Analisa Data Riset Partisipan

43 komunikatif kontak mata sangat baik dan bahasa yang digunakan juga dapat dimengerti oleh peneliti.

4.2.4 Partisipan 3

Awal pertemuan peneliti dengan riset partisipan melalui orang tua peneliti teman kerja. Peneliti bersama orang tua pergi ke rumah partisipan untuk menemui Tn P. Kemudian bertemu dengan Tn P ini peneliti membicarakan tentang maksud peneliti datang untuk meminta kesedian Tn P untuk menjadi partisipan dalam penelitian peneliti dan akan dalam wawancara peneliti akan merekam suara Tn P. Kemudian ditentukan hari untuk datang wawancara Tn P. Tn P menikah dengan Ny D dan memiliki anak 2 laki-laki dan perempuan, Tn P ini bekerja di kantor dinas kesehatan Tn P tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya. Aktivitas Tn P pulang kerja istirahat, tiap jam ibadah pergi itu sudah sebagai rutinitas Tn P. Kemudian peneliti balik di hari kamis untuk wawancara Tn P, disitu peneliti mulai wawancara Tn P ini menceritakan banyak hal tentang sebelum Tn P sakit sampai terkena penyakit gagal ginjal. Pertama Tn P belum bisa menerima kenyataan apa yang terjadi kepada Tn P tersebut, Tn P mencari banyak informasi tentang penyakit gagal ginjal sampai sekarang. Tn P yakin dan selalu bersandar dan memohon dari Tuhan.

4.3 Analisa Data Riset Partisipan

44 A. Aspek-aspek harga diri pada klien gagal ginjal kronik a. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial Dari hasil wawancara ketiga riset partisipan mampu membangun hubungan sosial dengan keluarga dan lingkungan sosial lainnya. Ketiga riset partisipan memilki hubungan yang harmonis seperti saling menghargai dengan anggota keluarga, teman kerja dan lingkungan masyarakat. Hubungan yang harmonis yang dimaksud yaitu dari ketiga riset partisipan selama berada dalam lingkup hubungan sosial dengan masyarakat memiliki perilaku dan sikap yang baik, sehingga penerimaan dari lingkungan sekitar juga mendukung hubungan interaksi yang baik dan harmonis dalam lingkup masyarakat. seperti ungkapan pada salah satu riset partisipan yang dimana dalam ruang lingkungan sekitar memilih partisipan sebagai ketua RT, terlihat bahwa dari lingkungan sekitar mampu menerima dan partisipan dapat melakukan hubungan sosial dengan baik sampai saat ini. Ketiga riset partisipan mampu beradaptasi dengan kondisi penyakit gagal ginjal kronik dengan berbagai macam upaya untuk kesembuhan, dengan cara laser ginjal, penggangkatan ginjal hingga cuci darah atau hemodialisa dan pengobatan tradisional dengan semut jepang sampai sekarang ini. Ketiga riset 45 partisipan dalam aktivitas sehar-hari tidak terganggung seperti biasa, tetapi ada batasan dalam melakukan aktivitas. Ketiga riset partisipan memiliki kemiripan dalam sosialisasi antar anggota keluarga, membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga yang sedang sakit. Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai riset partisipan dalam kehidupannya adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah ketiga riset partisipan mengembangkan kemampuan diri dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Selain itu juga melalui keluarga pula riset partisipan bersentuhan dengan berbagai gejala sosial seperti adanya pengaruh dari luar saat partisipan beradaptasi dengan lingkungan. b. Penerimaan diri Dari hasil wawancara peneliti dengan ketiga riset partisipan terlihat bahwa partisipan selalu menjalani kehidupannya dengan tidak ada terpaksa atau terbeban atas penyakit yang di derita. Kemudian ketiga partisipan mampu bertanggung jawab dengan penyakitnya, maksud dari bertanggung jawab ini ialah partisipan mampu menerima keadaan dirinya saat terdiagnosa penyakit gagal ginjal, partisipan 46 menerima apa yang terjadi dalam kehidupannya dan siap dengan segala resiko yang harus partisipan tanggung. Dan juga ketiga riset partisipan menerima semua perubahan dalam kehidupan baik atau buruk dan menjadikannya sebagai motivasi semangat untuk cepat sembuh dari penyakit gagal ginjal kronik. Ketiga riset partisipan juga menunjukan adanya penerimaan dari lingkungan sosial adanya kepedulian, perhatian dan serta ekspresi cinta yang diterima riset partisipan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan dari lingkungan ditandai dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari lingkungan. Ungkapan diatas menggambarkan bahwa klien pasca gagal ginjal tidak takut terkait penyakit yang dihadapinya, mampu menjalani tanggung jawab dengan keadaan mereka dan merasa diterima sebagai bagian dari lingkungan sosial dimana mereka berada. c. Perasaan dibutuhkan dan Perasaan Berharga Ketiga riset partisipan dalam menjalani kehidupannya membutuhkan pendamping baik 47 dari pihak keluarga, kerabat, maupun masyarakat tempat lingkungan riset partisipan tinggal. Dari ketiga riset partisipan merasa dirinya berguna bagi orang lain terlihat dari penerimaan lingkungan sekitar dan orang-orang terdekat seperti keluarga yang mempunyai ikatan hubungan membutuhkan antara satu dengan yang lain yang didalamnya keluarga, istri dan anak-anak selalu menemani dan setia menunggu partisipan dalam setiap proses penyembuhan selama ini juga partisipan didorong oleh lingkungan sekitar untuk sembuh sehingga partisipan mempunyai motivasi dalam dirinya untuk sembuh dan tetap melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya meskipun sekarang hidup dengan satu ginjal. d. Perasaan mampu Dari hasil wawancara ketiga riset partisipan dalam menjalani kehidupannya riset partisipan akan semakin kuat dalam menghadapi penderitaan hidup, semakin tabah, dan semakin tahan dalam menghadapi tekanan-tekanan kehidupan, serta tidak mudah menyerah dan 48 putus asa. Kehidupan ketiga riset partisipan dalam menghadapi proses sakit hingga kesembuhan sangat luar biasa, tetap optimis dalam menghadapi masalah kehidupan penyakit gagal ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal kronik bukan penyakit menular tetapi penyakit yang kronik bisa terkenal oleh siapa saja tidak memandang usia dan jenis kelamin, penyakit yang mengancam pada nyawa seseorang. Ketiga riset partisipan ada kesamaan dalam perasaan mampu pribadi berarti pandangan pikiran, perasaan dan penilaian terhadapat pribadi sendiri. Ketiga riset partisipan digolongkan memilki konsep diri pribadi positif bila memandang dirinya sebagai orang yang bahagia, optimis, mampu mengontrol diri dan memilki berbagai kemampuan. Ungkapan diatas menggambarkan klien pasca gagal ginjal kronik mampu dalam menghadapi penyakit hingga kesembuhan dan sikap optimis dalam menghadapi masalah kehidupan. B. Harga diri pada klien pasca gagal ginjal 49 Ketiga riset partisipan secara umum merasa puas akan dirinya dan dapat menerima keadaan dirinya, selalu merasa baik dan dapat menghadapi keadaan. Ketika ketiga riset partisipan dalam keadaan memburuk mereka akan berpikir bahwa hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Mudah dan senang, tersenyum, memiliki keyakinan positif akan diri sendiri dan keluarga serta lingkungan sekitar sebagai kesatuan. Selalu bersemangat sehingga ketiga riset partisipan mampu menetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Harga diri mulai terbentuk setelah lahir, ketika berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas dan pemahaman tentang diri. Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan didalam dunia ini. Hal ini dirasakan oleh ketiga riset partisipan, riset partisipan 1,2 dan 3 memilki harga diri yang cukup tinggi, karena dapat 50 mencapai sebuah target yang ketiga riset partisipan diharapkan untuk kesembuhan dari penyakit gagal ginjal kronik. keyakinan itu akan memotovasi ketiga riset partisipan tersebut untuk bersungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.

4.4 Pembahasan