ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA M (1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar dan terpenting yang ada di
Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal
8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M di Yogyakarta.
Muhammadiyah didirikan dengan tujuan “menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.1
Jauh sebelum Muhammadiyah resmi berdiri pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan
telah merintis pendidikan modern yang memadukan antara pendidikan Barat yang hanya
mengajarkan “ilmu-ilmu umum” dan pendidikan Islam yang hanya mengajarkan “ilmuilmu agama”. Gagasan pembaharuan Muhammadiyah di dalamnya sudah termasuk
gagasan pembaharuan di bidang pendidikan. KH. Ahmad Dahlan melihat adanya
problematika obyektif yang dihadapi oleh pribumi yaitu terjadinya keterbelakangan
pendidikan yang takut karena adanya dualisme model pendidikan yang masing-masing
memiliki akar dan kepribadian yang saling bertolak belakang. Di satu pihak pendidikan
Islam yang berpusat di pesantren mengalami kemunduran karena terisolasi dari
perkembangan pengetahuan dan perkembangan masyarakat modern, dipihak lain sekolah
model Barat bersifat sekuler dan a-nasional mengancam kehidupan batin para pemuda
pribumi karena dijauhkan dari agama dan budaya negerinya.2
Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia, pendidikan telah menjadi

semacam teknologi yang memproduksi manusia masa depan paling efektif. Dari
fenomena perkembangan yang terakhir, memberikan petunjuk bahwa pendidikan bukan
saja menjadi alat suatu lembaga atau suatu masa dalam berbagai proyeksi berbagai
macam tujuan mereka, pendidikan bahkan telah menjadi kebutuhan manusia sendiri
secara masal, karenanya pendidikan yang diterima oleh manusia hendaknya pendidikan
yang seimbang antara pendidikan lahir dan batin, antara pendidikan dunia dan akhirat,
sehingga manusia dalam memperoleh pendidikan tersebut memiliki keseimbangan dalam
mengelola kehidupannya untuk dapat mencapai tujuan yang ideal.
B. Rumusan Masalah
1Muhammad Soedja, Cerita tentang kyiai haji Ahmad Dahlan, ( Jakarta: Rhineka Cipta, 2001), 202..
2Ibid., 203

1

1. Bagaimana awal munculnya lembaga pendidikan muhammadiyah?
2. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan muhammadiyah?
3. Apa tujuan pendidikan muhammadiyah?
4. Apa kontribusi muhammadiyah di bidang pendidikan?
5. Bagaimana Manajemen Pendidikan muhammadiyah?


BAB II
2

PEMBAHASAN
A. Awal Munculnya Lembaga Pendidikan Muhamadiyah
Muhammadiyah

didirikan

di

yogyakarta

tepatnya

di

kota

Kauman3 di kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta pada

18 Dzulhijjah 1330 H atau 18 Desember 1912. Perintis sekaligus ketua
pertama Muhammadiyah priode 1912-1923 adalah K.H.A Dahlan yang
memiliki nama kecil Mohammad Darwis beliau merupakan putra KH
Abu Bakar.

Pada Umumnya pendiri MU adalah abdi dalem kraton

yogyakarta, Pendukung Utama MU adalah komunitas santri-priayi yang
mayoritas

berdomisili

perkembangannya
belanda,ketiga

di

datang

kelompok


kauman,
dari

kedua

kaum

muslim

pada

terpelajar

pedagang

periode
didikan

dan


awal

sekolah

entrepreneur.4

Kelahiran Muhammadiyah tidak serta merta lahir dalam bentuk
organisasi besar namun melalui proses yang panjang melalui aspek
lokalitas pada waktu itu dan konteks situasi dunia internasional.
Dibukanya abad baru yang disebut abad modern ditandai dengan
munculnya

gagasan

pembaharuan.

Dalam

konteks


situasi

duni

internasional Prof. Dr. Harun Nasution dalam buku Pembaruan dalam
islam, Sejarah pemikiran dan Gerakan (Bulan Bintang, 1975) telah
berjasa memetakan sejarah umat islam dalam tiga priode.5
Sebenarnya jika dikaji lebih dalam, berdirinya Muhammadiyah juga didasari oleh
faktor pendidikan. Sutarmo, Mag dalam bukunya Muhammadiyah, Gerakan Sosisal,
Keagamaan Modernis mengatakan bahwa Muhammadiyah didirikan oleh KHA. Dahlan
didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar Islam.
Maka pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang
mendasari Muhammadiyah didirikan. Kita ketahui bahwa pada masa awal berdirinya
Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat dikelompokkan menjadi
3 Sebuah tempat yang berada di sekitar lokasi masjid kraton dan masyarakatnya
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan urusan-urusan keagamaan di kraton
sebagai pusat pemerintahan.

4 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia, Prenada Media Group Cetakan ke1, Jakarta 13220. h 148
5 Lihat Zainun Kamal. 2005. “Meruwat Muhammadiyah”. Cetakan l . Yogyakarta. h 258.

3

dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu,
pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam
pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya. Pada umumnya seluruh pelajaran
di pondok-pondok adalah pelajaran agama. Proses penanaman pendidikan pada sistem ini
pada umumnya masih diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para
guru atau kyai dengan menggunakan metode srogan (murid secara individual menghadap
kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan
pelajaran, kemudian menerjemahkan dan menerangkan maksudnya) dan weton (metode
pengajaran secara berkelompok dengan murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga
duduk bersimpuh dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku
masing-masing atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya.6
Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif, membuat catatan tanpa
pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu. Selain
itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa
pengertian dan memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan sekuler yang

sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan.7
Bila dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran dari kedua sistem
pendidikan tersebut, maka perbedaannya jauh sekali. Tipe pendidikan pertama
menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat
dalam menjalankan perintah agama, seangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang
dinamis dan kreatif srta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan
berpandangan negatif terhadap agama.
Maka atas dasar dua sistem pendidikan di atas KHA. Dahlan kemudian dalam
mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah coba menggabungkan hal-hal yang
posistif dari dua sistem pendidikan tersebut. KHA. Dahlan kemudian coba
menggabungkan dua aspek yaitu, aspek yang berkenaan secara idiologis dan praktis.
Aspek idiologisnya yaitu mengacu kepada tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu
untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pengetahuan yang komprihensif, baik
umum maupun agama, dan memiliki keasadaran yang tinggi untuk bekerja membangun
masyrakat (perkembangan filsafat dalam pendidikan Muhmmadiyah, syhyan rasyidi).8

6Mulkhan, Abdul Munir, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan daMuhammadiyah,( Jakarta:Bumi Aksara,2000),129.
7 Ibid.,131.

8Zamroni, Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah, ( Yogyakarta: Penerbit Ombak,2014),

38
4

Sedangkan aspek praktisnya adalah mengacu kepada metode belajar, organisasi
sekolah mata pelajaran dan kurikulum yang disesuaikan dengan teori modern. Maka
inilah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang jika
disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk mencetak
ulama atau pemikir yang mengedepnkan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan
gerakannya bukan ulama atau pemikir yangpada kemapanan yang sudah ada (established)
karena KHA. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk menciptakan
ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam
menjalankan perintah agama.9
Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir
memasuki usia 100 tahun, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa
Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika
kehidupan masyarakat Indonesia.10
Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan
menunjang tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. Perserikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang
dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik dan sebagainya. Yang secara operasional

dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis, badan dan amal usaha
yang didirikannya.11
Lahirnya pendidikan Muhammadiyah yang modern tidak lepas dari sejarah pada
Dasawarsa terakhir abad 19. Pemerintah Belanda memulai system pendidikan liberal di
Indonesia. Pendidikan ini diperuntuhkan bagi sekelompok kecil orang Indonesia,
sehingga tahun 1870 mulai tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga
diperuntuhkan bagi umat Islam Indonesia. Perluasan pendidikan ke pedesaan yang
diperuntuhkan seluruh lapisan masyarakat, baru dilaksanakan pada awal abad 20 dengan
apa yang dinamakan ethise politik, sebagai akibat dari desakan kaum ethis yang
berorientasi humanistic agar pemerintah Kolonial juga mulai memperhatikan rakyat
pribumi di negeri jajahannya.
Pada masa pemerintahan Belanda terdapat model 4 persekolahan yaitu:

9Abdurrohman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi,( Jokyakarta : Pustaka
Pelajar, 2002),60.
10Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Ciputat: Quantum Teaching,2005), 47.
11Muhammad daud, Lembaga lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2001), 79.

5


1. Sekolah Eropa yang menampung anak birokrat Hindia Belanda. Dan kurikulumnya
sama dengan Belanda.
2. Sekolah Barat yang menampung anak-anak yang berwarga negara Belanda.
3. Sekolah Vernakuler yang didesain oleh Belanda demi kepentingan mereka sendiri.
4. Sekolah Pribumi, system sekolah yang ada di luar kendali Belanda. Sekolahansekolahan yang didirikan oleh lembaga agama.12
Sistem sekolah ini telah melahirkan jurang pemisah yang makin melebar antara
Belanda dengan pendidikan pribumi. Disamping itu juga pendidikan Islam yang berbasis
di pesantren tidak saja kontras dengan pendidikan kolonial tetapi juga kontras dengan
system didaktik pedagogisnya. Pendidikan Islam tertinggal dan tidak dapat memberikan
perspektif-perspektif ke depan.
Menghadapi realitas sistem pendidikan Barat dan Islam yang dualistic ini, Ahmad
Dahlan mencoba mengatasi dengan cara perpaduan model sebagai jalan tengah dari
kebutuhan sistem yang ada. Upaya kompromi ini diawali dengan mengidentifikasi
masalah yang dihadapi umat Islam pada waktu itu dan dipandang perlu segera
mendapatkan jawaban dalam bidang pendidikan.13
Untuk mensosialisasikan gagasan pembaharuannya dalam bidang pendidikan.
Ahmad Dahlan mencoba memulai dengan membimbing beberapa orang keluarga dekat
serta beberapa sahabatnya. Tempat yang pertama kali digunakan untuk menyampaikan
gagasan-gagasannya adalah pengajian-pengajian. Setelah upaya dalam menyampaikan
benih-benih

pembaharuan ini membuahkan

hasil

sehingga

dibuat

wadah

untuk

menampung gagasan tersebut yaitu “ pergerakan Muhammadiyah”.
Pesatnya perkembangan pendidikan Muhammadiyah ini juga dibuktikan dengan
beberapa sekolah yang tertua yaitu:14
a. Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta
b. Muallimin Muhammadiyah, Solo Jakarta
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Muallimat Muhammadiyah, Yogyakarta
Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta
Kulliyah Mubalighin/Mubalighot, Sumatera Tengah
Tablighschool, Yogyakarta
H.I.K Muhammadiyah Yogyakarta
Wustho Muallimin

12Ibid,.80.
13Rukiati, dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2006),33.
14Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Persatuan, (Yogyakarta: Pustaka Jaya,
2001),29.

6

B. Penyelenggaraan Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah mendirikan berbagai jenis dan tingkat pendidikan, serta tidak
memisah-misahkan antara pelajaran agama dan pelajaran umum. Dengan demikian,
diharapkan bangsa Indonesia dapat dididik menjadi bangsa yang utuh berkepribadian
yaitu pribadi yang berilmu pengetahuan umum luas dan agama yang mendalam.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, sekolah-sekolah yang dilaksanakan
Muhammadiyah adalah:
1. Sekolah umum: taman kanak-kanak (Bustanul Atfal), vervolg school 2 tahun, schaken
school 4 tahun, HIS 7 tahun, Mulo 3 tahun, AMS 3 tahun, dan HIK 3 tahun. Pada
sekolah-sekolah tersebut diajarkan pendidikan agama Islam sebanyak 4 jam pelajaran
seminggu.
2. Sekolah agama: madrasah ibtidaiyah 3 tahun, tsanawiyah 3 tahun, mualimin/mualimat
5 tahun, kulliatul muballigin (SPG Islam ) 5 tahun.15
Pendidikan yang diselenggarakan Muhammadiyah mempunyai andil yang sangat
besar bagi bangsa dan negara, dan tentu saja menghasilkan keuntungan-keuntungan di
antaranya:
a. Menambahkan kesadaran nasional bangsa Indonesia melalui ajaran Islam.
b. Melalui sekolah-sekolah Muhammadiyah, ide-ide reformasi Islam secara luas
disebarkan.
c. Mempromosikan kegunaan ilmu pengetahuan modern.16
Selanjutnya, pada zaman kemerdekaan, sekolah Muhammadiyah mengalami
perkembangan yang pesat. Pada dasarnya, ada empat jenis lembaga pendidikan yang
dikembangkannya, yaitu:
a) Sekolah-sekolah umum yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan
kebudayaan, yaitu: SD, SMP, SPG, SMEA, SMKK dan sebagainya. Pada sekolahsekolah ini diberikan pelajaran agama sebanyak 6 jam seminggu.
b) Madrasah-madrasah yang bernaung di bawah departemen agama, yaitu madrasah
ibtidaiyah, Mts, dan madrasah Aliyah (MA).
c) Jenis
sekolah
atau
madrasah
khusus

Muhamamadiyah,

Mualimin,Mualimat, sekolah Tabligh dan pondok pesantren Muhamadiyah.
15Sairin, Weinata , Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: PT Fajar Interpratama, 2002), 94.
16Ibid., 96.

7

yaitu:

d) Perguruan Tinggi Muhamadiyah: untuk perguruan Tinggi Muhamadiyah umum di
bawah pembinaan Kopertis (Depdikbud), dan perguruan Tinggi Muhamadiyah Agama
di bawah pembinaan Kopertais (departemen agama).17
Dilihat dari perspektif integrasi sistem pendidikan Islam tradisional
dan sistem pendidikan barat modern “HIS met de Qur’an” merupakan
temuan terpenting karena konsep ini mengandung arti sekolah sekuler
yang mengadopsi sistem kelembagaan pendidikan barat moderen
dalam

pembelajarannya

dengan

menambahkan

mata

pelajaran

keislaman. Mata pelajaran keislaman yang ditambahkan disekolah MU
merupakan turunan dari edeologi keagamaan MU artinya Ideologi MU
menjadi dasar dalam perumusan materi pembelajaran keislaman di
sekolah MU.18
 Materi-materi yang diajarkan dalam sekolah MU.
1. Bahasa arab, yang sejalan dengan gagasan “kembali kepada alqur’an dan sunah”.
2. Materi-materi tentang literatur keislaman seperti fiqh, ushu alfiqh dan tafsir.
3. Materi-materi sejarah islam yang terbagi menjadi dua yaitu
sejarah Indonesia dan sejarah normatif. MU tidak memberikan
tekanan kepada mazab-mazab dalam syar’i (fiqh) dan teologi
islam. Pendirian sekolah di MU terkait erat dengan reaksi dan
interaksi

organisasi

sosial

dengan

perkembangan

sekolah-

sekolah dibelanda.
 Diskusi muhammmadiyah dalam modernisasi pendidikan:
1. Pertama, Mendiskusikan Muhammadiyah dalam konteks gerakan
muslim

reformis

Muhammadiyah

di

Indonesia

sebagai

kasus

yaitu

dengan

dalam

dijadikannya

diskusi

mengenai

modernisasi pendidikan islam oleh kelompok muslim modernis di
Indonesia.
2. Kedua. Mendiskusikan

tentang

keterkaitan

Muhammadiyah

dengan kelas menengah muslim perkotaan, dari bagian kedua ini

17Rukiati, dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2006),59.
18 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia, Prenada Media Group Cetakan
ke-1, Jakarta 13220. H 152.

8

muncullah

konsepsi

Muhammadiyah

yaitu

dengan

adanya

“Sekolah Umum Plus”.
3. Ketiga, Mendiskusikan Konsepsi “HIS met de Qur’an” yaitu
sebagai model lembaga pendidikan islam modern dan kemudian
dijadikan embiro dari “Sekolah Islam”.
4. Keempat, Mendiskusikan tentang perguruan islam.19
 Garis besar program pendidikan muhammadiyah
(1). Membangun system informasi kekuatan Sumber Daya Insani
(SDI) Muhammadiyah dalam bidang Iptek.
(2). Menyusun road map pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Muhammadiyah.
(3). Memobilisasi kekuatan Muhammadiyah dalam bidang Iptek
melalui

pusat-pusat

keunggulan

yang

berbasis

lembaga

pendidikan Muhammadiyah.
(4). Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah
untuk menjawab ketertinggalan pendidikan Muhammadiyah
selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi masa depan
pendidikan yang lebih kompleks.
(5). Menegaskan

posisi

dan

implementasi

nilai

Islam,

Kemuhammadiyahan dan kaderisasi dalam seluruh system
pendidikan Muhammadiyah.
(6). Mempercepat

proses

pengembangan

institusi

perndidikan

Muhammdiyah sebagai pusat keunggulan dengan menyusun
standar mutu.
(7). Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi seluruh usaha
pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah.
(8). Mengintegrasikan

pengembangan

amal

usaha

pendidikan

Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat.
19 Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia, Prenada Media Group Cetakan
ke-1, Jakarta 13220. h 136.

9

(9). Menyusun system pendidikan Muhammadiyah yang berbasis
al-Qur’an dan sunnah.
(10). Mengembangkan

program-program

penelitian

dan

pengembangan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi dan berbagai aspek kehidupan yang penting dan
strategis

sebagai

basis

bagi

pengambilan

kebijakan

dan

pengembangan kemajuan persyarikatan.
(11). Mengembangkan jaringan dan kerjasama lembaga-lembaga
serta pusat-pusat penelitian dan pengembangan di lingkungan
persyarikatan.

C. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah pada permulaan berdirinya belum merumuskan secara jelas
tentang tujuan pendidikannya. Hal ini tidak berati pendidikan Muhammadiyah yang
didirikan

tanpa

tujuan.

Meski

belum

dirumuskan

secara

tegas

pendidikan

Muhammadiyah sejak permulaan berdirinya sudah memiliki tujuan. Dilihat dari system
pendidikan yang dikembangkan ada pendapat bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah
sejak didirikan adalah “ Membentuk Alim Intelektual”, yaitu seorang muslim yang
seimbang iman dan ilmunya, ilmu agama dan ilmu umum, orang yang kuat rohani dan
jasmaninya. 20
Tujuan pendidikan Muhammadiyah ini dirumuskan dalam pernyataan yang sering
disampaikan Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya dalam pengajian yang dipimpinnya.
Dalam bahasa Jawa pernyataan itu adalah ”dadiyo kyai sing kemajuan, lan ojo keselkesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah” (jadilah ulama yang modern
dan jangan merasa lelah bekerja untuk Muhammadiyah ).21
Sedangkan tujuan pendidikan Muhammadiyah yang sampai saat ini menjadi
rujukan bagi perguruan Muhammadiyah adalah bagaimana tertuang dalam qoidah
pendidikan dasar dan menengah Bab I pasal 3 sebagai berikut:
“Pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah bertujuan: membentuk
manusia muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap percaya diri,
memajukan dan memperkembangankan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dan beramal
20 Ibid., 80.
21 Asrofie, M Yusron, Pemikiran dan Kepemimpinannya, (Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 2001), 20.

10

menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT
”.22
Dalam tujuan ini terkandung nilai-nilai fundamental yang secara implicit jelas
merujuk pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Pada
rumusan ini pertama diwarnai semangat juang untuk menumbangkan kolonialisme. Pada
rumusan kedua orientasinya lebih menekankan upaya pengisian atau berperan serta
dalam pembangunan bangsa pasca kemerdekaan. Pada rumusan ketiga lebih kongkret
dan realities.23
Namun secara garis besar ketiga rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk muslim yang cakap, berakhlak mulia,
percaya kepada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Secara implisit berarti tidak
hanya ingin melahirkan kader-lader Muhammadiyah, tetapi juga putra-putri bangsa yang
Islami, berilmu pengetahuan dan mempunyai wawasan ke depan (visioner) sebagai
upaya menuju pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, lahir dan batin seperti yang
dicita-citakan seluruh bangsa Indonesia.24
Tujuan pendidikan Muhammadiyah telah dirumuskan dan telah di sahkan oleh
Majlis Tanwir yang intinya pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk manusia
muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri dan berguna untuk
masyarakat umum. Dari tujuannya saja sudah nampak adanya kemiripan antara tujuan
pendidikan Muhammadiyah dengan tujuan pendidikan republik Indonesia dan kedua
tujuan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan.25
D. Kontribusi Muhammadiyah di bidang pendidikan
Muhammadiyah bisa dibilang sebaagai pelopor pembaharuan pendidikan Islam di
Indonesia. Semua hasil jerih payah K.H. Ahmad Dahlan dapat dirasakan manfaatnya
hingga saat ini. Muhammadiyah merupakan organisasi di luar pemerintahan yang
memiliki lembaga pendidikan dan pengajaran terbesar di Indonesia.
Pembaharuan pendidikan meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan teknik
pengajaran. Dari segi cita-cita yang dimaksud K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin mementuk
manusia muslim yang baik budi pekerti, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan
faham masalah keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.
22 Ibid.,21.
23Ibid.,23.
24 Ibid.,25.
25Ibid.,27.

11

Adapun teknik lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan
pendidikan. Dengan mengambil unsur-unsurnya dari sistem pendidikan Barat dan sistem
pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri.
Seperti sekolah kejuruan dan lain-lain. Sedangkan cara penyelenggaraannya, proses
belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan di masjid atau sanggar, tetapi di gedung yang
khusus dilengkapi oleh meja, kursi dan papan tulis, tidak lagi duduk di lantai.26
Wirjosukarto (1965) dalam bukunya “Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran
oleh Pergerakan Muhammadiyah menjelaskan bahwa teknik pengajaran Muhammadiyah
adalah sebagai berikut:
a. Cara belajar dan mengajar dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah dibandingkan
pendidikan tradisional lebih modern dan system klasikal seperti yang dilakukan oleh
pendidikan barat.
b. Bahan pelajaran di lembaga pendidikan tradisional hanya mengajarkan agama saja,
sedangkan di Muhammadiyah diajarkan ilmu umum dan agama.
c. Rencana pelajaran dalam pendidikan Muhammadiyah sudah mengatur kurikulum
dengan baik, sehingga efisiensi pembelajaran bisa terjamin baik.
d. Pengasuh dan guru di lembaga pendidikan Muhammadiyah terdapat guru agama dan
guru umum dibandingkan dengan lembaga tradisional hanya memiliki guru agama
saja yang berpengalaman dibidangnya.
e. Hubungan guru dan murid terlihat lebih akrab dan suasana yang mengenangkan
dibandingkan dengan lembaga pendidikan tradisional yang lebih bersifat otoriter.27
Selain

pembaharuan

dalam

pendidikan

formal

Muhammadiyah

telah

memperbaharui bentuk pendidikan tradisional non formal yaitu pengajaran. Semula
pengajian dilakukan dimana orang tua atau guru privat mengajar anak kecil membaca AlQur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian disistematikan ke
dalam bentuk juga isi pengajian diarah pada masalah-masalah kehidupan sehari-hari umat
Islam.28
Begitu pula Muammadiyah telah berhasil mewujudkan bidang-bidang bimbingan
dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat
pribadi. Seperti mempelopori mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di kota-kota

26Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia, (Malang: Universitas Muhamadiyah Malang, 2006),
29.
27 Ibid., 31.
28Arifin,Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah,(Surakarta: Pustaka Jaya,2001),16.

12

besar, dengan penyelenggaraan pengajian dan nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat
ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.29
Berdasarkan data terbaru (profil Muhammadiyah) amal usaha Muhammadiyah di
bidang pendidikan berjumlah 5.797 buah, merupakan angka yang cukup fantastis untuk
sebuah lembaga pendidikan yang dinaungi dalam satu payung organisasi dengan rincian:
1132 Sekolah Dasar , 1769 Madrasah Ibtidaiyah, 1184 Sekolah Menengah Pertama, 534
Madrasah Tsanawiyah, 511 Sekolah Menengah Atas, 263 Sekolah Menengah Kejuruan,
172 Madrasah Aliyah, 67 Podok Pesantren, 55 Akademi, 4 politeknik, 70 Sekolah Tinggi
dan 36 Universitas yang tersebar di seluruh Indonesia.30
Total jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah sebanyak itu merupakan
bilangan yang cukup fantastis bagi sebuah organisasi sosial keagamaan dimanapun.
Apabila keberadaan lembaga pendidikan tersebut merupakan pengejawantahan dari
model pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di Muhammadiyah. Inilah yang kemudian
menjadi sebuah pertanyaan, pemahaman atau ideologi apa yang diterapkan oleh
Muhammadiyah dalam mengurusi lembaga pendidikan yang sebesar itu. Mungkin
langsung timbul sebuah jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja ideologi Islam yang
di gunakan karena Muhammadiyah berasaskan Islam.31
Di samping itu juga dari berbagai universitas dan sekolah tinggi Muhammadiyah
di seluruh Indonesia tersebut, setidaknya saat ini tercatat lebih 300 ribu orang merupakan
mahasiswa universitas Muhammadiyah dan jumlah ini merupakan 10 persen dari jumlah
total keseluruhan mahasiswa Indonesia. “Ini artinya perguruan tinggi muhammadiyah
sudah dipercaya oleh masyarakat luas dan tentunya dinilai berkualitas”.32
Bahkan menurut Khairul saat ini ada lima universitas Muhammadiyah di
Indonesia yang jumlah mahasiswanya di atas 10 ribu orang dan untuk Sumatera terdapat
di Sumatera Utara dan Sumatera Barat dengan jumlah mahasiswa masing-masing 12 ribu
dan

10

ribu

orang.

Sementara

untuk

pulau

Jawa

terdapat

di

universitas

Muhammadiyah Yogyakarta dan lainnya.33
Dalam bidang kesehatan, hingga tahun 2000 Muhammadiyah memiliki 30 rumah
sakit umum, 13 rumah sakit bersalin, 80 rumah bersalin, 35 balai kesehatan ibu dan anak,
63 balai pengobatan, 20 poliklinik, balkesmas dan layanan kesehatan lain. Lalu dalam
29 Ibid., 17.
30Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Rineka Cipta,2009),107.
31Yusuf,
M.
Yunan, Filsafat
Pendidikan
Muhammadiyah,(Jakarta:MajelisDikdasmen
Muhammadiyah,2000), 34.
32 Ibid.,35.
33Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Rineka Cipta,2009),109.

13

PP

bidang kesejahteraan sosial hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki 228 panti
asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 baksos, 161 santunan keluarga, 5 panti wreda manula,
13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM.
Dalam bidang ekonomi hingga tahun 2000 muhammadiyah memiliki 5 bank perkreditan
rakyat.
E. Manajemen Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi yang tumbuh dan berkembang dari inisiatif
masyarakat secara perorangan yang kemudian menjadi inisiatif kelompok. Karena
kesepahaman dengan visi dan misi serta tujuan persyarikatan itu maka kelompokkelompok masyarakat tersebut dapat mendirikan sebuah ranting Muhammadiyah dengan
pengesahan pimpinan di atasnya. Pendirian ranting Muhammadiyah tersebut biasanya
disertai dengan amal usaha sebagai bentuk nyata aktivitasnya, tidak sedikit amal usaha
itu merupakan sebuah sekolah.34
Dalam persyarikatan Muhammadiyah, lembaga pendidikan dapat didirikan oleh
Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah atau
Pimpinan Pusat. Manajemen yang diterapkan oleh Muhammadiyah sangat unik,
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam mengelola lembaga pendidikan yang ada di
Muhammadiyah melakukan pengawasan dan pembinaan secara umum. Untuk
melaksanakan tugas pengawasan dan pembinaan tersebut Muhammadiyah membentuk
Majlis pendidikan dasar dan menengah untuk pengawasan dan pembinaan tingkat
SD/MI,SMP/Tsanawiyah, SMA/SMK/Aliyah. Sedangkan untuk pengawasan dan
pembinaan

Perguruan

Tinggi

Muhammadiyah

menyerahkan

kewenangannya

kepadaMajlis Pendidikan Tinggi. Dalam hal-hal yang bersifat teknis, Muhammadiyah
menyerahkan sepenuhnya kepada tingkat pimpinan yang mendirikan lembaga pendidikan
tersebut.35
Dengan kebijakan seperti ini maka manajemen pendidikan di Muhammadiyah
menjadi sangat unik, terjadi keanekaragaman kebijakan pada setiap pimpinan yang
menguasai lembaga pendidikan tersebut, seperti terjadinya keanekaragaman dalam
rekrutmen guru, dosen, karyawan. Keanekaragaman dalam penggajian dan lain
sebagainya. Gaji (honor) karyawan, guru dan dosen pada satu sekolah atau perguruan
tinggi Muhammadiyah berbeda dengan gaji karyawan, guru dan dosen pada sekolah atau
34 Zamroni, Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah, ( Yogyakarta: Penerbit Ombak,2014), 38.
35 Ibid., 40.

14

perguruan tinggi Muhammadiyah yang lain, hal ini merupakan suatu hal yang biasa
dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sehingga dalam kenyataan saat ini, ada
lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah yang sangat maju tetapi di tempat lain ada
lembaga pendidikan Muhammadiyah yang sangat terpuruk.36
Untuk masa yang akan datang, penulis berpendapat bahwa Muhammadiyah harus
segera meninjau kebijakan seperti ini, Persyarikatan Muhammadiyah hendaknya
membuat rambu-rambu yang lebih rinci, sehingga keberadaan lembaga pendidikan
Muhammadiyah bisa eksis secara merata, tidak ada lembaga pendidikan yang sangat
terpuruk, tetapi semuanya bisa maju secara bersama-sama. Status guru, dosen karyawan
di berbagai lembaga pendidikan Muhammadiyah sama, sehingga out put siswa atau
mahasiswa dari lembaga pendidikan Muhammadiyah memiliki kemampuan yang relative
sama.

36 Ibid., 41.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam yang dikembangkan di lingkungan Muhammadiyah, sebagai
bagian dari misi dan agenda pembaharuan Islam dan modernisasi kehidupan umat.
Meskipun Ahmad Dahlan mempunyai latar belakang pesantren, gagasan pendidikan yang
diterapkannya pada lembaga pendidikan Muhammadiyah sangat dipengaruhi oleh model
pendidikan modern yang diinspirasi oleh sistem pendidikan di sekolah-sekolah Belanda.
Ahmad Dahlan juga mendirikan madrasah muhammadiyah dengan memasukan
kedalamnya pengetahuan umum selain pengetahuan agama.
Sistem pendidikan yang dikembangkan adalah sintesis antara sistem pendidikan
Islam tradisional yang berbasis di pesantren dan sistem pendidikan modern sehingga
menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan umum yang intelek.

16

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Soedja, Cerita tentang kyiai haji Ahmad Dahlan, Jakarta: Rhineka Cipta, 2001.
Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam,Ciputat : Quantum
Teaching, 2005.Muhammadiyah,2000.
Muhammad daud, Lembaga lembaga Islam di Indonesi,Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2001.
Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,
Jakarta: Rineka Cipta,2009.
Yusuf, M. Yunan, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah,Jakarta: Majelis
Dikdasmen PP
Arifin,Gagasan

Pembaharuan

Muhammadiyah,Surakarta:

Pustaka

Jaya,2001.
Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia,Malang: Universitas Muhamadiyah
Malang, 2006.
Rukiati, dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: Pustaka
Setia, 2006.
Asrofie, M Yusron, Pemikiran dan Kepemimpinannya, Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 2001.
Sairin, Weinata , Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: PT Fajar Interpratama,
2002.
Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Persatuan, Yogyakarta:
Pustaka Jaya, 2001.
Mulkhan, Abdul Munir, Warisan Intelektual KH Ahmad Dahlan dan Amal
Muhammadiyah Yogyakarta: PT Percetakan Persatuan, 1990.
Anshoriy Ch, Nasruddin, Matahari Pembaharuan, Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher,
2010.
Abdurrohman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi,
Jogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002.
Zamroni, Percikan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah, Yogyakarta: Penerbit
Ombak,2014.

17