3 Derajat keasaman pH PENGEMASAN

31 d2. Salinitas Salinitas atau kadar garam yang terkandung dalam air merupakan salah satu parameter yang perlu diperhatikan dalam pembenihan. Udang galah memiliki toleransi salinitas berkisar 0-15 ppt. Pada fase larva udang galah mampu tumbuh dengan baik pada salinitas 10-15 ppt. Untuk kebutuhan kadar garam media pemeliharaan larva, dapat berasal dari air laut dan dari garam dapur, atau campuran dari keduanya. Informasi terakhir adalah bahwa kombinasi air laut dengan garam dapat meningkatkan laju pertumbuhan larva udang galah Khasani, 2010.

d.3 Derajat keasaman pH

Nilai derajat keasaman pH sangat terkait erat dengan ketersediaann CaCO 3 dalam media budidaya. Selain sebagai penyangga atau faktor pendukung kestabilan pH, senyawa tersebut merupakan faktor yang penting pada proses pergantian kulit moulting. pH media pemeliharaan larva udang galah sebaiknya berkisar antara 7 – 8,5. Untuk mengukur pH dapat digunakan pH meter atau kertas lakmus. Adanya pergantian air secara rutin menunjang ketrersediaan unsur tersebut.

d.4 Suhu

Suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang altitude, ketinggian dari permukaan laut latitude, pergantian siang dan malam, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air Effendi, 2003. Peningkatan suhu dapat mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air, termasuk di dalamnya oksigen. Suhu media perlu dipantau, karena memberi pengaruh cukup besar bagi kelangsungan hidup, pertumbuhan larva, serta konversi pakan. Suhu optimal untuk kehidupan larva udang galah adalah 28 – 30 ºC. Suhu apat diukur dengan menggunakan termometer alkohol air raksa, dll. Gambar 17 adalah beberapa alat untuk pengukuran kualitas air. 32 Gambar 17. Peralatan pengukuran kualitas air. Higrometer bisa dipergunakan untuk mengukur salinitas harga lebih murah e Monitoring pertumbuhan Monitoring pertumbuhan larva secara berkala sangat penting dilakukan. Maksud pekerjaan ini adalah guna mengetahui apakah perkembangan larva normal, ataukah ada kelainan kurang baik. Monitoring pertumbuhan adalah dengan mengukur panjang larva panjang total atau total length TL paling tidak setiap 5 hari. Gambar 17 memperlihatkan kegiatan pengukuran panjang larva. Jumlah larva yang diambil sebagai contoh minimal 30 ekor. Hasil pengukuran kemudian dianalisis apakah ada kecenderungan perbedaan yang mencolok. Bila kurang baik maka perlu diketahui faktor-faktor yang kiranya berpengaruh terhadap hal tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan larvabenih udang galah pada dasarnya meliputi empat golongan yaitu: 1 mutu telurnaupliii, 2 lingkungankualitas air media pemeliharaan, 3 pakan, serta 4 ada tidaknya serangan penyakit. 33 Gambar 17a. Pengukuran panjang udang panjang total atau total length TL.  Mutu telur bisa diketahui dari ukuran serta tingkat penetasannya hatching rate. Ukuran telur yang baik adalah 0,6-0,7 mm, dan tingkat penetasan di atas 80. f Pemanenan Panen seleksi dilakukan pada hari ke 28-30 dengan syarat larva yang sudah menjadi pasca larva PL atau ukuran 1-3 cm sekitar 30-75 jumlah total larva. Panen menggunakan serokan berukuran mesh size mesh 50 setelah air diturunkan hingga tersisa 30. Larva yang sudah ditampung selanjutnya diseleksi grading dengan cara merendam seser dalam air. Secara biologis udang galah yang sudah mencapai PL akan menempel pada seser tersebut. Selanjutnya larva dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan. Proses grading disajikan pada Gambar 18. 34 Gambar 18. Proses grading benih udang galah ukuran PL dan yang belum PL. Pemanenan total dilakukan setelah larva menjadi pasca larva seluruhnya. Dari hasil panen kemudian dihitung tingkat kelangsungan hidupnya sintasan, yaitu dengan menggunakan rumus: Tingkat SR yang dianggap baik adalah bila nilainya sama atau lebih besar dari 25.

2.4.2 Pentokolan

Kolam yang dipergunakan bisa dari tembok untuk ukuran kecil volume kolam 5-10 ton, atau dengan kolam tanah dengan luasan 200-400 m2. Kondisi pemeliharaan secara umum mulai dari padat tebar juvenil, penggunaan bahan-bahan seperti kapur, pakan, obat-obatan, hingga panen, yang lazim disebut standar produksi disajikan pada Tabel 5. Tabel 6. Standar produksi juwana dan tokolan pada kolam beton dan kolam tanah. No. Parameter Satuan Juwana Tokolan Bak Kolam 1. Pupuk organik gm2 - - 200-500 2. Penebaran - padat tebar - ukuran Ekorm3 grekor 80.000 0,0001 1.000 AS0,002 100 0,002 3. Pakan - tingkat pemberian - frekuensi pemberian hari Kalihari 30 8 20 4 20 4 4. Waktu pemeliharaan Hari 31-40 80 100 5. Panen 35 - sintasan - ukuran gr 40 0,002 70 1 75 2 Secara ringkas, pentahapan pemeliharaan juvenil menjadi tokolan meliputi :  Penyiapan kolam, dan air media pemeliharaan,  Penebaran juvenil,  PemberianPengelolaan pakan,  Pengelolaan kualitas air,  Monitoring pertumbuhan,  Monitoring kesehatan, dan  Pemanenan dan pengemasan. Persiapan kolam dan media budidaya. Persiapan ini diarahkan agar tersedia air media budiaya yang kaya dengan pakan alami dan dengan kualitas air yang sesuai untuk benih udang dalah.Tahapan persiapan kolam dan air media budidaya meliputi :  Pengeringan kolam, pembalikan tanah dasar, pemberian kapur, pemupukan, pengisian air sebatas untuk penumbuhan pakan alami, kemudian penambahan air media budidaya hingga kedalaman 50 cm. Ketinggian air ditingkatkan secara bertahap sejalan dengan pertumbuhan udang, hingga 100 cm. Pengeringan dan pengapuran dimaksudkan agar dasar kolam bebas dari organisme penyakit dan meningkatkan pH tanah. Unsur karbonat dari kapur juga berpengaruh menstabilkan pH air media budidaya. Pemupukan bisa dari jenis pupuk kandang atau pupuk kimia, ataupun kombinasi keduanya. Keunggulan pupuk kandang adalah dapat memberikan nutrisi secara bertahap, namun demikian harus diwaspadai potensi kandungan bibit penyakit. Untuk itu pupuk kandang harus sudah cukup kering. Silain sisi, pupuk kimia lebih praktis dan ketersediaannya lebih baik, namun pemakaian yang terus menerus dan kurang tepat dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah dasar kolam. Penebaran juvenil. Penebaran juvenil diawali dengan proses aklimatisasi agar larva tidak stres dalam lingkungan hidup yang baru. Padat tebar juvenil ukuran 0,002 g untuk wadah 36 dari bak fibreglass dengan aerasi adalah 1.000 ekorm3,sedang untuk kolam tanpa aerasi adalah 100 ekorm3. Aklimatisasi atau penyesuaian kondisi pada lingkungan hidup yang baru, khususnya terkait dengan suhu dan salinitas. Caranya adalah dengan memasukkan kantong berisi juvenil ke dalam air kolam dan membiarkannya untuk beberapa waktu 10-15 menit hingga suhu air di dalam kantong dan di kolam sama; setelah itu bila salinitas berbeda, masukkan air kolam secara perlahan ke dalam kantong agar penyesuaian salinitas secara bertahap. Pemberian pakan. Pakan yang dipergunakan adalah pelet dengan kandungan protein cukup tinggi yaitu +- 30. Dosis pemberian adalah 20 dari berat biomas berat total udang, dengan frekuensi pemberian 4 kali per hari. Pengelolaan kualitas air. Pengelolaan kualitas air meliputi pemantauan pergantian air, dan pengukuran parameter kualitas air yaitu suhu, pH, dan DO. Diusahakan agar nilai-nilai parameter kualitas air atetap dalam batas optimum, yaitu :  suhu : 25-30 o C;  pH : 6,5 – 8,5;  Oksigen terlarut lebih dari 5 mgl Selain iatu, ketinggian air dipertahankan antatra 50 cm –100 cm yaitu semakin besar ukuran udang maka semakin dalam air kolam. Pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan dilakukan dengan cara sampling. Semakin seragam ukuran berarti semakin baik, denhgan catatan laju pertumbuhan normal. Bila ukuran sudah sangat bervariasi, maka harus dilakukan grading dan memisahkan udang dengan kelompok ukuran berbeda pada kolam yang berbeda. Bila tidak dilakukan pemisahan maka resikop kenibalisme semakin tinggi. Pemantauan kesehatan. Pemantauan kesehatan udang akan dijelaskan pada materi pokok terakhir. Pemanenan. Umumnya udang maupun ikan mempunyai laju pertumbuhan nyang tidak sama, sehingga ukuran udang dalam kolamm menjadi bervariasi. Panen benih dapat 37 dilakukan panen parsial, guna mengantisipasi terjadinya kanibalisme karena perbedaan ukuran.

2.5 PENGEMASAN

Pengemasan packing benih udang galah yang dapat dilakukan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah larva dimasukkan dalam bak yang diaerasi atau dengan oksigen, sedang untuk sistim tertutup adalah pengemasan dengan menggunakan kantong plastik jenis PE polyetilen berukuran 70 x 30 cm. Perbandingan air dan oksigen adalah = 1 : 2 untuk pengangkutan kurang dari 8 jam dengan kepadatan perkantong 1.000 ekorkantong. Contoh pengemasan sistim tertutup disajikan pada Gambar 19. Gambar 19. Pengemasan benih udang galah. Untuk pengangkutan, kantong berisi udang tersebut dimasukkan dalam boks styrofoam dan dimasukkan potongan es yang sudah dibungkus plastik guna menurunkan suhu ± 20 C. Penurunan suhu bertujuan untuk menurunkan tingkat metabolisme yang berarti juga untuk menekan penggunaan oksigen, sehingga waktu pengangkutan dapat di perpanjang. Suhu rendah dalam transportasi benih udang berfungsi :  menurunkan tingkat metabolisme,  menurunkan aktivitas benih,  menekan pengeluaran kotoran, dan juga  menekan konsumsi oksigen. 38 Latihan 1. Sebutkan tahapan kegiatan dalam pemeliharaan larva udang galah. 2. Kaulitas air harus dipertahankan stabil pada kisaran optimum atau yang mendukung untuk kehidupan dan pertumbuhan larva udang galah. Sebutkan nilai kisaran optimum untuk pemeliharaan larva udang galah tersebut. 3. Bagaimana Saudara menentukan jumlah naupli Artemia yang akan diberikan kepada larva Saudara ? 4. Berapa dosis Artemia untuk larva udang galah? 5. Bagaimana cara menetaskan kista Artemia? Rangkuman 1. Tahapan pemeliharaan larva meliputi : penyiapan bak dan media pemeliharaan, penebaran nauplii, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, monitoring pertumbuhan dan kesehatan larva, serta pemanenan. 2. Penyiapan bak pemeliharaan adalah dengan mensuci hamakan, bisa dengan bahan kimia, dapat pula dengan memanfaatkan teriknya cahaya Matahari. Dosis kaporit cukup 50 mgltr untuk bak fibreglass, yang kemudian dibilas dengan air sabun, dan dicuci bersih dengan air tawar. 3. Pemelharaan larva udang galah memerlukan pemenuhan kebutuhan utama yaitu kualitas air yang sesuaioptimal, pakan kualitas tinggi, dan pengelolaan yang baik. 4. Kualitas air dijaga pada kisaran optimum agar yaitu suhu 29-31 o C, pH 7,5-8.0, salinitas 5-6 ppt dan oksigen terlarut 5 –6 ppm mgltr. 5. Pakan untuk larva udang galah berupa naupli Artemia salina atau moina, dan pakan buatan yang terbuat adonan dengan kandungan protein cukup tinggi yaitu hampir 55. 6. Pada masa pemeliharaannya perlu dilakukan grading atau seleksi ukuran, guna menurunkan tingkat kanibalisme, karena adanya kanibalisme akan sangat berpengaruh pada sintsana tingkat kelangsungan hidup larva. 39

BAB 3. PEMBESARAN UDANG GALAH 3.1 LOKASI PEMBESARAN UDANG GALAH

Lokasi budidaya yang baik akan mendukung keberhasilan usaha budidaya. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi budidayapembesaran udang galah adalah sebagai berikut: • Jenis tanah : lumpur berpasir; • Air memadai untuk pengelolaan budidaya dengan sistim air mengalir flow-through system; • Akses dan komunikasi baik; • Mudah memperoleh sarana produksi saprodi; • Tenaga kerja tersedia; • Keamanan terjamin. Jenis tanah lumpur berpasir dimaksudkan mempunyai tingkat kesuburan yang cukup tinggi dan tidak berpengaruh jelek terhadap air media budidaya di dalamnya. Kecukupan air untuk terselenggaranya budidaya sistim air mengalir sangat penting artinya. Adanya pergantian air yang terus menerus akan memberikan suplai oksigen dan unsur hara secara terus menerus. Selain itu, pergantian air yang terus menerus memnberikan suasana segar dan menunjang pengeluaran kotoran dan senyawa-senyawa terlarut yang bersifat merugikantoksik. Lokasi dengan akses yang baik akan menunjang efektivitas dalam suplai sarana produksi dan memperlancara pemasaran hasil budidaya.

3.2 FASILITAS