Pemeriksaan Bakteri Salmonella Pada Makanan Padat (Nugget Ayam)

(1)

PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA PADA MAKANAN

PADAT (NUGGET AYAM)

TUGAS AKHIR

OLEH:

WILDA SEPTIA

NIM 122410029

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “Pemeriksaan Bakteri Salmonella Pada Makanan Padat (Nugget Ayam)”, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, dengan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi USU.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt.selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu dr. Hartati, M.Kes. selaku Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Daerah


(4)

6. Ibu Dra. Ernawati, Apt. selaku Koordinator Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

7. Seluruh staf dan karyawan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi

Sumatera Utara di Medan yang telah membantu kami selama melaksanakan praktek kerja lapangan.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf program studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumaetra Utara.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Alm. Gunawan dan Ibunda Hj. Yuliati, Mas Budi dan keluarga, Mas Deny dan keluarga, Kak Dewi dan keluarga dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

Terima kasih kepada seluruhsahabat penulis Fanny, Selly, Linda, Rachma, Selvy, Hindri, Azizah dan Elayang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan kepada seluruh teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2012 semuanya tanpa terkecuali terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya selama ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis meskipun tidak tercantum namanya namun tidak mengurangi arti keberadaannya.

Penulis berharap Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu


(5)

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-nya kepada kita semua.

Medan, April 2015 Penulis,

Wilda Septia NIM 122410029


(6)

PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA PADA MAKANAN PADAT (NUGGET AYAM)

ABSTRAK

Makanan adalah sumber kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Umumnya bahan pangan yang merupakan sumber infeksi dan penyebab keracunan oleh bakteri adalah bahan pangan yang berasam rendah (pH mendekati netral) seperti daging, telur, susu, dan hasil-hasil olahannya. Salah satu makanan beku yang saat ini digemari masyarakat luas adalah nugget.Jenis nugget yang banyak dijual dipasaran adalah nugget ikan (fish nugget) nugget ayam (chicken nugget).Hingga Saat ini, nugget ayam lebih banyak dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan bahan baku dan pola makan masyarakat. Bakteri Salmonella adalah bakteri alamiah yang terdapat pada saluran

perncernaan hewan unggas.Salmonella dapat menyebabkan keracunan

makanan.Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella dibagi dua, yaitu (a)

Salmonellosis (b) Demam Tifus.Pemeriksaan Salmonella pada makanan padat

diuji secara mikrobiologi menggunakan media enrichmentSelenite Cystine (SC) Brothkemudian digoreskan di media selektif Mac Conkey Agar (MCA). Hasil yang diperoleh adalah tidak terdapat koloni yang berbentuk bulat putih jernih pada media selektif.Persyaratan menurut Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009 yaitu negatif/25 gram. Disimpulkan bahwa sampel nugget memenuhi persyaratan kandungan bakteri Salmonella.

Kata kunci: Nugget, Salmonella, Salmonellosis, Demam Tifus, Media Selenite Cystine (SC) Broth, dan Media MacConkey Agar (MCA).


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantaran ... iii

Abstrak ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Nugget ... 4

2.2 Mikrobiologi Pangan ... 6

2.3 Bakteria Salmonella ... 8

2.3.1 Salmonellosis ... 10

2.3.2 Demam Tifus ... 12

2.4 Pemeriksaan Secara Mikrobiologi ... 13

2.4.1 Media Pertumbuhan ... 14


(8)

BAB III METODOLOGI ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Pengujian ... 19

3.2 Alat ... 19

3.3 Bahan ... 19

3.4 Prosedur Pengujian ... 19

3.4.1 Pembuatan Media ... 19

3.4.1.1Selenyte Cysine Broth (SBC) ... 19

3.4.1.2 Mac Conkey Agar (MCA) ... 20

3.4.2 Pengujian Sampel ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.2 Pembahasan ... 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Komposisi Gizi Nugget Ayam Per 140 gram Takaran Saji ... 5


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.Bagan Alir Prosedur Keja ... 27 Lampiran 2. Data Sampel Nugget ... 30 Lampiran 3.Lampiran Hasil Pengujian Sampel Nugget ... 31 Lampiran 4.Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan


(11)

PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA PADA MAKANAN PADAT (NUGGET AYAM)

ABSTRAK

Makanan adalah sumber kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Umumnya bahan pangan yang merupakan sumber infeksi dan penyebab keracunan oleh bakteri adalah bahan pangan yang berasam rendah (pH mendekati netral) seperti daging, telur, susu, dan hasil-hasil olahannya. Salah satu makanan beku yang saat ini digemari masyarakat luas adalah nugget.Jenis nugget yang banyak dijual dipasaran adalah nugget ikan (fish nugget) nugget ayam (chicken nugget).Hingga Saat ini, nugget ayam lebih banyak dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan bahan baku dan pola makan masyarakat. Bakteri Salmonella adalah bakteri alamiah yang terdapat pada saluran

perncernaan hewan unggas.Salmonella dapat menyebabkan keracunan

makanan.Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella dibagi dua, yaitu (a)

Salmonellosis (b) Demam Tifus.Pemeriksaan Salmonella pada makanan padat

diuji secara mikrobiologi menggunakan media enrichmentSelenite Cystine (SC) Brothkemudian digoreskan di media selektif Mac Conkey Agar (MCA). Hasil yang diperoleh adalah tidak terdapat koloni yang berbentuk bulat putih jernih pada media selektif.Persyaratan menurut Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009 yaitu negatif/25 gram. Disimpulkan bahwa sampel nugget memenuhi persyaratan kandungan bakteri Salmonella.

Kata kunci: Nugget, Salmonella, Salmonellosis, Demam Tifus, Media Selenite Cystine (SC) Broth, dan Media MacConkey Agar (MCA).


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroba.Mikroba dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, berbagai mikroba mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun (Waluyo, 2007)

Dalam pemeriksaan mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan.Berbagai uji mikrobiologi dapat dilakukan salah satunya dengan uji kualitatif bakteri patogenuntuk menentukan tingkat keamanan makanan (Fardiaz, 1993).

Beberapa alasan mengapa mikroba penting dalam bahan makanan, adalah:

a. Adanya mikroba, terutama jumlah dan macamnya dapat menentukan

tingkat mutu bahan makanan.


(13)

c. Beberapa mikroba digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus.

d. Mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi

manusia dan hewan.

e. Beberapa penyakit dapat berasal dari makanan(Waluyo, 2007).

Umumnya bahan pangan yang merupakan sumber infeksi dan penyebab keracunan oleh bakteri adalah bahan pangan yang berasam rendah (pH mendekati netral) seperti daging, telur, susu, dan hasil-hasil olahannya. Bakteri penyebab infeksi salah satunya adalah Salmonella (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Bakteri Salmonella berbentuk batang dengan panjang 1-3μm dan lebar

0,5-0,7 μm. Bakteri ini bersifat Gram negatif, tidak membentuk spora

(Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Ada 2 (dua) penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella, yaitu a. Salmonellosis

b. Demam Tifus (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Salah satu makanan beku yang saat ini digemari masyarakat luas adalah nugget.Jenis nugget yang banyak dijual dipasaran adalah nugget ikan (fish nugget) nugget ayam (chicken nugget).Hingga Saat ini, nugget ayam lebih banyak dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan bahan baku dan pola makan masyarakat (Astawan, 2008).

Unggas merupakan pembawa alami bakteri Salmonella.Dengan demikian pada daging, telur, dan kotorannya sering ditemukan Salmonella (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).


(14)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Pengujian Bakteri Salmonella pada makanan padat (nugget) adalah untuk mengetahui apakah nugget yang diuji mengandung bakteri Salmonella atau tidak untuk memenuhi persyaratan yang disyaratkan pada makanan padat (nugget).

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari Pengujian Bakteri Salmonella pada makanan padat adalah agar mengetahui bahwa nugget yang diedarkan dipasaran tersebut memenuhi persyaratan yang disyaratkan untuk makanan padat (nugget).


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nugget

Salah satu makanan beku yang saat ini sangat digemari mayarakat luas adalah nugget.Jenis nugget yang banyak dijual di pasaran adalah nugget ayam (chicken nugget) dan nugget ikan (fish nugget).Hingga saat ini, nugget ayam lebih banyak dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan bahan baku dan pola makan masyarakat (Astawan, 2008).

Komposisi gizi yang terkandung pada nugget ayam yang ada dipasaran sangat bervariasi antara satu merek dengan merek lainnya.Walaupun komposisi gizi nugget yang ada dipasaran sangat beragam, tetapi sebagai gambaran umum uraian berikut dapat digunakan sebagai pedoman. Total energi yang diperoleh dari suatu ukuran saji nugget ayam dengan berat 140 gram adalah 307 kkal. Kadar proteinnya mencapai 43 gram/140 gram bahan, yaitu dapat memenuhi 86% dari kebutuhan protein tubuh sehari-hari (Astawan, 2008).

Keunggulan dari nugget ayam adalah kadar sodiumnya yang rendah, yaitu pertakaran saji hanya 5% dari kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu tidak perlu khawatir terhadap terjadinya hipertensi. Oleh karena itu kadar sodium sangat bervariasi tergantung merek nugget, ada baiknya konsumen berhati-hati dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. Membaca label kemasan terlebih dahulu dan membandingkannya dengan berbagai merek lainnya sangat dianjurkan (Astawan, 2008)


(16)

Kelemahan nugget ayam adalah kadar lemak dan kolesterol yang cukup tinggi. Kadar lemak total per takaran saji nugget ayam adalah 13 gram, setara dengan 20% dari kebutuhan tubuh.Sebagian dari lemak tersebut berupa lemak jenuh dengan kadar 3 gram per takaran saji, yang setara dengan 17% dari kebutuhan tubuh sehari. Kadar kolesterol mencapai 132 mg per takaran saji, yang setara dengan 46% dari kebutuhan tubuh sehari (Astawan, 2008).

Tabel 2.1 komposisi gizi nugget ayam per 140 gram takaran saji

Zat Gizi Kadar per 140

Gram

Sumbangan Terhadap Kebutuhan Sehari

Energy 307 kkal 15%

Protein 43 gram 86%

Total lemak 13 gram 20%

Lemak jenuh 3 gram 17%

Kolesterol 132 mg 44%

Karbohidrat 2 gram 1%

Sodium (natrium) 127 mg 5%

Nitasin 9B3) 13,5 mg 68%

Vitamin B6 0,7 mg 34%

Rioboflavin (B2) 0,3 mg 16%

Asam pantotenat 1,6 mg 16%

Selenium 34,3 mg 49%

Zinc 3,1 mg 21%

Fosfor 287 mg 29%

Besi 1,9 mg 10%

Kalium 360 mg 10%


(17)

2.2 Mikrobiologi Pangan

Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam mikroba. Mikroba dapat membusukkan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak berbau tengik.Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan penyakit, dan menghasilkan racun.Mikroba dapat juga menguntungkan misalnya menghasilkan produk-produk makanan khusus (Waluyo, 2007).

Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan (Fardiaz, 1993).

Faktor-faktor penunjang terjadinya penyakit yang disebabkan oleh bakteri pada makanan adalah:

- Makanan yang kurang matang memasaknya

- Penyimpanan makanan pada suhu yang tidak sesuai

- Makanan yang diperoleh dari sumber yang kurang bersih

- Alat-alat yang tercemar(Irianto, 2013).

Penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba dengan perantaraan pangan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu infeksi dan keracunan.Infeksi terjadi apabila mengkonsumsi pangan atau minuman yang mengandung mikroba patogen


(18)

yang jumlahnya cukup untuk menimbulkan penyakit.Keracunan pangan disebabkan mengkonsumsi pangan yang mengandung senyawa beracun.Senyawa beracun ini mungkin terdapat secara alamiah dalam tanaman atau hewan yang dihasilkan oleh mikroba (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993).

Mikroorganisme, terutama bakteri, termasuk yang bersifat patogen (penyebab penyakit) dapat ditemukan dimana saja, bisa di tanah, air, udara, tanaman, hewan dan produknya, tubuh manusia, maupun peralatan untuk memproses makanan.Makanan bisa tercemari berbagai jenis mikroorganisme yang berasal dari mikro flora alami tanaman atau hewan, baik yang berasal dari lingkungan maupun yang masuk selama pemanenan, penyembelihan, distribusi, penanganan, pengolahan, dan penyimpanannya (Yuliarti, 2007).

Beberapa alasan mengapa mikroba penting dalam bahan makanan, adalah:

a. Adanya mikroba, terutama jumlah dan macamnya dapat menentukan

tingkat mutu bahan makanan.

b. Mikroba dapat mengakibatkan kerusakan pangan.

c. Bebas mikroba digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus.

d. Mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi

manusia dan hewan.


(19)

Kehadiran mikroba dalam bahan pangan dapat mendatangkan keuntungan maupun kerugian.

a. Mikroba yang menguntungkan

Berperan dalam proses berbagai jenis makanan dan minuman hasil fermentasi, berperan dalam meningkatkan nilai gizi makanan misalnya pembuatan tempe, dan berperan dalam pengadaan bau dan rasa.

b. Mikroba yang merugikan

Mikroba dalam makanan mendatangkan kerugian, bila kehadirannya merubah nilai organoleprik yang tidak dikehendaki, menurunkan berat atau volume, menurunkan nilai gizi, merubah bentuk dan susunan senyawa, serta menghasilkan toksin yang membahayakan. Karena itu, sejak bahan baku, selama proses, selama penyimpanan selalu diusahakan untuk tidak dikenai mikroba-mikroba yang merugikan(Waluyo, 2007).

2.3 Bakteri Salmonella Sifat-sifat salmonella:

- Berbentuk batang

- Gram-negatif

- Tidak berspora

- Mempunyai flagel peritrik

- Tidak berkapsul


(20)

Salmonella termasuk dalam family Enterobactericeae, yang

dikelompokkan menjadi Salmonella thypi dan parathipi A, B, dan

C(menyebabkan demam enterik), dan Salmonella yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella dibagi menjadi 3 kategori, yaitu (a) gastroenteritis, (b) demam tifoid, dan (c) fokus infeksi diluar usus (Arisman, 2008).

Bakteri salmonella berbentuk batang dengan panjang 1-3 μm dan lebar 0,5-0,7 μm. Sebagian besar bakteri ini dapat bergerak karena mempunyai flagella peritrik.Tumbuh optimum pada suhu 37°C, pada suhu kurang dari 67°C dan lebih dari 46,6°C pertumbuhannya terhenti. Bakteri ini mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.Salmonella tumbuh baik pada pangan berasam rendah (Nurwanto dan Djarijah, 1997).

Salmonella bersifat host-adapted pada hewan, dan infeksi pada manusia biasanya mengenai daerah usus.Infeksi muncul dalam bentuk diare akut yang sembuh sendiri.Pada beberapa kesempatan organisme ini dapat menyebabkan beberapa penyakit yang invasif, meliputi bakterikimia dan septikemia yang mengancam jiwa atau osteomielitis (Stephen dan Kathleen, 2009).

Unggas merupakan pembawa alami bakteri Salmonella.Dengan demikian pada daging, telur, dan kotorannya sering ditemukan Salmonella (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Salmonella spp. masih merupakan salah satu penyebab utama keracunan makanan di seluruh dunia. Tidak hanya makanan mentah, makanan siap saji juga


(21)

tidak dibenarkan mengandung bakteri dari genus Salmonella. Alasan “zero tolerance" ini adalah karen Salmonella spp. dapat menyebabkan penyakit seperti gastroenteritis, bacteremia, enteric ataupun paratyphoid fever, dan infeksi lokal (abses) (Haryani dkk, 2012).

Uji Salmonella mungkin tidak terlalu berbahaya atau sangat berbahaya tergantung dari spesiesnya.S. gallinarum dan S. pullorum tidak terlalu berbahaya bagi manusia, sedangkan S. typhi sangat berbahaya. Salmonella lainnya mungkin agak berbahaya langsung jika terjadi kontaminasi silang dan pertumbuhan selama penyimpangan makanan.Bakteri patogen seharusnya tidak boleh ada didalam makanan (toleransi nol) (Fardiaz, 1993).

Siklus pencemaran Salmonella

Makanan Burung, Sayur mayur atau

hewan Hewan pengerat, makanan terbuat dari

Serangga sayur-sayuran

Ternak Air permukaan Limbah Orang

Daging, unggas, susu,

Telur, atau produk-produknya

(Waluyo, 2007). Ada dua penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella, yaitu:

a. Salmonellosis

b. Demam Tifus (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).


(22)

Salmonellosis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan infeksi yang disebabkan oleh genus Salmonella, namun salmonellosis sering digunakan secara khusus untuk gastroenteritis yang disebabkan oleh keracunan makanan karena Salmonella (Lesmana, 2006).

Salmonellosis adalah keracunan makanan yang lazim dijumpai, penyakit ini bisa ditularkan dari produksi makanan daging.Gejala-gejalanya dapat merupakan nyeri perut, diare, mual, muntah untuk masa 1-8 hari (Jonathan dan Liwijaya, 2003).

Terinfeksinya manusia oleh Salmonella hampir selalu disebabkan mengkonsumsi makanan atau minuman tercemar. Makanan yang biasanya tercemar meliputi kue-kue yang mengandung susu, daging cincang, sosis unggas, daging panggang yang diperdagangkan, dan telur, walaupun penular dan orang sakit dapat mencemari makanan dan minuman (Irianto, 2013).

Penyebab penyakit gastroenritis (gangguan saluran pencernaan)

akut.adalahSalmonella choleraesuis dan S. enteritidis. Salmonellosisi terjadi setelah waktu inkubasi 5-72 jam setelah memakan pangan yang mengandung bakteri Salmonella.Gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, mual, muntah-muntah, dan sakit kepala (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Diagnosis laboratoris yang pasti bagi penyakit ini bergantung pada terisolasinya bakteri penyebabnya dari feses. Bakteri ini harus sama dengan bakteri yang diisolasi dari makanan yang dicurigai. Penggunakan media yang selektif atau diferensial, seperti media Mac Conkey merupakan prosedur rutin (Irianto, 2013).


(23)

Penyakit diare dapat dihindari dengan higiene yang baik, persiapan makanan yang baik, dan penyediaan air yang aman. Pengobatan terutama dengan rehidrasi oral (stephen dan kathleen, 2009).

Penyakit Salmonellosis bisa dicegah dengan cara:

a. Memasak dengan baik makanan yang dibuat dari daging hewan

b. Penyimpanan makanan pada suhu lemari es yang sesuai

c. Pemeriksaan berkala terhadap orang-orang yang menangani pangan

d. Melindungi makanan terhadap pencemaran oleh rodentia (hewan pengerat,

lalat dan hewan lain).

e. Penggunaan metode produksi dan pengolahan makanan yang semestinya

f. Kebersihan pribadi yang baik serta dengan cara-cara yang memenhi syarat kesehatan(Irianto, 2013).

Namun apabila sudah terserang penyait Salmonellosis, masih ada pengobatan yang bisa dilakukan. Pengobatan untuk kebanyakan penderita biasanya cukup dengan mengganti cairan dan elektrolit yang telah hilang bersama diare. Pemberian antibiotik justru tidak bermanfaat dan dapat memperpanjang masa penyembuhan (biakan tinja positif), kecuali pada penderita sendi dan katup jantung buatan; anemia sabit dan anemia hemolitik lain; bayi dan manula diatas 65 tahun (Arisman, 2008).

2.3.2 Demam Tifus

Demam tifus disebabkan oleh Salmonella typhi dan S. paratyphi. Waktu inkubasi 7-21 hari, kemudian timbul gejala panas tinggi, tidak buang air besar, kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dengan warna putih, penderita


(24)

kurang tanggap terhadap rangsangan dari luar (apatis), dan mulut terasa pahit (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Berat ringannya infeksi Salmonella tergantung pada umur dan ketahanan

penderita, species Salmonella dan jumlah sel Salmonella yang tertelan.

Pengendalian yang dilakukan untuk pencegahan infeksi Salmonella adalah dengan cara:

a. Menghindari kontaminasi pangan oleh Salmonella dari sumbernya, seperti

manusia/hewan yang terkena penyakit/pembawa Salmonella.

b. Menghancurkan mikroba yang terdapat didalam pangan dengan

melakukan pemanasan/pasteurisasi

c. Mencegah pertumbuhan Salmonella dalam pangan dengan pendinginan

(Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

2.4 Pemeriksaan Secara Mikrobiologi

Kualitas bahan pemeriksaan yang akan diperiksa sangat menentukan hasil pemeriksaan. Bahan pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak untuk diperiksa.Demikian juga jumlah bahan pemeriksaan yang dikirimkan, bila jumlah terlalu sedikit dan hasil pemeriksaannya kemudia negatif, maka harus dicantumkan pada hasil pemeriksaan bahwasanya jumlah bahan pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan.Masalah transportasi bahan pemeriksaan juga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Maka dari itu masalah pengawetan bahan pemeriksaan dan cara transportasinya harus benar-benar diperhatikan (Sanjaya, 1992).


(25)

2.4.1 Media Pertumbuhan

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk pertumbuhan mikroba.Dengan digunakannya berbagai macam media dapat dilakukan isolasi, pengayakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo dkk, 1991).

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme.Zat hara yang digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakannya. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur yang sama (trace element). Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nuleotida (Waluyo, 2007).

Medium biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam bentuk padat, semi-padat, dan cair.Medium padat diperoleh dengan menambahkan agar.Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba, dan membeku pada suhu

diatas 45°C. kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam medium adalah

1,5-2,0% (Waluyo, 2007).

Dengan media cair tidak dapat membedakan koloni yang terbentuk, apakah koloni tersebut merupakan koloni dari mikrobakterium ataukah koloni dari kontaminan.Disamping itu dengan media cair tidak dapat dilakukan perhitungan jumlah koloni (Sanjaya, 1992).


(26)

Penyiapan media pada umumnya mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Setiap komponen atau medium terhidrasi (bubuk) dilarutkan dalam

akuades atau air suling pada volume yang tepat dan sesuai.

b. pH media ditentukan dan disesuaikan dengan nilai optimum pertumbuhan

mikroba sebagaimana tertera pada kemasan media.

c. Dituang ke dalam media yang sesuai, seperti erlenmeyer atau tabung labu dan disumbat dengan penutup yang kuat.

d. Disterilisasi dengan suhu dan waktu adequate (memadai) sesuai dengan

yang tertera pada kemasan (umumnya pada suhu 121°C selama 15 menit)

(Hajoeningtijas, 2012).

Kebutuhan dan syarat untuk pertumbuhan ada 2 macam, yaitu: a. Fisik : suhu, pH, dan tekanan osmosis

b. Kimia : air, sumber C dan N, mineral, O2, dan faktor pertumbuhan organic

(Suryanto dan Munir, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah: a. Suplai Nutrisi

Unsur-unsur suplai dasar adalah: karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan sejumlah kecil logam lainnya. Kondisi yang tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba.

b. Suhu/Temperatur

Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat, sebaliknya apabila suhu turun maka kecepatan metabolisme


(27)

akan menurun dan pertumbuhan diperlambat. Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan rusak sehingga sel-sel menjadi mati.

c. Keasaman atau kebasaan (pH)

Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 8,0 dan nilai pH diluar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat merusak.

d. Ketersediaan oksigen

Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri didalam kebutuhan akan oksigen (Hajoeningtijas, 2012).

e. Tekanan osmosis

Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhan (80-90%) (Suryanto dan Munir, 2006).

Pengawasan media meliputi sterilitas dan kemampuan media tersebut untuk ditumbuhi secara subur oleh mikrobakteria.Untuk melakukan pengawasan terhadap sterilitas suatu media, maka media yang telah disiapkan dan telah disterilkan, diinkubasi pada suhu 25ºC dan pada suhu 37ºC. Perhatikan ada tidaknya pertumbuhan kuman.Adanya pertumbuhan kuman menunjukkan bahwa media tadi tidak steril (Sanjaya, 1992).

Media yang umum digunakan untuk isolasi kuman-kuman Salmonella adalah:


(28)

− MacConkey (MAC)

− Eosin Methylene Blue (EMB)

− Deoxycholate Agar (DCA)

b. medium selektif

− Salmonella Shigella Agar

− Deoxycholate Citrate Lactose Agar (DCLS)

− Hektoen Enteric Agar (HEA)

− Xylose Lysine Deoxycholate Agar (XLD)

c. medium sangat selektif

− Bimuth Sulfite Agar (BSA atau wilson blair)

− Brilliant Green Agar (BGA)(Lesmana, 2006).

2.4.2 Metode Uji Kualitatif

Dalam uji kualitatif diperlukan beberapa tahap untuk dapat memperbanyak jumlah bakteri patogen sehingga mempermudah untuk mendeteksi dan mengisolasinya (Fardiaz, 1993).

Tahap-tahap mendeteksi dan mengisolasi mikroorganisme adalah:

a. Tahap perbanyakan (enrichment), yaitu memperbanyak jumlah bakteri

yang diuji, sedangkan bakteri lainnya dihambat pertumbuhannya.

b. Tahap seleksi, yaitu menumbuhkan pada medium selektif sehingga koloni

bakteri yang akan diuji mudah untuk diisolasi.

c. Tahan isolasi, yaitu pemisahan bakteri yang akan diuji dari mikroba


(29)

d. Identifikasi primer, yaitu membedakan bakteri yang diuji dari bakteri-bakteri lainnya yang sifat-sifat sangat berbeda.

e. Identifikai lengkap, yaitu membedakan bakteri yang diuji dari

bakteri-bakteri lainnya yang sekelompok dengan sifat-sifat yang hampir sama (Fardiaz, 1993).

Metode untuk mengisolasi bakteri Salmonella, yaitu:

Langsung pada medium lempeng gar, misalnya MAC dan SS kemudianSpesimen dimasukkan kedalam medium persemaian.Semua biakan, baik dilempeng agar maupun didalam medium persemaian, diinkubasi pada suhu 37ºC selama semalam (20-24 jam). Setelah inkubasi, biakan persemaian diambil dengan menggunakan sengkelit dan ditanamkan pada lempeng agar (MAC dan SS) yang kemudian dengan cara yang sama (suhu 37ºC selama semalam 20-24 jam). Koloni yang tumbuh lempeng agar kemudian diperiksa secara teliti dan diseleksi.Koloni Salmonella tidak memfermentasikan laktosa pada lempeng agar MAC dan SS maka koloni yang tumbuh tidak berwarna, bulat dan permukaan rata 2-3 mm (Lesmana, 2006).

Untuk mengisolasi bakteri bisa digunakan teknik penggesekan yang lebih menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan yang diperoleh dari latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan cara ini adalah bakter-bakteri anaerob tidak dapat tumbuh (Waluyo, 2007).


(30)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Dan Waktu Pengujian

Pengujian Bakteri Salmonella pada makanan padat dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utarayang berada di Jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 4 Medan pada tanggal 13-15 Februari 2015 pada pukul 12:00 – 15:00 WIB.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah, autoklaf, bagmixer, cawan petri,

erlenmeyer, gelas ukur, inkubator bakteri, laminar air flow cabinet, mikropipet,

neraca analitik, rak tabung reaksi, spatula dantabung reaksi.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah media Media MCA (Mac Conkey Agar), Media SCB (Selenite Cystin Brooth), NaCl 0,9% dan sampel nugget (chicken nugget).

3.4 Prosedur Pengujian 3.4.1 Pembuatan Media

3.4.1.1Selenite Cystine (SC) Broth Komposisi:


(31)

Tripton 5,0 gram

Laktosa 4,0 gram

Dinatrium fosfat 10,0 gram

Na-asam selenit 4,0 gram

L-cistin 0,01 gram

Air destilata 1000 ml

pH 7,0

Pembuatan media:

− Ditimbang media sebanyak 3,8 gram dengan neraca anlitik

− Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 200 ml di dalam erlenmeyer

sambil diaduk hingga homogen

− Media di sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit

− Dipipet sebanyak 10 ml dan dituangkan ke dalam tabung reaksi dan tutup

dengan kapas

− Media siap digunakan

3.4.1.2Mac Conkey Agar Komposisi:

Pepton 17 gram

Proteose Pepton 3 gram

Laktosa 10 gram

Garam bile No. 3 1,5 gram

Natrium khlorida 5 gram


(32)

Violet kristal 0,001 gram

Agar 13,5 gram

Pembuatan media:

− Ditimbang bubuk MCA sebanyak 15,3 gram dengan neraca analitik.

− Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 300 ml didalam Erlenmeyer sambil

diaduk.

− Ditutup Erlenmeyer dengan kapas lalu dipanaskan sampai media larut

sempurna

− Media disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 121ºC selama 15 menit

− Dinginkan media hingga suhu 40ºC

− Dituangkan media ke dalam cawan petri

3.4.2 Pengujian Sampel

− Ditimbang sampel sebanyak 25 gram

− Ditambahkan dengan 90 ml NaCl 0,9%,

− Dihomogenkan dengan menggunakan bagmixer.

− Diencerkan suspensihingga 10-6 pada 10 ml media SCB (Selenite Cystin

Brooth)

− Diinkubasi pada suhu 37°C selam 24 jam

− Di ambil 1 ose koloni dari pengenceran 10-6 Setelah 24 jam, dikultur pada

media MCA (Mac Conkey Agar) dihomogenkan


(33)

− Diamati koloni bakteri yang tumbuh. Pada media MCA (Mac Conkey Agar), koloni Salmonellatidak berwarna/transparan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pemeriksaan bakteri Salmonella pada makanan padat dengan sampel nugget, diketahui bahwa nugget tidak mengandung bakteri patogen Salmonella.

Tidak terdapat koloni tidak berwarna/transparan pada media selektif MCA

(Mac Conkey Agar) setelah diinkubasi pada suhu 37°C diinkubator selama 24

jam.

4.2 Pembahasan

Dari hasil cawan petri yang diamati, sampel nugget tidak mengandung Salmonella karena tidak terdapat koloni yang tidak berwarna/transparan pada media selektif MCA (Mac Conkey Agar).

Persyaratan bakteri Salmonella pada makanan nugget sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009 adalah negatif/25 gram.

Pemeriksaan Salmonella dapat dilakukan dengan mengisolasi dari bahan makanan.Bahan makanan yang umum diisolasi adalah daging dan telur yang tidak diolah dengan baik.


(34)

Media Selenite Cysine Broth merupakan salah satu media yang berdasarkan fungsinya merupakan media enrichment yaitu media yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media biasa karena memerlukan beberapa nutrisi pengkaya yang dapat menyokong pertumbuhannya.Media ini tergolong enrichmenteksklusif media yaitu media pengkaya eksklusif untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella.Media Selenite Cysine Brothtermasuk kedalam media cair hal ini karena tidak terdapat kandungan agar dalam komposisi media.Hasil postifi pada media ini ditandai dengan adanya kekeruhan dan terjadinya gelembung pada permukaan media.

Hasil positif pada media Selenite Cystine Broth yang berupa kekeruhan pada media diinokulasi kembali pada media Mac Conkey Agar(MCA).Mac Conkey Agar(MCA) adalah medium kultur yang dirancang untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal violet.Pertumbuhan koloni bakteri Salmonella pada media Mac Conkey Agar(MCA) adalah tidak berwarna/transparan karena Salmonella tidak dapat memfermentasikan laktosa.

Bakteri salmonella tumbuh optimum pada suhu 37°C. pada suhu kurang dari 67°C dan lebih dari 46,6°C pertumbuhannya terhenti, tetapi hidup pada air

yang membeku. Bakteri ini mati pada pemanasan 60°C selama 30

menit.(Nurwanto dan Djarijah, 1997).

Uji Salmonella mungkin tidak terlalu berbahaya atau sangat berbahaya tergantung dari spesiesnya.Bakteri patogen seharusnya tidak boleh ada didalam makanan (toleransi nol) (Fardiaz, 1993).


(35)

Nugget yang diuji tidak mengandung bakteri Salmonella karena pada proses pembuatan nugget, daging ayam yang akan diolah direbus dulu hingga matang. Proses perebusan tersebut dapat membunuh bakteri Salmonella.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan bakteri Salmonella pada makanan padat (chicken nugget) adalah negatif. Makanan padat (nugget) yang diuji memenuhi persyaratan menurut Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009 yaitu negatif/25 gram.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk makanan beku seperti nugget tidak hanya pemeriksaan bakteri patogen saja, akan tetapi pengujian-pengujian lain untuk memenuhi persyaratan dari sediaan makanan padat didalam kemasan. Misalnya pemeriksaan aktivitas pengawet pada makanan padat didalam kemasan untuk mengetahui aktivitas pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan padat kemasan.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2008). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 74.

Astawan, M. (2008). Sehat Dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 23-25.

Fardiaz, S. 91993). Analis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafik Persada. Halaman 29, 66, 86-87.

Hajoeningtijas, O. D. (2012). Mikrobiologi Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 63.

Haryani, Y., Chainulfiffah dan Rustiana. (2012). Fermentasi Karbohidrat Oleh Isolat Salmonella spp. Dari Jajanan pinggir Jalan. ISSN 2085-0050. Vol 3 (1) November 2012. Riau: Universitas Riau. Halaman 23-24. Diakses Pada Tanggal 2 April 2015.

Irianto, K. (2013). Mikrobiologi Medis. Jakarta: Alfabeta CV. Halaman 519, 522. Jonathan, K., dan Liwijaya, K. (2003). Makanan Sehat. Bandung: Indonesia

Publishing House. Halaman 46.

Lesmana, M. (2006).Enterobacteriaceae: Salmonella dan Shigella. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. Halaman 9-10, 27-28.

Nurwantoro dan Djarijah, A. S. (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 60, 73.

Sanjaya, B. (1992). Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widya Medika Halaman 57, 127, 132.

Stephen, G.,dan Kathleen, B. (2009).At A Glance, Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 52-53.


(37)

Suryanto, D., dan Munir, E. (2006). Mikrobiologi. Medan: Penerbit Departemen Biologi FMIPA USU. Halaman 33-34.

Sutedjo, M. M., Kartasaputrs., dan Sastroamodjo. (1991). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Reika Cipta.

Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press. Halaman 55, 59, 60, 292, 310-311.

Yuliarti, N. (2007). Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Halaman 151.


(38)

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Bagan alir Prosedur Keja

a. Pembuatan mediaSelenite Cystine (SC) Broth

→ Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 200

ml di dalam erlenmeyer sambil diaduk hingga homogen.

→ Media di sterilisasi dengan autoclaf pada suhu

121ºC selama 15 menit

→ Dipipet sebanyak 10 ml dan dituangkan ke

dalam tabung reaksi dan tutup dengan kapas 3,8 gram mediaSelenite Cystine (SC) Broth


(39)

b. Pembuatan mediaMac Conkey Agar(MCA)

→ Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 300

ml di dalam erlenmeyer sambil diaduk hingga homogen.

→ Media di sterilisasi dengan autoclave pada suhu

121ºC selama 15 menit

→ Dinginkan media hingga suhu 40ºC

→ Dituangkan media ke dalam cawan petri

Media siap digunakan


(40)

c. Pengujian Sampel

→ Ditambahkan dengan 90 ml NaCl 0,9%,

→ Dihomogenkan dengan menggunakan

bagmixer

→ Diencerkan suspensi hingga 10-6 pada 10 ml

media SCB (Selenite Cystin Brooth)

→ Diinkubasi pada suhu 37°C selam 24 jam

→ Di ambil 1 ose koloni dari pengenceran 10-6

Setelah 24 jam, dikultur pada media MCA (Mac Conkey Agar) dihomogenkan

→ Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

→ Diamati koloni bakteri yang tumbuh. Pada

media MCA (Mac Conkey Agar) 25 gram sampel nugget

Koloni Salmonellatidak berwarna/transparan.


(41)

Lampiran 2.

Data Sampel Nugget

Bentuk : Padatan

Bau : Bau khas

Warna : Kuning

Rasa : Pedar

Nama Sampel : Nugget Ayam

No.Lab : 0646/L/II/2015

Tanggal Masuk : 13-02-2015

Waktu : 12:00 WIB


(42)

Lampiran 3.

Lampiran Hasil Pengujian Sampel Nugget


(43)

Lampiran 4.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

Nomor Hk.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009


(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Bagan alir Prosedur Keja

a. Pembuatan mediaSelenite Cystine (SC) Broth

→ Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 200 ml di dalam erlenmeyer sambil diaduk hingga homogen.

→ Media di sterilisasi dengan autoclaf pada suhu 121ºC selama 15 menit

→ Dipipet sebanyak 10 ml dan dituangkan ke dalam tabung reaksi dan tutup dengan kapas 3,8 gram mediaSelenite Cystine (SC) Broth


(2)

b. Pembuatan mediaMac Conkey Agar(MCA)

→ Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 300 ml di dalam erlenmeyer sambil diaduk hingga homogen.

→ Media di sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit

→ Dinginkan media hingga suhu 40ºC → Dituangkan media ke dalam cawan petri

Media siap digunakan


(3)

c. Pengujian Sampel

→ Ditambahkan dengan 90 ml NaCl 0,9%,

→ Dihomogenkan dengan menggunakan bagmixer

→ Diencerkan suspensi hingga 10-6 pada 10 ml media SCB (Selenite Cystin Brooth)

→ Diinkubasi pada suhu 37°C selam 24 jam → Di ambil 1 ose koloni dari pengenceran 10-6

Setelah 24 jam, dikultur pada media MCA (Mac Conkey Agar) dihomogenkan

→ Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. → Diamati koloni bakteri yang tumbuh. Pada

media MCA (Mac Conkey Agar) 25 gram sampel nugget

Koloni Salmonellatidak berwarna/transparan.


(4)

Lampiran 2.

Data Sampel Nugget

Bentuk : Padatan

Bau : Bau khas

Warna : Kuning

Rasa : Pedar

Nama Sampel : Nugget Ayam No.Lab : 0646/L/II/2015 Tanggal Masuk : 13-02-2015

Waktu : 12:00 WIB


(5)

Lampiran 3.

Lampiran Hasil Pengujian Sampel Nugget


(6)

Lampiran 4.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

Nomor Hk.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009