2.3. Landasan Teori
Klasifikasi Angle pada Klas II menunjukkan klasifikasi yang sederhana, sedangkan dalam faktanya maloklusi Klas II itu tidak dapat dilihat hanya dari single
diagnostic. Oleh karena itu harus dilihat komponen-komponen lain untuk menegakkan diagnosis maloklusi tersebut seperti komponen posisi skeletal maksila,
dentoalveolar maksila, skeletal mandibula dan dentoalveolar mandibula. Dalam hal ini juga harus dipertimbangkan komponen sagital, vertikal dan transversal.
5,13,20
Menurut Moorres 1969 dan DeKock 1972, pertambahan yang moderat pada lebar lengkung gigi dapat diharapkan khususnya di daerah anterior, sampai gigi
kaninus permanen erupsi. Setelah itu lebar lengkung biasanya berkurang di daerah anterior dan posterior. Steiner dan kawan-kawan 1964 melaporkan bahwa dimensi
lebar interkaninus dan intermolar di mandibula mempunyai tendensi yang kuat untuk relaps, oleh karena itu harus dipertimbangkan dengan baik pada waktu membuat
rencana perawatannya.
8,16,21
Beberapa operator antusias tentang kemungkinan perawatan pada maksila, khususnya untuk merawat dimensi transversal. Defisiensi maksila secara transversal,
kenyataannya dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya problema dental di regio kraniofasial. Sehingga sebagai bagian dalam mengevaluasi pasien, jarak
transversal ini haruslah di ukur dengan baik.
6,15,25,26,27
Dari komponen skeletal maksila dapat dijumpai hasil dari beberapa penelitian yaitu posisi maksila lebih ke anterior dari komponen kraniofasial. Tetapi beberapa
peneliti lain mempunyai hasil yang berbeda.
14,23
Nazruddin : Perbedaan Ukuran Lebar Lengkung Gigi Dan Lebar Lengkung Alveolar Maloklusi Klas Ii Divisi 1 Dan Klas I Oklusi Normal, 2009
Demikian juga posisi komponen dentoalveolar maksila dimana dijumpai gigi anterior maksila yang protrusif. Pada laporan-laporan peneliti terdahulu banyak hasil
yang berbeda-beda seperti posisi relatif dari molar pertama maksila ke struktur skeletal maksila. Altemus mengatakan gigi posterior lokasinya lebih ke mesial di
maksila, sementara Baldridge dan Elsasser serta Wyllie menyatakan tidak ada perbedaan pada posisi molar maksila diantara grup Klas II dan Klas I.
9,23
Secara umum banyak peneliti hanya melihat bahwa pada maloklusi Klas II yang utama adalah problema sagital dan vertikal. Sedangkan Mc.Namara menyatakan
bahwa kebanyakan Klas II itu mempunyai problema transversal.
6,12,15
Pada pengukuran komponen transversal ini lebar lengkung gigi dan lebar lengkung alveolar beberapa peneliti mempunyai hasil yang berbeda-beda. Perbedaan
dalam penemuan penelitian itu mungkin menunjukkan adanya kesalahan atau kekurangan dalam metode pengukuran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam
penelitian ini akan mencoba mengabungkan beberapa metode pengukuran yang ada untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Nazruddin : Perbedaan Ukuran Lebar Lengkung Gigi Dan Lebar Lengkung Alveolar Maloklusi Klas Ii Divisi 1 Dan Klas I Oklusi Normal, 2009
BAB 3 METODE PENELITIAN