APLIKASI MODEL KONSEP ADAPTASI ROY DALAM

APLIKASI MODEL KONSEP ADAPTASI ROY
DALAM PROSES KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN
PADA JAMAAH HAJI YANG BEROBAT KE KLINIK SEKTOR
S E L A M A B E R A D A D I K O TA M A K K A H , A R A B S A U D I

Oleh :
Kusnadi Jaya, S.Kep., Ns.
NIM. 22020114410044
Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan
Fakultas Kedokteran Undip Semarang
Tahun 2014

SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Studi Magister Keperawatan yang memiliki visi “Menjadi
Program Magister Keperawatan Yang Unggul Dalam Manajerial, Keilmuan Dan
Riset Pada Tahun 2020” menggugah Penulis untuk mendesain sebuah karya

inovasi yang Penulis harapkan dapat memberikan kontribusi terhadap masalahmasalah kesehatan bangsa Indonesia, salah satunya dalam situasi perhajian yang
(menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Departemen Kesehatan RI) penuh dengan
ketidakpastian dan dinamika yang tinggi. Karya inovasi ini merupakan aplikasi
dari model konsep keperawatan yang Penulis anggap sangat sesuai dengan
dinamika situasi perhajian yang terus-menerus berubah seiring dengan rangkaian
ibadah haji itu sendiri.
Dalam
Penyelenggaraan

Undang-Undang
Ibadah

Haji,

RI

Nomor

pasal


6

13

Tahun

dinyatakan

2008

bahwa

Tentang

pemerintah

berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan
menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi,
transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan
oleh jemaah haji. Adapun pelayanan kesehatan meliputi pemeriksaan, perawatan

dan pemeliharaan kesehatan jemaah haji.
Tantangan pelayanan kesehatan haji setiap tahun terus berubah dan
bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah jemaah calon haji risiko tinggi
tanpa disertai dengan penambahan kuota bagi tenaga kesehatan haji Indonesia,
beragamnya latar belakang pendidikan, etnis dan sosial budaya serta kondisi fisik
yang kurang baik. Kondisi lingkungan Arab Saudi yang berbeda secara bermakna
dengan kondisi ditanah air, misalnya perbedaan musim (panas, dingin),
kelembaban udara yang rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya,
keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji dan kepadatan populasi jemaah haji
pada saat wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di Mina. Kesemua ini dapat
berdampak kurang baik terhadap kesehatan jemaah haji Indonesia.

1

Perubahan-perubahan yang dialami jamaah haji tersebut merupakan
stressor tersendiri yang berdampak pada kejadian sakit bagi jamaah haji. Karena
itulah dibutuhkan kemampuan adaptasi yang baik bagi jamaah haji agar segala
pengorbanan yang mereka siapkan demi bisa berangkat haji dapat terbayar
dengan pelaksanaan ibadah yang khusus dan nyaman. Keperawatan sebagai salah
satu bagian integral dalam pelayanan kesehatan haji memegang peranan penting

demi membantu meningkatkan kemampuan adaptasi jamaah haji tersebut. Untuk
itulah Penulis membuat rancangan aplikasi teori Roy dalam situasi perhajian
untuk meningkatkan kemampuan adaptasi jamaah haji terhadap kondisi perhajian
yang terus berubah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah : Bagaimana pendekatan
seorang perawat untuk melakukan pelayanan keperawatan dalam konteks
pelayanan kesehatan bagi jamaah haji di Arab Saudi yang berkunjung ke klinik
sektor agar mampu meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap kondisi dan
situasi perhajian selama di Kota Makkah yang dinamis menggunakan perspektif
Konsep Model Adaptasi Roy dengan pendekatan proses keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Membuat rancangan pendekatan pelayanan keperawatan bagi jamaah haji
yang berkunjung ke klinik sektor berbasis Model Konsep Adaptasi Roy
menggunakan pendekatan proses keperawatan
2. Tujuan khusus
a. Membuat rancangan pengkajian dan diagnosis keperawatan terhadap
jamaah haji yang berkunjung ke klinik sektor berbasis Model Konsep
Adaptasi Roy

b. Membuat rancangan intervensi dan implementasi keperawatan terhadap
jamaah haji yang berkunjung ke klinik sektor berbasis Model Konsep
Adaptasi Roy
c. Membuat rancangan evaluasi keperawatan terhadap jamaah haji yang
berkunjung ke klinik sektor berbasis Model Konsep Adaptasi Roy

2

D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan kontribusi nyata untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan haji pada musim haji selanjutnya
2. Menunjukkan eksistensi keperawatan sebagai bagian integral dalam
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan jamaah haji sehingga
dikenal sebagai profesi yang otonom dan mampu menjalankan perannya
secara mandiri dalam seluruh tatanan pelayanan kesehatan
3. Menunjukkan eksistensi Program Studi Magister Keperawatan Universitas
Diponegoro Semarang untuk turut berkontribusi secara nyata mengatasi
permasalahan bangsa Indonesia, khususnya situasi perhajian yang dinamis
dan selalu menjadi sorotan publik sebagai salah satu misi kesehatan berskala
Internasional.

4. Sebagai salah satu literatur dan evidens bagi para peneliti yang ingin
melakukan kajian-kajian dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan haji.

3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Model Konsep Adaptasi Roy
Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah
pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi
hidupnya. Roy mengidentifikasikan 3 aspek dalam model keperawatannya yaitu:
pasien sebagai penerima layanan keperawatan, tujuan keperawatan dan intervensi
keperawatan. Masing-masing aspek utama tersebut termasuk didalamnya konsep
keperawatan, manusia, sehat-sakit, lingkungan dan adaptasi. Konsep adaptasi
diasumsikan bahwa individu merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat
merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar individu.
Ilustrasi tentang manusia dan responnya terhadap stimulus menurut Roy
dapat dilihat dari gambar 1 sebagai berikut :
Gambar 1.
Ilustrasi Roy tentang manusia sebagai sistem terbuka dan

interaksinya dengan stimulus

Stimulus yang datang dari lingkungan baik internal maupun eksternal
dikategorikan tiga yaitu: 1) stimulus fokal, 2) kontekstual dan 3) residul.
Stimulus fokal adalah perubahan atau situasi yang segera berakibat terhadap
individu seperti stress, trauma atau sakit. Stimulus kontekstual adalah stimulus

4

lain yang berpengaruh terhadap stimulus fokal contoh lingkungan. sedangkan
stimulus residual adalah karakteristik, nilai, sikap individu yang berkembang
dari pengalaman masa lalu seperti nilai, pengalaman dan sifat-sifatnya.
Dalam proses adaptasi, kesehatan adalah hasil dari adaptasi manusia
terhadap stimulus yang dihadapinya, dan merupakan proses yang terjadi dan
terintegrasi serta menggambarkan hubungan antara individu dengan lingkungan.
Sedangkan adaptasi itu sendiri merupakan proses dan hasil dari apa yang
dipikirkan dan dirasakan individu sebagai individu dan kelompok, dengan
menggunakan kesadaran dan pilihan untuk dapat berintegrasinya individu dengan
lingkungannya. Respon yang timbul dalam proses adapatasi dapat berupa respon
adaptif dan respon inefektif. Respon adaptif merupakan peningkatan integritas

tujuan dari individu dalam hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan dan
transformasi individu dan lingkungan. Sedangkan respon yang tidak efektif
merupakan respon yang tidak berkontribusi dalam pencapaian integritas individu.
Dalam proses adaptasi juga terdapat mekanisme koping dan juga sub
sistem regulator dan cognator. Regulator merupakan respon yang timbul secara
otomatis terhadap stimulus berupa proses syaraf, kimia dan sistem endokrin.
Cognator merespon melalui respon cognitif dan melalui saluran emosi dan
kognitif yaitu persepsi dan proses informasi, belajar, keputusan dan emosi. Selain
itu prilaku dikatakan sebagai aksi dan reaksi yang timbul baik internal dan
eksternal dalam keadaan yang spesifik.
Gambar 2 berikut ini akan mengilustrasikan bagaimana stimulus internal
maupun eksternal menimbulkan berbagai reaksi tubuh, baik reaksi secara
neurologis maupun reaksi secara kimiawi yang melibatkan sistem syaraf pusat.
Situasi ini melalui serangkaian pathway kemudian menimbulkan respon tubuh
yang bermacam-macam dan oleh individu pengalaman ini akan disimpan dalam
memori jangka panjang serta suatu saat akan pengalaman ini akan mempengaruhi
individu untuk memilih reaksi/respon seperti apa yang harus terjadi jika
berhadapan dengan stimulus yang identik.

5


Gambar 2
Mekanisme koping regulator menurut Roy

Gambar 3
Mekanisme koping kognator menurut Roy

6

Gambar 3 mengilustrasikan bahwa stimulus internal dan eksternal akan
diproses oleh tubuh dengan dipengaruhi juga oleh persepsi individu terhadap
stimulus, kemampuan individu untuk belajar, penilaian dan kemampuan
penyelesaian masalah serta emosi individu saat stimulus itu datang. Kesemuanya
akan diolah secara seksama sehingga menghasilkan respon psikomotor.
Manajemen keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien
termasuk: meningkatkan, mengurangi, mempertahankan, mengubah yang
berhubungan dengan stimulus fokal dan kontekstual yang relevan. Tujuan
tindakan keperawatan adalah meningkatkan adaptasi, yang berkontribusi
terhadap kesehatan, kualitas kehidupan dan kematian yang bermartabat.
Proses keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy adalah metode

pemecahan masalah pasien dengan mengidentifikasi stimulus dan mengkaji
fungsi dari model adaptasi. Dalam proses keperawatan ada dua level pengkajian
yaitu pengkajian prilaku pasien dan pengkajian stimulus yang mengakibatkan
prilaku pasien. Langkah pertama proses keperawatan adalah pengkajian
prilaku. Prilaku yang dikaji adalah 4 mode adaptasi yaitu fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependen.
1. Mode Adaptasi Fisiologis (physiological-physical mode) adalah proses fisik
dan kimiawi dan prilaku yang menyinggung aspek fisik individu. Terdapat 5
kebutuhan yaitu oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat dan
proteksi. Perawat harus mempelajari proses yang normal. Perilaku dalam
mode fisiologi-fisik adalah manifestasi dari aktifitas semua sel, jaringan,
organ dan sistem yang membangun tubuh. Tubuh akan bereaksi secara
fisiologis sesuai dengan stimulus yang dihadapinya, dan hal ini dapat dilihat
dari perubahan fisiologis pada fisik yang bersangkutan.
2. Mode Adaptasi Konsep Diri-Identitas Kelompok (self consept-group identity
mode) merupakan gabungan dari keyakinan dan perasaan tentang dirinya
pada suatu waktu. Fokusnya adalah aspek psikologis dan spiritual individu.
Model konsep diri-identitas grup mencakup komponen-komponen fisik,
sensasi dan body image, perasaan personal, konsistensi, ideal diri, moral,etik
dan spiritual diri sendiri yang akan berinteraksi dengan nilai-nilai, hubungan

interpersonal, konsep diri kelompok, sosial budaya serta bagaimana berbagi

7

tanggung jawab dalam grup. Dengan kata lain setiap stimulus yang diterima
individu akan mempengaruhi bagaimana pola interaksinya dalam kelompok
3. Mode Adaptasi Fungsi Peran (role function mode) adalah harapan tentang
pekerjaan yang dilakukan dan posisi individu terhadap posisi pekerjaan
lainnya. Dasar kebutuhan adalah integritas sosial, untuk mengetahui
hubungan satu dengan lainnya. Model fungsi peran juga memfokuskan pada
peran individu dalam kelompok serta dalam komunitas sosial. Setiap
stimulasi yang datang tentu akan menimbulkan perubahan dalam pelaksanaan
peran dalam interaksinya dengan lingkungan sosial/kelompoknya.
4. Mode Adapatasi Interdependen (interdependence mode) adalah prilaku yang
berkaitan dengan hubungan interpenden antara individu dan kelompok. Dasar
kebutuhannya adalah perasaan aman dalam suatu hubungan. Model
interdependen merupakan kategori perilaku yang berhubungan dengan
hubungan interdependent, terkait dengan perilaku memberi-menerima atas
cinta, respek dan nilai-nilai. Perilaku adaptif disini adalah dinamisnya
interaksi individu dalam hubungan interdependen dengan lingkungannya.
Langkah kedua pengkajian adalah menganalisis 3 tipe stimulus yang
mempengaruhi prilaku yang inefektif, terdiri dari stimulus fokal, konntekstual
dan residual. Langkah perawat selanjutnya adalah menetapkan dianosa
keperawatan yang berupa pernyataan yang menginterpretasikan data tentang
status adaptasi individu, termasuk prilaku dan stimulus yang relevan. Setelah itu
perawat menentukan tujuan keperawatan yang meliputi pernyataan yang jelas
tentang kriteria hasil dari pemberian perawatan. Selanjutnya perawat melakukan
intervensi keperawatan yang menentukan bantuan yang diberikan pada individu
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah terakhir adalah evaluasi
keperawatan yang merupakan penilaian terhadap efektifitas dari intervensi
keperawatan.
B. Gambaran Pelayanan Kesehatan Haji di Sektor F Tahun 2014 M/1435 H
Lingkungan perhajian bagi jamaah haji Indonesia secara teritorial adalah
Kota Makkah dan Kota Madinah. Tetapi puncak pelaksanaan ibadah haji sendiri
berada di Kota Makkah, Arab Saudi. Pelayanan kesehatan haji utamanya
diberikan oleh Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) yang mempunyai

8

fasilitas perawatan bagi para jamaah haji. Di Arab Saudi terdapat 3 BPHI yaitu
Jeddah, Makkah, dan di Medinah. Selanjutnya dibawah BPHI terdapat Klinik
Sektor/ Sub BPHI yang merupakan pusat kesehatan haji yang lebih kecil, dalam
bentuk klinik yang mempunyai fasilitas perawatan sementara (maksimum 3 hari)
sebanyak 8-15 tempat tidur. Klinik sektor merupakan klinik perawatan yang
melayani konsultasi dan pengobatan selama 24 jam serta menerima rujukan dari
Kloter. Pada musim haji tahun 2014 M/1435 H di Daerah Kerja (Daker) Makkah
dibagi atas 10 sektor yang dimulai dari A sampai dengan J. Sektor merupakan sub
klinik BPHI.
Masing-masing sektor membawahi sekitar 23-35 Kelompok Terbang
(Kloter), dan masing-masing Kloter terdiri dari 350-450 orang jamaah haji.
Petugas Kesehatan yang berada dalam satu sektor terdiri dari 1 orang Dokter
Umum, 1 orang Dokter Spesialis Penyakit Dalam, 1 orang Dokter Spesialis Paru,
3 orang perawat dengan kualifikasi Ners, 1 orang Apoteker, 1 orang tenaga
Sanitasi dan Surveilens, 2 orang Supir Ambulan dan 1 orang Tenaga Pengantar
Obat.
Pelayanan kesehatan di Sektor dibagi menjadi pelayanan rawat inap,
pelayanan rawat jalan, pelayanan ambulans/mobile service dan pelayanan darurat
di Muzdalifah serta pelayanan rujukan (baik ke BPHI Makkah maupun ke Rumah
Sakit Arab Saudi (RSAS).
Operasional pelayanan ibadah haji di daerah kerja Makkah dibagi atas
beberapa periode pelayanan diantaranya :
1. Pra kedatangan yang berlangsung antara tanggal 1 sampai dengan 9
September 2014.
2. Pra Arafah, Muzdalifah, Mina (Armina) yang berlangsung sejak 9 September
sampai dengan 1 Oktober 2014.
3. Armina yang berlangsung sejak tanggal 1 Oktober sampai dengan 7 Oktober
2014.
4. Pasca Armina yang berlangsung sejak 7 Oktober 2014 sampai dengan 27
Oktober 2014.

9

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penyambutan jamaah
dan pelayanan jamaah yang berhubungan dengan kesehatan dilakukan kegiatan
koordinasi diantaranya :
1. Rapat persiapan dengan tim Kementerian Agama
2. Persiapan ruangan pelayanan dengan Tim Kesehatan Sektor
3. Rapat koordinasi dengan BPHI
4. Koordinasi pelaporan dan penatalaksanaan jamaah meninggal dengan BPHI
serta koordinasi tim penghubung kesehatan untuk RSAS
5. Koordinasi Persiapan formulir pelaksanaan kegiatan dan pencatatan
Tugas-tugas pelayanan kesehatan yang ada disektor adalah bertujuan
untuk membantu petugas kesehatan kloter dengan cara mendekatkan pelayanan
kesehatan kedalam kelompok atau sektor-sektor tertentu sehingga memudahkan
proses pengawasan, pembinaan, rujukan dll.
Total rawat jalan di sektor sampai akhir pelaksanaan kegiatan sektor
sebanyak 136 jamaah yang berobat ke sektor. Adapun 10 Besar Penyakit yang
dirawat di klinik rawat jalan sebagaimana diagram 1 berikut
Diagram 1
10 besar Penyakit di Klinik Rawat Jalan Sektor F Distrik Jumaizah makkah
Berdasarkan Kode ICD-X 2014 M/1435 H.

Sumber : Laporan Sektor F
Jumlah jamaah yang paling banyak mengunjungi klinik rawat jalan di
Sektor F sebanyak 36 jamaah adalah J00 atau Influensa yang disusul I10 yaitu
Hipertensi. Rawat jalan di Sektor F jumlah wanita lebih banyak yaitu 75 jamaah
dan laki-laki 61 jamaah dari total 136 jamaah. Usia jamaah yang melakukan
kunjungan ke Sektor F tertinggi adalah usia diatas 60 tahun dengan jumlah 42
jamaah yang disusul usia 41-50 tahun dengan jumlah 40 jamaah.

10

Data jamaah meninggal pada sektor F pelayanan haji tahun 2014 adalah
sebagai berikut :
Tabel 1
Rekapitulasi Jamaah Meninggal Dunia di Sektor F Makkah 2014 M/1435 H
EMB /

N
O

KLOTER

1

INISIAL

PASPOR

JKS 21

Tn.. S

2

JKG 06

3

KETERANGAN MENINGGAL
TGL

PKL

USIA

A83508xx

19-Sep

14.10

60

Tn. M

V1430xx

29-Sep

09.30

49

JKS 78

Ny. S

A82885xx

29-Sep

05.30

71

4

JKS 34

Ny. SS

A82829xx

4 Okt

11.00

82

5

JKS 32

Ny. O

A82876xx

3 Okt

16.00

62

6

JKS 02

Ny. I

A86117xx

5 Okt

20.00

59

7

JKS 78

Tn. H

A82886xx

6 Okt

16.00

68

8

JKG 06

Ny. S

A88442xx

8 Okt

15.00

72

9

SUB 49

Tn. S

A55188xx

9 Okt

14.12

64

10

JKS 32

Tn. K

A82885xx

20 Okt

10.30

69

11

JKS 32

Tn. Kh

A82876xx

20 Okt

21.22

74

COD

Respiratory
Diseases
Cardiovascula
r Diseases
Respiratory
Diseases
Respiratory
Diseases
Respiratory
Diseases
Respiratory
Diseases
Cardiovascula
r Diseases
Cardiovascula
r Diseases
Circulatory
Diseases
Cardiovascula
r Diseases
Respiratory
Diseases

TMPT

Pondokan
BPHI
RSAS
RSAS
Arafah
Mina
Pondokan
Pondokan
BPHI
Masjid
RSAS

C. Lingkungan Perhajian Tahun 2014 M / 1435 H
1. Suhu dan Kelembaban
Kegiatan pemantauan suhu, kelembaban dan kecepatan angin di Arab Saudi
dilakukan karena adanya perbedaan yang signifakan antara daerah asal
jamaah haji indonesia dengan suhu dan komponen lingkungan diarab saudi.
Hal ini yang mendasari dilakukannya pengukuran komponen lingkungan
tersebut yang selanjutnya disampaikan kepada jamaah haji asal indonesia
yang berasal dari daerah tropis dengan tujuan jamaah mampu mengatur
waktu keluar untuk tidak pada kondisi suhu puncak untuk menghindari
terjadinya dehidrasi pada jamaah. Pengukuran suhu, kelembaban dan
kecepatan

angin

dilakukan

setiap

hari

melalui

situs

http://www.accuweather.com yang di pantau secara berkala sehari 3 kali pada
jam 06.00 WAS, jam 13.00 WAS, jam 20.00 WAS. Selanjutnya petugas

11

KET

PRA
PRA
PRA
ARMINA
ARMINA
ARMINA
ARMINA
PASCA
PASCA
PASCA
PASCA

mencatat dan mensosialisasikan pada jamaah untuk mengantisipasi kegiatan
sehubungan dengan perubahan suhu ektrim
Grafik 1
Hasil Pengamatan Suhu Lingkungan Pra ARMINA di Makkah
Pada Musim Haji Tahun 2014M/1435H

Grafik 2
Hasil Pengamatan Suhu Lingkungan Fase ARMINA di Makkah
Pada Musim Haji Tahun 2014M/1435H

Grafik 3
Hasil Pengamatan Suhu Lingkungan Pasca ARMINA di Makkah
Pada Musim Haji Tahun 2014M/1435H

Grafik 4

12

Hasil Pengamatan Kelembaban Pra ARMINA di Makkah
Pada Musim Haji 2014M/1435H

Grafik 5
Hasil Pengamatan Kelembaban Fase ARMINA di Makkah
Pada Musim Haji 2014M/1435H

Grafik 6
Hasil Pengamatan Kelembaban Pasca ARMINA di Makkah
Pada Musim Haji 2014M/1435H

2. Variabel Kesehatan Lingkungan

13

Hasil inspeksi dan pengawasan pada varibel ini kebanyakan pondokan tidak
terlalu banyak berubah ada peningkatan yang tidak terlalu signifikan
khususnya pada varibel pengaturan suhu di ruangan atau ac, varibel ini ada
sedikit peningkatan yang pada pemeriksaan perytama masih ada yang kurang
atau belum bagus nac nya pada pemeriksaan pasca armina rata-rata sudah
pada berfungsi dengan baik. Dan juga terjadi peningkatan variabel kondisi
kebersihan ruangan/ kamar tidur, mengingat variabel ini ditingkatkan
sehubungan dengan ditempatinya pondokan aleh jamaah, yang sebelumnya
11 bulan tidak ditempati.
a. Variabel sanitasi air
Variabel ini yang terjadi peningkatan sangat signifikan dimana sebelum
armina atau pemeriksaan awal pada saat belum ditempati jamaah masih
terabaikan atau belum ada vasilitas air minum di masing-masing ruangan.
Dengan datangnya jamaah masing-masing hotel telah menyediakan air
minum di masing-masing ruangan dengan jumlah yang cukup. Kondisi air
bersih berdasarkan pantauan juga cukup dengan adanya penampungtan
yang setiap hari diisi dan mengandalkan suply air dari PDAM arab saudi.
Hampir tidak ada permasalahan persediaan air baik air minum maupun air
bersih.
b. Variabel sampah
Variabel ini terjadi peningkatan khususnya pada jumlah tempat sampah
sementara yang disediakan , akan tetapi untuk kualitas masih sebagian
banyak yang belum sesuai seperti belum terpisah tempat sampah basah
dan kering dan belum kedap air untuk sampah yang di kamar.
c. Variabel pengawasan vektor
Variabel ini cukup baik dengan kondisi bangunan pondokan yang cukup
baik dan tidak adanya vektor yang beragam didaerah ini, hanya lalat yang
memungkinkan vektor.
3. Tempat Jajanan Makanan
Tempat pedagang jajanan di sektor F ini tidak begitu menjamur karena
letaknya yang dekat dengan pasar jakfaria dan konsentrasi jamaah tidak
terlalu banyak, dimana rata – rata 1 pondokan dengan kapasitas 600 jamaah

14

dengan kedatangan yang tidak barengan sehingga kurang kelihatan banyak
jamaah sehingga kurang menarik pedagang untuk berdagang di pondokan ini.
4. Pelayanan Pos Mabit 6
Jamaah

di pos mabit 6 terdiri dari jamaah Maktab 36, 37, 38 dan 40.

Keempat maktab inilah yang mengisi Pos Mabit 6 di Musdalifah. Dengan
jumlah jamaah 23 kloter sekitar 9.000 jamaah haji dari sektor F.
Kondisi kedatangan di mulai dari sesudah shalat magrib, awalnya kondisi
terkendali dengan proses penurunan cukup punya waktu panjang dan jamaah
bisa diarahin dan dikelompokkan sesuai kloternya agar memudahkan untuk
pendorongan kembali ke Mina. Setelah jamaah datang separo lebih, kondisi
mulai krodit karena lokasi area pos mabit mulai tersisa sedikit / sempit dan
tidak dapat menampung jamaah. Sehingga proses penurunan semakin agak
beresiko dan kurang terkontrol apalagi kondisi hampir menjelang tengah
malam jamaah harus sudah berada di Mina semua.
Jamaah yang datang pertama berada di Mina mulai magrib sampai tengah
malam, jam 01.30 dini hari mulai keberangkatan pertama. Selama mabit di
Mina kondisi jamaah di alam terbuka dengan menghabiskan waktu separo
malam untuk istirahat dan mencari batu untuk lontar jamarat.
Kondisi kesehatan selama di mina adalah sebagai berikut :
a. Saat kedatangan atau turun dari bus kondisi aman tidak ada kecelakaan,
walau ada resiko di saat saat terakhir kedatangan.
b. Selama di Musdalifah jamaah cenderung bisa recovery kondisi badan
karena posisi malam kebanyakan jamaah memanfaatkan untuk tidur /
istirahat.
c. Pemakaian toilet pada saat puncak kedatangan cukup memfasilitasi dan
tidak ada antrian di toilet. Kapasitas cukup untuk kondisi jamaah di
Musdalifah.
Evakuasi atau rujukan ke RSAS sampai jamaah terakhir diberangkatkan dan
petugas ikut dalam bis terakhir menuju ke mina tidak ada jamaah yang
dirujuk atau dievakuasi. Semua kedatangan ke musdalifah untuk pos mabit 6
dapat diberangkatkan dengan selamat ke mina dengan bis terakhir sekitar
pukul 07.30 WAS.

15

5. Selama di Pemondokan banyak jamaah haji yang merokok
D. Analisis Situasi Perhajian Menurut Model Adaptasi Roy
Setiap individu jemaah haji memiliki tujuan utama yaitu dapat
melaksanakan ibadah dengan baik dan sesuai dengan syariat agama tanpa ada
masalah, termasuk masalah kesehatan yang dapat mengganggu peribadahan
tersebut. Ini merupakan goal utama yang ingin dicapai oleh seluruh jemaah haji
Indonesia, dan ini juga yang akan menjadi tujuan akhir dari layanan keperawatan
terutama dalam melaksanakan upaya promotif dan preventif terhadap jamaah
haji yang berada dalam naungan sektor.
Adapun stimulus yang terpapar pada jemaah haji saat berada di Makkah
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Stimulus fokal, meliputi perubahan kondisi kesehatan selama berada di
Makkah (sakit, kelelahan, jet-lag serta stress fisik dan psikologis yang
dialami oleh jemaah)
2. Stimulus kontekstual, meliputi kondisi lingkungan yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Suhu lingkungan yang berkisar antara 25 – 430C sepanjang hari
b. Kelembaban udara yang berkisar antara 17 – 76 % sepanjang hari
c. Suhu kamar dengan alat pendingin yang berkisar antara 21 – 280C
d. Kondisi Arafah yang panas dengan fasilitas terbatas
e. Kondisi Muzdalifah dimana jamaah tidur di alam terbuka di antara
banyaknya manusia dan berebut naik bis untuk diangkut ke Mina.
f. Kondisi Mina dengan jadwal melontar jamarat untuk jamaah haji
Indonesia pada malam hari antara pukul 00.00 – 03.00 WAS di antara
banyaknya manusia.
g. Tempat pemondokan dalam radius antara 1 km – 3 km dari Masjid Al
Haram
h. Tempat Tawaf yang sempit akibat proyek pembangunan Masjid Al haram
dengan jumlah manusia yang sangat banyak.
i. Lintasan Sa’i yang cukup panjang
j. Rekan sekamar yang tidak cocok, sering mendengkur sehingga
menyebabkan susah tidur

16

k. Jadwal ziarah yang padat
l. Terpisah dari rombongan
m. Karakter jamaah haji negara lain yang multi etnis dan multi budaya
3. Stimulus residual, meliputi nilai-nilai yang dianut jamaah, pengalaman
berhaji dari orang lain atau pengalaman berhaji sebelumnya, keyakinan
jamaah untuk tidak boleh memakai masker saat tawaf, karakter individual
jamaah, motivasi dan semangat beribadah yang sangat tinggi.
Seluruh stimulus yang teridentifikasi tersebut di atas akan direspon oleh
jamaah dan diadaptasi dengan baik supaya tujuan ibadah haji dengan lancar
dapat tercapai. Respon individu terhadap stimulus tadi ada yang adaptif, yaitu
menjalani semuanya dengan gembira, bahagia, enjoy sehingga mereka bisa
beribadah dengan tenang, namun ada juga yang tidak efektif, misalnya
menimbulkan konflik, menyebabkan sakit dan dirawat, serta terhalangnya
beribadah. Hal ini tidak lepas dari mekanisme koping yang digunakan oleh
jamaah tersebut.
Jamaah yang sejak awal meniatkan perjalanannya sebagai ibadah yang
bermutu, serta mau mengikuti anjuran petugas kesehatan, minum banyak,
memakan kurma, mengatur jadwal istirahat-tidur dengan baik, serta memakai
masker yang dibasahi (masker lembab) maka mereka cenderung tidak
mengalami sakit dan kelelahan. Mereka yang menerima segala dinamika yang
terjadi selama berhaji sebagai sebuah bentuk ujian dan ikhlas menjalaninya akan
menimbulkan respon fisiologis yang cenderung meningkatkan immunitas
mereka sebagaimana dijabarkan dalam teori psikoneuroimmunologi bahwa
pikiran positif akan menurunkan hormon kortisol (hormon stress) serta
meningkatkan hormon endhorpin (hormon bahagia) sehingga produksi
immunoglobulin dan fungsi pertahanan diri sel-sel tubuh meningkat.
Sebaliknya jamaah haji yang mengeluhkan keadaan, tidak mengikuti
anjuran petugas untuk minum banyak dan makan kurma serta memakai masker
lembab, dan sering terlibat konflik baik dengan rekan sekamar, ketua rombongan
ataupun ketua regu cenderung penuh dengan stress sehingga produksi hormon
stress meningkat dan hormon bahagia menurun. Akibatnya imunitas mereka
rendah dan mudah mengalami sakit.

17

Proses keperawatan yang digunakan berorientasi pada pemecahan
masalah pasien dengan mengkaji stimulus yang dialami oleh jamaah dan fungsi
adaptasi yang dipilih, dalam konteks upaya kesehatan promotif dan prreventif
yang akan di bahas pada Bab III.

BAB III
RANCANGAN APLIKASI DAN AGREGAT

18

A. Pengkajian
1. Pengkajian Tahap I
a. Pemeriksaan Fisik-Fisiologis :
-

Apa yang dirasakan saat ini (batuk, susah tidur, pusing, pandangan
berkunang-kunang, lupa/pikun, sesak nafas, demam, tidak bisa BAB,
perih saat BAK, tidak ada selera makan, jantung berdebar-debar)

-

Apa yang pernah dialami (jatuh dan terluka, pingsan, kejang, muntah,
diare, oedema)

b. Konsep Diri
-

Persepsi tentang keadaan diri (sehat/sakit)

-

Persepsi tentang bagaimana seharusnya jamaah haji bersikap dan
berperilaku

-

Persepsi tentang keabsahan ibadah yang dilakukan dengan keadaan
sekarang

-

Rekan sekamar yang dirasakan mengganggu dan rekan sekamar yang
dirasakan mendukung bagi jamaah

-

Persepsi tentang rekan-rekan sesama rombongan dan sesama kloter

-

Perasaan saat berada dalam rombongan dan kloter

-

Persepsi terhadap petugas

-

Persepsi mengenai pemondokan

-

Persepsi mengenai hakikat ibadan haji yang dijalani

c. Fungsi Peran
-

Persepsi tentang bagaimana semestinya dirinya beribadah

-

Persepsi tentang apa yang dirasakan mengganggu ibadahnya

d. Interdependen
-

Persepsi tentang apa yang dirasakan saat berada di antara sekian
banyak manusia (bahagia, sedih, tekjub, luar biasa)

-

Persepsi tentang rasa aman saat beribadah (takut terpisah dari
rombongan, takut dibawa kabur sopir taxi, takut dicopet saat tawaf
dan mencium hajar aswad.

2. Pengkajian Tahap II

19

a. Pemeriksaan Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH), faktor resiko dan
riwayat kesehatan sebelumnya
b. Pemeriksaan tanda-Tanda Vital (wajib dilakukan)
c. Pemeriksaan EKG (sesuai indikasi)
d. Pemeriksaan Pulse Oxymetri (sesuai indikasi)
e. Pengkajian luka (sesuai indikasi)
f. Pengkajian oedema (sesuai indikasi)
g. Penilaian hasil pengukuran suhu, kelembaban dan angin oleh petugas
San-Sur
B. Diagnosis
Diutamakan penegakan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah
dalam pemenuhan kebutuhan : 1) Oksigenasi, 2) Nutrisi, 3) Eliminasi, 4) Istirahat
dan Aktivitas, 5) Proteksi, 6) Perasaan, 7) Cairan dan Elektrolit, 8) Fungsi
Neurologis dan 9) Fungsi Endokrin.
C. Intervensi
Bentuk-bentuk intervensi keperawatan yang dapat diaplikasikan meliputi :
1. Terapi spiritual : Mendengarkan bacaan Al Quran/memberikan Al Quran
untuk dibaca, diskusi tentanng refleksi makna ibadah haji, bantuan langsung
untuk berwudhu dan shalat, mendiskusikan hikmah sakit dan sehat,
mendiskusikan makna takwa, mendiskusikan makna kesabaran dan
pengorbanan.
2. Terapi relaksasi : Progressive Muscle Relaxation, Calming Tecnique.
3. Terapi tawa (hasil penelitian Kazuo (2003) tertawa sebagai penanda
kebahagiaan dapat meningkatkan ekspresi sel-sel tubuh yang menyandi
aktivasi D4DR sebagai salah satu sistem immun.
4. Pemenuhan kebutuhan dasar :
a. Oksigenasi : terapi oksigen, latihan batuk efektif, nebulasi
b. Nutrisi : air zam-zam, kurma, diet dari ahli gizi, terapi cairan/nutrisi
parenteral
c. Eliminasi : kateterisasi, penggunaan pispot/urinal
d. Aktivitas/istirahat : latihan fisik ROM, pengaturan jadwal suntikan yang
tidak mengganggu jam tidur, konseling pengaturan jadwal ibadah di

20

Masjid Al Haram, serta anjuran mengurangi kegiatan di luar pemondokan
saat 3 hari sebelum tahap ARMINA.
e. Proteksi : penggunaan masker lembab, payung saat keluar pemondokan,
kaca mata hitam saat siang hari, krim anti UV, krim pelembab kaki,
anjuran tidak ikut antri mencium Hajar Aswad saat kondisi penuh jamaah.
5. Terapi lingkungan : memisahkan ruang rawat laki-laki dan perempuan,
memilih ruangan yang akan digunakan untuk klinik sekiranya agak jauh dari
pusat kegiatan jamaah misalnya tidak dekat lift dan tidak berada di loby
pemondokan/hotel, penerangan kamar mandi/toilet harus baik.
D. Implementasi
1. Tindakan perorangan (konseling, pendidikan kesehatan, nasihat, bantuan)
2. Pemberdayaan support system (keluarga, ketua rombongan, ketua kloter,
tenaga kesehatan kloter, rekan sekamar)
3. Tindakan kolektif (pengajian, penyuluhan)
E. Evaluasi
1. Angka kesakitan (dilihat dari kunjungan ke klinik)
2. Angka kematian baik Pra Armina, Armina maupun Pasca Armina.
3. Jumlah jamaah yang dirujuk ke BPHI
4. Jumlah jamaah yang dirujuk ke RSAS
5. Jumlah jamaah yang tanazul
6. Jumlah jamaah yang safari wukuf

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

21

1. Konsep Model Adaptasi Roy dapat diimplementasikan pada tatanan
pelayanan keperawatan dalam konteks pelayanan kesehatan pada situasi
tertentu, dalam hal ini situasi perhajian di Arab Saudi yang terus berubah
terutama kondisi lingkungan dan rangkaian kegiatan perhajian itu sendiri.
2. Aplikasi Model Adaptasi Roy dalam melakukan pengkajian keperawatan
berfokus pada perilaku adaptasi yang terjadi dan stimulus apa yang
menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Adapun diagnosa keperawatan
yang diangkat tetap berorientasi pada rumusan diagnosa NANDA.
3. Aplikasi Model Adaptasi Roy dalam menyusun intervensi adalah dengan
mengutamakan intervensi yang dapat meningkatkan kemampuan koping yang
adaptif sehingga pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan perhajian,
misalnya : Terapi spiritual, Terapi Relaksasi, Terapi Tawa, bantuan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar, serta Terapi Lingkungan dengan meningkatkan
support system. Metode implementasinya dapat dilakukan secara perorangan,
pemberdayaan, maupun tindakan kolektif.
4. Aplikasi Model Adaptasi Roy dalam mengevaluasi asuhan keperawatan
diarahka pada indikator-indikator keberhasilan pelayanan kesehatan haji itu
sendiri, yaitu Angka Kesakitan dan Kematian, Jumlah jamaah dirujuk, Jumlah
jamaah Tanazul, dan Jumlah jamaah Safari Wukuf.
B. Saran
1. Meskipun situasi perhajian terus berubah secara dinamis, tetapi pola
pendekatan keperawatan sebenarnya dapat diprediksi menggunakan teori
keperawatan berbasis kemampuan Stress-Adaptasi seperti contoh yang
Penulis kembangkan disini adalah Konsep Adaptasi Roy. Untuk itu perlu
kontribusi lebih banyak lagi dari Jurusan Keperawatan Undip yang memiliki
program

kerjasama

Pendidikan

Ners

di

Arab

Saudi

dalam

hal

mengembangkan pendekatan pelayanan keperawatan di Arab Saudi
menggunakan

teori-teori

keperawatan.

Dengan

demikian

eksistensi

Keperawatan Undip khususnya dan eksistensi perawat umumnya akan
semakin nyata dan kontribusinya dihargai dalam tatanan regional maupun
nasional.

22

2. Mengingat dukungan penuh dari Pusat Kesehatan Haji Kementerian

Kesehatan RI terhadap para Peneliti yang ingin berkontribusi untuk
memperbaiki pelayanan kesehatan dalam kegiatan perhajian, maka Penulis
menyarankan lebih banyak peneliti untuk mengajukan proposal penelitian
baik

secara

langsung

maupun

melalui

laman

http://www.puskeshaji.depkes.go.id. sebagai tanggung jawab akademisi
terhadap salah satu masalah bangsa yang seringkali mendapat sorotan publik.
3. Untuk menginfiltrasikan ilmu keperawatan dalam tatanan klinik sebaiknya
para pakar teori keperawatan dan dosen-dosen keperawatan turut terlibat
berkontribusi sebagai fasilitator dalam pelatihan-pelatihan pembekalan
kompetensi bagi Calon Petugas Haji sehingga memberikan sumbangsih
terhadap salah satu permasalahan bangsa yang selalu menjadi sorotan
perhatian setiap tahun.

KEPUSTAKAAN

23

Jones and Barlett (2009) Nursing theories, a framework for profesional practice.
Diakses melalui http://www.ebscohost.com
Marquis, B.L. dan Huston, C. H. (2012) Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Roy, Sr. C. (2009) The Roy adaptation model (3rd edition). Upper Saddle River :
Pearson
Rogers, C. Dan Keller, C. (2009) Roy’s adaptation model to promote physical
activity among sedentary adults. Dipublikasikan dalam Jurnal Geriatr
Nurs pada 15 April 2010.
Tim Kesehatan Sektor F (2014) Laporan Pelayanan Kesehatan Sektor F Distrik
Jumaizah, Makkah Tahun 2014M/1435H. Makkah : Tidak
dipublikasikan.

Lampiran
Dokumentasi Photo Lingkungan Perhajian Kota Makkah

24

Shalat jumat dibawah Mentari dengan suhu 43 0C

Suasana Kota Mekkah Dengan Gunug Batu berdebu di
Sekitarnya
Mabit di Mina Jamarat yang penuh sesak dan sering
terbangun

Mabit di Muzdalifah pada suhu 25 0C

25