Loan to Deposit Ratio LDR Assets to Loan Ratio

Rp 84.234.036 dan short term borrowing dari Rp 84.402.478 menjadi Rp 97.095.952 pada tahun 2014. Peningkatan short term borrowing disebabkan oleh peningkatan signifikan dari giro+giro wadiah dan liabilitas segera. Giro+giro wadiah sebesar Rp 79.336.951 di tahun 2013 meningkat menjadi Rp 90.052.108 di tahun 2014, dan liabilitas segera di tahun 2013 sebesar Rp 5.065.527 meningkat menjadi Rp 7.043.772 di tahun 2011. Peningkatan persentase diatas menunjukan bahwa perusahaan tetap berada dalam peningkatan Likuiditas dan menunjukan bahwa kemampuan bank dalam melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta liquid yang dimiliki bank semakin meningkat.

3. Loan to Deposit Ratio LDR

Komitmen BRI dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat guna mendukung pertumbuhan ekonomi indonesia tetap terjaga. Rasio pinjaman terhadap simpanan BRI loan to deposit ratio di tahun 2011 terjadi sebesar 65,75, menurun dibandingkan LDR BRI tahun 2010 sebesar 66,69. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan dari kredit yang diberikan, total deposit, dan total ekuitas. Kredit yang diberikan Rp 246.964.238 di tahun 2010 meningkat menjadi Rp 285.406.257 pada tahun 2011, total deposito Rp 333.652.397 di tahun 2010 meningkat menjadi Rp 384.264.345 pada tahun 2011, dan total ekuitas Rp 36.673.110 di tahun 2010 meningkat menjadi Rp 49.820.329 pada tahun 2011. Dan pada akhir tahun 2013 tercatat rasio LDR adalah sebesar 74,42, terjadi kenaikan dari posisi sebesar 68,10 di tahun 2012. Kenaikan LDR ini disebabkan oleh kredit yang diberikan, total deposit, dan total ekuitas. Kredit yang diberikan Rp 350.758.262 di tahun 2012 meningkat menjadi Rp 434.316.466 pada tahun 2013, total deposit Rp 450.166.383 di tahun 2010 meningkat menjadi Rp 504.281.382 pada tahun 2013, dan total ekuitas Rp 64.881.779 meningkat menjadi Rp 79.327.422 pada tahun 2013. Kenaikan LDR ini sebagai konsekuensi ekspansi kredit yang dilakukan BRI dan kondisi likuiditas perbankan yang ketat selama tahun 2013. Sedangkan di tahun 2014 terjadi penurunan persentase dari 74,42 menjadi 68,76. Penurunan Loan To Deposit Ratio ini disebabkan oleh jauhnya perbedaan antara total deposit dengan kredit yang diberikan. Total deposit sebesar Rp 622.321.846 dan kredit yang diberikan Rp 495.097.288. Penurunan Loan To Deposit Ratio ini selain dikarenakan oleh perlambatan pertumbuhan kredit, juga disebabkan oleh keberhasilan Bank Rakyat Indonesia dalam meningkatkan dana pihak ketiga DPK melalui sejumlah program promosi tabungan dan deposito.

4. Assets to Loan Ratio

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa assets to loan ratio pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk pada tahun 2011 yaitu 60,74 lebih kecil dari tahun 2010 yaitu 61,09, sehingga assets to loan ratio pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Penurunan assets to loan ratio disebabkan oleh meningkatnya total loan sebesar Rp 284.406.257 dan menurunnya total assets sebesar Rp 469.899.284 pada tahun 2011. Penurunan persentase assets to loan ratio diatas menunjukan bahwa kemampuan bank dalam mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank semakin meningkat atau semakin membaik karena makin rendah tingkat rasio assets to loan ratio maka makin tinggi tingkat likuiditas bank. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan persentase dari 60,74 di tahun sebelumnya menjadi 63,62. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan signifikan pada total loan dan total assets. Total loan sebesar Rp 285.406.257 di tahun 2011 meningkat menjadi Rp 350.758.262 di tahun 2012, dan total assets di tahun 2011 sebesar Rp 469.899.284 meningkat menjadi Rp 551.336.790 di tahun 2012. Peningkatan persentase assets to loan ratio diatas menunjukan bahwa kemampuan bank dalam mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank semakin memburuk dari tahun sebelumnya karena makin tinggi tingkat rasio assets to loan ratio maka makin rendah tingkat likuiditas bank. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan persentase dari 63,62 di tahun sebelumnya menjadi 69,36. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan signifikan pada total loan dan total assets. Total loan sebesar Rp 350.758.262 di tahun 2012 meningkat menjadi Rp 434.316.466 di tahun 2013, dan total assets di tahun 2012 sebesar Rp 551.336.790 meningkat menjadi Rp 626.182.926 di tahun 2013. Peningkatan persentase assets to loan ratio diatas menunjukan bahwa kemampuan bank dalam mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank semakin memburuk dari tahun sebelumnya karena makin tinggi tingkat rasio assets to loan ratio maka makin rendah tingkat likuiditas bank. Pada tahun 2014 terjadi penuruanan persentase assets to loan ratio, dari 69,36 menurun menjadi 61,74. Penurunan persentase ini disebabkan peningkatan signifikan dari total loan, yaitu dari Rp 434.316.466 menjadi Rp 495.097.288 dan total assets Rp 626.182.926 pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp 801.955.021 pada tahun 2014. Penurunan persentase assets to loan ratio ini menunjukan kemampuan bank dalam mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank semakin meningkat atau semakin membaik karena makin rendah tingkat rasio assets to loan ratio maka makin tinggi tingkat likuiditas bank.

5. Banking Ratio