nama daerah yakni rotan pitet Kalbar, Rotan lalun Dayak, dan Rotan Samut Jambi Januminro, 2000.
c. Daemonorops angustifolia.
Daerah penyebaran rotan getah adalah daerah dataran rendah yang beriklim basah. Rotan ini tumbuh secara berumpun dan tiap rumpun dapat terdiri atas beberapa batang.
Tinggi batang dapat mencapai 40 meter, diameter batang bersama pelepahnya 4 cm, dan bila telah dibersihkan dan dirunti diameter batangnya hanya 2,5 cm, panjang ruas 35 cm.
Bentuk daunnya majemuk menyirip, panjang keseluruhan daun mencapai 3,5 meter, termasuk tangkai daun 30 cm dan sulur panjat 1,5 meter anaka daun panjangnya 35 cm
dan lebar 1,5 cm. Pelepah dan tangkai daun ditumbuhi duri yang rapat dan tajam, panjang duri 2,5 cm dan lebar dasar dari 5 mm Januminro, 2000.
d.
Salacca edulis
Tumbuhan Salacca edulis banyak dibudidayakan di Indonesia. Tumbuhan
berumpun, tingginya dapat mencapai 7 meter. Batang hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri panjang,
bunga jantan dan bunga betina terdapat pada pohon yang berbeda, penyerbukan dilakukan oleh angin. Buah bersisik coklat sampai kekuningan. Salak yang
dibudidayakan di Bali adalah Salacca edulis, sedangkan yang dibudidayakan di Sumatera Utara adalah Salacca sumatrana Sudarnadi, 1996.
Selain marga diatas ada beberapa marga lain dari sub famili ini Ceratolobus, Plectocimia, Plepcomiopsis, dan Myrialepis.
6. Cocoideae
Daun majemuk bersirip, buah diselimuti oleh serabut yang kasar dan bertempurung, bunga majemuk, panjang dan bercabang-cabang. Mempunyai anggota 27
genera dengan lebih kurang 600 spesies yang terdapat di Amerika, Afrika, Asia, Pasifik. Beberapa anggota yang terdapat di Indonesia yaitu :
a.
Cocos nucifera
Tumbuhan tersebar di daerah tropika yang banyak dijumpai di daerah pantai pada tanah yang mengandung garam. Tumbuh baik di bawah ketinggian 300 m dpl dengan
curah hujan 1270-2550 mm pertahun. Di Indonesia, sering ditanam di pekarangan atau tegalan. Tumbuhan berupa pohon, tumbuh menyendiri, batangnya tegak tingginya dapat
mencapai 35 meter, tergantung jenisnya Sudarnadi, 1996. b.
Elaeis guineensis.
Tumbuhan Elaeis guineensis berasal dari Afrika Tropik. Di Indonesia yang
pertama kali menanam adalah di Kebun Raya Bogor, kemudian bijinya disebarkan ke Sumatera Timur hingga sekarang penyebarannya sudah sangat luas. Tumbuhan ini
dikenal dengan kelapa sawit.
7. Arecoideae
Tumbuhan Arecoideae mirip dengan Cocoideae, tetapi pada Arecoideae tidak mempunyai tempurung. Sub famili ini mempunyai anggota 130 genera dengan lebih
kurang 1100 spesies yang tersebar di daerah tropika. Contoh spesies yang ada di Indonesia yaitu :
a.
Pinanga kuhlii
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
7
Tumbuhan ini terdapat di Sumatera dan Jawa, pada tempat yang terlidung. Pohon tumbuh berumpun, tingginya 5 – 7 meter. Daun majemuk bersirip dengan anak dauan
yang agak lebar. Bunga majemuk dalam malay yang menggantung, tangkainya berwarna merah, sedangkan bunganya berwarna putih Sudarnadi, 1996.
b.
Areca catechu
Tumbuhan ini di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi buahnya sering dipakai sebagai bahan campuran untuk menyirih. Pinang sirih merupakan tumbuhan yang cukup
umum dijumpai di kawasan Asia Tenggara. Diduga berasal dari Filipina. Sekarang tumbuhan ini telah tersebar luas dari pantai timur Afrika tropik sampai ketinggian 750
meter dpl LIPI, 1978.
8. Nypoideae
Batang pendek di bawah permukaan tanah, daun mejemuk bersirip, berumah satu, benang sari 3, bakal buah beruang satu dengan satu biji. Anggotanya hanya satu genera
dan satu spesies yaitu ; a. Nypa fruticans
Tanaman palma ini mempunyai nama berbeda-beda di setiap daerah tumbunya. Di Malasyia dan Indonesia di kenal dengan nama umum nipah. Di Filipina dalam bahasa
tagalog diberi nama loso. Adapun di Australia oleh orang Aborigin disebut ki-bano dan tacannapoon. Di Indonesia sendiri setiap daerah mempunyai nama-nama yang berbeda
untuk setiap jenis palma ini. Tercatat bermacam-macam nama daerah untuk nipah antara lain di Sumatera ; bak nipahAceh, nipah Karo, pusuk AngkolaMandailing, dan lain-
lain Bandini, 1996.
Tempat Tumbuh Palem
Menurut Witono et al, 2000, palem dapat tunibuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur, dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh
pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit, dan berlereng terjal, Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 25
-17 C, curah hujan 2000 mm -
2500 mm pertahun dengan rata -rata hujan turun 120 - 140 hari dalam setahun dan kelembaban relative 80. Untuk pertumbuhan palem juga memerlukan cahaya, dan
cahaya yang sampai kedasar hutan berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri untuk menentukan pertumbuhan suatu spesies palem Uhl dan Dransfield, 1987.
Menurut Sudarnadi 1995, spesies rotan pada zona iklim yang berlainan menunjukan bahwa spesies ini mungkin mempunyai persyaratan iklim yang tajam. Pada
ujung utara dari kisaran sebaran rotan, dimungkinkan bahwa rotan kadang kadang dapat bertahan suhu dibawah 0 C dalam kisaran ketinggian, rotan terdapat dari permukaan laut
sampai 3000 meter di Gunung Kinabalu, Sabah. Biasanya terdapat pada ketinggian yang berlainan Sudarnadi, 1995.
Aren
Arenga merupakan genus dari Famili Palem. Menurut Soeseno 2000, iklim dan curah hujan yang dibutuhkan Aren bertempat tumbuh di pegunungan, tapi Aren
membutuhkan suhu yang tinggi. Paling sedikit suhu udara 25 C kalau sampai serendah
200 C, seperti misalnya yang terjadi di pegunungan setinggi 1500 meter pada waktu
malam Aren masih hidup juga, tapi kemampuannya berbuah jadi lamban. Faktor lingkungan yang lebih menentukan ialah curah hujan. Aren lebih senang ditanam di
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
8
daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun. Atau yang huniannya jatuh selama 7 - 10 bulan dalam setahun.
Rotan merupakan salah satu tumbuhan khas di daerah tropis yang secara alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder termasuk pada daerah bekas
perladangan liar dan belukar. Secara umum rotan ini dapat tumbuh pada berbagai keadaan, di rawa, tanah kering dataran rendah dan pegunungan, tanah kering berpasir,
tanah liat berpasir yang secara periodik digenagi air atau sama sekali bebas dari genangan air. Adapun jenis tanah yang dapat ditumbuhi rotan adalah tanah alluvial biasanya
sepanjang tepi sungai, latosol dan regosol tetapi pertumbuhan terbaik pada daerah- daerah lereng bukit yang cukup lembab dengan ketinggian antara 0 – 2900 meter dengan
iklim basah tipe A dan B atau basah sampai kering tipe A,B,C dan DAnonimous, 2003
Manfaat Tumbuhan Palem
Beberapa jenis palem termasuk jenis yang serbaguna. Dari segi kegunaan, jenis- jenis palem dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sumber Karbohidrat, baik dalam bentuk pati maupun gula.
2. Sumber Minyak. Sudah sejak lama masyarakat Indonesia memanfaatkan kelapa
untuk minyak goreng 3.
Sumber Bahan Anyaman. Rotan merupakan bahan anyaman yang berkulit tinggi. Beberapa jenis palem j uga menghasilkan daun yang dapat dianyam
4. Sumber Bahan Bangunan. Ada jenis - jenis palem yang mempunyai batang yang kuat untuk pengganti kayu. Di Bali batang - batang kelapa menjadi tiang tiang
ataupun bahan ukiran perkakas rumah tangga 5. Sumber Bahan Penyegar. Ada tempat - tempat di Indonesia yang masyarakat
masih menyirih 6. Sumber Tanaman Hias. Banyak jenis palem yang sudah dimanfhatkan untuk
tanaman hias jalan ataupun tanaman LIPI, 1978. Famili palem meliputi berbagai jenis yang menjadi bahan pangan berjuta-juta
penduduk di daerah tropika. Beribu-ribu spesies termasuk famili besar ini, banyak diantaranya dapat berbentuk pohon setinggi 30 meter. Kebanyakan hidup di daerah
tropika beberapa pulu terdapat di daerah beriklim sedang. Pada jaman kapur atas dan tersier bawah, palma tesrbar luas di belahan bumu sebelah utara, sampai sejauh Kanada.
Palma jaman sekarang merupakan sumber makanan kelapa atau Cocos, Kurma atau Phoenix, kayu, serat untuk pakaian, daun untuk atap rumah, juga sumber yang
menghasilkan minyak makan, tepung, sagu dan banyak produk lain lagi, terlalu banyak untuk disebut satu demi satu Tjitrosomo, 1983.
Rotan merupakan tumbuhan berduri yang masuk kedalam famili Palem, Tumbuhan ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, seperti untuk
anyaman alat rumah tangga, sebagai sayuran di Tapanuli Selatan, dan buahnya juga masih banyak dijumpai di pasar tradisional di daerah Tapanuli Selatan.
Rotan adalah memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis benua lama. Tumbuhan ini merupakan sumber rotan batang untuk industri mebel rotan,
sementara itu juga digunakan untuk berbagai maksud kurang penting secara lokal. Kebanyakan rotan batang yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tanaman
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
9
yang tumbuh liar, dan di berbagai bagian Asia Tenggara rotan merupakan hasil hutan yang paling penting setelah kayu Dransfield N. Manokaran, 1993.
Tumbuhan palem memberikan makanan, perlindungan, pakaian dan kebutuhan hidup lainnya. Buah Cocos nucifera kelapa yang sudah masak matang digunakan
sebagai minuman susu dingin dan yang mentah sebagai kopra endosperm yang dikeringkan yang kaya akan minyak dan protein. Biji Areca catechu pinang digunakan
sebagai bahan kunyahan bersama dengan daunnya dan pucuknya digunakan sebagai sayuran. Empelur Metroxylon lueve dan M rumhii untuk tepung sagu. Buah Phoenix
dactylificra gandum menghasilkan makanan pokok. P. sylvestris dikenal dengan jenisnya yang kaya akan vitamin digunakan sebagai minuman juga diolah mejadi sirup.
Borassus flabellifer diambil airnya Yang dikonsumsi sebagai minuman atau difermentasikan menjadi minuman palm tari-tari atau dibuat jadi sirup, biji Yang muda
dan buah-buahnya yang matang dapat dimakan. Daun muda Poustonea oleraceae dapat dimakan Shukla and Misra, 2002.
Rotan merupakan hasil hutan terpenting setelah kayu pada sebagian besar Asia Tenggara. Tumbuhan rotan mempunyai nilai sosial yang besar sebagai sumber
penghasilan bagi beberapa komunitas termiskin dalam kawasan tertentu, namun secara tradisional diabaikan dalam program - program kehutanan yang disibukan oleh niaga
kayu. Dalarn 6 dasawarsa terakhir terjadi kegiatan-kegiatan penelitian yang mendorong sesuatu peningkatan tentang pentingnya rotan dan kesadaran yang juga meningkat bahwa
budidaya rotan mempunyai potensi yang nyata. Kebanyakan rotan yang memasuki niaga internasional, untuk industri perabotan rumah tangga dikumpulkan dari rotan yang
tumbuh liar dihutan primer dan hutan bekas tebangan. Dewasa ini sumberdaya itu terancam serius karena hilangnya habitat hutan yang diubah menjadi lahan pertanian atau
penggunaan tanah lainnya, dan oleh eksploitasi berlebihan. Pola niaga Internasional juga telah diubah dengan drastis oleh dikenakannya pengawasan ekspor yang menambahkan
penekanan pada persediaan dihutan dalam daerah-daerah yang tidak dikenai pengawasan, dan dengan serius mempengaruhi mata pencaharian pengumpul rotan ditempat
pengawasan diberlakukan Dransfield N. Manokaran, 1993.
KONDISI UMUM Lokasi Penelitian
Kawasan Ekosistem Leuser merupakan bentang alam yang terletak antara Danau Laut Tawar di propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Danau Toba di propinsi Sumatera
Utara. Ada 15 kabupaten yang tercakup didalam yaitu Aceh Tenggara, Gayo lues, Aceh Selatan, Aceh Utara, Aceh Barat, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat Daya, Aceh
Singkil, Aceh Tengah, Nagan Raya, Deli Serdang, Langkat, Tanah Karo, dan Dairi. Luas keseluruhannya lebih kurang 2,6 juta ha. Kawasan Ekosistem Leuser terletak pada posisi
geografis 2,25 - 4,950’ Lintang Utara dan 96,350’ - 98,550’ Bujur Timur dengan curah hujan rata-rata 2544 mm pertahun dan suhu harian rata-rata 26
pada siang hari dan 21 C
pada hari PPI, 2002. Kawasan Penelitian Sikundur yang berada pada Taman Nasional Gunung Leuser
dikelola oleh Unit Manajemen Leuser UML. Untuk mencapai lokasi penelitian tersebut dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari Dusun Aras Napal, atau dapat diternpuh speed
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
10
boat. Pada kawasan penelitian ini oleh pihak pengelola sudah dibuat transek atau trail untuk memudahkan pemantauan dan penelitian.
Hutan dataran rendah Sikundur terletak di selatan perbatasan propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan propinsi Sumatera Utara. Kawasan Ekosisitem Leuser merupakan
zona penyangga Taman Nasional Gunung Leuser, yang memiliki kurang lebih 5 koleksi palem yang sangat bagus. Kawasan ini juga menyimpan keanekaragaman
Dipterocarpacea dengan drainase tanah yang sangat baik, dan kaya akan tanah kapur ketika menyusuri sungai Besitang. Kawasan ini dekat dengan Unit monitoring Gajah di
Aras Napal Rustiami and Zumaidar, 2001. Topografi dan Iklim
Areal 242 Aras Napal Sikundur berada pada ketinggian 47 – 58 m dpl dengan pola menaik ke arah barat. Kondisi topografi kawasan cenderung datar dengan
kemiringan lahan 3 . Kondisi lahan kawasan sebagain besar 90 merupakan formasi Seureula, yaitu campuran batu lanau, batu pasir dan batu lumpur serta
konglomerat. Selain itu di sebelah barat juga terdapat bagian kecil formasi keutapang, yaitu batu pasir berselang-seling dan batu lumpur. Dataran yang berada di atas endapan
campuran dan sebagian kecil bukit yang merupakan punggungan endapan merupakan hasil sedimentasi Soemarno, 2001.
Curah hujan kawasan berkisar antara 3500 – 4000 mm pertahun, dengan iklim yang sangat lembab dan tidak memiliki bulan kering. Berdasarkan klasifikasi Schmit
Ferguson 1951 kawasan yang demikian termasuk ke dalam tipe iklim A Priatna, 2002. Flora dan Fauna
Hutan di kawasan Aras Napal Sikundur secara umum merupakan tipe vegetasi hutan dataran rendah. Dari penelitian yang dilakukan oleh UML di areal TNGL menunjukkan
bahwa terdapat tidak kurang dari 39 famili dengan 133 jenis pohon beberapa diantaranya bernilai ekonomis tinggi khususnya dari famili Dipterocarpaceae. Di dalam kawasan
hutan masih banyak ditemukan jenis pohon meranti, medang, geseng bunga, kruing, damar hitam, semaran dan semantuk serta berbagai jenis tanaman buah. Dari seluruh
jenis yang telah diidentifikasi menunjukkan bahwa famili Euphorbiaceae dan famili Lauraceae merupakan famili yang paling besar dengan jumlah jenis masing-masing 18
dan 10 jenis pohon. Selain berbagai jenis pohon, di kawasan ini juga dijumpai berbagai jenis tumbuhan bawah seperti bambu, palem, pakis dan liana.
Sementara itu komposisi jenis tegakan di Areal 242 Aras Napal Sikundur didominasi dari famili Dipterocarpaceae 7 jenis, Euphorbiaceae, Verbenaceae,
Caesalpiniaceae, Julandaceae dan Myrtaceae. Dalam jumlah sedikit masih terdapat tegakan pohon dari jenis lain seperti Meliaceae, Lauraceae. Moraceae. Apocynaceae,
Oleaceae, Sterculacea, Sapindaceae, Leguminosae dan Styracaceae yang relatif sedikit. Sedangkan keadaan tumbuhan bawah berbeda di masing-masing lokasi. Vegetasi rumput,
semak, resam pakis dan lalang umumnya banyak tumbuh pada areal yang terbuka yang berbatasan dengan lahan masyarakat. Sedangkan pada lokasi kerapatan dan
tegakanpohon cukup tinggi, tumbuhan bawah umumnya dari jenis bambu, rotan, resam dan pakis Soemarno, 2001.
Pos pemantauan Sikundur Aras Napal dirintis pada bulan Mei 2001 dengan luas areal penelitian ± 500 ha yang terletak dikawasan hutan Dipterocarpaceae dataran rendah
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
11
ketinggian antara 30-100 m dpl. Sebelurn menjadi bagian TNGL pada tahun 1978, lokasi ini merupakan hutan bekas tebangan HPH PT. Raja Garuda Mas RGM. Pos
Pemantauan Sikundur memiliki indeks biodiversitas yang cukup tinggi , yang sesuai untuk habitat Gajah Sumatera Elephas maximus Sumatraensis, Harimau Surnatera
Pantheratigris sumatraensis, Orangutan Sumatera Pongo obelii. dan Beruang madu Helarclos malayanus. Selain itu juga. merupakan habitat spesies Palem langka
Johanesteysinania ulfif~ons. Pos pemantauan Sikundur berada dalam kawasan TNGL. Secara administratife stasiun ini berada dalam wilayah Dusun Aras Napal Desa Bukit
Mas Kec. Besitang Kab. Langkat. Berdasarkan posisi geografis terletak pada koordinat 03
57
’
27
’’
Lintang Utara dan 98 0422 Bujur timur Irfan, 2002.
Kawasan sekundur pada mulanya direncanakan sebagai zona penggunaan intensif untuk turisme dan rekreasi. Hal ini adalah suatu kekeliruan, karena area sekundur tidak
luas dan tidak memiliki potensi area untuk bersaing seperti Bahorok, Berastagi, dan Lawe Gurah. Saat ini belum ada investasi kebutuhan lain diluar yang berhubungan dengan riset
dan manajemen perlindungan Schaik and Supriatna, 1996.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode belt, hanya objek diamati dan diambil datanya. Metode belt berasal dari metode jalur. Menurut Suin, 2002 metode
ini digunakan dalam analisis vegetasi suatu daerah yang luas dan keadaan komunitasnya belum diketahui keadaanya, dan pada lokasi penelitian yang bervariasi ketinggian,
keadaan tanah, dan topografinya. Penelitian ini akan menginventarisir jenis-jenis tumbuhan palem dan habitatnya, sebagai pendukung data yang akan diambil adalah
kedalaman serasah, kemiringan lahan dan pH tanah. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini ini dilakukan di Stasiun Penelitian Sikundur Ekosistem Leuser Dusun Aras Napal, Desa Bukit Mas, Kec. Besitang, Kab. Langkat. Penelitian
dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan pada April 2004 sampai Mei 2004. Bahan Dan Alat
Sebagai objek penelitian adalah tumbuhan yang masuk kedalam famili palem, dan bahan yang digunakan adalah alkohol 70, kantong plastik, kertas koran, label gantung,
karung, tally sheet, Alat-alat yang digunakan adalah meteran, pisau ,parang, alat tulis, tali rafia, pengaris, lakban, pancang, dan clinometer.
Teknik Pengambilan Data
Data-data yang akan diambil adalah : 1.
Jenis-jenis palem : objek penelitian ini hanya tumbuhan yang masuk dalam jenis palem. Dimana pelem tersebut nantinya akan dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri
morfologis spesies yang dijumpai..
2. Kedalam serasah : pengukuran kedalaman serasah menggunakan ukuran centimeter,
yaitu dengan cara menusukan pacak kedalam tanah kemudian diukur dengan meteran atau pengaris
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
12
3. Kemiringan Lahan : pengukuran kemiringan lahan diukur denga alat clinometer yaitu
untuk mengetahui tempat tumbuh palem pada kemiringan tertentu. 4.
pH Tanah ; pengukuran pH tanah diukur dengan alat pH meter Sebelum pengambilan data dilapangan, terlebih dahulu dilakukan survei
pendahuluan untuk mengetahui keberadaan jenis palem dilokasi penelitian. Dan pengumpulan data-data tersebut dilakukan khusus terhadap jeins-jenis palem yang
dijumpai dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Terlebih dahulu ditentukan plot dengan luas 3 ha yang terdiri dari 3 plot masing- masing plot seluas 1 ha dan jarak antar plot 500 meter. Pada setiap plot ditarik garis
tegak lurus Utara – Selatan sepanjang 1 Km.
2. Pengambilan sampel dilakukan pada jalur dengan jarak 5 meter kekanan dan 5 meter
kekiri dengan ukuran 10 X 10 meter sebagai sub plot. 3.
Setiap tumbuhan palem yang dijumpai pada setiap plot diambil organ-organ tumbuhan seperti batang, daun, buah dan bunga lalu diberi label gantung. Kemudian
diukur kedalam serasah, kemiringan lahan, dan diambil sampel tanah untuk pengukuran pH tanah.
4. Kemudian spesimen yang diambil dimasukan kedalam karung goni dan dibawa ke
camp. 5.
Setelah sampai ditempat peristirahatan masing-masing spesimen dilapisi dengan koran, lalu dimasukan kedalam kantong plastik ukuran besar lalu dituangkan alkohol
70 dan diselotif.
6. Spesimen tersebut setelah beberapa jam kemudian dipindahkan ke kertas koran dan
diapit dengan sasak. Setelah kering spesimen yang belum diketahui nama jenisnya tersebut dilakukan pengidentifikasian.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
13
Y Y Y
1 Km
5 m 5 m 10 m X
500 m 500 m Gambar 1. Plot contoh penelitian
Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan jenisnya. Data hasil dari pengukuran dilapangan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Contoh Menarik
untuk digunakan
yang Areal
Luas Total
Jumlah Jenis
Suatu Individu
Jumlah Mutlak
Kerapatan 1.
=
100 Jenis
Seluruh Total
Kerapatan Jenis
suatu Individu
Kerapatan Relatif
Kerapatan 2.
x =
Vegetasi Analisis
dalam dibuat
yang Contoh
Banyaknya Jumlah
Jenis Suatu
oleh diduduki
yang Contoh
Petak Satuan
Jumlah FM
Multak Frekuensi
3. =
100 Jenis
suatu Total
Frekuensi Jenis
Suatu Frekuensi
FR Relatif
Frekuensi 4.
x =
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
14
5. INP Indeks Nilai Penting = KR + FR 6. Indek Keragaman Jenis dihitung dengan menggunakan rumus indeks Shannon
Winner :
∑
= s
i
LnPi Pi
1
Dimana Pi adalah Kepadatan Relatif jenis ke I i=1,2,3 … Keterangan ;
1. Kerapatan populasi suatu jenis dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah per unit contoh atau persentase luas atau volume
2. Kerapatan Relative dihitung dengan membandingkan kerapatan suatu jenis dengan kerapatan semua jenis yang terdapat dalam unit.
3. Frekuensi adalah proporsi jumlah plot diketemukannya suatu spesies dari semua plot yang diamati. Frekuensi kehadiran suatu jenis disuatu habitat menunjukan
kesering-hadiran jenis tersebut dihabitat itu. 4. Frekuensi Relatif adalah proporsi suatu jenis tersebut dari frekuensi semua jenis.
Frekuensi tersebut dinyatakan dalam persen. 5. INP Indeks Nilai Penting yaitu Nilai penting suatu jenis tumbuhan
dikomunitasnya adalah jumleh dari kepadatan relatif dan frekuensi relatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Indeks Keanekaragaman Palem di Sikundur
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
15
Inventarisasi jenis palem yang dilakukan dengan luas total 3 ha dengan 300 sub plot pada kawasan hutan dataran rendah Sikundur didapat hasil sebanyak 2314 individu
Palem, 12 genus dan 31 spesies palem tabel 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data Tabel 1 bahwa Jumlah spesies tertinggi adalah Genus Calamus 10 spesies,
kemudian Daemonorops 5 spesies, Khorthalsia 4 spesies, Iguanura 2 spesies, Pinanga 2 spesies, dan Plectomiopsis 2 jenis. Genus Johanesteijmania, Livistona,
Linospandix, Licuala, Salacca, dan Arenga masing-masing hanya 1 spesies. Spesies yang tidak teridentifikasi sampai tingkat spesies ada 2 spesies yaitu Korthalsia sp dan
Linospandix sp. Persentase jumlah genus palem yang terdapat di Sikundur disajikan dalam gambar 1.
Gambar 2. Persentase jumlah genus palem yang terdapat di kawasan hutan Sikundur
Salacca 3
Licuala 3
Linospandix 3
Arenga 3
Johanesteijmania 3
Livistona 3
Pinanga 6
Plectocomiopsis 6
Iguanura 6
Korthalsia 14
Daemonorops 17
Calamus 33
Tabel 1. Jumlah Genus, spesies dan Jumlah Individu palem di Sikundur
No Genus Nama
Spesies Jumlah
Individu
1 Johanesteijmania
Daun Sang Johanesteijmania altifrons 103
2 Livistona
Palem Serdang Livistona rotundifolia 7 3
Calamus Rotan Kikis Calamus concinnus 673
4 Rotan Kumbar Calamus wallichiana 93
5 Rotan Manau Calamus manan 8
6 Calamus insignis
7 7
Rotan Lilin Calamus Javensis 23
8 Rotan Irit Calamus trachyoleus
21 9
Rotan Udang Calamus scaphigera 4
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
16
10 Rotan Cacing Calamus adspersus 16
11 Calamus erinaceus
2 12
Rotan Sega Calamus caesius 4 13
Daemonorops Rotan Getah Daemonorops angustifolia 157
14 Rotan pelah Daemonorops rubra
7 15
Daemonorops grandis 113
16 Rotan Duduk Daemonorops longipes 72
17 Rotan Sabut Demonorops hystrix 3
18 Korthalsia
Rotan Semut Besar Korthalsia echinometra 256
19 Rotan Semut Kecil Korthalsia scortechinii 63
20 Rotan Dahan Khortarsia rigida
58 21
Khortalsia sp 8
22 Iguanura
Iguanura spectabilis 330
23 Iguanura wallichuan
58 24
Plectocomiopsis Plectocomiopsis griffithii
1 25
Plectocomiopsis wrayi 21
26 Pinanga
Palem Pidie Pinanga malayana 98
27 Pinanga disticha
5 28
Salacca Salak Hutan Salacca affinis
181 29
Licuala Palas Biru Licuala spinosa
9 30
Linospandix Linospandix sp
4 31
Arenga Aren Hutan Arenga pinnata
9
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Indeks Shannon – Wienner diperoleh hasil Indeks Keanekaragaman Jenis palem sebagai berikut :
D =
∑
= s
i
LnPi Pi
1
= - -2.5536218 =
2.5536218
Indeks Keanekaragaman jenis ini menunjukan keanekaragaman jenis palem di kawasan hutan dataran rendah Sikundur dengan nilai 2.5536218.
Indeks Nilai Penting Jenis Palem di Sikundur
Indeks Nilai Penting diperoleh dari keseluruhan nilai kerapatan relatif dan frekuensi. Besar kecilnya indeks nilai penting menunjukan jenis tumbuhan palem yang
paling menguasai kawasan hutan dataran rendah Sikundur. Hasil penelitian diperoleh jenis yang mempunyai indeks nilai penting tertinggi adalah Rotan Kikis Calamus
concinus yaitu dengan nilai 2,759291, sedangkan indeks nilai penting terendah adalah Plectocomiopsis griffithii 0.004898. Indeks nilai penting keseluruhan spesies palem
pada kawasan hutan dataran rendah Sikundur dengan luas plot 3 ha adalah 11.1452. Indeks nilai penting palem tersebut menunjukan penguasaan suatu habitat yang
terdapat di hutan dataran rendah Sikundur .
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
17
Tabel 2. Indeks Nilai Penting INP Jenis Palem di Sikundur
No Nama Spesies
KR FR
INP
1 Daun Sang Johanesteijmania altifrons
0.494574 0.003265 0.497839 2 Palem
Serdang Livistona rotundifolia
0.033612 9.6E-05 0.033708
3 Rotan Kikis Calamus concinnus
2.751368 0.007923 2.759291 4
Rotan Duduk Daemonorops longipes 0.345722 0.001296 0.347018
5 Rotan Kumbar
Calamus wallichiana 0.446557 0.003505 0.450062
6 Rotan Getah Daemonorops angustifolia
0.753865 0.002593 0.756458 7
Rotan Semut Besar Korthalsia echinometra 1.229233 0.000624 1.229857
8 Rotan Semut Kecil Korthalsia scortechinii
0.302506 0.001633 0.304139 9
Rotan Manau Calamus manan 0.038414 4.8E-05
0.038462 10 Palem
Pidie Pinanga malayana
0.470566 0.001392 0.471958 11
Salak Hutan Salacca affinis 0.869106 0.000528 0.869634
12 Rotan Pelah Daemonorops rubra
0.033612 0.000144 0.033756 13
Daemonorops grandis 0.542591 0.002257 0.544848
14 Palas Biru Licuala spinosa
0.043215 0.000288 0.043503 15
Iguanura spectabilis 1.584558 0.003601 1.588159
16 Linospandix sp
0.019207 9.6E-05 0.019303
17 Iguanura wallichuana
0.278498 0.000576 0.279074 18
Calamus insignis 0.033612 0.00024
0.033852 19 Aren
Hutan Arenga pinnata
0.043215 0.000192 0.043407 20
Rotan Lilin Calamus Javensis 0.110439 0.00048
0.110919 21
Rotan Irit Calamus trachyoleus 0.100835 0.000528 0.101364
22 Rotan Sabut
Daemonorops hystrix 0.014405 4.8E-05
0.014453 23
Rotan Dahan Kortharsia rigida 0.278498 0.000144 0.278642
24 Rotan Sega
Calamus caesius 0.019207 0.000336 0.019543
25 Khortalsia sp
0.038414 4.8E-05 0.038462
26 Plectocomiopsis wrayi
0.100835 0.00024 0.101076
27 Rotan Udang Calamus scaphigera
0.019207 0.000144 0.019351 28
Plectocomiopsis griffithii 0.004802 9.6E-05
0.004898 29
Rotan Cacing Calamus adspersus 0.076827 0.000288 0.077115
30 Pinanga disticha
0.024008 0.001392 0.025401 31
Calamus erinaceus 0.009603 4.8E-05
0.009651
11.1452
Iklim Mikro Kawasan Sikundur
Dari pengukuran iklim mikro di lapangan diperoleh pH tanah 3,67 – 5,24, Kedalaman Serasah 1 – 9,5 cm dan Kemiringan lahan 0
Datar – 75 Sangat curam.
Jenis palem hampir semua dapat ditemukan pada setiap kelerengan, pH tanah dan kedalaman serasah yang berbeda.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
18
Deskripsi Morfologis
1. Nama Latin
: Johanesteijmania altifrons
Nama Daerah : Daun Payung
Nama Indonesia : Daun Sang Ciri Vegetatif : Mempunyai daun yang sangat
lebar dan panjang, tingginya, mencapai 6 meter, diameter pada pangkal mencapai 5 – 12 cm, daunnya
lebar berbentuk belah ketupat, daun agak tebal, tumbuh tunggal. Buahnya berbentuk tandan, berwarna coklat,
berwarna hijau tua dan muda, permukaan kulit buah kasar, dan buah sangat keras apanila telah matang. Tepi
daun bergelombang, pelepah daun tidak berduri, tetapi tepi pelepahnya ditumbuhi duri-duri.
Gambar 3. Daun Sang
2. Nama Latin : Livistona rotundifolia