Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat
STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET
EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT
Oleh:
DEDE YENI
G74101029
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
Dede Yeni. G74101029. Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Dibimbing oleh: Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet effervescent sari buah tomat dan mengkarakterisasi sifat fisik dan pH larutan tablet effervescent sari buah tomat. Pengamatan sifat fisik (kerapatan, kekentalan, kekeruhan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut dan kekerasan tablet), dan pH larutan tablet dengan melakukan analisis setelah hari ke 1, 3, 5, 8, 11 dan 15 hari. Sedangkan uji organoleptik dilakukan pada hari ke 1, 5, dan 8. Dari hasil yang diperoleh bahwa perlakuan yang terbaik adalah A4B1 yaitu campuran: 1,5 g bubuk sari buah tomat, 0,475 g asam sitrat, 1,0 g natrium bikarbonat, 0,025 g asam stearat, 1,5 g gula pasir, dan 0,025 g natrium benzoat, yang disimpan pada suhu lemari pendingin (100C). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata pada nilai fisik, dan pH larutan tablet effervescent sari buah tomat.
Kata kunci: Sari buah tomat, natrium bikarbonat, asam sitrat, dan suhu penyimpanan.
(3)
STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET
EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Dede Yeni
G74101029
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(4)
Judul Skripsi : Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet
Effervescent
Sari Buah Tomat.
Nama : Dede Yeni
NRP : G74101029
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS.
NIP. 130 367 084
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.
NIP. 131 473 999
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 3 April 1983 dari pasangan Bapak Oneng Junaedi dengan Ibu Lilis. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kompa 1 Parungkuda pada tahun 1995. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Parungkuda sampai tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Parungkuda sampai tahun 2001, pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan S1 jurusan Fisika IPB melalui jalur USMI.
Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan HIMAFI (periode 2002-2003), penulis aktif mengikuti seminar baik yang intra maupun ekstra jurusan, dan pernah magang di perusahaan swasta di Sukabumi.
(6)
PRAKATA
Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini yaitu tentang “Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Hanedi Darmasetiawan, sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar selalu membimbing penulis demi kelancaran penelitian, sungguh tidak ternilai harganya. 2. Keluarga tercinta (mamih, bapak, adik dan teteh) atas semua doa, kasih sayang, dan
segala sesuatu yang telah diberikan.
3. Pak Jajang dan pak Irmansyah sebagai dosen penguji atas saran dan masukkannya. 4. Staff dan laboran departemen fisika IPB (Pak Akhir, Pak yani dan Pak Musiran), staff dan
laboran kimia fisik dan lingkungan departemen kimia IPB (Pak Nono dan Pak Mail), juga staff dan laboran kimia analitik departemen kimia IPB (Ibu Enung dan Pak Eman), atas semua bantuan dan kerjasamanya.
5. Pak Firman atas semua bantuannya.
6. My best friend (Epi, Rissa, dan Enda), persahabatan kita moga tetap langgeung.
7. Semua rekan 38 seperjuangan (La ode, Supriati, Iman, Wiwit, Maman, Jani, Yayat, Gerald, Esti, Erus, Sigit, Moogie, Diah, Ain, Phia, Doddy, Cucu, Yunus, Poetri, Richie, Wawiko, Yerri, Rika, Tebe, Hasan dan mba Dila)
8. Semua teman kostan Bravo (Dewi, Opi, Melly, Ima, Ida, dan Eti) atas kebersamaannya. 9. Nita thanks ya.. atas bantuan olahan data SAS nya.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2005
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA...………..……….... vi
DAFTAR ISI………..………... vii
DAFTAR TABEL....………... ix
DAFTAR GAMBAR....……….. x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Tujuan Penelitian... 1
Manfaat Penelitian... 1
Hipotesis... 1
TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent…………...…....………...…... 1
Proses Pencampuran…………...……...………. 2
Proses Pencetakan Tablet………...………... 2
Mekanisme Hancurnya Tablet………...………... 3
Natrium Bikarbonat dan Natrium Karbonat…...…...………... 3
Kemasan………...……....…...………... 3
Buah Tomat Botani dan Morfologi Tomat…...……...………...……… 3
Jenis Tomat………...…...……….………... 4
Tanah dan Iklim………...…...……….……… 4
Manfaat Tomat………...…...………... 4
Pengolahan Buah………...………...………... 4
Sari Buah………...………...………... 5
Air………...………...………. 5
Beberapa Cara Pengawetan Hasil Olahan Makanan………...………....…….... 5
Penggulaan..………...………... 5
Pengawetan dengan Bahan Kimia………...………... 5
Asam Benzoat... 6
Pasteurisasi………...………... 6
Pengeringan………...…………... 6
Pendinginan... 6
Beberapa Karakteristik Fisik dalam Bahan Pangan Kerapatan... 7
Viskositas... 7
(8)
Konduktivitas Listrik... 7
Total Padatan Terlarut... 7
Parameter-parameter Lain pH... 8
Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik... 8
BAHAN DAN METODE Waktu Penelitian... 8
Bahan dan Alat... 8
Metode Penelitian Pembuatan Sari Buah Tomat... 8
Pembuatan Tablet Effervescent Proses Pencampuran... 9
Proses Pencetakan Tablet... 9
Pelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat... 9
Rancangan Percobaan dan Analisa Data... 9
Prosedur Karakterisasi Pengukuran Kerapatan Sampel dengan Piknometer 25ml... 10
Pengukuran Kekentalan Sampel dengan Viskometer... 10
Pengukuran Kekeruhan Sampel dengan Turbidimeter... 10
Pengukuran Konduktivitas Listrik Sampel dengan pH/CON 10 series meter... 10
Pengukuran Total Padatan Terlarut Sampel dengan Refraktometer... 11
Pengukuran pH Sampel dengan pH/CON 10 series meter... 11
Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik... 11
Uji Kekerasan Sampel dengan Hardness meter Hanedi... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan……… ...………... 11
Penelitian Utama………...………...……. 12
Kerapatan...………...………...…. 12
Kekentalan………...…... 13
Kekeruhan……… ………...………...…… 14
Konduktivitas Listrik………...…... 14
Total Padatan Terlarut………...………...…….. 15
pH………...………...…... 16
Kekerasan………...………...…….. 17
Uji Organoleptik………... 17
KESIMPULAN DAN SARAN... 17
DAFTAR PUSTAKA……… 18
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100 gram)………... 4
2. Penambahan Air untuk Mengencerkan Setiap Liter Bubur Buah………... 5
3. Dosis Beberapa Bahan Pengawet yang Dianjurkan oleh Departemen Kesehatan………...……….…… 6
4. Pasteurisasi yang Dilakukan terhadap Beberapa Contoh Makanan dan Minuman ... 6
5. Konsentrasi Ion Hidrogen dan pH Beberapa Bahan Pangan... 8
6. Skala Hedonik... 8
7. Komposisi Tablet... 9
8. Uji Organoleptik Penelitian……….... 11
9. Lamanya Kelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat ... 11
10. Kerapatan (g/cm3) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat ... 12
11. Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………. 12
12. Kekentalan (poise) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat……….. 13
13. Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………..………. 14
14. Konduktivitas Listrik (mS) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………..……….. 15
15. Total Padatan Terlarut (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………. 15
16. pH Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat……….………... 16
17. Kekerasan (dyne/cm2) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat..……….... 17
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Tomat Apel………..……….... 4
2. Diagram Alir Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………..………... 9 3. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat ... 13 4. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekentalan (poise) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat ... 13 5. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat.……...………... 14
6. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Konduktivitas Listrik (mS) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat………....………... 15
7. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan TPT (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat..……… ………... 16 8. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan pH Larutan Tablet Effervescent Sari Buah
Tomat………...………. 16
9. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekerasan (dyne/cm2) Tablet Effervescent
(11)
STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET
EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT
Oleh:
DEDE YENI
G74101029
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
Dede Yeni. G74101029. Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Dibimbing oleh: Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet effervescent sari buah tomat dan mengkarakterisasi sifat fisik dan pH larutan tablet effervescent sari buah tomat. Pengamatan sifat fisik (kerapatan, kekentalan, kekeruhan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut dan kekerasan tablet), dan pH larutan tablet dengan melakukan analisis setelah hari ke 1, 3, 5, 8, 11 dan 15 hari. Sedangkan uji organoleptik dilakukan pada hari ke 1, 5, dan 8. Dari hasil yang diperoleh bahwa perlakuan yang terbaik adalah A4B1 yaitu campuran: 1,5 g bubuk sari buah tomat, 0,475 g asam sitrat, 1,0 g natrium bikarbonat, 0,025 g asam stearat, 1,5 g gula pasir, dan 0,025 g natrium benzoat, yang disimpan pada suhu lemari pendingin (100C). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata pada nilai fisik, dan pH larutan tablet effervescent sari buah tomat.
Kata kunci: Sari buah tomat, natrium bikarbonat, asam sitrat, dan suhu penyimpanan.
(13)
STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET
EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Dede Yeni
G74101029
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(14)
Judul Skripsi : Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet
Effervescent
Sari Buah Tomat.
Nama : Dede Yeni
NRP : G74101029
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS.
NIP. 130 367 084
Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.
NIP. 131 473 999
(15)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 3 April 1983 dari pasangan Bapak Oneng Junaedi dengan Ibu Lilis. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kompa 1 Parungkuda pada tahun 1995. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Parungkuda sampai tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Parungkuda sampai tahun 2001, pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan S1 jurusan Fisika IPB melalui jalur USMI.
Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan HIMAFI (periode 2002-2003), penulis aktif mengikuti seminar baik yang intra maupun ekstra jurusan, dan pernah magang di perusahaan swasta di Sukabumi.
(16)
PRAKATA
Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini yaitu tentang “Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Hanedi Darmasetiawan, sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar selalu membimbing penulis demi kelancaran penelitian, sungguh tidak ternilai harganya. 2. Keluarga tercinta (mamih, bapak, adik dan teteh) atas semua doa, kasih sayang, dan
segala sesuatu yang telah diberikan.
3. Pak Jajang dan pak Irmansyah sebagai dosen penguji atas saran dan masukkannya. 4. Staff dan laboran departemen fisika IPB (Pak Akhir, Pak yani dan Pak Musiran), staff dan
laboran kimia fisik dan lingkungan departemen kimia IPB (Pak Nono dan Pak Mail), juga staff dan laboran kimia analitik departemen kimia IPB (Ibu Enung dan Pak Eman), atas semua bantuan dan kerjasamanya.
5. Pak Firman atas semua bantuannya.
6. My best friend (Epi, Rissa, dan Enda), persahabatan kita moga tetap langgeung.
7. Semua rekan 38 seperjuangan (La ode, Supriati, Iman, Wiwit, Maman, Jani, Yayat, Gerald, Esti, Erus, Sigit, Moogie, Diah, Ain, Phia, Doddy, Cucu, Yunus, Poetri, Richie, Wawiko, Yerri, Rika, Tebe, Hasan dan mba Dila)
8. Semua teman kostan Bravo (Dewi, Opi, Melly, Ima, Ida, dan Eti) atas kebersamaannya. 9. Nita thanks ya.. atas bantuan olahan data SAS nya.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2005
(17)
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA...………..……….... vi
DAFTAR ISI………..………... vii
DAFTAR TABEL....………... ix
DAFTAR GAMBAR....……….. x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Tujuan Penelitian... 1
Manfaat Penelitian... 1
Hipotesis... 1
TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent…………...…....………...…... 1
Proses Pencampuran…………...……...………. 2
Proses Pencetakan Tablet………...………... 2
Mekanisme Hancurnya Tablet………...………... 3
Natrium Bikarbonat dan Natrium Karbonat…...…...………... 3
Kemasan………...……....…...………... 3
Buah Tomat Botani dan Morfologi Tomat…...……...………...……… 3
Jenis Tomat………...…...……….………... 4
Tanah dan Iklim………...…...……….……… 4
Manfaat Tomat………...…...………... 4
Pengolahan Buah………...………...………... 4
Sari Buah………...………...………... 5
Air………...………...………. 5
Beberapa Cara Pengawetan Hasil Olahan Makanan………...………....…….... 5
Penggulaan..………...………... 5
Pengawetan dengan Bahan Kimia………...………... 5
Asam Benzoat... 6
Pasteurisasi………...………... 6
Pengeringan………...…………... 6
Pendinginan... 6
Beberapa Karakteristik Fisik dalam Bahan Pangan Kerapatan... 7
Viskositas... 7
(18)
Konduktivitas Listrik... 7
Total Padatan Terlarut... 7
Parameter-parameter Lain pH... 8
Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik... 8
BAHAN DAN METODE Waktu Penelitian... 8
Bahan dan Alat... 8
Metode Penelitian Pembuatan Sari Buah Tomat... 8
Pembuatan Tablet Effervescent Proses Pencampuran... 9
Proses Pencetakan Tablet... 9
Pelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat... 9
Rancangan Percobaan dan Analisa Data... 9
Prosedur Karakterisasi Pengukuran Kerapatan Sampel dengan Piknometer 25ml... 10
Pengukuran Kekentalan Sampel dengan Viskometer... 10
Pengukuran Kekeruhan Sampel dengan Turbidimeter... 10
Pengukuran Konduktivitas Listrik Sampel dengan pH/CON 10 series meter... 10
Pengukuran Total Padatan Terlarut Sampel dengan Refraktometer... 11
Pengukuran pH Sampel dengan pH/CON 10 series meter... 11
Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik... 11
Uji Kekerasan Sampel dengan Hardness meter Hanedi... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan……… ...………... 11
Penelitian Utama………...………...……. 12
Kerapatan...………...………...…. 12
Kekentalan………...…... 13
Kekeruhan……… ………...………...…… 14
Konduktivitas Listrik………...…... 14
Total Padatan Terlarut………...………...…….. 15
pH………...………...…... 16
Kekerasan………...………...…….. 17
Uji Organoleptik………... 17
KESIMPULAN DAN SARAN... 17
DAFTAR PUSTAKA……… 18
(19)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100 gram)………... 4
2. Penambahan Air untuk Mengencerkan Setiap Liter Bubur Buah………... 5
3. Dosis Beberapa Bahan Pengawet yang Dianjurkan oleh Departemen Kesehatan………...……….…… 6
4. Pasteurisasi yang Dilakukan terhadap Beberapa Contoh Makanan dan Minuman ... 6
5. Konsentrasi Ion Hidrogen dan pH Beberapa Bahan Pangan... 8
6. Skala Hedonik... 8
7. Komposisi Tablet... 9
8. Uji Organoleptik Penelitian……….... 11
9. Lamanya Kelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat ... 11
10. Kerapatan (g/cm3) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat ... 12
11. Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………. 12
12. Kekentalan (poise) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat……….. 13
13. Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………..………. 14
14. Konduktivitas Listrik (mS) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………..……….. 15
15. Total Padatan Terlarut (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………. 15
16. pH Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat……….………... 16
17. Kekerasan (dyne/cm2) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat..……….... 17
(20)
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Tomat Apel………..……….... 4
2. Diagram Alir Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat………..………... 9 3. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat ... 13 4. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekentalan (poise) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat ... 13 5. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat.……...………... 14
6. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Konduktivitas Listrik (mS) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat………....………... 15
7. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan TPT (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat..……… ………... 16 8. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan pH Larutan Tablet Effervescent Sari Buah
Tomat………...………. 16
9. Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekerasan (dyne/cm2) Tablet Effervescent
(21)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian…... 19
2. Uji Statistik Kerapatan………... 22
3. Uji Statistik Kekentalan……… ………. 24
4. Uji Statistik Kekeruhan ...……… 26
5. Uji Statistik Konduktivitas Listrik………. 28
6. Uji Statistik Total Padatan Terlarut..………. 30
7. Uji Statistik Nilai pH……… ………...……….. 32
8. Persamaan Regresi Nilai Kekerasan... 34
(22)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumber kebutuhan bagi kehidupan manusia, antara lain untuk minum. Untuk memenuhi kebutuhan air minum yang higienis dan siap minum menjadikan industri air minum dalam kemasan berkembang dengan pesat. Produksinya mengalami peningkatan dari 2,26 miliar liter pada tahun 1997 menjadi 2,8 miliar liter pada tahun 1999 (Widyasari 2002). Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan tersebut selain mengkonsumsi air siap minum sebagai minuman pokok, kadangkala manusia mengkonsumsi minuman ringan (soft drink) sebagai minuman sampingan, yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa haus dan memenuhi kebutuhan tubuh sekitar 2,5 liter/hari. Dari data biro pusat statistik diperoleh informasi mengenai jumlah produksi minuman ringan di seluruh Indonesia yang produksinya mengalami peningkatan dari tahun 1988 sampai dengan 1997. Pada tahun 1988 volum produksi sebesar 266,442 liter dan pada tahun 1997 menjadi 393,795 liter.
Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cairan yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya, baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan ini, terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan tanpa karbonasi (noncarbonated soft drink) dan minuman ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink).
Minuman tablet effervescent sari buah tomat merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk tablet dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan ke dalam air akan terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan gas dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu kurang dari satu menit. Tablet
effervescent tersebut menghasilkan larutan yang jernih, juga memberikan rasa yang enak, karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa (Rohdiana 2003).
Keunggulan minuman ringan berkarbonasi dibandingkan dengan minuman yang lain adalah selain dapat mengurangi rasa dahaga dan mengembalikan kesegaran tubuh, minuman ringan juga memiliki rasa yang lebih nikmat dan dikemas dalam bentuk yang lebih menarik sehingga dapat memudahkan untuk dibawa dan siap diminum kapan saja.
Pemberian aroma pada minuman berkarbonasi seperti sintetik flavor atau sari buah dapat memberikan aroma yang khas pada minuman. Saat ini, pembuatan minuman karbonasi dengan menggunakan aroma buatan atau essens banyak beredar di pasaran, dengan berbagai macam rasa yang telah populer seperti: aroma jeruk lemon, aroma lime, aroma strawberry, dan aroma apel. Sedangkan pembuatan minuman karbonasi dengan menggunakan sari buah tomat masih belum populer.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet effervescent sari buah tomat dan mengkarakterisasi sifat fisik dan pH larutan tablet effervescent sari buah tomat. Manfaat Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan tablet effervescent dengan cara sederhana, tahan lama, dan bermutu.
Hipotesis
- Lama penyimpanan tablet
effervescent pada suhu yang lebih rendah mutunya akan lebih baik dibandingkan pada suhu yang lebih tinggi.
- Penambahan variasi bahan tambahan dapat mempengaruhi mutu tablet.
TINJAUAN PUSTAKA
Tablet Effervescent
Tablet effervescent merupakan salah satu cara pembuatan produk olahan minuman dalam bentuk tablet dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat.
Secara umum, effervescent dapat digolongkan menjadi 10 jenis berdasarkan formula dan kegunaannya, yaitu: tablet antasid, tablet analgesik, tablet suplemen kalsium, flavored beverage effervescent, tablet kumur, tablet dekongestan, denture cleanser tablets, bath salt tablets, toilet bowl cleanser
(23)
tablets, dan feminine hygiene tablets (Hartanto 1992).
Secara sederhana proses pembuatan tablet
effervescent dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu proses pencampuran bahan dan poroses pencetakan tablet (Rohdiana 2003).
Proses Pencampuran
Proses pencampuran maupun pentabletan dilakukan pada kelembaban yang rendah (kelembaban relatif atau RH di bawah 30%). Pada proses pencampuran, bahan-bahan yang dicampurkan meliputi zat aktif, sumber karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Rohdiana 2003).
Sebagian besar tablet effervescent yang beredar dipasaran menggunakan vitamin C atau asam askorbat sebagai zat aktif. Asam askorbat adalah vitamin yang mudah larut dalam air, bersifat asam dan pereduksi. Asam askorbat akan teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Asam askorbat yang berbentuk “levo” baik askorbat maupun dehidroaskorbat bersifat sebagai vitamin C (Rohdiana 2003).
Sumber karbonat yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium karbonat (Na2CO3). Natrium bikarbonat dan natrium karbonat merupakan bahan penghasil karbon dioksida dalam air dengan aktifitas cepat, sedangkan bahan penghasil karbon dioksida dalam air dengan aktifitas lambat contohnya adalah Na-aluminium sulfat dan monokalsium sulfat (Hartanto 1992).
Sumber asam berperan sebagai asidulan yang akan bereaksi dengan sumber karbonat menghasilkan karbon dioksida ketika keduanya bercampur dalam air. Asidulan merupakan senyawa kimia bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan atau minuman dengan berbagai tujuan seperti pemberi rasa, penegas rasa dan warna, pengawet serta dapat digunakan untuk menyelubungi after taste yang tidak disukai (Rohdiana 2003).
Sumber asam yang umum digunakan dalam proses pembuatan tablet effervescent
adalah asam sitrat dan asam askorbat. Asam sitrat memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granular. Kelemahan asam sitrat adalah sifatnya yang sangat higroskopis sehingga memerlukan perhatian yang cukup dalam penyimpanannya (Hartanto 1992).
Bahan pengikat bertugas sebagai perekat yang mengikat komponen dalam bentuk serbuk menjadi granular sampai tablet pada proses pengempaan. Pada metode kempa langsung, bahan pengikat dimasukkan dalam keadaan kering dalam bentuk serbuk. Hal yang sama juga terjadi pada metode granulasi kering. Bahan pengikat yang biasa digunakan antara lain gula dan jenis pati, gum arab, gelatin, dan turunan selulosa. Bahan pengisi ditambahkan untuk membuat kecocokkan massa. Bahan pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi harus inert dan stabil. Pada proses pembuatan tablet effervescent
diperlukan bahan pengisi yang larut dalam air seperti laktosa, sukrosa, mannitol dan sorbitol (Rohdiana 2003).
Bahan pelincir memenuhi fungsi berbeda, antara lain berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur massa yang ditabletasi, bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet. Sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk menghindarkan lengketnya massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak. Contoh bahan pelincir yang biasa digunakan adalah asam stearat, talk, kalsium-magnesium-alumunium stearat dan aerosol (Rohdiana 2003).
Bahan pemberi cita rasa biasanya dibatasi pemakaiannya pada tablet kunyah atau tablet yang ditujukan untuk dapat larut dalam mulut atau larutan. Rasa yang umum ditambahkan adalah manis yang dapat berasal dari mannitol, dekstrosa, sakarin, sukrosa atau aspartam (Rohdiana 2003). Bahan cita rasa yang dipergunakan bisa dalam bentuk ekstrak alami, konsentrat sari buah dan bisa juga dalam bentuk flavor sintetik. Bahan cita rasa yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain: mempunyai kelarutan yang sangat baik, tahan terhadap asam, tahan terhadap panas, tahan terhadap cahaya, dan tidak meninggalkan after taste yang kurang baik (Hartanto 1992).
Proses Pencetakan Tablet
Pada prinsipnya tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metode pembuatannya apakah
(24)
dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metode granulasi, metode kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk metode kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi, pengikat dan penghancur harus mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Zat aktif dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik maka diperlukan bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitasnya (Rohdiana 2003).
Mekanisme Hancurnya Tablet
Pada tablet effervescent yang berperan sebagai bahan penghancur adalah sumber asam dan sumber karbonat. Efek kapiler dapat diperbesar dengan adanya bahan penghancur. Selain bahan penghancur, efek kapiler juga dipengaruhi oleh porositas tablet. Besarnya porositas menyebabkan cairan yang masuk ke dalam tablet semakin banyak. Porositas tablet antara lain dipengaruhi oleh distribusi ukuran atau partikel massa tablet dan tekanan yang diberikan saat proses pengempaan. Cairan yang sudah masuk dalam tablet akan merusak ikatan antar partikel dan mengakibatkan bahan penghancur mengembang yang kemudian menyebabkan tablet hancur. Bahan penghancur yang mengembang ini juga dapat menghasilkan massa yang kental dan lengket yang dapat menghalangi masuknya cairan ke dalam tablet sehingga dapat memperpanjang waktu hancur. Oleh karena itu, perlu optimasi terhadap kadar bahan penghancur tersebut dalam suatu formula tablet. Reaksi yang digunakan untuk pelarutan tablet effervescent
adalah reaksi antara sumber asam dengan sumber karbonat yang menghasilkan gas berupa karbon dioksida, terjadi secara spontan ketika tablet masuk dalam air. Kemudian gas inilah yang dapat mendesak tablet sehingga tablet menjadi hancur (Rohdiana 2003). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: H3C6H5O7. H2O + 3(NaHCO3) • Na3C6H5O7 Asam sitrat. Air + Nat.bikarbonat• Nat. sitrat
+ 4 H2O + 3CO2 (1) + Air + Karbon dioksida
Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dan
Natrium Karbonat (Na2CO3)
Natrium bikarbonat (NaHCO3) merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik dalam air, non higrokopis serta tersedia secara komersil mulai dari bentuk bubuk sampai granular. Natrium bikarbonat mampu menghasilkan 52% karbon dioksida. Bentuk granular dari natrium bikarbonat sangat menguntungkan, karena dengan bentuk granular tersebut campuran bahan akan mudah dicetak menjadi tablet dan tablet yang dihasilkan menjadi tidak mudah retak. Natrium karbonat (Na2CO3) merupakan bagian kecil dari sumber karbonat yang digunakan (Hartanto 1992).
Kemasan
Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan (Buckle 1985).
Bahan kemas yang dipergunakan untuk mengemas makanan harus mempunyai fungsi sebagai berikut: dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan fisik, oksigen dan cahaya; melindungi produk dari pencemaran dan kotoran dari luar; mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan distribusi produk serta berfungsi sebagai daya tarik konsumen.
Berdasarkan sifat kekakuan bahan kemas, kemasan dibagi menjadi:
1. Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa adanya retak dan patah. Contohnya: aluminium foil dan plastik.
2. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku dan tidak tahan lenturan dan mudah patah bila dibengkokkan. Contohnya: kayu, gelas dan logam.
3. Kemasan semi kaku, yaitu bila bahan kemas memiliki sifat-sifat kemasan fleksibel dan kemasan kaku.
Buah Tomat
Botani dan Morfologi Tomat
Tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dahulu. Awal mulanya, tomat berasal dari pegunungan Peru, kemudian muncul di Meksiko. Bangsa Indian suku Astec menyebutnya xictomatle. Kemudian menyebar ke Indonesia pada tahun 1811 (Tugiyono 2005).
Secara lengkap para ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistematik sebagai berikut:
(25)
Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub-kelas : Metachlamidae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum
Species : Lycopersicum esculentum Mill
Jenis Tomat
Berdasarkan bentuk buahnya, tanaman tomat komersial dapat dibedakan menjadi beberapa tipe (Tugiyono 2005).
1. Tomat biasa (Lycopersicum commune) Bentuk buahnya bulat pipih, bentuknya tidak teratur. Jenis tomat ini sangat cocok ditanam di daerah dataran rendah.
2. Tomat apel (Lycopersicum Pyriformae) Bentuk buahnya bulat, kuat, sedikit keras menyerupai buah apel. Tanaman ini sangat cocok ditanam di daerah dataran tinggi. 3. Tomat kentang (Lycopersicum grandifolium)
Buahnya berbentuk bulat, besar, padat, menyerupai buah apel, tetapi agak kecil, dan daunnya lebar-lebar.
4. Tomat keriting (Lycopersicum validum) Buahnya berbentuk agak lonjong keras seperti alpukat atau pepaya yang dikenal dengan tipe roma. Tomat ini disebut tomat gondol, yang disenangi karena kulitnya tebal. Tomat jenis ini tahan pengangkutan jarak jauh. Daunnya rimbun keriting seperti terserang penyakit virus keriting. Daunnya berwarna hijau kelam.
Gambar 1 Tomat Apel Tanah dan Iklim
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi. Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup
mulai tanam sampai tanaman mulai dapat dipanen.
Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan tomat adalah 230C pada siang hari dan 170C pada malam hari. Suhu yang tinggi yang diikuti kelembaban relatif yang tinggi dapat menyebabkan penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah. Manfaat Tomat
Dalam buah tomat banyak terkandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia. Zat-zat-zat yang terkandung di dalamnya adalah vitamin C, vitamin A, dan mineral.
Tomat banyak mengandung vitamin C yang bermanfaat memelihara kesehatan gigi dan gusi, menghindari penyakit yang dikenal dengan nama scurvy (skorbut), serta melawan kecenderungan pendarahan pembuluh darah yang halus.
Vitamin A dalam buah tomat baik untuk kesehatan mata. Selain itu tomat juga dapat membangun sel darah merah.
Tabel 1 Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100 gram)
Zat Gizi Nilai Gizi Karoten (vitamin A) (S.I) 1500
T hiamin (vitamin B3) (ì g) 60
Riboflavin (vitamin) B2 - Asam askorbat (vitamin C) (mg) 40
Protein (mg) 1
Karbohidrat (g) 4,2
Lemak (g) 0,3
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 27
Zat Besi (mg) 0,5
Bagian yang dapat
dimakan (%) 95
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1972
Pengolahan Buah
Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral berguna untuk kelancaran metabolisme dalam pencernaan makanan yang dapat menjaga kesehatan.
Pengolahan buah-buahan menjadi berbagai macam produk bertujuan untuk memungkinkan pada saat bukan musimnya masih dapat menikmati cita rasa buah sesuai dengan cita rasa buah segarnya. Produk hasil olahan buah diantaranya adalah sari buah, sirup buah, selai, jelly, manisan, acar, buah
(26)
kering dan lain sebagainya (Wiriano dan Sutrisniati 1985).
Sari Buah
Sari buah (fruit juice) merupakan cairan yang jernih atau hampir jernih yang tidak mengalami proses fermentasi, diperoleh dengan cara pengepresan atau penghancuran buah-buahan yang telah masak dan segar.
Di Indonesia pembuatan sari buah pada umumnya masih dilakukan secara sederhana dan biasanya sari buah tersebut mengandung zat pektin yang menyebabkan cairan sari buah keruh dan terdapat endapan. Pengolahan buah menjadi sari buah selain dapat menghasilkan produk yang lebih awet, juga merupakan minuman yang praktis, rasanya enak dan menyegarkan serta bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Pada pembuatan sari buah, dapat dilakukan penambahan air untuk mengencerkan bubur buah. Penambahan air untuk mengencerkan bubur buah dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Penambahan Air untuk Mengencerkan Setiap Liter Bubur Buah
Jenis Bubur Buah
Air yang Ditambahkan
(Liter)
Jeruk 2
Markisa 2
Tomat 2
Nenas 3
Belimbing 3
Apel 3
Pisang 3
Rambutan 3
Jambu Biji 4
Mangga 4
Sirsak 5
Sumber: Satuhu 1993 Air
Air secara sederhana dapat dinyatakan dalam formula H2O. Air yang dinyatakan dalam formula H2O adalah air murni. Air yang sering dijumpai yaitu air yang mengandung senyawa organik dan senyawa anorganik (Widyasari 2002).
Air bersih merupakan syarat mutlak dalam industri pangan, terutama untuk industri minuman. Sederet proses diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, antara lain dengan cara: klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir, penyaringan dengan karbon
aktif, air hasil dari cahaya ultraviolet, dan demineralisasi dengan ion exchanger. Beberapa Cara Pengawetan Hasil Olahan Makanan
Pada prinsipnya pangawetan pangan dimaksudkan agar bahan dapat berdaya simpan lebih lama. Prinsip pengawetan umumnya untuk membuat produk olahan.
Beberapa cara pengawetan pangan antara lain dengan cara: penggulaan, pengawetan dengan bahan kimia, pasteurisasi dan pengeringan.
Penggulaan
Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air, serta mempunyai sifat aktif optis yang dijadikan ciri khas untuk mengenal setiap gula.
Selain sebagai bahan pemanis, gula juga berperan sebagai pengawet produk makanan. Ketika gula diberikan ke produk makanan dalam konsentrasi minimal 40 persen zat terlarut, maka aktifitas mikroorganisme dalam air akan menurun (Buckle 1985).
Konsentrasi gula yang dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba bervariasi tergantung dari jenis dan kandungan zat-zat yang terdapat dalam makanan. Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 70%, larutan gula cukup efektif menghentikan kegiatan mikroba dalam jangka waktu pendek. (Utamidewi 2004).
Pengawetan dengan Bahan Kimia
Penggunaan aneka bahan kimia dalam produk olahan buah adalah hal yang umum. Bahan kimia dapat digunakan untuk mengawetkan produk olahan dalam jumlah yang besar.
Hal penting yang perlu diperhatikan pada penggunaan bahan kimia untuk pengawetan buah adalah sebagai berikut:
1. Zat kimia yang ditambahkan mampu memelihara kualitas gizi yang dikandung makanan.
2. Zat tersebut dapat meningkatkan kualitas dan stabilitas daya simpan. 3. Dapat membuat produk lebih
menarik.
4. Lebih diutamakan untuk membantu proses pengolahan.
5. Tidak membahayakan kesehatan konsumen.
Penggunaan bahan kimia pengawet di dalam pengolahan buah harus dilakukan
(27)
secara benar. Dosis yang digunakan tidak boleh melebihi jumlah yang dianjurkan oleh FAO atau Departemen Kesehatan (Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan). Dosis beberapa bahan pengawet yang dianjurkan oleh departemen kesehatan, disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Dosis Beberapa Bahan Pengawet yang Dianjurkan oleh Departemen Kesehatan
Jenis Bahan Pengawet Produk Olahan Batas Maksimum (mg/kg) Asam benzoat beserta Garam-garam Na dan K Sirup, sari buah, jelly, jam, saus dan acar. 1000 Asam sorbat Sirup, sari buah, jelly, jam, acar dan saus. Minuman ringan 1000 400 Belerang dioksida Acar dan
asinan 100
Kalium, sodium meta bisulfit Minuman ringan, jelly, dan jam. Sirup, sari buah, pasta, saus dan marmalade 200 300
Sumber: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan 1980
Asam Benzoat
Penggunaan asam benzoat dibatasi dalam hampir semua produk buah-buahan. Asam benzoat lebih efektif terhadap khamir dan bakteri daripada terhadap kapang dan pada konsentrasi di atas 25 mg/l asam yang tidak terurai akan menghambat pertumbuhan kapang (Buckle 1985).
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan cara pengawetan yang menggunakan suhu pemanasan kurang dari 1000C. Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh atau menginaktifkan sel-sel vegetatif dari mikroba patogen atau pembusuk yang mungkin tumbuh pada bahan pangan tersebut.
Pada Tabel 4, menunjukkan pasteurisasi yang dilakukan terhadap beberapa contoh
makanan dan minuman. Perlakuan LTLT (Low Temperature Long Time) pada suhu yang relatif rendah dengan waktu yang lebih lama dilakukan pada suhu sekitar 630C-780C dengan lama proses 30 menit. Apabila menggunakan suhu yang lebih tinggi umumnya dilakukan secara cepat. Perlakuan HTST (High Temperature Short Time) dilakukan pada suhu sekitar 800C dengan lama proses sekitar 15 menit.
Tabel 4 Pasteurisasi yang Dilakukan terhadap Beberapa Contoh Makanan dan Minuman
Produk Cara Suhu (0C)
Waktu (menit)
Susu LTLT 62,8 30
Es krim LTLT 71,1 30
Minuman
Anggur HTST 82-85 15
Buah-buahan kering
LTLT 65,6-85 30-90 Sari buah
anggur (dalam botol)
LTLT 76,7 30
Sari buah
karbonasi LTLT 65,6 30
Sumber: Andriani 2002 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan bantuan energi panas (Nurharini 1997). Pengeringan dapat dilakukan dengan cara pemanasan langsung dengan sinar matahari atau dapat menggunakan alat pengering. Alat yang digunakan untuk keperluan ini bisa berupa pengering listrik, atau mekanik. Macam alat pengering yang digunakan tergantung pada bahan dan tujuan dari pengeringan. Penggunaan alat pengering lebih menguntungkan dibandingkan dengan cara penjemuran.
Menurut Desrosier (1988), pengeringan bahan pangan dapat mengubah sifat-sifat fisik dan kimianya, dan diduga dapat mengubah kemampuannya memantulkan, menyebarkan, menyerap, dan meneruskan sinar, sehingga mengubah warna bahan pangan.
Pendinginan
Penyimpanan dingin adalah penyimpanan pada suhu tidak jauh di atas suhu beku dan dapat dilakukan dengan pemberian es atau alat pendingin. Perlakuan ini dilakukan sebagai
(28)
usaha pengawetan utama ataupun hanya untuk sementara sebelum ada perlakuan lain (Vikaliana 2000).
Pendinginan atau precooling pada buah dilakukan untuk menekan respirasi, merendahkan kepekaan terhadap serangan jasad renik, mengurangi kehilangan air, dan memudahkan produk untuk siap diangkut dengan peralatan dingin.
Pendinginan dapat dilakukan pada suhu 0-100C. Pada interval suhu itu pertumbuhan mikroba patogen dapat dihindarkan (Vikaliana 2000).
Beberapa Karakteristik Fisik dalam Bahan Pangan
Kerapatan
Kerapatan dapat didefinisikan sebagai suatu kuantitas yang dinyatakan sebagai massa per satuan volum suatu bahan (Giancoli 1996).
V
m
=
ρ
(2)Keterangan:
m adalah massa benda (kg) dan V adalah volum (m3). Satuan sistem internasional untuk kerapatan adalah kg/m3.
Jika suatu bahan dilarutkan dalam air dan membentuk larutan, maka kerapatannya akan berubah. Kerapatan bervariasi sesuai dengan konsentrasi larutan. Gula dan garam di dalam larutan dapat meningkatkan kerapatan bahan, sedangkan kerapatannya turun jika dalam larutan terdapat lemak atau alkohol (Dewi 2002).
Viskositas
Viskositas atau kekentalan dapat dianggap sebagai gesekan internal yang besarnya tertentu pada suatu fluida. Besaran gaya diperlukan untuk menimbulkan kecepatan tertentu yang berhubungan dengan viskositas suatu fluida. Untuk fluida yang berbeda, makin viskos fluida tersebut maka makin besar gaya yang diperlukan. Baik zat cair maupun gas memiliki viskositas. Pada zat cair, viskositas tersebut terutama disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul. Sedangkan pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul (Giancoli 1996).
η
=l
v
A
Fg
/
/
(3) Keterangan :ç : Viskositas (poise) Fg : Gaya geser (dyne) A : Luas permukaan (cm2)
í : Kecepatan aliran (cm/s)
l :Jarak aliran kecepatan yang diamati terhadap dinding (cm).
Fluida yang berbeda mempunyai viskositas yang berbeda pula. Untuk memahami perilaku aliran fluida, diperlukan persamaan gerak fluida dalam suatu alat
rheological seperti viskometer. Viskometer yang dipergunakan untuk mengukur viskositas ada beberapa jenis antara lain viskometer pipa kapiler dan viskometer bola jatuh (Andriani, 2002) dan viskometer Ostwald (Saeni 2000). Kekeruhan
Kekeruhan merupakan suatu ukuran berdasarkan sinar yang dihamburkan atau dibelokkan oleh adanya butir-butir partikel yang terdispersi dalam larutan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya. Penentuan kekeruhan dengan menggunakan metode fotometri disebut
turbidimetri (Saeni 1989). Konduktivitas Listrik
Konduktivitas listrik menunjukkan tingkat kemampuan larutan, logam atau gas untuk menghantarkan listrik. Konduktivitas listrik suatu larutan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, tingkat oksidasi serta suhu (Saeni 1989). Semakin tinggi konsentrasi atau semakin banyak jumlah ion maka konduktivitas listrik akan semakin tinggi. Hubungan ini terus berlangsung hingga larutan menjadi jenuh dan mobilitas menurun. Suhu yang tinggi mengakibatkan viskositas air menjadi turun dan ion-ion mudah bergerak di dalam larutan. Ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Alat untuk mengukur daya hantar listrik adalah konduktivitimeter. Total Padatan Terlarut
Padatan dalam larutan adalah bahan yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 1030 C-1050C (Saeni 1989). Analisa zat padat terlarut mengukur jumlah zat padat yang larut dalam air. Penyusun utama zat padat terlarut dalam air alami yaitu bikarbonat, kalsium, sulfat, hidrogen, silika, klorin, magnesium, sodium, potasium, nitrogen dan fosfor. Jumlah zat
(29)
padat terlarut berbeda dengan konduktivitas listrik larutan. Pada jumlah zat padat terlarut, yang diukur adalah jumlah ion dalam air, sedangkan yang diukur dalam konduktivitas listrik adalah kemampuan ion-ion tersebut dalam menghantarkan listrik (Widyasari 2002).
Parameter-parameter Lain pH
pH atau derajat keasaman berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen (H+). Mikroorganisme dapat tumbuh paling baik pada pH mendekati netral, tetapi beberapa mikroorganisme menyukai suasana asam dan yang lain dapat tumbuh dengan sedikit asam atau dalam suasana basa (Supriyadi 2005). Sari buah bersifat asam dengan pH 2,4 pada sari buah “cranberry” sampai pH 4,2 pada sari buah tomat. Pada Tabel 5 memperlihatkan beberapa konsentrasi ion hidrogen dan pH beberapa bahan pangan.
Tabel 5 Konsentrasi Ion Hidrogen dan pH Beberapa Bahan Pangan
Konsentrasi Ion Hidrogen (Molar, M)
pH Bahan Pangan
1,0 x 10-2 2,0 Jeruk nipis 6,3 x 10-3 2,2 Jeruk
lemon 1,0 x 10-4 4,2 Sari buah
tomat
Sumber: Vikaliana 2000
Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara pengujian dapat digolongkan dua kelompok yaitu pengujian pembedaan (defference test) dan pengujian pemilihan atau penerimaan (preference test). Dalam kelompok uji penerimaan terdapat uji kesukaan atau hedonik (Utamidewi 2004). Tabel 6 Skala Hedonik
Penerimaan Nilai
Sangat tidak suka 1
Tidak suka 2
Agak tidak suka 3
Netral 4
Agak suka 5
Suka 6
Sangat suka 7
Sumber: Utamidewi 2004
Uji organoleptik berupa uji kesukaan atau uji hedonik terhadap rasa, warna dan aroma bahan pangan. Skala yang biasa digunakan adalah skala hedonik dengan rentang nilai sangat tidak suka sampai sangat suka. Dapat dilihat pada Tabel 6.
BAHAN DAN METODE
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-September tahun 2005 di laboratorim biofisika departemen fisika IPB, laboratorium kimia fisik dan lingkungan departemen kimia IPB dan laboratorium kimia analitik departemen kimia IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan utama dan bahan tambahan serta bahan untuk analisa. Bahan utama yang digunakan adalah buah tomat apel yang matang, sehat dan segar yang diperoleh dari pasar Bogor. Bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir, natrium bikarbonat, natrium benzoat, asam sitrat dan asam stearat. Bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk analisa sifat fisik dan sifat kimia adalah larutan buffer
pH 7, aquades, ethanol, dan aseton. Alat yang dipergunakan terdiri dari alat utama dan alat bantu. Alat ukur utama yaitu viskometer Ostwald, Oakton pH/CON 10 series meter, refraktometer Milton Roy, piknometer 25 ml, 2100P turbidimeter, dan alat pengukur kekerasan. Alat bantu utama untuk pembuatan sari buah tomat antara lain: pisau, panci email, blender, kompor, saringan, corong, botol jar, termometer, gelas piala, gelas ukur, neraca analitik, pipet tetes, stopwatch, cetakan tablet, toples gelas, dan oven inkubator MIR-162. Metode Penelitian
Pembuatan Sari Buah Tomat a. Pemilihan buah
Buah yang akan diolah menjadi sari buah dipilih yang matang dan sehat. Buah yang sehat ialah buah yang tidak busuk, cacat, atau pecah, juga bebas hama panyakit. Kondisi buah yang matang diperlukan agar sari buah yang dihasilkan mempunyai aroma khas buah tomat.
b. Pencucian buah
Kotoran yang melekat pada kulit buah dihilangkan dengan mencuci buah menggunakan air bersih yang mengalir.
(30)
c. Penghancuran atau pengepresan buah Buah yang telah dicuci kemudian dipotong-potong atau dirajang menjadi bagian yang kecil-kecil. Tujuan perajangan ialah untuk memudahkan penghancuran. Penghancuran daging buah dengan menggunakan blender.
d. Penyaringan sari buah
Sari buah yang telah dihancurkan kemudian disaring dengan menggunakan alat saringan.
e. Pasteurisasi
Sari buah dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu bersama tutupnya selama 1 jam. Kemudian direbus dalam air panas pada suhu 1000C selama 10-15 menit.
f. Pengeringan
Sari buah yang telah dipasteurisasi kemudian dioven dengan suhu 800C selama kurang lebih 48 jam. Oven yang digunakan yaitu inkubator MIR-162.
Buah tomat apel
•
Pilih yang homogen
•
Pencucian buah
•
Penghancuran atau pengepresan buah
•
Penyaringan sari buah
•
Pasteurisasi sari buah
•
Pengeringan sari buah
•
Pembuatan tablet effervescent
•
Karakterisasi:
(kerapatan, viskositas, kekeruhan, konduktivitas listrik, TPT, pH, kekerasan
dan uji organoleptik)
Gambar 2 Diagram Alir Pembuatan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat
Pembuatan Tablet Effervescent Proses Pencampuran
Sebelum dilakukan pencampuran bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan komponen-komponen tablet. Pada proses pencampuran, bahan-bahan yang dicampurkan meliputi: bahan dasar (bubuk
sari buah tomat), sumber karbonat (NaHCO3), zat pengikat (gula pasir), sumber asam (asam sitrat), bahan pelincir (asam stearat), dan bahan pengawet (natrium benzoat).
Proses Pencetakan Tablet
Pencetakan tablet dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan alat pencetak tablet yang dibuat oleh Hanedi Darmasetiawan.
Diagram alir dari proses pembuatan tablet
effervescent dapat dilihat pada Gambar 2. Pelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat
Pelarutan tablet dilakukan dengan cara memasukkan tablet ke dalam 125 ml air mineral, ditunggu beberapa saat sampai tablet hancur. Kemudian dilakukan karakterisasi fisik, pH dan uji organoleptik dari larutan tablet effervescent sari buah tomat.
Rancangan Percobaan dan Analisa Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan percobaan acak lengkap faktorial dengan tiga kali pengulangan. Faktor-faktor perlakuan yang digunakan adalah:
1. Komposisi tablet dinyatakan dengan faktor A, seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Tablet
Nama Bahan Komposisi
A1 A2 A3 A4
Bubuk sari
buah tomat (g) 1,50 1,50 1,50 1,50 Asam sitrat (g) 0,375 0,375 0,475 0,475 Natrium
bikarbonat (g) 0,50 0,50 1,0 1,0 Asam stearat
(g) 0,025 0,025 0,025 0,025
Gula pasir (g) 1,50 1,50 1,50 1,50
Natrium
benzoat (g) 0,025 0,025 Komposisi (g)
tiap tablet 3,900 3,925 4,500 4,525
2. Suhu penyimpanan dinyatakan dengan faktor B yaitu: (B1) suhu lemari pendingin dan (B2) suhu kamar.
3. Lama penyimpanan dinyatakan dengan faktor C yaitu: (C1) 1 hari, (C2) 3 hari, (C3) 5 hari, (C4) 8 hari, (C5) 11 hari, dan (C6) 15 hari.
(31)
Model rancangan
Yijkz = ì + Ai + Bj + Ck + (AB)ij + (AC)ik + (BC)jk + (ABC)ijk + åijkz (4) Keterangan:
Yijkz :Nilai karena pengaruh bersamaan faktor A pada taraf ke-i, faktor B pada taraf ke-j, dan faktor C pada
taraf ke-k dengan ulangan ke-z
ì : Nilai rata-rata umum Ai :Nilai faktor A pada taraf ke-i Bj : Nilai faktor B pada taraf ke-j Ck : Nilai faktor C pada taraf ke-k (AB)ij :Nilai interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j (AC)ik : Nilai interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf ke-k (BC)jk : Nilai interaksi faktor B pada taraf ke-j dan faktor C pada taraf ke-k (ABC)ijk : Nilai interaksi faktor A pada taraf ke-i, faktor B pada taraf ke-j dan faktor C pada taraf ke-k
åijkz : faktor galat Prosedur Karakterisasi
1. Pengukuran Kerapatan Sampel dengan Piknometer 25 ml
Kerapatan sampel diukur dengan menggunakan gelas piknometer 25 ml. Sebelum digunakan piknometer dibersihkan dengan menggunakan aseton, dikeringkan dan ditimbang berat kosongnya. Piknometer diisi dengan sampel, pengisian dilakukan sampai air dalam piknometer meluap melalui pipa kapiler yang terdapat pada tutupnya. Piknometer dan isinya ditimbang.
Nilai kerapatan larutan tablet effervescent
sari buah tomat diperoleh dengan menggunakan persamaan 5:
V
m
m
1−
2=
ρ
(5)Keterangan:
ñ adalah kerapatan sampel (g/ml), m1 adalah massa piknometer dan larutan sampel (g), m2 adalah massa piknometer kosong, dan V adalah volum sampel (25 ml).
2. Pengukuran Kekentalan Sampel dengan Viskometer
Kekentalan sampel diukur dengan menggunakan viskometer Ostwald. Sebelum digunakan viskometer dibersihkan dengan menggunakan aquades lalu dikeringkan dengan menggunakan aseton. Viskometer
diisi aquades sampai 2/3 bagian dari gelembung viskometer, hisap aquades
menggunakan bulb sampai batas tera pertama. Lepaskan bulb lalu biarkan aquades mengalir sampai batas tera kedua. Pada saat aquades
mulai mengalir hidupkan stopwatch dan matikan stopwatch ketika aquades sampai batas tera kedua, catat waktu yang ditunjukkan. Viskometer dikeringkan menggunakan aseton. Setelah kering sampel dimasukkan ke dalam viskometer, kemudian sampel diukur dengan menggunakan prosedur seperti pengukuran aquades.
Menurut Saeni at al (2000), nilai kekentalan dihitung dengan menggunakan persamaan 6: 1 1 1 2 2 2
η
ρ
ρ
η
t
t
=
(6)Keterangan:
η1 = Koefisien kekentalan aquades (poise) η2 = Koefisien kekentalan sampel (poise) ρ1 = Kerapatan aqudes (g/ml)
ρ2 = Kerapatan sampel (g/ml) t1 = Waktu alir aqudes (sekon) t2 = Waktu alir sampel (sekon)
3. Pengukuran Kekeruhan Sampel dengan Turbidimeter
Kekeruhan sampel diukur dengan menggunakan 2100P turbidimeter. Sebelum dipergunakan untuk pengukuran sampel, turbidimeter harus dikalibrasi terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan oil khusus dengan nilai kalibrasi 0-1000. Jika nilai kalibrasi sudah berada diantara 0-1000 maka alat sudah dapat digunakan. Sampel dimasukkan ke dalam gelas turbidimeter, pengisian dilakukan sampai melebihi batas tera putih yang terdapat pada gelas. Setelah itu gelas dimasukkan ke dalam lubang turbidimeter, dan tutup. Nilai kekeruhan dapat diukur dengan menekan tombol read.
4. Pengukuran Konduktivitas Listrik Sampel dengan Oakton pH/Con 10 series meter
Konduktivitas listrik sampel diukur dengan menggunakan Oakton pH/Con 10 series meter. Sebelum dilakukan pengukuran alat harus dikalibrasi terlebih dahulu dan dibersihkan dengan menggunakan aquades. Jika telah dikalibrasi, maka sampel dapat diukur dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan sampel, sampai diperoleh nilai konduktivitas yang stabil.
(32)
5. Pengukuran Total Padatan Terlarut Sampel dengan Refraktometer
Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan refraktometer Milton Roy. Sebelum pengukuran prisma pada refraktometer dibersihkan dahulu dengan menggunakan ethanol, kemudian dikeringkan. Sampel yang akan diukur diteteskan pada refraktometer. Total padatan terlarut didapat dengan melihat batas gelap dan terang. Total padatan terlarut dinyatakan dalam persen brix. Setelah selesai prisma refraktometer dibersihkan dengan ethanol dan keringkan. 6. Pengukuran pH Sampel dengan Oakton
pH/Con 10 series meter
pH sampel diukur dengan menggunakan Oakton pH/Con 10 series meter. Alat pH meter yang akan digunakan sebelumnya dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan buffer 7. Elektroda dimasukkan ke dalam larutan buffer, lalu didiamkan sampai diperoleh nilai yang sesuai dengan larutan buffer yang digunakan. Setelah selesai dikalibrasi elektroda harus dibersihkan dengan
aquades lalu keringkan dengan tissue. Selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam sampel dan dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh nilai pH sampel yang stabil. Setelah selesai elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue.
7. Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik Uji organoleptik yang berupa uji kesukaan atau uji hedonik terhadap rasa, warna dan aroma. Skala yang digunakan adalah skala hedonik dengan rentang nilai tidak suka sampai suka, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Uji Organoleptik Penelitian
Penerimaan Nilai
Tidal suka 1
Netral 2
Suka 3
8. Uji Kekerasan Sampel dengan Hardness meter Hanedi
Alat ini dirancang dan dibuat oleh Hanedi Darmasetiawan. Sebelum dilakukan pengukuran kekerasan tablet, alat dikalibrasi terlebih dahulu. Hasil kalibrasi diperoleh nilai tetapan untuk penyimpangan sebesar 1mm sama dengan 7,197x103 dyne/cm2. Bentuk alat dapat dilihat pada Lampiran 8.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mencari bentuk metode pengeringan sari buah tomat, menghitung kadar air yang hilang dari sari buah tomat setelah dikeringkan, menentukan komposisi tablet, menghitung lamanya kelarutan tablet, dan menghitung kerapatan tablet.
Metode pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan oven MIR-162, yang diset pada suhu maksimum 800C.
Massa sari buah tomat sebelum dilakukan pengeringan yaitu sebesar 3614,4 gram dan setelah dilakukan pengeringan massanya menjadi 90 gram. Jadi persen kadar air yang hilang diperoleh sebesar 97,50% dengan menggunakan persamaan 7.
Kadar air (%) =
a
b
a
−
x 100% (7)
Keterangan:
a = massa sari buah tomat sebelum dilakukan pengeringan (g).
b = massa sari buah tomat setelah dilakukan pengeringan (g).
Pada tahap pemilihan komposisi tablet dari beberapa yang diperkirakan, jika daya larut dan rasanya cukup baik, maka komposisi tersebut akan dipergunakan pada penelitian utama. Komposisi yang digunakan untuk setiap tablet seperti pada Tabel 7.
Lama kelarutan tablet memiliki kisaran antara 6-8 menit untuk tablet yang disimpan pada suhu lemari pendingin, tanpa pengadukan. Sedangkan lama kelarutan tablet yang disimpan pada suhu kamar berkisar antara 7-15 menit tanpa pengadukan. Lamanya kelarutan dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Lamanya Kelarutan (Menit) Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat. Perla-
kuan
Lama Kelarutan Tablet (Menit) Hari Ke- 1 5 15
A1B1 7 8 8
A1B2 7 10 12
A2B1 8 7 8
A2B2 7 15 13
A3B1 6 7 8
A3B2 7 12 10
A4B1 6 7 7
(33)
Daya larut dari komponen tablet dipengaruhi oleh bentuk partikel, komposisi penyusun tablet dan kekompakan tekstur tablet.
Kerapatan tablet dihitung dengan menggunakan persamaan 8.
V
m
=
ρ
d
r
m
2π
ρ
=
(8)Keterangan:
m
= Massa tablet (g)V
= Volum tablet (cm3)π
= Tetapan (3,14)r
= Jari-jari tablet (1,15 cm) d = Ketebalan tablet (cm)Tabel 10 Kerapatan (g/cm3) Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat. Perlakuan
Kerapatan Tablet (g/cm3) Hari Ke-
1
A1B1 1,1739
A1B2 1,1739
A2B1 1,1119
A2B2 1,1119
A3B1 1,1407
A3B2 1,1407
A4B1 1,0897
A4B2 1,0897
Pada Tabel 10, diperoleh kerapatan tablet lebih besar dari kerapatan larutannya. Dari hasil penelitian, kerapatan larutan tablet ada diantara kerapatan tablet dan kerapatan air. Sedangkan kerapatan air sama dengan 1 g/cm3.
Penelitian Utama
1. Kerapatan
Dari Tabel 11, diperoleh kerapatan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang semakin menurun selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan adanya perubahan penyebaran komponen-komponen tablet ketika dilakukan pelarutan, sehingga pada volum yang tetap dengan massa yang kecil nilai kerapatannya akan semakin menurun. Selain itu dapat pula disebabkan adanya penambahan udara yang masuk selama penyimpanan.
Tablet effervescent yang disimpan pada suhu lemari pendingin memiliki nilai kerapatan yang lebih besar daripada suhu
kamar. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan kekompakan tekstur tablet. Tekstur tablet yang kompak dapat menyebabkan tablet tenggelam dahulu ketika dilarutkan dalam air dan setelah tablet akan larut semua, baru naik kepermukaan air. Sedangkan tekstur tablet yang kurang kompak akan larut dan pecah dipermukaan air. Kelarutan tablet yang kurang kompak lebih lama daripada tablet yang kompak. Tablet yang disimpan pada suhu lemari pendingin memiliki kekompakan tekstur tablet yang lebih baik dibandingkan dengan kekompakan tablet yang disimpan pada suhu kamar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kelembaban.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan, dapat dilihat pada Lampiran 2.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A4B1C1 memiliki nilai kerapatan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain.
Tabel 11 Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat. Perla-
kuan
Kerapatan (g/ml) Hari Ke-
C1 C2 C3 C4 C5 C6
A1B1 1,0932 1,0928 1,0902 1,0908 1,0865 1,0829
1,0932 1,0927 1,0902 1,0908 1,0864 1,0827 1,0931 1,0927 1,0905 1,0907 1,0863 1,0827
A1B2 1,0930 1,0926 1,0905 1,0849 1,0820 1,0803
1,0930 1,0926 1,0905 1,0848 1,0820 1,0802 1,0929 1,0926 1,0905 1,0847 1,0819 1,0802
A2B1 1,0962 1,0932 1,0911 1,0903 1,0885 1,0849
1,0961 1,0931 1,0910 1,0903 1,0886 1,0848 1,0961 1,0931 1,0908 1,0902 1,0886 1,0847
A2B2 1,0960 1,0918 1,0907 1,0869 1,0847 1,0821
1,0960 1,0917 1,0907 1,0868 1,0847 1,0820 1,0959 1,0917 1,0906 1,0867 1,0847 1,0820
A3B1 1,0969 1,0950 1,0938 1,0908 1,0898 1,0869
1,0969 1,0950 1,0935 1,0907 1,0897 1,0868 1,0968 1,0949 1,0934 1,0969 1,0896 1,0868
A3B2 1,0968 1,0929 1,0916 1,0896 1,0868 1,0847
1,0967 1,0929 1,0916 1,0896 1,0868 1,0847 1,0967 1,0929 1,0915 1,0895 1,0867 1,0846
A4B1 1,0996 1,0978 1,0966 1,0948 1,0899 1,0876
1,0995 1,0977 1,0965 1,0947 1,0899 1,0875 1,0995 1,0976 1,0965 1,0947 1,0898 1,0875
A4B2 1,0994 1,0948 1,0922 1,0905 1,0875 1,0849
1,0994 1,0948 1,0922 1,0905 1,0875 1,0849 1,0994 1,0947 1,0922 1,0905 1,0874 1,0848
(34)
Keterangan:
(A) = Komposisi Tablet (g)
A1 = 1.5 g sari buah + 0.375 g asam sitrat + 0.5 g natrium bikarbonat + 0.025 g asam stearat + 1.5 g gula pasir. A2 = 1.5 g sari buah + 0.375 g asam sitrat
+ 0.5 g natrium bikarbonat + 0.025 g asam stearat + 1.5 g gula pasir + 0.025 g natrium benzoat.
A3 = 1.5 g sari buah + 0.475 g asam sitrat + 1.0 g natrium bikarbonat + 0.025 g asam stearat + 1.5 g gula pasir. A4 = 1.5 g sari buah + 0.475 g asam sitrat
+ 1.0 g natrium bikarbonat + 0.025 g asam stearat + 1.5 g gula pasir + 0.025 g natrium benzoat.
(B) = Suhu Penyimpanan (0C).
B1 = Sampel disimpan pada suhu lemari pendingin (100C).
B2 = Sampel disimpan pada suhu kamar (270C).
(C) = Lama Penyimpanan (Hari) C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 = Waktu penyimpanan 1 hari, 3 hari, 5 hari, 11 hari, dan 15 hari.
1 .0 7 5 1 .0 8 1 .0 8 5 1 .0 9 1 .0 9 5 1 .1 1 .1 0 5
0 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4 1 6
Lama Penyimpanan (Hari)
K er ap at an ( g/ m l) A 1B1C A 1B2C A 2B1C A 2B2C A 3B1C A 3B2C A 4B1C A 4B2C
Gambar 3 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat.
2. Kekentalan
Dari Tabel 12, diperoleh kekentalan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang semakin meningkat selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan total padatan terlarut. Selain itu dapat pula disebabkan adanya penambahan gula pasir. Penambahan gula kurang dari 40 persen pada produk pangan dapat memungkinkan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga bahan pangan menjadi sangat kental.
Tablet effervescent yang disimpan pada suhu lemari pendingin nilai kekentalannya lebih besar daripada yang disimpan pada suhu
kamar. Sesuai dengan pendapat Sears dan Zemansky (1962) menyatakan bahwa kekentalan dinamik cairan sangat dipengaruhi oleh suhu. Kekentalan menjadi semakin besar jika suhunya turun, dan sebaliknya kekentalan menjadi semakin kecil jika suhunya bertambah.
Tabel 12 Kekentalan (poise) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat. Perla-
kuan
Kekentalan x 10-2 (poise) Hari Ke-
C1 C2 C3 C4 C5 C6
A1B1 1,1441 1,1724 1,2113 1,2266 1,3472 1,3678
1,1441 1,1724 1,2113 1,2266 1,3472 1,3677 1,1440 1,1723 1,2113 1,2265 1,3471 1,3677
A1B2 1,0901 1,0926 1,1562 1,1862 1,2344 1,3082
1,0900 1,0926 1,1562 1,1862 1,2343 1,3080 1,0900 1,0925 1,1562 1,1861 1,2342 1,3080
A2B1 1,1676 1,1716 1,2202 1,3139 1,3508 1,3944
1,1675 1,1715 1,2202 1,3139 1,3508 1,3943 1,1675 1,1714 1,2201 1,3138 1,3508 1,3943
A2B2 1,1164 1,1487 1,1778 1,2157 1,3003 1,3399
1,1163 1,1486 1,1778 1,2157 1,3002 1,3400 1,1163 1,1486 1,1777 1,2156 1,3001 1,3400
A3B1 1,0705 1,1275 1,1977 1,2113 1,2403 1,3723
1,0705 1,1275 1,1974 1,2113 1,2403 1,3723 1,0705 1,1274 1,1973 1,2112 1,2402 1,3722
A3B2 1,0696 1,1003 1,1342 1,2023 1,2300 1,3177
1,0696 1,1002 1,1342 1,2022 1,2299 1,3176 1,0695 1,1002 1,1341 1,2021 1,2298 1,3176
A4B1 1,0411 1,1152 1,1505 1,2355 1,3054 1,5115
1,0410 1,1151 1,1505 1,2354 1,3054 1,5115 1,0409 1,1151 1,1505 1,2353 1,3053 1,5114
A4B2 1,0360 1,0975 1,1497 1,1643 1,3029 1,4843
1,0360 1,0974 1,1496 1,1643 1,3029 1,4842 1,0360 1,0973 1,1496 1,1643 1,3028 1,4842
0 .0 1 0 .0 1 1 0 .0 1 2 0 .0 1 3 0 .0 1 4 0 .0 1 5 0 .0 1 6
0 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4 1 6
Lama Pe nyimpanan (Hari)
K eken ta la n ( poi se )
A 1 B 1 C A 1 B 2 C A 2 B 1 C A 2 B 2 C A 3 B 1 C A 3 B 2 C A 4 B 1 C A 4 B 2 C
Gambar 4 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekentalan (poise) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekentalan, dapat dilihat pada Lampiran 3.
(35)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A4B1C6 memiliki nilai kekentalan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain.
3. Kekeruhan
Tabel 13 Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet
Effervescent Sari Buah Tomat. Perla-
kuan
Kekeruhan (NTU) Hari Ke-
C1 C2 C3 C4 C5 C6
A1B1 737,5 1030,0 1130,0 1205,0 1207,5 1602,5
737,5 1010,0 1162,5 1207,5 1210,0 1605,0 735,0 1032,5 1155,0 1207,5 1220,0 1600,0
A1B2 802,5 1090,0 1257,5 1370,0 1687,5 1750,0
805,0 1090,0 1287,5 1360,0 1505,0 1750,0 810,0 1087,5 1247,5 1422,0 1582,5 1815,0
A2B1 792,5 1072,5 1137,5 1267,5 1350,0 1407,5
792,5 1090,0 1130,0 1260,0 1385,0 1362,5 795,0 1067,5 1135,0 1265,0 1397,5 1372,5
A2B2 805,0 1067,5 1275,0 1385,0 1632,5 1832,5
812,5 1110,0 1245,0 1400,0 1630,0 1832,5 815,0 1102,5 1242,5 1375,0 1635,0 1835,0
A3B1 630,0 935,0 1057,5 1310,0 1310,0 1575,0
632,5 932,5 1017,5 1305,0 1317,0 1570,0 645,5 932,5 1005,0 1292,5 1300,0 1567,5
A3B2 655,0 947,5 1225,0 1247,5 1320,0 1705,0
662,5 937,5 1230,0 1242,5 1345,0 1705,0 662,5 927,5 1230,0 1247,5 1317,5 1705,0
A4B1 582,5 775,0 867,5 1360,0 1415,0 1562,5
590,0 775,0 862,5 1362,5 1385,0 1552,5 587,5 782,5 872,5 1360,0 1372,5 1557,5
A4B2 682,5 947,5 1260,0 1432,5 1587,5 1715,0
697,0 945,0 1237,5 1410,0 1572,5 1707,0 685,0 937,5 1252,5 1380,0 1580,0 1697,5
400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 Lama Penyimpanan (Hari)
K ek er uh an ( N TU )
A 1B 1 C A 1B 2 C A 2B 1 C A 2B 2 C A 3B 1 C A 3B 2 C A 4B 1 C A 4B 2 C
Gambar 5 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat.
Dari Tabel 13, diperoleh kekeruhan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang semakin meningkat selama penyimpanan. Peningkatan kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensi, jenis mikroorganisme dan tingkat laju aktifitasnya. Menurut Sears dan Zemansky (1962),
turbulensi terjadi bila kecepatan aliran suatu fluida menjadi cukup besar. Aliran fluida dapat digolongkan oleh bilangan tak berdimensi yang dinamakan bilangan Reynolds (NR). Aliran turbulensi terjadi jika bilangan Reynolds nya lebih besar dari 3000. Faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan kekeruhan yaitu adanya hidrolisis pada gula bereaksi dengan protein.
Kekeruhan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang disimpan pada suhu lemari pendingin nilainya lebih kecil dibandingkan dengan suhu kamar. Hal ini dapat disebabkan tidak stabilnya komponen-komponen di dalam larutan dan adanya aktifitas mikroorganisme di dalam sampel yang disimpan pada suhu kamar. Aktifitas mikroorganisme pada sampel yang berada pada suhu kamar lebih besar dibandingkan dengan sampel yang disimpan pada suhu lemari pendingin.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekeruhan, dapat dilihat pada Lampiran 4.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A2B2C6 memiliki nilai kekeruhan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain.
4. Konduktivitas Listrik
Konduktivitas listrik suatu larutan dipengaruhi oleh konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, ion valensi, tingkat oksidasi, serta suhu. Dalam suatu larutan, arus dibawa oleh kation dan anion.
Konduktivitas listrik berhubungan dengan nilai pH. Namun hubungan antara keduanya tidak sebanding.
Ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang sangat besar.
Dari Tabel 14, diperoleh nilai konduktivitas listrik yang semakin meningkat selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat larutan yang semakin basa.
Dalam suatu larutan jika konsentrasi ion H+ menurun dan ion OH- nya meningkat, ini berarti bahwa ion OH- yang mudah bergerak di dalam larutan tersebut, sehingga larutan bersifat basa dan konduktivitas listrik meningkat.
Tablet effervescent yang disimpan pada suhu kamar memiliki nilai konduktivitas listrik yang lebih besar dibandingkan dengan suhu lemari pendingin. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan suhu larutan.
(1)
Lampiran 6 Uji Statistik Total Padatan Terlarut
Dependent Variable: TPT
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 47 360,5493750 7,6712633 1269,73 <,0001 Error 96 0,5800000 0,0060417
Corrected Total 143 361,1293750
R-Square Coeff Var Root MSE TPT Mean 0,998394 0,424792 0,077728 18,29792
Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F F Tabel (á = 0.05) A 3 58,1857639 19,3952546 3210,25* <,0001 2,728 B 1 8,4584028 8,4584028 1400,01* <,0001 3,968 A*B 3 0,4457639 0,1485880 24,59* <,0001 2,728 C 5 218,2097917 43,6419583 7223,50* <,0001 2,338 A*C 15 71,9488194 4,7965880 793,92* <,0001 1,804 B*C 5 1,1536806 0,2307361 38,19* <,0001 2,338 A*B*C 15 2,1471528 0,1431435 23,69* <,0001 1,804
Uji Duncan Pengaruh Komposisi Tablet terhadap Nilai TPT Alpha 0,05
Number of Means 2 3 4 Critical Range ,03637 ,03827 ,03953 Duncan Grouping Mean N A
A 18,98056 36 A3 B 18,85278 36 A4 C 17,87500 36 A1 D 17,48333 36 A2
Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai TPT Alpha 0,05
Number of Means 2 Critical Range ,02571
Duncan Grouping Mean N B A 18,54028 72 B1 B 18,05556 72 B2
Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai TPT Alpha 0,05
Number of Means 2 3 4 5 6 Critical Range ,04454 ,04687 ,04842 ,04955 ,05043 Duncan Grouping Mean N C
A 20,82500 24 C6 B 18,60833 24 C5 C 18,08750 24 C4 D 17,76667 24 C3 E 17,45833 24 C2 F 17,04167 24 C1
Keterangan:
(2)
Lanjutan
Lampiran 6 Uji Statistik Total Padatan Terlarut
Persamaan Regresi Total Padatan Terlarut
Suhu Pendingin (10
0C)
Perlakuan
Persamaan Regresi
Koef. Determinasi (R
2)
A1
y = 0,1106x + 17,274
R
2= 0,9884
A2
y = 0,128x + 16,866
R
2= 0,9714
A3
y = 0,3702x + 16,597
R
2= 0,8283
A4
y = 0,3276x + 16,716
R
2= 0,7224
Suhu Kamar (27
0C)
Perlakuan
Persamaan Regresi
Koef. Determinasi (R
2)
A1
y = 0,1482x + 16,654
R
2= 0,8822
A2
y = 0,1603x + 16,018
R
2= 0,8039
A3
y = 0,3346x + 16,319
R
2= 0,7836
(3)
Lampiran 7 Uji Statistik Nilai pH
Dependent Variable: pH
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 47 30,31680000 0,64503830 7938,93 <,0001 Error 96 0,00780000 0,00008125
Corrected Total 143 30,32460000
R-Square Coeff Var Root MSE pH Mean 0,999743 0,135174 0,009014 6,668333
Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F F T abel (á = 0.05) A 3 19,31003889 6,43667963 79220,7* <,0001 2,728
B 1 0,60580278 0,60580278 7456,03* <,0001 3,968 A*B 3 0,05156944 0,01718981 211,57* <,0001 2,728 C 5 8,64115000 1,72823000 21270,5* <,0001 2,338 A*C 15 1,24134444 0,08275630 1018,54* <,0001 1,804 B*C 5 0,17406389 0,03481278 428,46* <,0001 2,338 A*B*C 15 0,29283056 0,01952204 240,27* <,0001 1,804
Uji Duncan Pengaruh Komposisi Tablet terhadap Nilai pH Alpha 0,05
Number of Means 2 3 4 Critical Range ,004217 ,004438 ,004585 Duncan Grouping Mean N A
A 7,083611 36 A4 B 6,981667 36 A3 C 6,316667 36 A2 D 6,291389 36 A1
Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai pH Alpha 0,05
Number of Means 2 Critical Range ,002982
Duncan Grouping Mean N B A 6,733194 72 B1 B 6,603472 72 B2
Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai pH Alpha 0,05
Number of Means 2 3 4 5 6 Critical Range ,005165 ,005436 ,005615 ,005746 ,005848 Duncan Grouping Mean N C
A 7,147083 24 C6 B 6,749583 24 C5 C 6,670833 24 C4 D 6,577500 24 C3 E 6,481250 24 C2 F 6,383750 24 C1
Keterangan:
(4)
Lanjutan
Lampiran 7 Uji Statistik Nilai pH
Persamaan Regresi Nilai pH
Suhu Pendingin (10
0C)
Perlakuan
Persamaan Regresi
Koef. Determinasi (R
2)
A1
y = 0,0286x + 6,1417
R
2= 0,9928
A2
y = 0,0564x + 5,9957
R
2= 0,7739
A3
y = 0,0597x + 6,5921
R
2= 0,8834
A4
y = 0,0786x + 6,6047
R
2= 0,9621
Suhu Kamar (27
0C)
Perlakuan
Persamaan Regresi
Koef. Determinasi (R
2)
A1
y = 0,0198x + 6,0963
R
2= 0,9284
A2
y = 0,0328x + 6,0001
R
2= 0,9475
A3
y = 0,0667x + 6,4653
R
2= 0,9049
(5)
Lampiran 8 Persamaan Regresi Nilai Kekerasan
Persamaan Regresi Nilai Kekerasan
Suhu Pendingin (10
0C)
Perlakuan
Persamaan Regresi
Koef. Determinasi (R
2)
A1
y = 97,14x + 8613
R
2= 0,9838
A2
y = 142,73x + 8526,2
R
2= 0,9551
A3
y = 100,47x + 8709,1
R
2= 0,9068
A4
y = 129,4x + 8573,7
R
2= 0,9026
Suhu Kamar (27
0C)
Perlakuan
Persamaan Regresi
Koef. Determinasi (R
2)
A1
y = -115,73x + 8746,9
R
2= 0,8843
A2
y = -106,96x + 8924
R
2= 0,9065
A3
y = - 124,93x + 8992,9
R
2= 0,8456
(6)