KEMAMPUAN MENYUSUN HIPOTESIS DALAM PEMBE

KEMAMPUAN MENYUSUN HIPOTESIS DALAM PEMBELAJARAN IPA
MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA PESERTA DIDIK
KELAS V SEKOLAH DASAR
Ai Salsiah
Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
Abstract : This Research aimed at increasing the ability compiled hypothesis in Scientific
Learning through the experiment method. This Research is done at SD Negeri Pajeleran 01
located at Jl. Dadi Kusmayadi kelurahan Sukahati Kecamatan Cibinong. Research is an action
research class room. The observation Result that the average of students score in scientific
subject got higher from 68 become 80, KKM achievements increase as high as 23% and the
ability compiles hypothesis at each indicator is increase from 2,99 to 3,22, logical indicator
increase 3,19 to 3,21 and deductive indicator increase from 2,90 to 3,20. The Rule of teacher
action and participant have reached 100%. This research Result can become input for teacher to
apply experiment method in compiling hypothesis at scientific learning.
Keyword : Compile hypothesis, natural science, eksperimen, elementary school.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan meyusun hipotesis melalui metode
ilmiah percobaan .Penelitian ini ini dilakukan pada SD Negeri Pajeleran 01 yang terletak di jl
.Dadi kusmayadi kelurahan Sukahati Kecamatan Cibinong Kabupaten bogor. Jenis penelitian ini
adalah PTK kemimis serta mc . Pengamatan hasil bahwa rata-rata siswa mencetak gol ilmiah
tunduk punya lebih besar dari 68 menjadi 80 , prestasi meningkatkan setinggi kkm 23 % dan

kemampuan mengkompilasi hipotesis di setiap indikator mengalami peningkatan untuk semua
dari 2,99 untuk 3,22 , indikator meningkatkan 3,19 untuk 3,21 logis dan indikator deduktif
meningkat dari 2,90 untuk 3,20 .Supremasi guru tindakan dan peserta telah mencapai 100 %
.Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk menerapkan percobaan metode
ilmiah dalam kompilasi hipotesis di belajar.
Kata Kunci : Menyusun hipotesis, pembelajaran ilmu pengetahuan alam, eksperimen, sekolah
dasar

Perkembangan dan perubahan yang terjadi

bersaing dengan negara-negara lain. Untuk

dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas

menghadapi perkembangan dan perubahan

dari

global,


yang terus menerus ini menuntut perlunya

dan

perbaikan sistem pendidikan yang dapat

pengaruh

perkembangan

ilmu

perubahan
pengetahuan

teknologi, seni, budaya serta informatika saat

menyesuaikan

ini sangat mempengaruhi bidang kehidupan


tersebut.

dengan

perubahan

zaman

masyarakat yang semakin kompleks, manusia

Hal ini tidak mudah diwujudkan dan bukan

dituntut aktif untuk bisa bertindak cepat,

suatu pekerjaan yang ringan, terutama masalah

cermat, kritis dan kreatif, berwawasan, serta

internal yang dihadapi pendidikan dewasa ini,


bermoral

dari mulai pendidikan dasar sampai perguruan

dan

berbudaya

sehingga

bisa

190

Kemampuan Menyusun Hipotesis
Al Salsiah
tinggi, khususnya di Sekolah Dasar adalah

penerapannya nyata dalam kehidupan sehari-


rendahnya kualitas dan penguasaan terhadap

hari peserta didik.
Rendahnya kualitas pembelajaran IPA,

IPA.
Rendahnya kualitas pada jenjang Sekolah

menuntut dilakukan perbaikan segera terhadap

Dasar sangat penting untuk segera diatasi

proses pembelajaran IPA di tingkat Sekolah

karena sangat berpengaruh pada jenjang

Dasar dan perubahan dalam masyarakat yang

pendidikan selanjutnya.


dinamis

Permasalahan-permasalahan

menuntut

adanya

penyesuaian-

penyesuaian dalam proses pendidikan yang

internal

tersebut antara lain rendahnya mutu akademik

senantiasa

berada


terutama penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam,

perubahan

dan

padahal

memberikan tantangan bagi guru untuk terus

penguasaan

merupakan

kunci

mengembangkan

materi


dalam
ilmu

tersebut

menguasai

dan

menerus

pengetahuan

dan

meningkatkan

dalam


satu

dinamika

perkembangan,

sehingga

mencari

solusi

pembelajaran

supaya

dapat

IPA


dalam

keterampilan dasar.

teknologi (Siskandar, 2010: 87-88). Dalam
pembelajaran IPA hal yang harus diperhatikan

Terdapat beberapa keterampilan dasar

selain penguasaan teori juga praktek sehingga

yang harus dilakukan dan dilatih supaya mahir

ada keseimbangan antara teori yang dipelajari

dan mampu mempelajari sains dengan baik,

dengan

yaitu observasi dan inferensi, pengukuran dan


pembuktiannya

supaya

ilmu

pengetahuan dapat dipahami peserta didik

estimasi,

mengajukan

dengan baik dan dapat bermanfaat bagi

merumuskan

hidupnya.

interpretasi, prediksi dan berhipotesis, definisi

masalah,

pertanyaan

dan

komunikasi

dan

yang

operasional, identifikasi dan pengendalian

berlangsung, diketahui bahwa pembelajaran

variabel, serta eksperimen dan penyelidikan

IPA yang selama ini terjadi cenderung ke arah

(Nuryani Rustaman, 2010: 1.10). Dengan

teoritis, bersifat hapalan, dan masih berpusat

memperhatikan beberapa keterampilan dasar

pada guru, kebiasaan yang terjadi setelah

yang harus dilakukan dan dilatih supaya mahir

menerima informasi dari guru peserta didik

dan mampu mempelajari sains dengan baik,

berusaha untuk menghapalkan materi yang

dalam hal ini diambilah salah satunya yaitu

diberikan.

berusaha

berhipotesis. Dengan melaksanakan salah satu

mengembangkan dengan cara membuktikan

keterampilan dasar ini, peserta diusahakan

melalui

untuk

Mengamati

pembelajaran

Guru

metode

kurang

yang

sesuai

sehingga

terlibat

aktif

dalam

pembelajaran

sehingga materi pelajaran mudah dikuasai.

191

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

Dalam

mengembangkan

keterampilan

dasar

mementingkan

salah

ini,

tidak

hasil

tetapi

satu

kemampuan yang lainnya memerlukan belajar

saja

dengan baik dan sungguh-sungguh untuk

juga

meraihnya.
Kemampuan yang pertama tersedia tanpa

memperhatikan proses, karena peserta didik
yang

dipelajari lebih dahulu sudah ada sejak lahir

bermakna bahwa IPA diajarkan sebagai suatu

yang disebut insting antara lain, “kemampuan

cara berpikir untuk membangun struktur

mengamati,

kognitif, afektif, dan psikomotornya yang

ketegangan emosi, dan kemampuan berbuat”

merupakan tanggga untuk meraih tingkat

(Uyoh Sadulloh, 2007: 10).

seharusnya

belajar

dengan

proses

kemampuan

menghayati

Dengan

Untuk mencapai tujuan dalam hidupnya,

dapat

manusia tidak saja menggunakan instingnya

menemukan hal-hal baru sebagai daya cipta

tetapi perlu belajar untuk mencapai suatu

sehingga akhirnya dapat membentuk manusia

tujuan

yang berkualitas.

(Kompetensi) adalah “perilaku rasional” untuk

keberhasilan

yang

mengetahui

proses,

Sekolah

peserta

sebagai

membantu
dimiliki

diharapkan.

lembaga

mengembangkan
peserta

didik

didik

diinginkan.

mencapai tujuan

pendidikan

Kemampuan

yang memuaskan pada

yang

kondisi yang diinginkan (Oemar Hamalik,

proses

2010: 311). Untuk menghadapi kehidupannya,

potensi

melalui

yang

pembelajaran, sarana, media, sumber, dan

manusia

tenaga kependidikan sebagai fasilitator yang

dapat digunakan untuk memecahkan persoalan

membantu

dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli

mendorong

dan

membimbing

membutuhkan

lain

memperoleh

merupakan “hasil belajar” (Muhammad Ali,

dalam

belajar.

seperti

berubahnya

kemampuan

2008: 74).

Perubahan hasil dapat dilihat dari berbagai
bentuk,

bahwa

yang

peserta didik dalam pembelajaran untuk
keberhasilan

berpendapat

kemampuan

Seorang

pengetahuan,

ilmuwan

yang

melakukan

tingkah laku, sikap, keterampilan, maupun

penelitian menggunakan aturan dan langkah-

kemampuan.

langkah umum yang sama. Langkah ini
dan

disebut metode ilmiah, peserta didik sebagai

competent diterjemahkan sebagai kompetensi,

calon ilmuwan perlu diperkenalkan dan diberi

kecakapan,

pada

bekal supaya mampu melaksakannya, salah

“keadaan atau kualitas mampu dan sesuai”

satu langkah dalam metode ilmiah adalah

(Martinis

membuat hipotesis.

Istilah

competencies,

keberdayaan

Yamin,

competence

merujuk

Maisah,

2010:

1).

Kemampuan manusia telah ada sejak lahir dan

192

Kemampuan Menyusun Hipotesis
Al Salsiah
dapat

Menurut Gunawan Undang (2009: 44),

pustaka

atau

menyusun

Dalam pandangan konstruktivisme bahwa

yang sudah dirumuskan untuk sementara
tinjauan

kemampuan

hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban atas pertanyaan

berdasarkan

memiliki

pengetahuan

hasil

seseorang

terkait

dengan

deduksi dari suatu teori, pemikiran logis, atau

pengalaman dan pentingnya mengingat dan

pengalaman. Sejalan dengan hal tersebut,

mengungkapkan

dapat

kegiatan

seseorang dapat mengkonstruksi pengetahuan.

penelitian, berhipotesis perlu didukung data

Dalam proses konstruksi, peserta didik yang

untuk diterima. Hipotesis sering dinamakan

aktif sangat diperlukan agar pembelajaran

jawaban sementara atau dugaan terhadap

dapat berhasil. Keterlibatan peserta didik yang

rumusan masalah yangg berupa pertanyaan.

aktif aktif terjadi pada waktu kegiatan kognitif

Berhipotesis disebut jawaban sementara atau

dalam perolehan pengetahuan.

dijelaskan

bahwa

dalam

melalui

pengalaman

dugaan karena memang jawaban tersebut

Ilmu merupakan pengetahuan yang mampu

masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat

mendeskripsikan, menjelaskan memprediksi

diterima karena didukung data, atau ditolak

gejala

karena tidak didukung data.

permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari

alam

termasuk

manusia

dan

dan dapat menggunakan pengetahuan ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur kerja
pengkajiannya

dalam pemecahannya. Pengetahhuan ilmiah

bersumber pada data empiris yang diperoleh

baru berfungsi apabila dilakukan penalaran.

dengan cermat menggunakan berbagai cara

Tanpa penalaran pengetahuan ilmiah tidak

sesuai

akan

sistematis

yang

terencana,

dengann

aturan

untuk

dapat

berfungsi

secara

optimal

dalam

memecahkan suatu masalah. Pembelajaran

pemecahannya

IPA ditujukan terutama untuk menguasai

Suriasumantri (2010: 114) mengemukakan

konsep-konsep

bahwa penalaran adalah aktivitas berpikir yang

bermakna bagi
ilmiah

maupun

IPA

yang

aplikatif

dan

kehidupan. Dalam bekerja

kegiatannya

Jujun

mempergunakan

S.

alat

metode

ilmiah

berpikir, selanjutnya secara filosofis dapat

keterampilan

proses

dikatakan bahwa pengetahuan ilmiah adalah

sains. Mempunyai kemampuan tentang sains

logis bila ditinjau secara rasional dan teruji

tidak hanya sekedar mengetahui materi tentang

bila ditinjau secara empiris.

didalamnya

dalam

dalam

masalah.

terdapat

sains, tetapi terkait pula dengan memahami

Upaya peserta didik untuk memecahkan

bagaimana cara untuk mengumpulkan fakta

masalah yang dihadapinya dilakukan melalui

dan menghubungkan fakta-fakta sehingga

kegiatan

193

penelitian

yang

mencerminkan

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

metode ilmiah serta mementingkan proses

Kenyataan dilapangan dalam pembelajaran

yang memungkinkan peserta didik dapat

IPA sangat membosankan, guru tidak mampu

menggunakan alur pikir yang sistematis dalam

menciptakan suasana belajar yang kondusif

memperoleh hasil. Sifat deduktif hipotesis

sehingga peserta didik kurang tertarik untuk

dapat digunakan untuk memecahkan suatu

belajar IPA. Metode yang digunakan guru

masalah.

masih

bersifat

seadanya,

seperti

dalam

Menurut Uus Toharudin, Sri Hendrawati,

pembelajaran IPA yang selama ini terjadi

Andrian Rustaman (2011: 163) Sifat deduktif

seringkali bersifat hapalan. Dalam proses

hipotesis

masalah.

pembelajaran peserta didik kurang antusias,

masalah

karena metode yang digunakan lebih kearah

meliputi

Dalam

penyelesaian

menyelesaikan

seseorang

akan

suatu

mengawalinya

dengan

ceramah.

Peserta

didik

kurang

diberi

pemikiran teoritik, kemudian menganalisis

kesempatan

sebuah masalah dan mengajukan cara-cara

sesuai dengan materi karena kegiatan masih

penyelesaian hipotesis yang mungkin atas

berpusat

masalah itu. Berdasarkan paparan di atas

berimplikasi

disimpulkan bahwa kemampuan menyusun

penguasaan terhadap materi IPA, sehingga

hipotesis adalah proses internal otak seseorang

peserta didik kurang memahami materi IPA

dalam

yang dipelajarinya.

kemampuan

memberikan

jawaban

sementara atau dugaan dengan indikator

secara

guru.
pada

percobaan

Kondisi

tersebut

rendahnya

tingkat

dapat mendorong, menantang, dan menarik
sains

minat peserta didik adalah penggunaan metode

merupakan cara-cara memahami gejala alam

dalam pembelajaran yang tepat dan benar.

yang terus berkembang. Hal ini sangatlah

Alternatif tindakan pemecahan masalah yang

menantang dan menarik bagi peserta didik.

dianggap dapat

Untuk dapat memupuknya diperlukan guru

terealisasinya

yang

suasana

kondusif adalah dengan menggunakan metode

pembelajaran yang kondusif. Guru harus

eksperimen supaya dapat menarik minat

mampu memberikan dorongan, tantangan dan

peserta didik, tidak membosankan, memberi

menarik minat peserta didik dalam melakukan

kesempatan untuk belajar sambil bekerrja

pembelajaran

dalam melakukan percobaan.

mampu

ilmiah

pada

melakukan

Salah satu kegiatan pembelajaran yang

pengalaman, logis dan deduktif.
Bekerja

untuk

dalam

menciptakan

secara

optimal.

Dengan

pembelajaran optimal tersebut diharapkan

memberikan solusi

proses

pembelajaran

bagi
yang

Menurut Ihat Hatimah, Rudi Susilana,

tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai.

Nuraedi (2007: 14-15), menyatakan bahwa

194

Kemampuan Menyusun Hipotesis
Al Salsiah
metode terkait dengan masalah cara kerja agar

empiris, sehingga peserta didik dapat terlatih

dapat memahami obyek yang menjadi sasaran

dalam cara berpikir ilmiah, rasional dan

ilmu yang bersangkutan. Ada dua kriteria

dengan cara mengujinya dapat menemukan

untuk mengukur kadar keilmiahan suatu

bukti kebenaran dari teori yang sedang

penelitian

yaitu:

memberi

pemahaman

(1)

permasalahan

kemampuan

untuk

dipelajarinya.

tentang

pokok

Penelitian

(2)

meningkatkan

yang

Kemampuannya

untuk

diteliti,
meramalkan

ini

bertujuan

untuk

kemampuan

menyusun

yaitu

hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui

sampai pada suatu kesimpulan yang dapat

metode eksperimen pada peserta didik kelas V

dicapai

SD Negeri Pajeleran 01 Kecamatan Cibinong

jika data yang sama dikemukakan

dilain tempat. Metode pembelajaran harus

Kabupaten Bogor.

dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan
METODE

aktivitas dan kreativitas peserta didik salah

Penelitian

satu diantaranya adalah metode eksperimen.
Menurut

Muhammad

Ali

(2008:

triangulation

kantitatif

dan

gabungan dapat digunakan dalam penelitian
tindakan

karena setiap siswa mengalami dan melakukan

kelas,

tujuan

utama

penelitian

tindakan kelas adalah untuk meningkatkan

kegiatan percobaan.
Roestiyah

(campuran

kualitatif secara berimbang), jenis penelitian

Pelaksanaan

eksperimen lebih memperjelas hasil belajar,

Menurut

metode

kuantitatif dan kualitatif dengan concurrent

Dalam hal ini siswa melakukan percobaan dan
sendiri-sendiri.

menggunakan

kombinasi yaitu penggabungan antara metode

8),

Eksperimen adalah percobaan tentang sesuatu.

bekerja

ini

(2008:

kualitas pembelajaran.

80),

Penelitian ini adalah penelitian tindakan

Eksperimen adalah salah satu cara mengajar,

kelas, dilaksanakan dalam dua siklus dengan

dimana siswa melakukan suatu percobaan

menggunakan

tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta

model

Kemmis

dan

MC.

Taggart dengan 4 tahapan yang dilaksanakan

menuliskan hasil percobaannya, kemudian

yaitu: (1) perencanaan (planning), setelah

hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan

menentukan masalah yang dihadapi dengan

dievaluasi oleh guru.

observasi awal dan wawancara, kesimpulan

Berdasarkan paparan ahli di atas dapat

yang

disimpulkan bahwa metode Eksperimen adalah

didapat

adalah

kurang

diberikan

perhatian terhadap keterampilan proses sains

sebuah langkah-langkah dalam pembelajaran

dalam pembelajaran IPA, peneliti mengambil

yang menggabungkan teoritis dan pengujian

salah satunya yaitu menyusun hipotesis dan
195

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

kurang diberikan kesempatan peserta didik

didik, tindakan dikatakan berhasil apabila pada

untuk melakukan percobaan, dalam hal ini

siklus tersebut KKM dapat

metode

yang

digunakan

adalah

metode

mencapai nilai 70%, dari segi guru dengan

eksperimen. Merencanakan analisis Kurikulum

adanya prinsip pembelajaran tuntas, tindakan

Tingkat Satuan Pendidikan dengan menetukan

dikatakan berhasil apabila pada siklus tersebut

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,

mencapai kriteria 100%, artinya pembelajaran

menyusun

Pelaksanaan

telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan-

Pembelajaran, membuat instrumen pemantau

tahapan yang telah direncanakan. Apabila

tindakan, instrumen kemampuan menyusun

kriteria yang telah ditetapkan belum tercapai,

hipotesis, instrumen tes, mempersiapkan siapa

peneliti harus melakukan diskusi dan evaluasi,

saja yang akan terlibat dalam kegiatan,

kemudian masuk pada siklus berikutnya,

demikian

selanjutnya.(2)

demikian untuk seterusnya sampai tercapai

pelaksanaan tindakan (acting), merupakan

kriteria yang telah ditentukan, maka tindakan

penerapan isi rencana yaitu perlakuan yang

penelitian dihentikan. Sumber data adalah: (1)

dilaksanakan sesuai siklus, jadwal pelajaran

peserta didik kelas VE SDN Pajeleran 01

yang telah ditetapkan di SDN Pajeleran 01

berjumlah 40 orang tahun pelajaran 2012/2013

meliputi 5 jam pelajaran, dilaksanakan dua

dan guru, (2) hasil evaluasi, untuk melihat

kali pertemuan dalam satu minggu, 2 jam

tingkat

pelajaran dan 3 jam pelajaran (3) observasi

peserta didik, (3) sumber data pemantau

(observing),

meliputi

tindakan. Pengumpulan data pada penelitian

pengamatan selama tindakan peserta didik dan

ini menggunakan teknik tes dan non tes.

guru serta pengamatan pada saat proses

Teknik tes dilaksanakan dengan memberikan

eksperimen sedang berlangsung, dan (4)

soal-soal sesuai dengan indikator yang telah

refleksi (reflecting), diadakan setelah kegiatan

ditetapkan,

yang dilakukan berlangsung, untuk mengkaji

pengamatan, wawancara, dokumentasi dan

dan menganalisis berbagai kelemahan yang

catatan

dijadikann

hipotesis yang dipilih adalah sifat-sifat cahaya.

Rencana

untuk

pada

acuan

siklus

tahapan

untuk

ini

menentukan

kemampuan

menyusun

teknik

lapangan.

non

tes

Instrumen

hipotesis

meliputi

kemampuan

menentukan langkah dalam melaksanakan

Sebelum

tindakan pada siklus berikutnya.

menyusun kisi-kisi instrumen berdasarkan

Keberhasilan

dari

tindakan

menyusun

tes

terlebih

dahulu

yang

indikator kemampuan menyusun hipotesis

dilaksanakan, kriterianya dapat dilihat dari

yaitu: (1) pengalaman (2) logis (3) deduktif.

segi guru dan peserta didik. Dari segi peserta

Pengujiann

196

validitas

dilakukan

untuk

Kemampuan Menyusun Hipotesis
Al Salsiah
mengetahui

kevalidan

instrumen,

Dalam pengumpulan data digunakan 3

dikatakan valiid apabila instrumen tersebut

teknik yaitu: (1) observasi, dilakukan untuk

dapat mengukur apa yang hendak diukur.

memperoleh data yang dapat dilihat (2)

Pengujian

validitas

ini

wawancara, dilakukan untuk menggali data

dilakukan

secara

empiris.

tentang apa yang diucapkan, dipikirkan, dan

Validitas isi dilakukan melalui justifikasi

dirasakan nara sumber. (3) Triangulasi teori

pakar (expert judgment) oleh 3 orang ahli.

yaitu teori tentang kemampuan menyusun

Pengujian

sebuah

pada

penelitian

konstruk

validitas

dan

secara

empiris

hipotesis, teori tentang metode eksperimen dan

ditentukan berdasarkan kriteria internal atau

karakteristik peserta didik. Triangulasi metode

validitas internal, karena instrumen tes uraian,

yaitu observasi, waancara dan dokumentasi.

maka skor

Analisis data yang dilakukan merupakan suatu

yang diperoleh adalah skor

kontinum (polytomi) dengan rentang nilai 0-4,

proses

sehingga digunakan koefisien korelasi product

mengorganisasikan data secara sistematik,

momen. Hasil perhitungan validitas empirik

rasional untuk menampilkan bahan-bahan

instrumen tes menunjukkan dari 20 butir soal

yang dapat digunakan dalam PTK

menyeleksi,

mengabstraksikan,

yang dibuat terdapat 4 butir soal tidak valid
sehingga

tidak

bisa

digunakan,

HASIL

namun

Pencapaian

berdasarkan saran ahli, peneliti mengkonstruk

Keberhasilan

Tindakan

keempat soal tersebut dari sisi kalimat yang

(Aktivitas

digunakan sehingga

oleh

pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 4

peserta didik, sehingga jumlah instrumen yang

adalah sebagai berikut: (1) pertemuan 1 siklus

digunakan tetap 20.

I mencapai 70%, pertemuan 1 siklus II

Reliabilitas

dapat

adalah

diphami

sejauhmana

guru ) siklus I dan siklus II pada

mencapai 85% ; (2) pertemuan 2 siklus I

hasil

pengukuran dapat dipercaya atau ajeg. Pada

mencapai

75%,

penelitian ini jenis skor butir kontinum

mencapai

100%;

(politomi)

mencapai

oleh

karena

itu

perhitungan

pertemuan
pertemuan

2
3

siklus
siklus

II
I

80%, pertemuan 3 siklus II

koefisien reliabilitas dengan menggunakan

mencapai 100 %;dan pertemuan 4 siklus I

koefisien alpha. Hasil perhitungan reliabilitas

mencapai 85 %, pertemuan 4 siklus II

instrumen tes menunjukkan hasil 0,82 dan hal

mencapai 100 %.
Pencapaian

ini berarti tingkat reliabilitas berada pada

Keberhasilan

Tindakan

tafsiran sangat tinggi, maka dapat disimpulkan

(Aktivitas peserta didik ) siklus I dan siklus II

bahwa item instrumen dinyatakan reliabel.

pada pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 4

197

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

adalah sebagai berikut: (1) pertemuan 1 siklus

siklus II pada masing-masing indikator adalah

I mencapai 60%, pertemuan 1 siklus II

pencapaian rata-rata

mencapai 80% ; (2) pertemuan 2 siklus I

pada pra siklus 2,9 dan siklus I adalah 2,99

mencapai

II

kemudian pada siklus II 3,22, untuk nilai rata-

mencapai 85%; pertemuan 3 siklus I mencapai

rata indikator logis pada pra siklus 2,7 dan

75%,pertemuan

mencapai

siklus I adalah 3,19 kemudian meningkat pada

100%;dan pertemuan 4 siklus I mencapai 80%,

siklus II menjadi 3,21 ,sedangkan rata-rata

pertemuan 4 siklus II mencapai 100%.

nilai indikator deduktif pada pra siklus 2,5 dan

65%,

pertemuan

3

2

siklus

II

siklus

indikator pengalaman

siklus I adalah 2,90 meningkat pada siklus II

Rata-rata nilai IPA peserta didik siklus I
dan siklus II meningkat dari 68 pada siklus I

menjadi

menjadi 80 pada siklus II. Jumlah pertemuan

mengalami peningkatan seperti pada indikator

pada masing –masing siklus adalah 4 kali

pengalaman, dalam proses menyusun hipotesis

pertemuan.

juga

keterlibatan peserta didik yang aktif sangat

mengalami kenaikan dari siklus I sebesar 53

diperlukan pada waktu kegiatan psikis dengan

naik pada siklus II menjadi 60. Sedangkan

menggunakan pengetahuan sebelumnya dalam

untuk nilai tertinggi pada siklus I sebesar 75

memecahkan masalah yang dihadapi. Pada

mengalami kenaikan pada siklus II menjadi

indikator logis peserta didik sudah memiliki

98. Kenaikan ini terjadi karena peserta didik

kemampuan menyampaikan pikiran secara

telah memahami cara menyusun hipotesis

logis karena peserta didik kelas V berada pada

dengan benar setelah mendapatkan latihan

fase perkembangan tahap operasional konkret

pada setiap pertemuan.

(7-11 tahun) dan tahap operasional formal (11-

Untuk

nilai

terendah

3,20.

Masing-masing

indikator

Pencapaian Nilai KKM IPA peserta didik

15 tahun) menurut Piaget dalam Santrock pada

dari siklus I ke siklus II meningkat. Pada

tahap operasional konkret, pemikiran logis

siklus I peserta didik yang mencapai KKM

menggantikan pemikiran intuitif dalam situasi

berjumlah 25 orang atau sebesar 62,5 %. Pada

konkret, pada tahap operasional formal, dari

siklus II peserta didik yang mencapai KKM

konkret ke yang lebih abstrak dan logis sangat

berjumlah 34 orang atau sebesar 85%. Terjadi

cocok untuk kemampuan menyusun hipotesis

peningkatan pencapaian nilai KKM sebesar 23

dengan indikator logis, menggunakan metode

% dari siklus I ke siklus II.

eksperimen dalam proses situasi konkret,

PEMBAHASAN

dibuktikan tidak hanya sekedar teori. Pada

Peningkatan

kemampuan

menyusun

Indikator deduktif memerlukan latihan karena

hipotesis dari pra siklus, siklus I kemudian ke

peserta didik pada umumnya belum mampu

198

Kemampuan Menyusun Hipotesis
Al Salsiah
menggunakan teori yang bersifat umum ke

telah berhasil dan tuntas yaitu telah

khusus . Rentang nilai adalah 0-4,0

mencapai indikator keberhasilan tindakan

(data

100%.

terlampir). Berikut adalah grafik nilai rata-rata

2. Proses pelaksanaan pembelajaran untuk

kemampuan menyusun hipotesis peserta didik

meningkatkan kemampuan

pada pra siklus, siklus I dan siklus II.

menyusun

hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui
SIMPULAN

metode eksperimen pada peserta didik

Berdasarkan hasil analisis data, interpretasi

kelas

hasil analisis dan pembahasan, maka dapat

pembelajaran

meningkatkan

kemampuan

untuk

SD

Negeri

menyusun

Pajeleran

menyusun hipotesis, kegiatan berpikir
yang bersifat logis serta menuangkan

01

konsep bersifat deduktif dari umum ke
khusus dalam menyelesaikan masalah

dimulai dengan menyiapkan Rencana.
juga

menyiapkan

media

tanpa

untuk

didik

.Sesuai dengan hasil observasi tindakan

melakukan

percobaan-percobaan

metode eksperimen ini, karena

hasil catatan lapangan tentang temuan

peserta

didik dapat secara langsung menyusun

dalam penelitian, hasil dokumentasi dan

hipotesis kemudian menemukan solusi dari

wawancara yang dilakukan peneliti kepada

dengan

metode

tujuan pembelajaran secara optimal dengan

selama pembelajaran IPA berlangsung,

pembelajaran

utama

sangat menunjang keberhasilan pencapaian

atau aktivitas guru dan peserta didik

maka

ciri

secara individu juga secara kelompok yang

yang dilakukan observer terhadap tindakan

didik,

kehilangan

pembelajaran eksperimen, yaitu peserta

eksperimen dan bahan ajar serta LKS

peserta

01

yang dimilikinya untuk menjadi bahan

Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor,

Guru

Pajeleran

didik dalam mengaplikasikan pengalaman

metode eksperimen pada peserta didik
V

Negeri

difokuskan pada pengembangan peserta

hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui

kelas

SD

Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan

V

masalah yang disajikan.

langkah-langkah

3. Evaluasi

menggunakan

pembelajaran

meningkatkan

metode eksperimen yang diterapkan, terus

kemampuan

untuk
menyusun

hipotesis dalam pembelajaran IPA melalui

mengalami kemajuan berarti pada setiap

metode eksperimen pada peserta didik

siklus sesuai dengan target yang telah

kelas

ditentukan dalam perencanaan, sehingga

V

SD

Negeri

Pajeleran

01

Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor

pada akhir siklus II proses pembelajaran
199

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 2 Desember 2015

dilakukan dengan tes tertulis setelah

berada pada kisaran usia 11 sampai 12

melaksanakan

tahun

eksperimen.

Evaluasi

yang

berada

pada

fase

dilakukan untuk mengukur peningkatan

perkembangan tahap operasional konkret

kemampuan menyusun hipotesis peserta

(7-11 tahun) dan tahap operasional formal

didik. Peningkatan kemampuan menyusun

(11-15 tahun) menurut Piaget dalam

hipotesis

ditandai dengan peningkatan

Santrock pada tahap operasional konkret,

dilihat dari hasil observasi siklus I ke

pemikiran logis menggantikan pemikiran

siklus

mengalami

intuitif dalam situasi konkret, pada tahap

peningkatan. Pada akhir siklus II rata-rata

operasional formal, dari konkret ke yang

nilai IPA peserta didik dari 68 naik

lebih abstrak dan logis sangat cocok untuk

menjadi 80, nilai terendah peserta didik

kemampuan menyusun hipotesis dengan

naik dari 53 menjadi 60, nilai tertinggi

indikator

peserta didik naik dari 75 menjadi 98,

eksperimen dalam proses situasi konkret,

pencapaian KKM peserta didik naik dari

dibuktikan tidak hanya sekedar teori.

II

yang

terus

logis,

menggunakan

metode

68% menjadi 85% serta kemampuan
menyusun

hipotesis

dengan

DAFTAR RUJUKAN

indikator

Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

pengalaman pada siklus I rata-rata 2,99
naik pada siklus II mencapai 3,22,
indikator logis pada siklus I rata-rata 3,19

Hatimah, Ihat, dan Susilana. 2007. Penelitian
Pendidikan. Bandung:
UPI PRESS.

naik pada siklus II mencapai 3,21,
indikator deduktif pada siklus I rata-rata
2,90 naik pada siklus II mencapai 3,20

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

(rentang nilai 0-4).
4. Peningkatan

kemampuan

menyusun

Sadulloh, Uyoh. 2007. Pedagogik. Bandung:
Cipta Utama.

hipoesis peserta didik perlu penekanan
pada semua indikator yaitu pengalaman,

Suriasumantri, Jujun S. 2011. Menguak
Cakrawala Keilmuan. Jakarta: Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri
Jakarta.

logis, dan deduktif. Peserta didik belum
terlatih

bagaimana

menggunakan

pengalaman yang dimiliki menjadi sebuah
Toharudin, Uus. 2011. Membangun Literasi
Sains
Peserta
Didik.
Bandung:
Humaniora.

bahan menyusun hipotes. Untuk indikator
logis,

hal

ini

ditunjang

oleh

usia

perkembangan pesrta didik kelas V yang

200

Kemampuan Menyusun Hipotesis
Al Salsiah
Undang Gunawan. 2009. Teknik Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung:
Sayagatama.
Yamin, Martinis. 2011. Standarisasi Kinerja
Guru. Jakarta: Gaung Persada.

201