commit to user lembaga keuangan lainnya. Bahkan program-program pemerintah banyak yang
mempersyaratkan legalitas usaha, seperti program pengembangan KMK-UKM, dan sebagainya.
6. Sumber Pembiayaan Pemberdayaan
Jer Basuki mawa beya,
begitulah bunyi pepatah Jawa, yang memiliki arti bahwa untuk mencapai kesuksesan diperlukan biaya. Biaya terkait dengan
program pemberdayaan tentu saja tidak sedikit jumlahnya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk menopang
pelaksanaan program pemberdayaan hingga mencapai tujuannya dengan sukses.
Terdapat beberapa sumber dana, namun secara garis besar dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu sumber dana dari pemerintah, dan sumber dana berasal
dari non pemerintah. Pemberdayaan di Trangsan dapat dibiayai dari kedua sumber tersebut. Tentu saja ada kelebihan dan kelemahannya.
Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah pusat maupun daerah bisa memberikan arti bahwa ada keterlibatan yang tinggi dari pemerintah dalam
program pemberdayaan tersebut. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah mempunyai alokasi program pemberdayaan masyarakat, hanya saja dalam
pelaksanaannya harus menunggu proses politik di DPRDPRD dan proses birokrasi yang itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai contoh dari
pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah adalah melalui PNPM Mandiri.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri dalam menyalurkan pembiayaannya berpedoman pada Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 25KepMenkoKesraVII2007. Secara garis besar, PNPM Mandiri bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan melalui peran
serta masyarakat. Cara pengentasannya dilakukan melalui peningkatan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, memecahkan berbagai
persoalan peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan. Hanya saja tahapan pengajuan hingga pelaksanaannya memerlukan waktu yang panjang dan
melibatkan banyak pihak, sehingga tidak fleksibel.
Tahapan proses dimulai dari perencanaan partisipatif di desakelurahan, diteruskan di tingkat Kecamatan, diteruskan di Tingkat KabupatenKota. Di
Tingkat KabupatenKota sendiri memiliki tahapan yang cukup panjang, mulai dari forum SKPD, Musrenbang KabpatenKota, serta pelibatan anggota legislatif
dalam keseluruhan proses perencanaan hingga penganggaran. Singkat kata, PNPM ini bisa dijadikan sebagai rujukan sumber pembiayaan, hanya saja perlu
juga untuk mencari sumber lain.
Sumber pembiayaan pemberdayaan lain yang bisa dimanfaatkan adalah dana
corporate social responsibility
CSR. Dana CSR ini bersumber dari perusahaan- perusahaan dengan badan hukum Perseroan Terbatas. Berdasar UU No.40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, dan berdasar UU No.25 tahun 2007 tentang Pasar Modal, telah diwajibkan bagi perusahaan-perusahaan untuk menyisihkan
sebagaian laba dalam bentuk dana CSR. Dana CSR ini bisa dimanfaatkan atau dialokasikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar.
Secara singkat, dana CSR ini memungkinkan untuk digunakan sebagai sumber pembiayaan pemberdayaan di Trangsan. Meskipun secara sejarahnya, CSR ini
timbul sebagai bentuk respon pemerintah atas protes masyarakat karena adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh ketidakpedulian perusahaan terhadap
lingkungan. Bentuk Respon itu diwadahi dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No.316KMK0161994 tentang Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
oleh BUMN. Tujuan dari keputusan itu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
commit to user masyarakat dan lingkungan melalui program kemitraan dan bina lingkungan yang
disingkat dengan PKBL. Seiring berjalannya waktu, keputusan itu diperbaiki dengan Keputusan Menteri BUMN No.Kep.236MBU2003 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Dari Keputusan itu jelas bahwa PKBL mengarahkan pada dua hal yaitu berupa
kegiatan pinjaman dana bergulir dan pendampingan ini yang disebut sebagai bentuk kemitraan, dan program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat ini
yang disebut sebagai program bina lingkungan. Kedua kegiatan itu bertujuan untuk
capacity building, financial strengthen, dan
penguatan jalur pemasaran. Pelaksanaannya bisa dilakukan dengan teknik
enabling process, empowering, protection,
maupun
sustainability.
Ke depan diperlukan industri jasa perusahaan pemberdayaan yang berfungsi menjembatani antara pengrajin dengan perusahaan-perusahaan yang atas
kewajiban undang-undang harus mengeluarkan dana namun tidak jelas kemana dana tersebut untuk disalurkan.
7. Pembinaan dan Pengawasan