarik untuk memanfaatkan senyawa 4-alil-2-metoksi fenol eugenol pada minyak cengkeh yang berasal dari bunga cengkeh sebagai bahan pembuatan 4-alil-2-metoksi fenil laurat sebagai bahan surfaktan.

1.2. Permasalahan

Apakah reaksi 4 – alil – 2 – metoksi fenol dengan asam asetat anhidrat dapat menghasilkan 4 – alil – 2 – metoksi fenil asetat, dan dengan menggikuti prinsip reaksi transesterifikasi diharapkan 4 – alil – 2 – metoksi fenil asetat dapat bereaksi dengan metil laurat sehingga diperoleh 4 – alil – 2 – metoksi fenil laurat.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan senyawa 4 – alil – 2 – metoksi fenil laurat melalui reaksi transesterifikasi 4 – alil – 2 – metoksi fenil asetat dengan metil laurat. Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan senyawa 4 – alil – 2 – metoksi fenil laurat yang dapat digunakan sebagai bahan surfaktan.

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kimia Organik FMIPA USU, dan analisis secara FT-IR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik UGM, Yogyakarta.

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Isolasi 4-alil-2-metoksi fenol dari minyak cengkeh

Minyak cengkeh dicampurkan dengan larutan NaOH. Kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan dengan n-heksan lalu diekstraksi. Lapisan bawah dimasukkan ke dalam gelas beaker dan dihidrolisa dengan H 2 SO 4 25 sampai pH = 3. Larutan pH = 3 dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan n-heksan lalu diekstraksi. Lapisan atas dirotarievaporasi untuk menghilangkan n- heksan dan dihasilkan eugenol. Lalu dianalisa FT-IR.

1.6.2. Asetilasi 4-alil-2-metoksi fenol

Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol direfluks dan ditetesi asam asetat anhidrat melalui corong penetes secara perlahan – lahan sambil dipanaskan selama ± 4 jam pada suhu 120 o C. Hasil reaksi dilarutkan dengan n-heksan, selanjutnya dicuci dengan akuades. Hasil cucian dikeringkan dengan Na 2 SO 4 anhidrous kemudian disaring. Filtrat dari Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. hasil saringan diuapkan melalui rotarievaporasi. Residu dari hasilnya di KLT dan dianalisa dengan FT-IR.

1.6.3. Pembuatan Metil Ester Asam laurat

Asam laurat dilarutkan dengan metanol. Setelah larut ditambahkan benzen sambil diaduk dan ditetesi H 2 SO 4p secara perlahan – lahan. Kemudian direfluks, lalu dirotari evaporasi. Residu yang diperoleh diekstraksi dengan n-heksan p.a dan dicuci dengan akuades. Lapisan atas diambil lalu ditambahkan Na 2 SO 4 anhidrous dibiarkan selama 24 jam lalu disaring. Filtratnya dirotarievaporasi sehingga diperoleh metil ester asam laurat. Lalu dianalisa dengan FT-IR.

1.6.4. Transesterifikasi 4-alil-2-metoksi fenil asetat dengan metil laurat

Senyawa 4-alil-2-metoksi fenil asetat ditambahkan dengan benzen, metil laurat dan Na-metoksi kemudian direfluks selama 5 jam pada suhu 80 o C. Pelarut yang sisa di rotarievaporasi. Residu yang dihasilkan diekstraksi dengan n-heksan p.a. dan dicuci dengan akuades. Lapisan atas diambil lalu ditambahkan dengan Na 2 SO 4 anhidrous lalu disaring. Filtratnya dirotarievaporasi sehingga diperoleh 4 – alil – 2 – metoksi fenil laurat. Produk yang dihasilkan dikromatografi kolom, lalu dianalisa harga HLB dan FT – IR-nya. Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Cengkeh

Hasil utama pohon cengkeh adalah bunga cengkeh yang mengandung minyak atsiri dengan kualitas lebih bagus bila dibandingkan dari daunnya tetapi harganya sangat mahal. Pohon cengkeh berasal dari Maluku. Dari Maluku tanaman cengkeh tersebut dibawa ke daerah tropis lain oleh orang – orang Portugal, Spanyol, Belanda, Perancis dan Inggris dan ditanam di Zanzibar, Peruba, Madagaskar, Baurbon, Mauritis, dan Penang. Sekarang, di Indonesia pohon cengkeh tidak hanya ditanam di daerah Maluku, tetapi juga di Jawa, Irian Jaya, Sulawesi dan pulau – pulau lain. Bunga cengkeh yang dikeringkan kebanyakan digunakan oleh pabrik rokok kretek. Di Indonesia minyak daun cengkeh kebanyakan diekspor dan sedikit yang diproses menjadi produk yang lebih tinggi. Konstituen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan senyawa fenolat dan eugenol yang merupakan komponen paling besar. Senyawa ini mudah diisolasi dengan NaOH dan kemudian dinetralkan dengan asam mineral. Kelompok kedua mengandung senyawa – senyawa non fenolat yaitu -kariofilen, -kubeben, -kopaen, hulumen, -kadien, dan kadina 1,3,5-trien. Sastrohamidjojo, 2004

2.1.1 Eugenol

Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. Senyawa 4-alil-2-metoksi fenol, atau yang umumnya disebut sebagai eugenol, merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning-pucat, diperoleh dari sumber alami, dapat larut dalam alkohol, eter dan kloroform; dan tidak larut dalam air. Mempunyai rumus molekul C 10 H 12 2 , bobot molekulnya adalah 164,20 dan titik didih 225 o C dan merupakan suatu turunan dari alkohol. Rumus Bangunnya adalah OH CH 2 - CH = CH 2 OCH 3 Windholz. M and Budavari. S., Minyak dari cengkeh dari Eugenia caryophyllata mengandung banyak eugenol. Carrophyllene tersedia dalam jumlah yang sedikit dalam senyawa terpen lainnya. Eugenol merupakan phenol atau senyawa aromatis hidroksi. Pavia, 1995

2.2 Oleokimia

Oleokimia pada dasarnya merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari ilmu trigliserida yang berasal dari minyak atau lemak menjadi asam lemak dan turunan asam lemak, baik yang berasal dari minyak atau lemak alam maupun petrokimia. Produk oleokimia yang pertama adalah sabun yang digunakan sebagai bahan pembersih yang dibuat dengan cara reaksi penyabunan dari lemak atau minyak. Meffret,1984 Pada perkembangan selanjutnya oleokimia mencakup pengertian sebagai proses pembuatan asam lemak dan turunannya serta proses pengolahannya dari berbagai reaksi kimia menjadi produk yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia. Reaksi – reaksi yang banyak digunakan dalam oleokimia kimia antara lain adalah saponifikasi, esterifikasi, klorinasi, sulfasi, amidasi, aminasi, epoksidasi, reduksi, hidrogenasi, sulfonasi, oksidasi, dan sebagainya. Oleokimia alami merupakan turunan dari lemak dan minyak, sedangkan oleokimia sintetik dihasilkan dari Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. petrokimia misalnya alkohol asam lemak dari etilen dan parafin serta gliserin dari propilen. Riechler, 1984 .

2.2.1 Asam Lemak

Asam lemak adalah asam karboksilat yang gugus alkilnya adalah rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang Seager, 1994 Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut : Yang mana : R = C n H 2n +1 O 2 atau R = C n H 2n O 2 R = Asam lemak n = jumlah atom karbon dimulai dari 4 atom karbon Murray, 1992 Asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap antara atom C dengan atom C lainnya adalah lurus, sedangkan asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap bentuk ikatan antara atom C dengan atom C lainnya agak membengkok. Seager, 1994 Asam lemak dengan jumlah atom C lebih dari 12 tidak larut dalam air dingin maupun air panas, tetapi dengan jumlah rantai atom karbon yang pendek bersifat larut dalam air, demikian juga sifat kelarutan garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah dan tak jenuh lebih mudah larut dalam alkohol daripada garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh. Winarno, 1984 Sifat fisik dan fisiologi asam lemak ditentukan oleh panjang rantai dan derajat ketidakjenuhan, semakin panjang rantai atom karbon maka titik cair asam lemak semakin tinggi. Semakin tinggi derajat ketidakjenuhan asam lemak maka titik cairnya Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. semakin rendah, serta asam lemak yang berstruktur trans mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada yang berstruktur cis. Ketaren, 1986 Konfigurasi di sekitar ikatan rangkap dalam asam lemak alamiah adalah cis, yang menyebabkan titik leleh minyak itu rendah. Asam lemak jenuh membentuk rantai zigzag yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik van der waals-nya tinggi, oleh karena itu lemak – lemak jenuh itu bersifat padat. Jika beberapa ikatan rangkap cis terdapat dalam rantai, molekul itu tidak dapat membentuk kisi yang rapid dan mampat, tetapi cenderung melingkar. Fessenden and Fessenden, 1999 Di bawah ini beberapa contoh asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh beserta titik cairnya. Tabel 2.1. Asam Lemak Jenuh Nama Umum Jumlah Atom C Sumber Titik Cair o C Butirat 4 Lemak, susu sapi, mentega - 7,6 Kaproat 6 Mentega, minyak kelapa - 1,5 Kaprilat 8 Mentega, minyak kelapa 1,6 Laurat 12 Susu, minyak lauril, minyak inti sawit 44 Miristat 14 Minyak pala, susu ternak 58 Palmitat 16 Terdapat pada sebagian besar lemak hewani dan minyak tumbuhan 64 Stearat 18 Terdapat pada sebagian besar lemak hewani dan minyak tumbuhan 69,4 Arachidat 20 Minyak kacang 76,3 Bahenat 22 Minyak biji – bijian 80,7 Lignoserat 24 Serebrosida, minyak kacang tanah 81 Tabel 2.2. Asam Lemak Tidak Jenuh Nama Umum Jumlah Sumber Titik Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. Atom C Cair o C Hypogeat 16 Minyakbiji kacang dan biji jagung 33 Oleat 18 Di sebagian besar minyak dan lemak 14 Linoleat 18 Minyak biji kapas, biji lin dan biji poppy 11 Ketaren, 1986 Penggunaan asam lemak adalah dengan mengubahnya menjadi alkohol asam lemak, amida, garam asam lemak dan juga plastik termasuk nilon hampir mencapai 40 dari total penggunaannya. Penggunaan terbesar berikutnya sebesar 30 untuk dijadikan detergen, sabun, dan kosmetik. Sekitar 15 asam lemak juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan resin dan cat. Sisa dari penggunaan asam lemak digunakan sebagai bahan pembantu dalam industri pembuatan ban, tekstil, kulit, kertas, pelumas, minyak gemuk, dan lilin. Richtler, and knault, 1984 .

2.2.2. Asam Laurat

Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang middle- chained fatty acid, MCFA yang tersusun dari 12 atom C . Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa , yang dapat mengandung 50 asam laurat, serta minyak biji sawit palm kernel oil. Sumber lain adalah susu sapi. Struktur asam laurat Asam laurat memiliki titik lebur 44°C dan titik didih 225°C sehingga pada suhu ruang berwujud padatan berwarna putih, dan mudah mencair jika dipanaskan. Rumus kimia: CH 3 CH 2 10 COOH, berat molekul 200,3 g.mol -1 . Asam ini larut dalam pelarut polar, misalnya air , juga larut dalam lemak karena gugus hidrokarbon metil di satu ujung dan gugus karboksil di ujung lain. Perilaku ini dimanfaatkan oleh industri pencuci, misalnya pada sampo . Natrium laurilsulfat adalah turunan yang Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. paling sering dipakai dalam industri sabun dan sampo. Pada industri kosmetik, asam laurat ini berfungsi sebagai pengental, pelembab dan pelembut. http:id.wikipedia.orgwikiAsam_laurat

2.3. Asam Karboksilat

Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil -COOH. Gugus karboksil ini mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuah hidroksil dimana antara aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik dari asam karboksilat. Gugus karboksil bersifat polar dan sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat adalah keasamannya. Dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan HNO 3 , asam karbosilat adalah asam lemah. Namun asam karboksilat lebih bersifat asam daripada alkohol atau fenol, terutama disebabkan karena stabilisasi resonansi anion karboksilatnya. Turunan asam karbosilat adalah senyawa yang menghasilkan asam karboksilat bila direaksikan dengan air. Kecuali nitril, semua turunan asam karboksilat mengandung gugus asil, RCO. Tabel berikut adalah struktur dari turunan asam karboksilat. Tabel 2.3. Struktur turunan asam karboksilat Struktur Nama O R – C – Cl ASIL KLORIDA O O R – C – O – C – R ASAM ANHIDRIDA O R – C – O – R ‘ ESTER O R – C – NH 2 AMIDA Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. R – C N NITRIL Turunan dari asam karboksilat ini memiliki gugus pergi yang terikat pada karbon asil sedangkan aldehida dan keton tidak. Asil klorida dan anhidrida asam mempunyai gugus pergi yang baik, mudah diserang oleh air. Oleh karena itu, tidak diharapkan bahwa senyawa ini terdapat dalam sel tumbuhan atau hewan. Namun karena kereaktifannya tinggi, turunan asam karboksilat ini sangat berharga dalam sintesis senyawa organik lainnya. Suatu asam karboksilat yang kurang reaktif dapat diubah menjadi salah satu derivat yang lebih reaktif dan kemudian diubah menjadi keton, ester atau suatu amida. Fessenden dan Fessenden, 1992 . Suatu anhidrida asam karboksilat mempunyai struktur dua molekul asam karboksilat yang digabung menjadi satu dengan melepas satu molekul air. Anhidrida ini tidak dapat dibentuk secara langsung dari asam karboksilat, melainkan harus dibentuk dari turunan asam karboksilat yang lebih reaktif. Anhidrida asam karboksilat memiliki bentuk yang simetris dan ada yang tidak simetris. Anhidrida simetris adalah suatu anhidrida yang gugus asilnya sama. Anhidrida simetris diberi nama dengan menambahkan kata anhidrida di depan nama asam karboksilat induknya. Contoh : H 3 C C O O C CH 3 O Anhidrida asam etanoat Nama IUPAC Anhidrida asam asetat Nama Trivial Anhidrida tidak simetris adalah suatu anhidrida dimana kedua gugus fungsi alsilnya berbeda. Pemberian nama anhidrida tidak simetris ini yaitu dengan menambahkan kata anhidrida didepan nama pokok asam – asam anhidrida tersebut. Contoh : H 3 C C O O C CH 2 CH 3 O Anhidrida etanoat propanoat Nama IUPAC Anhidrida asetat propanoat Nama Trivial Herry Yul Salim Tarigan : Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat Melalui Reaksi Transesterifikasi Antara 4-Alil-2- Metoksi Fenil Asetat Dengan Metil Laurat, 2010. Anhidrida asam asetat merupakan salah satu asam anhidrida yang paling umum dan banyak digunakan di laboratorium sebagai pereaksi dan sintesis kimia organik. Asetat anhidrida ini lazim dibuat melalui destilasi campuran natrium asetat dengan asetil klorida. CH 3 C O Cl CH 3 C - O - O CH 3 COCCH3 O - Cl O CH 3 COCCH3 O O + Cl - + Asetat anhidrida secara industri dapat dibuat melalui beberapa cara, yaitu : 1. Melalui asetilena kedalam asetat glasial dengan adanya ion merkurat sebagai katalis, kemudian mendestilasi hasil etilidina diasetat yang diperoleh: C 2 H 2 2CH 3 CO 2 H Hg 2+ CH 3 CHOCOCH 3 2 panas CH 3 CO 2 O CH 3 CHO + + 2. Mengalirkan keten ke dalam asetat glasial : + CH 2 = C = O CH 3 CO 2 H CH 3 CO 2 O anhidrida dari suatu asam berantai panjang dapat diproleh melaliu pemanasan dan fraksinasi dari campuran asamnya dengan asetat anhidrida. + + CH 3 CO 2 O 2RCO 2 H RCO 2 O 2CH 3 CO 2 H Metode ini memberikan hasil yang memuaskan untuk anhidrida yang memiliki titik didih yang lebih tinggi dari asam asetat. Finar, 1986.

2.4. Ester