Representasi Kearifan Lokal Gotong-Royong dalam Cerita Rakyat Batak Toba

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan
dongeng, cerita rakyat, legenda, babad, mite, adat-istiadat, permainan rakyat,
tarian rakyat, nyanyian rakyat, dan sebagainya.
Suku Batak adalah salah satu dari suku bangsa Indonesia yang tinggal di
Sumatera Utara. Sumatera Utara adalah salah satu pulau terbesar kedua setelah
Kalimantan dan terletak di ujung Barat Indonesia. Suku Batak mendiami dataran
tinggi Bukit Barisan sekitar Danau Toba. Suku Batak terdiri atas enam sub-suku
yaitu Angkola, Mandailing, Toba, Karo, Dairi/Pakpak, dan Simalungun.
Tradisi gotong-royong merupakan kebiasaan berupa tindakan untuk
melakukan sebuah aktivitas atau pekerjaan yang melibatkan orang-orang disekitar
kita atau kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Selain itu, tradisi gotongroyong dapat juga diartikan sebagai salah satu kegiatan tradisional yang perlu
diwariskan dalam menata kehidupan sosial terutama menyelesaikan persoalanpersoalan yang dihadapi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Tradisi gotong-royong telah menjadi bagian dari praktik kehidupan
masyarakat Batak Toba untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi
sejak zaman dahulu. Ada istilah gotong-royong dalam masyarakat Batak Toba
yaitu marsiadapari atau marsialapari yang berarti mengerjakan sawah atau

ladang secara bersama-sama secara bergantian satu sama lainnya. Hampir semua
aspek kehidupan orang Batak Toba pada zaman dahulu diselesaikan dengan

Universitas Sumatera Utara

gotong-royong. Gotong-royong dilakukan karena seorang individu tidak bisa
menyelesaikan pekerjaan di ladangnya dengan cepat, suatu pekerjaan itu dapat
diselesaikan dengan cepat kalau dilakukan secara bersama-sama. Di samping
praktik

dalam

mengerjakan

kegiatan

yang

berhubungan


dengan

mata

pencaharianmulai menanam, mengelola, dan memanen diselesaikan dengan
gotong-royong. Selain itu juga, pelaksanaan upacara adat dalam siklus kehidupan
mulai dari upacara perkawinan sampai upacara kematian, gotong-royong juga
dilakukan. Pekerjaan umum seperti pembukaan kampung, perbaikan jalan,
perbaikan irigasi, pendirian rumah, maupun ritual-ritual religi juga dilakukan
dengan gotong-royong.
Kearifan lokal gotong-royong pada hakikatnya merupakan warisan leluhur
bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah dan etnik di Indonesia dengan
berbagai variasi istilah dan penerapannya. Meskipun istilah dan penerapannya
bervariasi, pada hakikatnya semua yang menyangkut gotong-royong selalu
berkaitan pada usaha memadukan potensi, tenaga, sumber daya, dan sumber dana
secara bersama-sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Saat ini kearifan lokal gotong-royong tersebut semakin memudar karena
kebiasaan perseorangan selesai melakukan pekerjaan ’’meminta upah’’ dan
beranggapan bahwah gotong-royong tersebut tidak lagi perlu dipraktikkan dalam
kehidupan


masyarakat

sekarang

ini.

Hal

ini

dikarenakan

masyarakat

mengedepankan kepentingan pribadi yang mengutamakan uang dari kesadaran
pentingnya tradisi gotong-royong tersebut. Dalam hal ini, bagi orang-orang yang
ekonominya kurang baik, akan susah untuk mencari teman bergotong-royong,
karena yang lainnya sudah memberi upah kepada siapa yang bekerja untuk


Universitas Sumatera Utara

membantunya. Akan tetapi, kita dapat melihat gotong-royong yang dilakukan
nenek moyang kita dahulu dari cerita rakyat.
Penulis akan membahas lebih dalam tentang representasi kearifan lokal
gotong-royong dalam cerita rakyat Batak Toba, serta memberikan gambaran dan
contoh tentang representasi yang beredar sekarang ini pada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan atau pembicaraan yang menyimpang dari
permasalahan, penulis membatasi masalah agar pembahasan terarah dan
terperinci. Perumusan masalah sangat penting bagi pembuatan proposal skripsi
ini, karena dapat mengarahkan sehingga hasilnya dapat dipahami dan dimengerti
oleh pembaca. Masalah merupakan suatu bentuk pertanyaan yang memerlukan
penyelesaian atau pemecahan. Bentuk perumusan adalah biasanya berupa kalimat
pertanyaan yang kian menarik atau mengubah perhatian.
Adapun masalah yang akan dibahas adalah :
1.

Bagaimana kearifan lokal

marsirimpa (gotong-royong) dalam cerita rakyat Batak Toba?

2.

Jenis

kearifan

lokal

gotong-royong apa yang terdapat dalam cerita rakyat Batak Toba?
3.

Bagaimana

fungsi

kearifan lokal gotong-royong dalam cerita rakyat Batak Toba?

Universitas Sumatera Utara


1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan kearifan lokal marsirimpa (gotong-royong) dalam
cerita rakyat Batak Toba.
2. Memaparkan jenis-jenis kearifan lokal gotong-royong dalam cerira
rakyat Batak Toba.
3. Memaparkan fungsi kearifan lokal gotong-royong dalam cerita
rakyat Batak Toba.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.

Menambah pengetahuan pada bidang kearifan lokal yang secara
umum memberi manfaat bagi para pemerhati cerita rakyat.

2.


Menjadi

sumber

masukan

bagi

peneliti

lain

yang ingin

membicarakan kearifan lokal pada jenis cerita rakyat.
3.

Menambah wawasan bagi para pembaca dan penikmat karya satra
tentang kearifan lokal terhadap cerita rakyat dan sebagainya.


Universitas Sumatera Utara