PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG SAINTIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK PICK UP CARDS GAME

(1)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG SAINTIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA

SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK PICK UP CARDS GAME

Oleh Lidya Fransiska

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam FakultasKeguruan dan IlmuPendidikanUniversitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG SAINTIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA

SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN TEKNIK PICK UP CARDS GAME

Oleh

LIDYA FRANSISKA

Siswa menganggap mata pelajaran fisika itu sulit, membosankan dan konsep-konsep dalam ilmu fisika membangun konsep-konsep sains yang rumit. Sehingga sangat jarang sekali ketika ditanyakan mengenai cita–cita, siswa menjawab ingin menjadi seorang ahli sains (saintis). Saintis digambarkan negatif dan stereotipe oleh para siswa. Persepsi saintis ini mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari sains dan sikap ilmiah siswa pun kurang dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game; (2) pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game; (3) pengaruh hubungan persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game. Berdasaran hasil penelitian ini, diperoleh persamaan regresinya yaitu: (1)


(3)

Lidya Fransiska

iii pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar Y’= 37,783+ 0,332 X1; (2) pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar Y’= 35,043+ 0,418 X2; (3) pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar Y' = 17,355 + 0,293 X1 + 0.363X2. Persamaan regresi ini menjelaskan bahwa: (1) terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game; (2) terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil

belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game; (3) terdapat pengaruh hubungan persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

Kata kunci: persepsi siswa tentang saintis, sikap ilmiah, hasil belajar siswa, model pembelajaran learning cycle 5E, teknik pick up cards game.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoretis ... 8

1. Persepsi tentang Saintis ... 8

2. Sikap Ilmiah ... 12

3. Belajar dan Hasil Belajar ... 15

4. Model Pembelajaran Learning Cycle ... 19

5. Teknik Pick Up Cards Game ... 24

B.Kerangka Pikir ... 28

C.Hipotesis ... 29

III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 30


(8)

xi

C.Variabel Penelitian ... 30

D.Desain Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Analisis Instrumen ... 32

1. Uji Validitas ... 32

2. Uji Reliabiitas ... 34

G.Teknik Pengumpulan Data ... 35

3. Teknik Nontest ... 35

4. Teknik Test ... 37

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 38

1. Teknik Analisis Data ... 38

2. Pengujian Hipotesis ... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 45

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 49

3. Data Hasil Penelitian ... 50

4. Pengujian Hipotesis ... 51

B.Pembahasan ... 67

1. Persepsi Siswa tentang Saintis dan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Teknik Pick Up Cards Gam ... 67

2. Pengaruh antar Variabel ... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xii

LAMPIRAN 1 Pemetaan SK dan KD ... 84

2 Silabus ... 86

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 90

4 Lembar Kerja Siswa Pertemuan I ... 100

5 Lembar Kerja Siswa Pertemuan II ... 102

6 Lembar Kerja Siswa Pertemuan III ... 103

7 Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan I ... 104

8 Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan II ... 105

9 Jawaban Lembar Kerja Siswa Pertemuan III ... 106

10 Kisi–kisi Angket Persepsi Siswa tentang Saintis ... 107

11 Angket Persepsi Siswa tentang Saintis ... 108

12 Indikator Skala Sikap Ilmiah Siswa ... 109

13 Lembar Observasi Penilaian Guru terhadap Sikap Ilmiah Siswa(LP-02) ... 110

14 Kisi–kisi Soal Posttest (LP-01) ... 111

15 Soal Posttest (LP-01) ... 113

16 Kunci Jawaban Soal Posttest (LP-01) ... 115

17 Kisi–Kisi Soal Permaianan Pick Up Cards Game ... 119

18 Penilaian Permaianan Pick Up Cards game ... 121

19 Soal Permainan Pick Up Cards Game ... 122

20 Data Persepi Siswa tentang Saintis ... 124

21 Data Sikap Ilmiah Siswa ... 126

22 Data Hasil Belajar Siswa ... 128

23 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Persepsi Siswa tentang Saintis ... 130

24 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Belajar Siswa ... 138

25 Hasil Uji Anates Soal Permainan Pick Up Cards Game ... 145

26 Hasil Uji Normalitas antara Persepsi Siswa tentang Saintis, Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa ... 151

27. Hasil Uji Linieritas antara Persepsi Siswa tentang Saintis dengan Hasil Belajar Siswa ... 152


(10)

xiii 28. Hasil Uji Linieritas antara Sikap Ilmiah Siswa dengan Hasil

Belajar Siswa ... 154 29. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana antara Persepsi Siswa

tentang Saintis terhadap Hasil Belajar Siswa... 155 30. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana antara Sikap Ilmiah

Siswa terhadap Hasil Belajar Siswa ... 156 31. Hasil Uji Regresi Linier Berganda antara Persepsi Siswa

tentang Saintis dan Sikap Ilmiah Siswa terhadap

Hasil Belajar Siswa ... 157 32. Surat Izin Penelitian ... 158 33. Surat Keterangan Penelitian ... 159


(11)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Mengingat pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa maka sudah seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa untuk menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak dan penopang proses pembangunan sangat di tentukan oleh relevan tidaknya program yang sedang diupayakan.

Pendidikan sekolah merupakan amanah untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dilakukan secara sitematis, praktis, dan berjenjang. Dalam pelaksanaan mengajar di sekolah, guru memilki peranan penting demi

tercapainya proses belajar yang baik. Guru merupakan ujung tombak berhasil atau tidaknya proses pendidikkan di sekolah. Sebagai guru secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, bermoral tinggi, dan mandiri. Untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan tersebut seyogianya guru harus mampu merencanakan, menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan, serta tingkat perkembangan


(12)

2 siswa. Perencanaan pembelajaran yang matang memungkinkan tercapainya hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Fisika sebagai dasar sains merupakan ilmu pengetahuan alam yang menjadi tulang punggung berbagai ilmu terapan seperti agroindustri dan teknologi. Tanpa penguasaan fisika yang memadai, sumber daya manusia bangsa kita akan kalah bersaing dengan bangsa–bangsa lain. Para siswa SMP pada umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA fisika. Salah satu faktor penyebabnya adalah siswa menganggap pelajaran IPA fisika sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil observasi di SMP Gajah Mada Bandar Lampung menunjukkan bahwa ditemukan beberapa masalah dalam kegiatan pembelajaran, khususnya IPA fisika yaitu kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran, lemahnya cara berhitung siswa, dan rata–rata siswa terlalu berpatokkan dengan LKS. Namun, masalah-masalah tersebut timbul tidak hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam menyampaikan materi pelajaran IPA fisika, guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah tanpa memanfaatkan media yang interaktif sebagai alat bantu untuk memudahkan proses belajar mengajar. Metode pembelajaran seperti ini membuat siswa jenuh, dan menganggap bahwa pelajaran IPA fisika adalah pelajaran yang sulit dipahami sehingga tidak banyak disukai. Sehingga lebih dari separuh siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar yang belum mencapai ketuntasan tersebut disebabkan kurangnya pemahaman siswa akan materi.


(13)

3 Pembelajaran IPA fisika yang tidak menyenangkan tersebut berpengaruh pada hasil belajar, persepsi siswa terhadap sains, dan sikap ilmiah siswa. Konsep-konsep dalam ilmu fisika membangun Konsep-konsep sains yang rumit. Lebih rumit daripada ilmu lainnya. Sehingga sangat jarang sekali ketika ditanyakan

mengenai cita–cita, siswa menjawab ingin menjadi seorang ahli sains (saintis). Saintis menghadapi masalah persepsi yang agak serius. Saintis digambarkan negatif dan stereotipe oleh para siswa. Persepsi saintis ini mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari sains.

Sebagai solusinya agar persepsi tentang saintis dan sikap ilmiah siswa dapat berubah menjadi positif guru harus mampu membangkitkan minat siswa untuk mempelajari sains dan menciptakan situasi pembelajaran yang menarik juga menyenangkan. Sehingga, persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa dapat berubah serta meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Salah satu solusinya adalah dengan mencoba melalui penggunaan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

Model pembelajaran learning cycle 5E adalah pembelajaran yang diduga dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Karena di dalam pembelajaran learning cycle 5E terdiri dari 5 tahap meliputi tahap pembangkitan minat (engage),

menyelidiki (explore), menjelaskan (explain), memperluas (extend), dan evaluasi (evaluate). Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, membangkitkan minat belajar siswa serta membiarkan siswa menemukan gagasan/ide sendiri melalui penyelidikan sehingga terbentuk sebuah konsep, dan pembelajaran tidak lagi berpusat pada


(14)

4 guru tetapi berpusat pada siswa. Sedangkan teknik pick up cards game itu adalah metode yang mendorong memberikan pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran, mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik, dan membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik belajar. Jadi, dalam pembelajaran yang menggunakan model

pembalajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game, tugas guru adalah membantu agar pengkonstruksian pengetahuan siswa dapat berjalan lancar.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa tentang Saintis dan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Teknik Pick Up Cards Game”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game?

2. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game?


(15)

5 3. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah

siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

2. Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game. 3. Pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap

hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Menjadi model pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa untuk mempelajari sains dan menciptakan situasi pembelajaran yang menarik juga menyenangkan. Sehingga persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa dapat berubah, serta meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa menjadi lebih baik.


(16)

6 2. Guru dapat ikut menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E

dengan teknik pick up cards game dalam proses pembelajaran IPA fisika. 3. Sebagai masukan penelitian yang dapat memajukan sekolah dan

memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka

memperbaiki proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Persepsi tentang saintis adalah suatu gambaran terhadap seorang ahli ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam (sains) yang terkadang dinilai dengan indikator steoritipe. Diantaranya indikator tersebut adalah dilihat dari penampilan (jas lab, kacamata, tataan rambut, cara berpakaian, dll), jenis kelamin, penghasilan yang didapat, kebiasaan seorang saintis, dan tentunya dipengaruhi oleh perasaan senang / tidak senangnya seseorang terhadap saintis.

2. Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang harus dimilki oleh seorang saintis yang terdiri dari indikator sikap yaitu memiliki rasa keterbukaan, objektif, teliti, kedisiplinan, kerjasama, kejujuran dan tanggung jawab.

3. Hasil belajar adalah akhir atau puncak dari proses belajar yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa yang dilihat dari ranah kognitif, psikomotor dan afektif dalam proses belajar mengajar .


(17)

7 4. Model pembelajaran learning cycle 5E terdiri dari 5 tahap meliputi tahap

pembangkitan minat (engage), menyelidiki (explore), menjelaskan (explain), memeperluas (extend), dan evaluasi (evaluate).

5. Teknik pick up cards game adalah metode yang mendorong memberikan pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran, mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik dan membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik belajar.

6. Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah SMP Gajah Mada Bandar Lampung. Sampel yang dipakai adalah kelas VIIIB.

7. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi usaha dan energi.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kerangka Teoritis

1. Persepsi tentang Saintis

Persepsi adalah suatu gambaran atau bayangan dalam hati ataupun pikiran tentang sesuatu masalah atau situasi. Biasanya persepsi diperoleh melalui pandangan kemudian diteruskan ke pancaindera. Dalam psikologi dan sains kognitif, persepsi adalah suatu proses untuk mencapai kesedaran atau kepahaman mengenai pemikiran seseorang. Menurut Lindzey dan Aronson dalam Ayisetiabudi (2008: 1), bahwa

Persepsi juga mencangkup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial. Persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut.

Sains adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi makhluk hidup (Life Science) dan makhluk tak hidup (Physical Science). Life science meliputi biologi, zoologi, dan botani. Sedangkan Physical

science meliputi fisika, kimia, geologi, dan astronomi.

Sains adalah ilmu yang di pelajari. Sedangkan, Saintis adalah ilmuwan atau seorang ahli ilmu. Menurut artikata (2011: 1), bahwa Saintis adalah orang


(19)

9 yang ahli dalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam. Sehingga persepsi tentang saintis adalah suatu gambaran terhadap seorang ahli ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam (sains).

Persepsi tentang saintis terkadang dinilai dengan indikator steoritipe. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mason dalam Narayan (2011: 47), bahwa

To analyse the drawings, scoring sheet of 11 standard indicators was used. These indicators are lab coat, eyeglasses, facial hair, symbols of research (test-tubes, flasks, microscopes, Bunsen burners, experimental animals, other), symbols of knowledge (books, filing cabinets, other), signs of technology (solutions in glassware, machines, other), male, captions (formula, equations, taxonomy), pens/pencils in pocket, unkempt appearance, alternative images (sinister, eccentric, neutral, positive, female and science discipline). Drawings were scored based on the above criteria and analysed for any obvious presence of stereotypical indicators.

Diantaranya indikator tersebut adalah dilihat dari penampilan (jas lab, kacamata, tataan rambut, cara berpakaian, dll), jenis kelamin, penghasilan yang didapat, kebiasaan seorang saintis, dan tentunya dipengaruhi oleh perasaan senang / tidak senangnya terhadap seorang saintis.

Sains diperoleh dan dikembangkan oleh saintis melalui suatu metode yang disebut metode ilmiah. Metode ini di gunakan untuk melakukan serangkaian penelitian dalam mencari jawaban atas pertanyaan “apa, mengapa dan bagaimana” dari gejala-gejala alam yang meliputi life science dan physical science dan merealisasikannya dalam bentuk teknologi serta cara

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sains dan saintis merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika sains adalah produk, maka saintis adalah mesin penghasil produk.


(20)

10 Hal ini didukung oleh Mc. Adam dalam Ghandiswari (2009: 2), bahwa Sebarang maklumat tentang sains dan imej saintis dikumpul oleh kanak-kanak sejak kecil lagi mempengaruhi persepsi mereka terhadap saintis.

Berdasarkan pernyataan Mc. Adam tersebut, bahwa persepsi terhadap sains dan saintis serta minat pada masa kanak–kanak akan mempengaruhi

persepsi sains dan saintis serta minat mereka nantinya. Oleh karena itu, pengetahuan sains dan persepsi terhadap saintis saling berkaitan antara satu sama lain. Jika persepsi yang dibentuk oleh siswa terhadap sains dan saintis adalah negatif maka minat mereka untuk belajar serta menimba ilmu

pengetahuan sains akan negatif juga.

Saintis menghadapi masalah persepsi yang agak serius. Di mana persepsi-persepsi tersebut dari zaman ke zaman tidak mengalami perubahan. Persepsi yang terbentuk adalah persepsi berbentuk negatif. Media seperti televisi, majalah, buku cerita memainkan peranan yang sangat penting dalam membentuk persepsi tentang sesuatu pekerjaan. Jika persepsi yang digambarkan adalah negatif maka persepsi yang terekam dalam ingatan siswa adalah negatif juga. Ditambah juga persepsi terhadap saintis oleh orang dewasa adalah stereotipe.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ghandiswari (2009: 23) , bahwa Sepanjang dalam jangka waktu 500 tahun, masyarakat mempunyai pelbagai imej stereotaip terhadap saintis. Ada yang mengatakan saintis adalah ahli kimia, penyelidik yang tidak berperikemanusiaan, wira pengembara, ahli ujikaji yang terbiar (tidak ada bantuan), dan orang yang pakar tetapi bodoh. Semua imej stereotaip ini boleh ditemui atau didapati daripada buku-buku fiksyen ternama, tayangan gambar,televisyen, dan majalah. Ramai pelajar yang terdedah kepada imej stereotaip sebeginidi mana mereka perlahan-lahan membentuk


(21)

11 idea sendiri terhadap kerja seorang saintis dan keperibadian seorang saintis.

Jika dari berbagai media dan orang dewasa mempunyai persepsi yang stereotipe terhadap saintis maka kemungkinan persepsi tentang saintis yang berstereotipe yang terbentuk pada siswa adalah tinggi dan akan

mempengaruhi motivasi seseorang siswa untuk belajar. Ini tentunya

menyebabkan pelajar kurang mengambil jurusan sains dan perkerjaan yang berunsur sains. Selain itu, kepahaman sains di kalangan siswa juga adalah kurang. Mereka mempunyai pengetahuan yang kurang tentang fakta asas sains, konsep sains dan isitilah–isitilah sains. Ini menyebabkan mereka menghadapi masalah dalam mengikuti berita/isu yang berkaitan dengan sains dan akan mengakibatkan ilmu pengetahuan sains di kalangan siswa kurang diminati. Banyak siswa yang menganggap pelajaran sains sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya. Sama seperti yang diungkapkan oleh Razila dalam Kamisah (2007: 42), bahwa mata pelajaran sains bukan hanya membosankan tetapi terlalu abstrak, juga tanggapan bahwa kerjanya sains tidak membawa kepada pekerjaan serta pendapatan yang lumayan.

Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan di atas, bahwa persepsi yang ditunjukkan oleh siswa terhadap sains adalah negatif atau rendah dan pekerjaan seorang ahli sains (saintis) adalah pekerjaan yang gajinya sedikit. Masalah ini dijadikan alasan para siswa untuk tidak mengikuti pelajaran dalam bidang sains. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memupuk


(22)

12 kesadaran dan minat dalam sains, seperti diadakannya berbagai lomba dan olimpiade sains. Namun minat para siswa terhadap sains masih saja rendah. Dan ini tentunya akan mempengaruhi persepsi siswa terhadap saintis yang dinilai negatif juga .

Menurut Hani (2001: 43), bahwa

kajian berhubung sikap terhadap suatu perkara merupakan suatu kajian yang penting kerana melalui sikap yang ditonjolkan kita dapat membuat perkaitan dengan tingkah laku yang seterusnya dan guru sangat berpengaruh dalam perkara ini.

Jika seseorang siswa mempunyai sikap yang positif terhadap mata pelajaran sains, kebiasaannya mereka akan menunjukkan tingkah laku yang positif terhadap mata pelajaran tersebut seperti menunjukkan minat yang tinggi terhadap ilmu yang disampaikan oleh gurunya. Begitu juga sebaliknya, jika siswa mempunyai sikap yang negatif terhadap mata pelajaran sains, mereka akan menunjukkan tingkah laku yang negatif juga terhadap mata pelajaran itu seperti menunjukkan minat yang rendah terhadap ilmu yang disampaikan oleh gurunya. Guru perlu berusaha dan melakukan sesuatu perubahan atau inisiatif agar siswa yang kurang berminat dalam mata pelajaran sains dapat memperbaiki dan meningkatkan minat untuk belajar sains. Sehingga persepsi tentang saintis dapat berubah menjadi positif.

2. Sikap Ilmiah

Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat


(23)

13 untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bila dihadapkan dengan suatu masalah atau objek.

Hal ini diungkapkan oleh Kartini dalam Rini (2012: 1), bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk memberi respon baik positif maupun negatif terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi tertentu.

Maka sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai bentuk sikap positif yang biasa dikaitkan dengan keilmuan, dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku yang bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu.

Menurut Ilmualam (2012: 1), bahwa

Sikap ilmiah yg harus diterapkan dalam penelitian yaitu memiliki rasa ingin tahu, tidak dapat menerima kebenaran tanpa ada buki atau fakta, jujur, tekun, terbuka, peduli, optimis, kreatif, bertanggung jawab, bekerjasama, dan teliti.

Sedangkan menurut depdiknas (2006: 27), bahwa sikap ilmiah dinilai terdiri dari 7 indikator yaitu memiliki rasa keterbukaan, objektif, teliti, kedisiplinan, kerjasama, kejujuran dan tanggung jawab.

Menurut Istiaqul, Nabbeh dalam LKS master ilmu pengetahuan alam X PT.aviva (2011: 1), bahwa:

Sikap ilmiah ada 7 indikator yaitu: 1) Objektif bersifat ada dan nyata; 2) Jujur : berlaku jujur dan tidak menutupi sesuatu apapun; 3) Toleransi : bisa memaklumi keadaan; 4).Bertanggung jawab: berani mempertanggung jawabkan; 5) Cermat bekerja: selalu berhati hati dalam melakukan sesuatu hal; 6) Disiplin: selalu kosisten atas apa yang ia lakukan; 7) Terbuka: dalam mengumpulkan data & menganalisis data senantiasa menerima


(24)

14 Sikap ilmiah mempunyai arti yang luas yaitu sikap-sikap yang harus dimilki oleh seorang saintis yang terdiri dari berbagai macam jenisnya mulai dari memiliki rasa ingin tahu, tidak dapat menerima kebenaran tanpa ada buki atau fakta, jujur, tekun, terbuka, peduli, optimis, kreatif, bertanggung jawab, bekerjasama, dan teliti. Maka dari itu sikap ilmiah tidak hanya berguna di dalam sekolah akan tetapi juga dalam kehidupan masyarakat, dan dapat membentuk kepribadian baik dari seseorang.

Afektif yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim disebut scientific attitude. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Glick dalam Rini (2012: 1) mengatakan, bahwa ”students’ attitudes toward science appear to beshape by same factor: teachers, learning environment,

self-concept, peers, and parental influence”.

Dari pandangan di atas, maka sikap peserta didik terhadap sains dapat berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan peserta didik itu sendiri. Sikap terhadap sains adalah kecenderungan pada rasa senang dan tidak senang terhadap sains, misalnya menganggap sains sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya.

Sikap peserta didik terhadap sains dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidik, lingkungan belajar, konsep diri, teman, dan orang tua.

Sikap ilmiah mengandung dua makna, menurut Harlen dalam Rismaeka (2012: 1), bahwa

Sikap ilmiah adalah attitude towardscience dan attitude of science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan


(25)

15 sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah

mempelajari sains.

Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu cenderung berprilaku secara konsisten pada setiap keadaan.

Dari pandangan Harlen di atas, sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di masa datang

2. Seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan masalah.

3. Belajar dan Hasil Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar mengajar memegang peranan yang sangat penting. Proses belajar mengajar akan bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Sehingga penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid.

Hamalik (2001: 27) mengemukakan tentang belajar, bahwa

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Selain itu dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.


(26)

16 Menurut Gagne dalam buku “The Conditions of Learning” yang dikutip oleh Purwanto (2004: 84) menyatakan, bahwa

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga

perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum mengalami situasi ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi Menurut Morgan dalam buku “Introduction to Psychology” yang dikutip oleh Purwanto (2004: 84) mengemukakan, bahwa Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mendapatkan perubahan pada diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga diperoleh pengetahuan baru yaitu dalam bentuk

penguasaan, penggunaan, maupun penilaian mengenai sikap dan kecakapan yang merupakan perubahan atau peningkatan perolehan dari berbagai keadaan sebelumya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor individual (dari dalam diri seseorang) antara lain:

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan/intelijensi, latihan/ulangan, motivasi, dan faktor pribadi/karakter individu.

2. Faktor sosial (dari luar individu) antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat- alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.


(27)

17 Hakikat belajar dan mengajar yang lebih progresif berbeda dengan hakikat belajar dan mengajar dengan pola tradisional. Pada pola tradisional,

kegiatan mengajar lebih diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Pandangan ini mendorong guru untuk memerankan diri sebagai tukang ajar. Artinya apabila guru mengajar ia lebih mempersiapkan dirinya supaya berhasil dalam menyampaikan serta menuntaskan atau menyelesaikan semua materi pelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan. Pada pola progresif makna belajar diartikan sebagai pembangunan gagasan

pengetahuan oleh siswa sendiri selain peningkatan ketrampilan dan

pengembangan sikap positif. Oleh karena itu istilah mengajar yang dianggap berkonotasi “teachers centered” diganti dengan istilah pembelajaran.

Diharapkan dengan penggunaan istilah pembelajaran guru akan selalu ingat bahwa tugasnya adalah membelajarkan siswa dengan kata lain membuat siswa dapat belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Sesuai dengan pengertian belajar yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku, maka pengertian

Pembelajaran menurut TIM MKDK IKIP Semarang (2000: 24), bahwa Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa secara sadar dan sengaja, agar proses belajar dapat berjalan dengan maksimal, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

Karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja, maka pembelajaran itu bertujuan membantu siswa agar


(28)

18 memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.

Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

Tujuan-tujuan belajar diusahakan untuk dicapai dalam proses atau kegiatan belajar pembelajaran. Menurut Arikunto (2002: 132) mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan

pengetahuan, kemampuan keterampilan dan sikap siswa akibat dari hasil belajar yang telah dilakukan siswa.

Menurut Hamalik (2005: 31), bahwa

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan ketrampilan Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006: 121) menyatakan, bahwa

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki kemampuan analisis, maka ia akan memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang

dilambangkan dengan kata-kata menjadi buah pikiran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002: 19) menyatakan, bahwa

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan


(29)

19 menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta mampu untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2005: 21) menyatakan, bahwa

Hasil belajar dapat diperoleh dari berbagai usaha, misalnya aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami eksperimen yang

dilakukan, dan menganalisis hasil eksperimen dan menganalisis isi suatu buku. Seseorang yang mampu menguasai suatu materi keilmuan dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki prestasi.

Hasil belajar merupakan prestasi aktual siswa yang dapat didukung dengan berbagai aktivitas pembelajaran. Hasil belajar yang baik akan diperoleh dengan usaha yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Keller dalam Mulyono (2002: 45), bahwa

Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah

indikator dari adanya aktivitas, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari interaksi kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar itu dapat berupa tingkah laku (psikomotor), ranah berfikir (kognitif), dan perasaaan (afektif).


(30)

20 4. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Learning cycle dalam bahasa Indonesia disebut sebagai siklus belajar.

Siklus belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Terdiri dari tahapan-tahapan pembelajaran yang disusun sedemikian rupa. Hal ini sesuai dengan pendapat Dasna (2005: 1), bahwa

Learning cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Menurut Lawson dalam Kartika (2007: 17), bahwa model siklus belajar pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS, mengemukakan bahwa siklus belajar terdiri dari

tiga tahapan dalam siklus belajar yaitu exploration, invention, dan discovery, tetapi hal ini terus mengalami perkembangan hingga Lawson

mengemukakan bahwa ada tiga tahapan dalam siklus belajar, yaitu

eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan menyelidiki materi dan/atau ide-ide sehingga pola keteraturan ditemukan dan pertanyaan diajukan kepada siswa. Tahap pengenalan konsep memberikan kesempatan kepada guru memperkenalkan konsep dan menjelaskan konsep yang baru diselidiki. Tahap ketiga, aplikasi konsep merupakan tahap membangkitkan siswa untuk mencari pola dan menerapkan konsep pada situasi baru.

Model pembelajaran siklus belajar selanjutnya dikembangkan dari tiga tahap menjadi lima tahap. Pada learning cycle 5E fase, ditambahkan tahap


(31)

21 engage sebelum explore dan ditambahkan pula tahap evaluate pada bagian

akhir siklus. Maka lima tahap tersebut terdiri atas tahap pembangkitan minat/mengajak (engage), eksplorasi/menyelidiki (explore), menjelaskan (explain), memperluas (extend), dan evaluasi (evaluate) sehingga dikenal dengan siklus belajar 5E.

Kelima tahap dalam learning cycle 5E yang dikemukakan oleh Anthony W. Lorsbach dalam Wena (2009: 171-172), dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tahap membangkitkan minat (engage). Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa pada topik yang akan dipelajari, menimbulkan pertanyaan dan mendatangkan respon / jawaban dari siswa yang akan memberikan gambaran apa yang telah mereka ketahui.

b. Tahap menyelidiki (explore). Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

c. Tahap menjelaskan (explain). Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan


(32)

22 d. Tahap memperluas (extend). Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep

dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda.

e. Tahap evaluasi (evaluate). Evaluasi adalah tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru dapat mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat mengevaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.

Berdasarkan tahapan dalam model pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, mengevaluasi

pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Untuk lebih jelasnya, model pembelajaran bersiklus ini dapat ditampilkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Siklus belajar (learning cycle) tipe 5E

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini dilakukan secara bersiklus, mulai dari tahap pembangkitan minat (engage) sampai pada tahap evaluasi (evaluate). Model ini dinamakan bersiklus

Extend Explain Explore


(33)

23 karena pada tahap evalusi (evaluate), guru dan siswa menganalisis

kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran mulai dari menganalisis tahap pembangkitan minat (engage) sampai perluasan (extend). Setelah menganalisis, guru kembali mengajukan permasalahan baru yang akan diselidiki pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, kemampuan analisis, evaluasi dan argumentasi siswa dapat berkembang.

Dengan demikian menurut Fajaroh (2007: 1), bahwa

Proses pembelajaran dengan learning cycle 5E bukan lagi berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan pengetahuan yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Lebih lanjut menurut Fauziah (2009: 26), bahwa

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E bukan lagi sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan proses yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penerapan model pembelajaran learning cycle 5E diharapkan siswa dapat belajar secara aktif dengan mempelajari materi

secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, informasi baru dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dan siswa melakukan penyelidikan yang merupakan pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran tidak lagi monoton dan terfokus pada guru, siswa tidak hanya menerima materi yang disampaikan melainkan mereka diberikan kebebasan untuk mengeksplore materi yang akan diajarkan. Sehingga siswa tidak lagi merasa jenuh dan cenderung untuk memberikan perhatian yang


(34)

24 lebih besar terhadap materi yang akan diajarkan. Kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan ini akan menumbuhkan minat dan diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

5. Teknik Pick Up Cards Game

Menurut Arif dan Napitupulu dalam Hakim (2011: 1), bahwa

Pick up cards game atau permainan memungut kartu merupakan salah satu teknik permainan dalam pembelajaran yang menggunakan kartu sebagai media untuk pola interaksi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Ciri-ciri permainan memungut kartu antara lain sebagai berikut.

a. Permainan memungut kartu merupakan permainan yang menyenangkan yang dapat dimainkan berulang-ulang tanpa kehilangan daya tariknya. b. Dengan seperangkat kartu, 3 sampai 10 orang atau lebih orang dapat

bermain.

c. Permainan memungut kartu ini dapat menonjolkan pepatah atau peribahasa atau sajak, tanya jawab (seperti masalah dan pemecahannya) dan sebagainya.

d. Permainan memungut kartu hendaklah diproduksi sesuai dengan rencana. e. Permainan memungut kartu dapat dilakukan secara individu maupun

kelompok.

Teknik Pick Up Cards Game dalam proses pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

a. Persiapan


(35)

25 - Membuat media pembelajaran;

- Membuat desain pembelajaran; - Membuat lembar kerja siswa; - Membuat post-test;

- Serta membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen. b. Presentasi kelas

Pada tahap ini, guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran khusus sesuai dengan desain pembelajaran yang dapat dilakukan dengan menggunakan variasi vokal atau perubahan intonasi nada dan kecepatan terhadap materi-materi yang disampaikan.

c. Kegiatan kelompok

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya.Siswa dalam kelompok memperhatikan demonstrasi dan penjelasan materi yang diberikan guru. Guru kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok. Setelah masing-masing siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan, salah satu perwakilan siswa dalam kelompok, memungut kartu pemecahan masalah yang dianggap benar dan kemudian menempelkannya didepan kelas. Demikian seterusnya sampai semua pertanyaan diberikan. Jika tidak tersedia pemecahan masalah yang sesuai, maka siswa menuliskan sendiri pemecahan masalah yang dianggap benar pada kartu kosong. Siswa dalam masing-masing kelompok yang sudah memungut kartu, tidak boleh memungut kartu kembali jika anggota dalam kelompoknya


(36)

26 masih ada yang belum memungut kartu. Perwakilan kelompok yang paling cepat memungut kartu dan tepat, mendapatkan nilai tertinggi.

Tabel 2.1Kriteria Penilaian dalam Permainan Memungut Kartu Ketepatan Kecepatan Skor

Benar I 100

Benar Benar Benar Benar II III IV V 90 80 70 60

Benar VI 50

Benar VII 4

Catatan :

 Jika pertanyaan memiliki jawaban benar lebih dari satu, maka skor yang diperoleh dikalikan dengan jumlah jawaban benar yang ada.  Jika siswa memungut dua kartu jawaban, dimana satu jawaban benar

dan satu jawaban salah, maka skor yang diperoleh dibagi dua.  Jika siswa menjawab salah, maka memdapat nilai 0.

 Waktu yang disediakan untuk memungut kartu dan menempelkannya di depan kelas adalah 60 detik.

 Jika lebih dari waktu yang disediakan siswa belum menempelkan kartu di depan kelas, maka jawaban dinyatakan salah dan mendapat nilai 0.

d. Pembahasan

Setelah semua permasalahan selesai diberikan, guru bersama siswa melakukan diskusi kelas membahas hasil jawaban dari masing-masing kelompok. Jika hasil kerja kelompok tidak tepat, maka guru


(37)

27 membahas dan mengarahkan siswa ke penyelesaian yang benar. Hasil penilaian dari kegiatan permainan ini dijadikan sebagai tambahan nilai tugas bagi masing-masing siswa.

e. Kegiatan Akhir Pembelajaran

Pada tahap akhir pembelajaran ini, siswa dibimbing untuk menyimpulkan hasil pembelajaran. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Setelah itu, guru memberikan pesan moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari serta menghimbau untuk selalu belajar dirumah.

Metode pembelajaran dengan teknik pick up cards game itu sendiri tentunya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ningsih (2012: 1), bahwa

Kelebihan dari metode pick up cards game yaitu, mendorong memberikan pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran (berperan serta dalam merancang kegiatan ,

melaksanakan kegiatan, mempertanggung jawabkan hasil kerjanya), mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik, dan

membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.sedangkan kelemahan metode ini yaitu, mudah

menyimpang dari pokok permasalahan, apatis bagi siswa yang tidak terbiasa dalam forum, dan kekhawatiran guru bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.

Teknik Pick Up Cards Game ini dilakukan secara terpadu, agar tercipta keefektifan belajar siswa dan memberi kemungkinan kepada siswa untuk bekerja sama satu dengan yang lain, serta diharapkan dapat memecahkan permasalah-permasalahan selama pembelajaran berlangsung.


(38)

28 B.Kerangka Pikir

Pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajarnnya siswa dapat belajar secara aktif, dengan mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, informasi baru dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dan siswa melakukan penyelidikan yang merupakan pemecahan masalah. Dengan demikian proses pembelajaran tidak lagi monoton dan terfokus pada guru, siswa tidak hanya menerima materi yang disampaikan melainkan mereka diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi materi yang akan diajarkan. Sehingga siswa tidak lagi merasa jenuh dan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap materi yang akan diajarkan dan tujuan belajar-pun tercapai.

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi siswa tentang saintis (X1) dan sikap ilmiah siswa (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA fisika siswa (Y), serta variabel

moderatornya adalah model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up card game (Z). Kaitan antara variabel pada penelitian ini dapat


(39)

29

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pikir

Keterangan:

X1 = persepsi siswa tentang saintis X2 = sikap ilmiah siswa

Y = hasil belajar IPA fisika siswa r1 = pengaruh X1 terhadap Y r2 = pengaruh X2 terhadap Y

R12 = persepsi siswa tentang saintis (X1) dan sikap ilmiah siswa (X2) terhadap hasil belajar (Y)

Z = model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game

C.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

Z R1 X1

X2

Y R12


(40)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang

berjumlah 154 siswa. SMP Gajah Mada Bandar Lampung memiliki jumlah yaitu 4 kelas yaitu kelas VIIIA sampai dengan kelas VIIID. Dari banyaknya kelas yang ada akan diambil satu kelas sebagai sampel. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara acak. Dari pengambilan kelas secara acak diperoleh kelas VIIIB yang berjumlah 35 siswa.

C.Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu (X1) perspsi siswa tentang saintis yang diukur dengan menggunakan angket persepsi dan (X2) sikap ilmiah siswa yang diukur dengan lembar observer sikap ilmiah siswa. Satu variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa yang diukur dengan menggunakan tes literasi sains dalam bentuk soal pilihan jamak. Untuk


(41)

31 mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas (X1) dan (X2) terhadap variabel terikat (Y) yang didukung dengan variabel moderator (Z) yaitu model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

D.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan menggunakan satu kelas sebagai sampel yaitu kelas VIIIB. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu persepsi siswatentang saintis dan sikap ilmiah siswa, variabel terikat yaitu hasil belajar IPA fisika siswa, dan variabel moderator yaitu model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game. Desain eksperimen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Berikut adalah gambar desain penelitian yang akan digunakan:

Gambar 3.1. Desain One-Shot Case Study Keterangan:

X = Treatmen (perlakuan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up card s game) O = Hasil perlakuan

(Sugiyono, 2010: 110)

X O


(42)

32 E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lembar angket persepsi tentang saintis

Lembar angket persepsi tentang saintis digunakan untuk melihat sejauhmana persepsi siswa terhadap saintis.

b. Lembar penilaian sikap ilmiah

Lembar penilaian sikap ilmiah digunakan untuk mengukur sikap ilmiah siswa.

c. Lembar penilaian hasil belajar

Lembar penilaian hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitasis dan anates. Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji instrumen persepsi siswa tentang saintis dan hasil belajar siswa. Sedangkan,anates digunakan untuk menguji instrumen soal permainan pick up cards game.

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika


(43)

33 hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= �Ʃ − Ʃ (Ʃ )

�Ʃ 2− Ʃ 2 {�Ʃ 2 − Ʃ 2} Keterangan:

= koefesian korelasi yang menyatakan validitass = skor butir soal

= skor total �= jumlah sampel

(Arikunto, 2008:72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dengan kriterium uji bila correlated item–total correlation lebih


(44)

34 besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

r11 

              2 1 2 1 1 1   n n Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kuesioner Reliabel

NO Cronbach’sNilai Alpha Kategori 1 0,00 – 0,20 Kurang Reabel 2 0,21 - 0,40 Agak Reabel 3 0,41 – 0,60 Cukup Reabel 4 0,61 - 0,80 Reabel


(45)

35 Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

G.Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Nontes

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai persepsi siswa tentang saintis dengan menggunakan angket persepsi siswa tentang saintis dalam penelitian ini diperoleh dari hasil peyebaran angket persepsi. Angket ini disusun dengan beberapa indikator yaitu jenis kelamin, penghasilan yang didapat, kebiasaan seorang saintis, dan tentunya dipengaruhi oleh perasaan senang / tidak senangnya seseorang terhadap saintis. Angket yang diberikan langsung kepada siswa yang terdiri dari 15 pernyataan yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu:

(1)Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Tidak setuju, dan (5) Sangat tidak setuju.

Untuk pernyataan positif, urutan nilainya adalah sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1. Sedangkan untuk pertanyaan negatif urutan nilainya adalah sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4, dan sangat tidak setuju = 5.

Data interval tersebut dapat dianalisis dengan menghitung jumlah skor setiap nomor dari jawaban siswa. Jika jumlah skor siswa antara 55 ≤ X ≤75, maka persepsi siswa tentang saintis baik, jika jumlah skor siswa 35 ≤ X < 55


(46)

36 maka persepsi siswa tentang saintis cukup baik, dan jika jumlah skor siswa 15 ≤ X < 35 maka persepsi siswa tentang saintis kurang baik.

Kriteria penilaian tersebut sesuai dengan kriteria penilaian menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010: 59):

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Skala Likert Rentang Skor Kriteria

Mi + SDi ≤ M ≤ Mi + 3,0 Sdi Baik

Mi – SDi ≤ M < Mi + Sdi Cukup Baik Mi –3 SDi ≤ M < Mi – Sdi Kurang Baik

Mi = ½ (skor maks + skor min) SDi = 1/6 (skor maks – skor min) Keterangan :

Mi : Mean ideal M : Mean

Sdi : Standar Deviasi ideal

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Angket

digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.

Sikap ilmiah siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi penilaian sikap ilmiah yang dinilai dari 7 indikator sikap yaitu memiliki rasa

keterbukaan, objektif, teliti, kedisiplinan, kerjasama, kejujuran dan


(47)

37 1 sampai dengan 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup. 4= baik, dan 5 = amat baik.

skor maksimum = 5 ( skor maks setiap indikator) X 7 ( indikator) = 35

Nilai sikap ilmiah dapat diberikan dalam bentuk huruf, oleh karena itu total skor yang telah diperoleh harus dikonversi.

Konversi Nilai = x 100

Tabel 3.3. Konversi Nilai Sikap Ilmiah

Skor Total NILAI KONVERSI Kategori Angka Huruf

29 – 35 21 - 28 14 - 20 7 – 13

81 - 100 61 - 80 41 - 60 20 – 40

A B C D Amat Baik Baik Cukup Kurang

(Depdiknas, 2006: 27)

2. Teknik Tes

Tes diberikan kepada siswa dalam bentuk tes tertulis untuk mendapatkan data kognitif tentang hasil belajar fisika siswa. Dari kelompok yang diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game. Tes tertulis siswa diberikan diakhir pembelajaran (posttest), yang berupa tes uraian berjumlah 10 soal, dan setiap nomor memiliki skor 20. Dengan tes uraian ini maka akan menuntut kemampuan siswa untuk dapat


(48)

pengertian-38 pengertian yang telah dimiliki, sehingga sangat cocok untuk menguji hasil belajar fisika siswa. Siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar.

Untuk mempermudah dalam pengolahan data skor yang diperoleh dibuat dalam bentuk nilai dengan rumus:

= ℎ 100

Sudjana (2005: 318)

H.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan SPSS 16.0 untuk menganalisis data. Data yang diperoleh adalah data yang berbentuk skala interval. Adanya probabilitas pada pengambilan sampel untuk digeneralisasikan maka untuk menganalisis data interval tersebut digunakan statistik interferensial untuk menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis


(49)

39 Ho : data tidak terdistribusi secara normal.

H1 : data terdistribusi secara normal.

Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program pada komputer yaitu menggunakan program SPSS 16.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai . � 2− , nilai � yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal. 2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1

diterima dengan artian bahwa data terdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0

dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0, 05.


(50)

40 c. Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya. Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

= +

Dengan:

=

2 2 − 2 = −

2 − 2

Priyatno (2010: 55)

Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0. Kriteria uji yang digunakan adalah jika thitung > dari ttabel maka H1 diterima.

d. Uji Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui efisiensi perhitungan analisis data Uji Regresi Linier Berganda digunakan Aplikasi Program SPSS 16.0. Kriteria uji yang digunakan adalah jika Fhitung > dari Ftabel maka terima H1. Selanjutnya dengan adanya pertimbangan efesien perhitungan analisis data uji analisis regresi linear sederhana digunakan aplikasi program SPSS 160.


(51)

41 Persamaan yang harus diselesaikan dalam regresi linear berganda, yaitu:

′= + + + � � Keterangan :

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1, X2, Xn = Variabel independen

= Konstanta (nilai apabila X1, X2,….,Xn = 0)

b1, b2, bn = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

e. Analisis Korelasi

1. Analisis Korelasi Sederhana

Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi sebagai berikut :

0,00 – 0,199 : sangat rendah 0,20 – 0,399 : rendah 0,40 – 0,599 : sedang 0,60 – 0,799 : kuat 0,80 – 1,000 : sangat kuat

2. Analisis Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih independen (X1,X2,..Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar anatara 0 sampai, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya


(52)

42 nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.

Rumus korelasi ganda dengan dua variable independen adalah:

. 1 2 =

1 2+ 2 22 1 2 1 2 . 1− 1 2 2

(Priyanto,2010:65)

Dimana :

. 1 2 : korelasi variable X1 dan X2 secara bersama–sama. 1 : korelasi sederhana antara X1 dengan Y

2 : korelasi sederhana antara X2 dengan Y

Menurut sugiono(2007) pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 – 0,199 : sangat rendah 0,20 – 0,399 : rendah 0,40 – 0,599 : sedang 0,60 – 0,799 : kuat 0,80 – 1,000 : sangat kuat

f. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable independen secara parsial berpengaruh signitifikan terhadap variable dependen.

Rumus hitung pada analesis regresi adalah : t hitung =


(53)

43 Dimana:

bi : Koefisien regresi variabel independen Sbi : Standar error variabel i

Hipotesis pertama

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

H₁ : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan persepsi siswa tntang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

Hipotesis kedua

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

H₁ : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model

pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.


(54)

44 Kriteria pengujian:

Ho diterima jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel dan Ho ditolak jika t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel

g. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama–sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2…Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable independen (Y).

Hipotesis ketiga

Ho : Tidak terdapat pengaruh hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa

terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5e dengan teknik pick up cards game.

H₁ : Terdapat pengaruh hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang saintis pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5e dengan teknik pick up cards game.

Kriteria pengujian:

Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel dan Ho ditolak jika F hitung > F tabel


(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu:

1. Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

2. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

3. Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

B.Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru IPA fisika khususnya guru IPA fisika kelas VIII di SMP Gajah Mada, Bandar Lampung untuk dapat menumbuhkan persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa serta dapat meningkatkan minat, motivasi, dan hasil belajar IPA fisika siswa hendaknya guru dapat memilih model


(56)

80 pembelajaran yang tepat, salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

2. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas belajar selain dengan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Artikata. 2011. Definisi Saintis. [online]. Tersedia: http: //m.artikata.com/arti-348610-saintis.html. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2013

Ayisetiabudi. 2008. Definisi Persepsi. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2013

Dasna, I. Wayan. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. [online].

Tersedia: http://wordpress.com/. Diunduh pada tanggal 04 februari 2012 Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas

Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fajaroh, F. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle).

[online].Tersedia:http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelaja ran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/. Diunduh 27 November 2011

Fauziah, Uzi. 2009. Penerapan Model Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Prestasi Belajara dan Mengetahui Profil Kemampuan Psikomotor serta Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. [online]. Tersedia: http:// repository. upi. edu/skripsiview.php?no_skrip. Diunduh pada tanggal 23 Agustus 2011 Ghandiswari. 2009. Persepsi Pelajar Terhadap Saintis dan Kefahaman Pelajar

dalam Sains. [online]. Tersedia: http://GHANDISARIAPO50057D2009TTP-1.pdf. Diundu pada tanggal 7 Januari 2013

Hakim, Ly.2011. Learning Theory and Models. [online]. Tersedia: http://learningmodels.blogspot.com/2011/04/teknik-pick-up-cards-game.html. Diunduh pada tanggal 24 November 2012


(58)

82 Hani Ismail. 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian pelajar

menengah rendah dalam mata pelajaran sains. Malaysia: Kertas Projek Sarjana, Fakulti Pendidikan. Universiti Kebangsaan.

Ilmualam. 2012. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia: http://Sikap ilmiah _ ilmu alam.htm. Diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Kamisah, Osman. 2007. Sikap terhadap Sains dan Sikap Saintifik di kalangan Pelajar Sains. [online]. Tersedia: http://Jpend32[03].pdf. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2013

Kartika, Hajar Kirana. 2007. Pengaruh Prosedur Siklus Belajar 5E Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Skripsi. FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan. [online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/. Diunduh pada tanggal 22 Oktober 2011

Lorsbach, Anthony W. (2002). The Learning Cycle as A Tool For Planing Science Instruktion. [online]. Tersedia: http://www. coe. ilstu. edu/ scienceed/lorsbach/257/lrcy.html. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2011 Mabsuthoh, Ngatiatul. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Massa Jenis. Skripsi. [online]. Tersedia: http://98436-ngatiatulmabsuthoh-fitk.pdf. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013

Mulyono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Pustaka

Nabbeh, Istiaqul. 2011. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia: http://98436- makalah-laporan-ilmiah-sikap-ilmiah.html. Diunduh pada tanggal 18 November 2012

Narayan, Chhaya. 2011. Year 8 Student Perceptions of Science and Scientists. New Zealand: University of Waikato

Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ningsih, Diah M. 2012. Metode Pembelajaran Ips dengan menggunakan Teknik

Pick Up Cards Game. [online]. Tersedia:

http://diahmaulisningsih.blog.fkipuir.cjb.net/. Diunduh pada tanggal 20 November 2012

Puspita, Rini.2012. Sikap Ilmah. [online]. Tersedia: http:// Sikap Ilmiah _ Rhinii's Blog.htm. Diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Priyanto, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom


(59)

83 Rismaeka. 2012. Sikap Ilmiah. [onlne]. Tersedia: http//Sikap Ilmiah « Rismaeka's

Blog.htm. Diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sardiman, A. M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tim MKDK IKIP. 2000. Belajar dan Mengajar. Semarang: Universitas Negri Semarang

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu

Tinjauan Konseptual Operasial. Jakarta: Bumi Aksara. [online]. Tersedia: http://repository.upi.edu. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2011


(1)

44 Kriteria pengujian:

Ho diterima jika t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel dan Ho ditolak jika t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel

g. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama–sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2…Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable independen (Y).

Hipotesis ketiga

Ho : Tidak terdapat pengaruh hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa

terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran

learning cycle 5e dengan teknik pick up cards game.

H₁ : Terdapat pengaruh hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang saintis pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5e dengan teknik pick up cards game.

Kriteria pengujian:

Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel dan Ho ditolak jika F hitung > F tabel


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu:

1. Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik

pick up cards game.

2. Terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

3. Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa terhadap hasil belajar IPA fisika siswa melalui model pembelajaran

learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

B.Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru IPA fisika khususnya guru IPA fisika kelas VIII di SMP Gajah Mada, Bandar Lampung untuk dapat menumbuhkan persepsi siswa tentang saintis dan sikap ilmiah siswa serta dapat meningkatkan minat, motivasi, dan hasil belajar IPA fisika siswa hendaknya guru dapat memilih model


(3)

80 pembelajaran yang tepat, salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dengan teknik pick up cards game.

2. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas belajar selain dengan model pembelajaran learning cycle5E dengan teknik pick up cards game.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Artikata. 2011. Definisi Saintis. [online]. Tersedia: http: //m.artikata.com/arti-348610-saintis.html. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2013

Ayisetiabudi. 2008. Definisi Persepsi. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/. Diunduh pada tanggal 14 Januari 2013

Dasna, I. Wayan. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. [online].

Tersedia: http://wordpress.com/. Diunduh pada tanggal 04 februari 2012 Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas

Djamarah dan Zain. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Fajaroh, F. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle).

[online].Tersedia:http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelaja ran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/. Diunduh 27 November 2011

Fauziah, Uzi. 2009. Penerapan Model Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Prestasi Belajara dan Mengetahui Profil Kemampuan Psikomotor serta Berpikir Kritis Siswa.Skripsi. [online]. Tersedia: http:// repository. upi. edu/skripsiview.php?no_skrip. Diunduh pada tanggal 23 Agustus 2011 Ghandiswari. 2009. Persepsi Pelajar Terhadap Saintis dan Kefahaman Pelajar

dalam Sains. [online]. Tersedia: http://GHANDISARIAPO50057D2009TTP-1.pdf. Diundu pada tanggal 7 Januari 2013

Hakim, Ly.2011. Learning Theory and Models. [online]. Tersedia: http://learningmodels.blogspot.com/2011/04/teknik-pick-up-cards-game.html. Diunduh pada tanggal 24 November 2012


(5)

82 Hani Ismail. 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian pelajar

menengah rendah dalam mata pelajaran sains. Malaysia: Kertas Projek Sarjana, Fakulti Pendidikan. Universiti Kebangsaan.

Ilmualam. 2012. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia: http://Sikap ilmiah _ ilmu alam.htm. Diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Kamisah, Osman. 2007. Sikap terhadap Sains dan Sikap Saintifik di kalangan Pelajar Sains. [online]. Tersedia: http://Jpend32[03].pdf. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2013

Kartika, Hajar Kirana. 2007. Pengaruh Prosedur Siklus Belajar 5E Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Skripsi. FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan. [online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/. Diunduh pada tanggal 22 Oktober 2011

Lorsbach, Anthony W. (2002). The Learning Cycle as A Tool For Planing Science Instruktion. [online]. Tersedia: http://www. coe. ilstu. edu/ scienceed/lorsbach/257/lrcy.html. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2011 Mabsuthoh, Ngatiatul. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Massa Jenis. Skripsi. [online]. Tersedia: http://98436-ngatiatulmabsuthoh-fitk.pdf. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013

Mulyono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Pustaka

Nabbeh, Istiaqul. 2011. Sikap Ilmiah. [online]. Tersedia: http://98436- makalah-laporan-ilmiah-sikap-ilmiah.html. Diunduh pada tanggal 18 November 2012

Narayan, Chhaya. 2011. Year 8 Student Perceptions of Science and Scientists. New Zealand: University of Waikato

Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ningsih, Diah M. 2012. Metode Pembelajaran Ips dengan menggunakan Teknik

Pick Up Cards Game. [online]. Tersedia:

http://diahmaulisningsih.blog.fkipuir.cjb.net/. Diunduh pada tanggal 20 November 2012

Puspita, Rini.2012. Sikap Ilmah. [online]. Tersedia: http:// Sikap Ilmiah _ Rhinii's Blog.htm. Diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Priyanto, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom


(6)

83 Rismaeka. 2012. Sikap Ilmiah. [onlne]. Tersedia: http//Sikap Ilmiah « Rismaeka's

Blog.htm. Diunduh pada tanggal 9 Januari 2013

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sardiman, A. M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Remaja

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tim MKDK IKIP. 2000. Belajar dan Mengajar. Semarang: Universitas Negri Semarang

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu

Tinjauan Konseptual Operasial. Jakarta: Bumi Aksara. [online]. Tersedia: http://repository.upi.edu. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2011